Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
41-54
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399
aamsmart@gmail.com
Abstrak
Kerangka kerja untuk mengukur kinerja bank syariah terkait dengan konsep efisiensi
yang telah banyak diterapkan. Namun, ada kekurangan dari model DEA, terutama
dalam menentukan peringkat terbaik dari DMU ketika ada beberapa unit DMU yang
sama-sama bernilai 1. Dalam penelitian ini, bank syariah di Indonesia digunakan
sebagai objek studi. Setelah menghitung efisiensi super, maka penelitian akan
mengukur tingkat pengaruh masing-masing variabel terhadap nilai efisiensi relatif
melalui analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam efisiensi
super nilai tertinggi dimiliki oleh bank BSM pada 2016 dengan nilai efisiensi relatif
dari 1.351, diikuti oleh Bank Mega Syariah 2016 dengan 1.202 dan BMI 2016 dari
1.175. Untuk analisis sensitivitas, nilai efisiensi bank syariah sangat sensitif terhadap
nilai variabel output, terutama variabel pendapatan operasional.
Abstract
The framework for measuring the performance of Islamic banks is related to the
concept of efficiency that has been widely implemented. However, there is a
deficiency of the DEA model, especially in determining the best ranking of the DMU
when there are several DMU units which are equally worth 1. In this study, Islamic
banks in Indonesia were used as objects of study. After calculating the super
efficiency, then the research will measure the level of influence of each variable on
the relative efficiency value through sensitivity analysis.The results showed that, in
super efficiency the highest value was owned by BSM bank in 2016 with a relative
efficiency value of 1,351, followed by Bank Mega Syariah 2016 with 1,202 and BMI
2016 of 1,175. For sensitivity analysis, the efficiency value of Islamic banks was very
sensitive to value output variables, especially operating income variables.
Keywords: Super Efficiency, Sensitivity DEA, Islamic Bank
penting atas keberadaan bank syariah di Bank syariah memiliki tujuan untuk
Indonesia mengingat mayoritas penduduk membantu pihak yang membutuhkan
Indonesia adalah muslim. Penelitian yang pertolongan terutama bagi masyarakat
dilakukan oleh (Nurfalah etal, 2018) yang membutuhkan usaha. Bank syariah
menyatakan bahwa perbankan syariah juga selalu memperhatikan fakir miskin,
relatif lebih stabil dibandingkan dengan pendidikan dan social lainnya sebagai
perbankan konvensional dalam bentuk pengaplikasian syariah islam
menghadapi shock baik dari internal bahwa berbisnis bukanlah segalanya
maupun eksternal. Hal ini menjadi temuan melainkan harus selalu memperhatikan
menarik yang perlu dibuktikan melalui lingkungan sekitar. Karena bank syariah
berbagai riset di masa mendatang. tidak hanya memprioritaskan keuntungan
komersialnya namun harus menjalankan
Perkembangan industri perbankan syariah
aktivitas non komersialnya, hal ini
di Indonesia relatif menunjukkan
menyebabkan tingginya biaya dan
kecenderungan yang baik, meskipun
tentunya akan menurunkan tingkat
terkesan lambat. Data Bulan April 2018,
efisiensi dibanding bank konvensional.
berdasarkan statistik perbankan syariah,
Bahkan dengan kemajuan teknologi saat
jumlah perbankan syariah telah mencapai
ini yang sangat cepat berdampak pada
13 Bank Umum Syariah, 21 Unit Usaha
meningkatnya persaingan sehingga biaya
Syariah dan 168 Bank Pembiayaan Rakyat
yang dikeluarkan akan terus bertambah,
Syariah dengan total jaringan kantor
pada akhirnya akan mengganggu efisiensi.
sebanyak 2,460 kantor di seluruh
Di sisi lain jika bank syariah tidak peka
Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan, 2018).
terhadap teknologi maka akan kalah dalam
Sedangkan, menurut Global Islamic persaingan usahanya. Sehingga dalam
Finance Report 2017, industri keuangan jangka panjang pengeluaran biaya yang
syariah di Indonesia berada di urutan terus-menerus itu akan mengganggu
ketujuh dunia setelah Malaysia, Iran, Arab kontinuitas dan likuiditas bank syariah.
Saudi, UAE, Kuwait dan Pakistan. Score
Menurut (Berger dan Humphrey, 1997),
indeks industri keuangan syariah Indonesia
studi terkait pengukuran tingkat efisiensi
pada 2017 adalah 24.21 pada skala 100
dan produktivitas institusi perbankan
dan menempati urutan ke-7 di dunia
menjadi bagian penting sejak tahun 1990-
(GIFR, 2017).
an. Lebih jauh, (Berger, Hancock dan
Dengan market share bank syariah sekitar Humphrey, 1993) menyarankan jika bank
6% dan potensinya yang cukup besar, bekerja secara lebih efisien, maka akan
maka bank konvensional memperluas berdampak kepada peningkatan tingkat
sayapnya dengan membuka unit usaha produktivitas, kompetisi harga yang lebih
syariah. Sampai saat ini terdapat 22 unit baik dan kualitas pelayanan bagi nasabah
usaha syariah ada di Indonesia. yang lebih baik dan berkualitas. Hal ini
Seharusnya kondisi ini harus menjadi tentu berlaku juga bagi industri perbankan
sorotan para peneliti karena karakteristik syariah.
bank syariah berbeda dengan bank
Sebagai lembaga intermediasi, bank
konvensional.
syariah harus mampu mengalokasikan
Received: 2019-10-14 | Reviced: 2020-01-21 | Accepted: 2020-01-31
Indexed :Sinta, DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI: https://doi.org/10.29313/amwaluna.v4i1.5251
42
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 January 2020 Page. 41-54
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399
dana yang terkumpul dari pihak ketiga bernilai 1. (Anderson dan Petersen, 1993)
berupa penyaluran pembiayaannya ke kemudian memperkenalkan konsep super
dalam sektor yang lebih produktif secara efisiensi. Konsep dasar dari super efisiensi
optimal agar dihasilkan output yang adalah membiarkan adanya efisiensi DMU
maksimal pula. Dengan demikian akan yang diamati lebih besar dari 1 atau 100%.
tercipta efisiensi. Efisiensi yang dimaksud Super efisiensi sebenarnya merupakan
adalah efisiensi teknis, yaitu suatu ukuran kekuatan unit-unit yang
memaksimalkan output dengan biaya yang efisien yang digunakan untuk meranking
ada. Suatu perusahaan dikatakan efisien unit DMU yang menjadi objek observasi.
secara teknis jika dapat menghasilkan Dalam penelitian ini, bank umum syariah
lebih banyak output dengan menggunakan di Indonesia dijadikan sebagai objek studi.
jumlah masukan tertentu dibandingkan Setelah dihitung super efisiensi,
dengan perusahaan lainnya (Yotopulas and selanjutnya penelitian akan mencoba
Lau, 1973). mengukur tingkat pengaruh masing-
masing variabel terhadap nilai efisiensi
Beberapa studi terdahulu terkait kerangka
relatifnya melalui analisis sensitivitas.
pengukuran performa bank syariah
dikaitkan dengan konsep efisiensi telah
II. Discussion
dilakukan penulis. Yang pertama adalah
Maslahah Efficiency Quadrant atau MEQ Landasan Teori
(Rusydiana & Sanrego, 2018). Kerangka Konsep Super Efisiensi
ini menggabungkan antara pengukuran
Efisiensi mengarah pada ukuran baik atau
dari sisi efisiensi dengan perspektif
buruknya penggunaan sumber daya dalam
maqasid shariah (Rusydiana &
mencapai tujuan. Efisiensi merupakan
Firmansyah, 2017). Kedua adalah
rasio dari output aktual yang dicapai
kerangka pengukuran efisiensi dan
terhadap output standar yang diharapkan.
stabilitas bank syariah dalam satu
Namun karena kondisi efisien yang ideal
framework (Rusydiana, 2018a). Dan
dengan nilai efisiensi 1 atau 100% sukar
terakhir adalah pengukuran tingkat
dicapai maka dikenal istilah efisiensi
produktivitas bank syariah dari sisi
relatif. Sehingga suatu unit dikatakan
perubahan tingkat efisiensi (EFFCH) dan
efisien relatif bila unit tersebut memiliki
tingkat perubahan penggunaan teknologi
nilai efisiensi yang lebih baik dari unit
atau technological change (TECH) yang
lainnya.
berdampak pada produktivitas (Rusydiana,
2018b). DEA adalah sebuah pendekatan
deterministik non-parametrik yang pada
Metode yang paling banyak digunakan dasarnya merupakan teknik berbasis linear
dalam pengukuran efisiensi adalah Data programming. DEA bekerja dengan
Envelopment Analysis (DEA). Namun, langkah identifikasi unit yang akan
kekurangan model DEA dasar adalah dievaluasi, yakni input yang dibutuhkan
adanya kesulitan menentukan peringkat serta output yang dihasilkan unit tersebut.
terbaik dari DMU manakala terdapat Selanjutnya, input-output tersebut
beberapa unit DMU yang sama-sama membentuk efficiency frontier atas set data
dilakukan verifikasi apakah nilai efisiensi sebaliknya, jika perubahan variabel tidak
relatif dari suatu DMU terpengaruh secara mempunyai pengaruh besar terhadap nilai
signifikan apabila salah satu variabel input efisiensi, maka nilai efisiensi tersebut
dan output diabaikan. Oleh karena itu, relatif insensitive terhadap nilai variabel.
analisis sensitivitas ini dilakukan melalui Hasil analisis ini berpengaruh pada
proses simulasi menggunakan perhitungan perumusan rekomendasi akhir.
DEA model super efisiensi, baik CCR Dalam perkembangannya, model
maupun BCC. pengukuran efisiensi frontier telah
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh meningkat, baik secara konsep teori
masing-masing variabel terhadap nilai maupun praktik. Secara umum, model
efisiensi, dilakukan perbandingan antara pengukuran tingkat efisiensi dan
nilai efisiensi awal dengan nilai efisiensi produktivitas terbagi menjadi dua bagian
hasil simulasi. Jika suatu perubahan kecil yakni parametric dan nonparametric.
dalam variabel menyebabkan perubahan Berikut ini adalah gambaran umum
drastis terhadap nilai efisiensi, hal ini perkembangan model pengukuran efisiensi
berarti nilai efisiensi sangat sensitif frontier yang berhasil penulis identifikasi
terhadap nilai variabel tersebut. Namun (Rusydiana, 2018b).
Tabel 1
Perkembangan Analisis Model Pengukuran Efisiensi Frontier
N MODEL TAH PENULIS TIPE
O UN
Stochastic Frontier Parametrik
1 1977 Aigner, Lovell, Schmidt
Approach als77
Meeusen & van den Parametrik
2 SFA Model mvb77 1977
Broeck
Data Envelopment Analysis Nonparametrik
3 1978 Charnes, Cooper, Rhodes
CCR
4 SFA Model stev80 1980 Stevenson Parametrik
5 SFA Model mlti 1981 Pitt & Lee Parametrik
Malmquist Productivity Caves, Christensen, Nonparametrik
6 1982
Index Diewert
7 DEA Model BCC 1984 Banker, Charnes, Cooper Nonparametrik
8 Free Disposal Hull [FDH] 1984 Deprins, Simar, Tulkens Nonparametrik
9 SFA Model fe 1984 Schmidt & Sickles Parametrik
10 SFA Model regls 1984 Schmidt & Sickles Parametrik
Charnes,Cooper,Golany, Nonparametrik
11 DEA Additive Model 1985
Seiford,Stutz
Charnes, Clarke, Cooper, Nonparametrik
12 DEA Window Analysis 1985
Golany
DEA Assurance Region Thompson, Singleton, Nonparametrik
13 1986
[DEA-AR] Thrall, Smith
14 DEA Cross Efficiency 1986 Sexton, Silkman, Hogan Nonparametrik
Bessent, Bessent, Elam, Nonparametrik
15 DEA Facet Model 1988
Clark
16 SFA Model mlti 1988 Battese & Coelli Parametrik
Received: 2019-10-14 | Reviced: 2020-01-21 | Accepted: 2020-01-31
Indexed :Sinta, DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI: https://doi.org/10.29313/amwaluna.v4i1.5251
45
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 January 2020 Page. 41-54
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399
oleh bank BSM tahun 2016 dengan nilai Secara umum, rata-rata tingkat efisiensi
efisiensi relatif sebesar 1.351, kemudian bank syariah yang diobservasi dengan
diikuti oleh Bank Mega Syariah 2016 pendekatan super efisiensi adalah 1.081.
sebesar 1.202 dan BMI 2016 sebesar Jika dilihat lebih detail, tingkat efisiensi
1.175. Selanjutnya, diikuti oleh Mega tahun 2016 relatif lebih tinggi dibanding
Syariah 2017 (1.085), BMI 2017 (1.050), tahun 2017. Artinya terjadi penurunan
BRIS 2016 (1.040) dan BNIS 2016 tingkat efisiensi bank syariah dari 2016 ke
(1.026). DMU dengan nilai super efisiensi tahun 2017. Berikut adalah tabel hasil
terendah adalah BRIS 2017 sebesar 0.933, lengkap nilai super efisiensi bank umum
BSM 2017 sebesar 0.946 dan BNIS 2017 syariah yang diobservasi periode 2016-
sebesar 1.005. 2017.
Tabel 3
Nilai Super Efisiensi BUS di Indonesia 2016-2017
DMU Super Efisiensi Rank
BSM 2017 0.946 9
BMI 2017 1.050 5
BRIS 2017 0.933 10
BNIS 2017 1.005 8
Mega 2017 1.085 4
BSM 2016 1.351 1
BMI 2016 1.175 3
BRIS 2016 1.040 6
BNIS 2016 1.026 7
Mega 2016 1.202 2
variabel tidak mempunyai pengaruh besar
terhadap nilai efisiensi, maka nilai
Analisis Sensitivitas DEA
efisiensi tersebut relatif insensitive
Seperti yang telah disampaikan terhadap nilai variabel.
sebelumnya, untuk mengetahui bagaimana
Berdasarkan pengukuran tingkat pengaruh
pengaruh masing-masing variabel terhadap
masing-masing variabel input (yaitu dana
nilai efisiensi, dilakukan perbandingan
pihak ketiga, biaya personalia dan biaya
antara nilai efisiensi awal dengan nilai
administrasi-umum) dan output (yakni
efisiensi hasil simulasi. Jika suatu
total pembiayaan dan pendapatan
perubahan kecil dalam variabel
operasional) terhadap nilai efisiensi relatif
menyebabkan perubahan drastis terhadap
yang dilakukan dengan menggunakan
nilai efisiensi, hal ini berarti nilai efisiensi
analisis sensitivitas dan model DEA super
sangat sensitif terhadap nilai variabel
efisiensi, maka diperoleh hasil seperti
tersebut. Sebaliknya, jika perubahan
berikut ini.
Tabel 4
Nilai efisiensi relatif BUS dengan menggunakan 2 variabel input (X)
Efisiensi Relatif
DMU
Eksisting Tanpa X1 Tanpa X2 Tanpa X3
BSM 2017 0.946 0.945 0.946 0.912
BMI 2017 1.050 1.050 0.853 1.050
BRIS 2017 0.933 0.711 0.921 0.933
BNIS 2017 1.005 0.930 1.005 0.917
Mega 2017 1.085 0.737 1.085 1.085
BSM 2016 1.351 1.402 1.159 1.027
BMI 2016 1.175 1.141 1.018 1.175
BRIS 2016 1.040 0.716 1.040 1.040
BNIS 2016 1.026 0.795 1.026 0.969
Mega 2016 1.202 0.968 1.202 1.085
tidak berubah terbanyak yakni sebanyak 5
DMU bank syariah. Terakhir, simulasi
Dari hasil yang tampak pada tabel di atas,
tanpa X1 dengan nilai efisiensi tetap yakni
terdapat nilai efisiensi yang berubah ketika
sebanyak 2 DMU.
dilakukan simulasi tanpa salah satu
variabel input, ada pula yang memiliki Untuk mempermudah pengukuran tingkat
nilai efisiensi tetap (tidak berubah). Secara sensitivitas dalam DEA, jika salah satu
umum, simulasi kedua yakni simulasi variabel dari beberapa input diabaikan
tanpa X2 yang memiliki nilai efisiensi maka dicari selisih antara masing-masing
relatif yang tidak berubah terbanyak yakni nilai efisiensi relatif hasil simulasi dengan
sebanyak 6 DMU bank syariah. nilai efisiensi relatif awal keseluruhan
Selanjutnya, simulasi tanpa X3 yang DMU. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
memiliki nilai efisiensi relatif yang berikut ini
Tabel 5
Selisih efisiensi relatif BUS dengan menggunakan 2 variabel input (X)
Efisiensi Relatif (Selisih)
DMU Eksistin
g Tanpa X1 (DPK) Tanpa X2 (B.SDM) Tanpa X3 (B.Adm)
BSM 2017 0.00 0.00 0.00 0.03
BMI 2017 0.00 0.00 0.20 0.00
BRIS 2017 0.00 0.22 0.01 0.00
BNIS 2017 0.00 0.07 0.00 0.09
Mega 2017 0.00 0.35 0.00 0.00
BSM 2016 0.00 -0.05 0.19 0.32
BMI 2016 0.00 0.03 0.16 0.00
BRIS 2016 0.00 0.32 0.00 0.00
BNIS 2016 0.00 0.23 0.00 0.06
Mega 2016 0.00 0.23 0.00 0.12
Dari hasil yang tampak pada tabel di atas, tanpa X3 memiliki DMU yang berubah
bagian yang diberi tanda kolom abu-abu sebanyak 5 DMU. Artinya, nilai efisiensi
berarti memiliki perbedaan nilai efisiensi dapat dikatakan sangat sensitif terhadap
antara kondisi eksisting (input-output variabel dana pihak ketiga (X1).
lengkap) dengan kondisi tanpa salah satu Sementara itu, nilai efisiensi relatif cukup
variabel input. Sementara itu, jika selisih sensitif terhadap nilai variabel input biaya
adalah 0.00 menandakan bahwa tidak ada personalia (X2) dan biaya adminsitrasi-
perbedaan nilai antara kondisi eksisting umum (X3).
(input-output lengkap) dengan kondisi Sementara itu, untuk perhitungan nilai
tanpa salah satu variabel input. Hasilnya efisiensi relatif masing-masing bank
terlihat bahwa simulasi tanpa X1 memiliki umum syariah (BUS) apabila salah satu
DMU yang berubah sebanyak 8 DMU. variabel output diabaikan, maka akan
Simulasi tanpa X2 memiliki DMU yang diperoleh hasil perhitungan seperti berikut
berubah sebanyak 4 DMU, dan simulasi di bawah ini.
1 Tabel 6
2 Nilai efisiensi relatif BUS dengan menggunakan 1 variabel output (Y)
Efisiensi Relatif
DMU
Eksisting Tanpa Y1 Tanpa Y2
BSM 2017 0.946 0.946 0.915
BMI 2017 1.050 1.050 0.877
BRIS 2017 0.933 0.830 0.915
BNIS 2017 1.005 0.941 0.994
Mega 2017 1.085 1.085 0.907
BSM 2016 1.351 1.172 1.364
BMI 2016 1.175 0.962 1.411
BRIS 2016 1.040 0.840 1.027
BNIS 2016 1.026 0.813 0.997
Mega 2016 1.202 1.202 0.923
3
Dari hasil yang tampak pada tabel mengalami perubahan nilai. Sementara itu,
di atas, terdapat nilai efisiensi yang simulasi tanpa Y2 memiliki nilai efisiensi
berubah ketika dilakukan simulasi tanpa relatif yang seluruhnya berubah.
salah satu variabel output, ada pula yang Apabila salah satu variabel output
memiliki nilai efisiensi tetap (tidak diabaikan maka dicari selisih antara
berubah). Secara umum, simulasi pertama masing-masing nilai efisiensi relatif hasil
yakni simulasi tanpa Y1 nilai efisiensi simulasi dengan nilai efisiensi relatif awal.
relatif yang tidak berubah adalah sebanyak Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut
4 DMU bank syariah dan sisanya 6 DMU ini.
Tabel 7
Selisih efisiensi relatif BUS dengan menggunakan 1 variabel output (Y)
Efisiensi Relatif (Selisih)
DMU
Eksisting Tanpa Y1 (Pemb) Tanpa Y2 (Pend)
BSM 2017 0.00 0.00 0.03
BMI 2017 0.00 0.00 0.17
BRIS 2017 0.00 0.10 0.02
BNIS 2017 0.00 0.06 0.01
Mega 2017 0.00 0.00 0.18
BSM 2016 0.00 0.18 -0.01
BMI 2016 0.00 0.21 -0.24
BRIS 2016 0.00 0.20 0.01
BNIS 2016 0.00 0.21 0.03
Mega 2016 0.00 0.00 0.28
Dari hasil yang tampak pada tabel (Sarifudin & Faturohman, 2017) dan
di atas, bagian yang diberi tanda kolom (Rusydiana& Sanrego, 2018).
abu-abu berarti memiliki perbedaan nilai Berdasarkan pengukuran sensitivitas yang
efisiensi antara kondisi eksisting (input- telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa
output lengkap) dengan kondisi tanpa nilai efisiensi relatif cukup sensitif
salah satu variabel output. Sementara itu, terhadap nilai variabel input biaya
jika selisih adalah 0.00 menandakan personalia (X2) dan biaya adminsitrasi &
bahwa tidak ada perbedaan nilai antara umum (X3). Sementara itu, nilai efisiensi
kondisi eksisting (input-output lengkap) dapat dikatakan sangat sensitif terhadap
dengan kondisi tanpa salah satu variabel variabel dana pihak ketiga (X1). Terkait
output Y. penggunaan variabel dana pihak ketiga
Hasilnya terlihat bahwa simulasi tanpa Y1 dalam model pengukuran efisiensi bank
memiliki DMU yang berubah sebanyak 6 syariah di Indonesia, relatif banyak
DMU. Sementara itu, simulasi tanpa Y2 penelitian yang mengamininya. Beberapa
memiliki DMU yang berubah seluruhnya diantaranya adalah penelitian yang
sebanyak 10 DMU. Artinya, nilai efisiensi dilakukan oleh (Yulita & Rizal, 2016),
dapat dikatakan sangat sensitif terhadap (Rusydiana & Sanrego, 2018) dan
variabel pendapatan operasional (Y2). (Ascarya & Yumanita, 2007).
Dalam arti lain, variabel output Y2 yakni Dengan demikian, variabel input maupun
pendapatan operasional merupakan output yang perlu menjadi perhatian dalam
variabel penting dalam mengukur tingkat upaya peningkatan efisiensi bank umum
efisiensi bank syariah dari sisi output.
syariah di Indonesia adalah: variabel Dana
Penggunaan variabel pendapatan Pihak Ketiga/DPK (X1) di sisi input, serta
operasional dalam pengukuran efisiensi variabel Pendapatan Operasional (Y2) dan
bank syariah juga relevan dan digunakan Total Pembiayaan (Y1) pada sisi output.
dalam penelitian (Rusydiana, 2018a)