Anda di halaman 1dari 9

VI.

LINES PLAN KAPAL DAN GENERAL


ARRAGEMENT

VII GENERAL ARRAGEMENT


Rencana umum suatu kapal dapat diartikan sebagai suatu perencanaan penempatan-
penempatan ruangan yang berada diatas kapal dan termasuk tempat-tempat untuk
perlengkapan serta jalan atau tangga dikapal. Pada dasarnya rencana umum adalah
bagaimana menempatkan atau mengatur seefisien mungkin ruangan diatas kapal sehingga
mendukung pengoperasian kapal tersebut, baik itu ditinjau dari segi teknis atau ekonomis.
Secara umum general arrangement (Rencana Umum) untuk semua tipe kapal, memiliki
kesamaan dalam hal fungsi pemanfaatan ruangan. Langkah pertama dalam perencanaan ini
adalah menentukan penempatan ruangan utama (Main space) dan batas-batasnya di dalam
dan diatas kapal. 

A. Ruangan utama yang dimaksud adalah :

1. Ruang muat ( Cargo Space )


2. Ruang mesin ( Engine Space )
3. Ruang ABK dan penumpang
4. Penempatan tangki-tangki (Tank Space )
5. Disamping itu ada ruang-ruang lain, misal :
ESEP , pemadam kebakaran , mesin kemudi , wheel house , pantry , mess room ,
Peta, radio komunikasi , store dan lain-lain.
B. Faktor yang berpengaruh terhadap Rencana Umum sebuah kapal antara
lain :
1. Untuk kapal kargo harus bisa dipastikan bahwa muatan yang direncanakan harus dimuat
dengan biaya semurah mungkin didalam ruang muat yang didesain, juga harus bisa dipastikan
muatan dalam keadaan yang baik ditempat tujuan dan dengan methode bongkar muat yang
cepat dan ekonomis.
2.  Untuk kapal penumpang, cabin, ruang publik dan pelayanan kepada penumpang harus
menunjang kenyamanan penumpang selama dalam perjalanan sehingga memungkinkan para
penumpang akan menggunakan kapal yang sama pada kesempatan yang akan datang

3.   Untuk kapal service harus dipastikan bahwa kapal mampu melaksanakan tugas servicenya
secara efisien.

Desain General Arrangement harus mempertimbangkan kesesuaian dengan rencana garis yang
telah dikembangkan, kesesuaian terhadap DWT, kapasitas dan kecepatan yang dibutuhkan.

General Arrangement digunakan untuk beberapa kegunaan, tidak hanya sekedar menunjukan
jenis kapal dan featurenya . Galangan kapal juga menggunakan untuk membuat kalkulasi awal
biaya pembangunan kapal serta sebagai dasar untuk membuat detail drawing.

Kapal-kapal modern dengan beberapa perkecualian seperti kapal ikan, kapal tunda dsbnya,
dibangun tanpa sheer, untuk menjamin kebutuhan freeboard yang disyaratkan oleh regulasi.
Kompensasi bisa dilakukan dengan menambah tinggi geladak pada tengah kapal, kebutuhan
freeboard yang lebih tinggi bisa dilakukan dengan menambah tinggi poop deck dan atau
forecastle deck.

Tinggi geladak accomodasi tidak boleh kurang dari 2,4 meter untuk memastikan kecukupan
head room untuk ABK atau penumpang setelah dikurangi tinggi beam serta kabel dan pipa
ventilasi dll.

Bagian belakang Poop deck harus terdapat ruang terbuka paling kurang 5 meter dari stern
untuk memberi ruang yang cukup bagi penempatan mesin-mesin geladak pada bagian buritan,
seperti capstan, bollard, winch, emergency exit ruang kemudi.

Sedangkan ruangan mesin, ruangan anak buah kapal dan tangki-tangki semua tipe kapal sama,
tidak ada bedanya. Posisi ruang mesin pada keempat kapal niaga diatas umumnya dibelakang,
untuk optimalisasi pemuatan barang, ruang akomodasi umumnya diatas ruang mesin,
sedangkan tangki-tangkidiletakkan didasar ganda dibawahnya ruang muat.
Gambar 6.5. General cargo

Gambar 6.6. Kapal Bulk Carrier


Gambar 6.7. Kapal Tangker

C. Susunan Anak Buah Kapal (ABK)


Nakhoda (Master)

Bagian Nautika

 Perwira Senior

– Mualim I

 Perwira Junior

– Mualim II

– Mualim III

 Bintara

– Mualim IV dan V
 Kelasi

– Jurumudi

Bagian geladak

 Serang (boatswain)

 Kelasi

Kepala Kamar Mesin

Bagian Teknik

 Perwira Senior

– Masinis I

 Perwira Junior

– Masinis II

– Masinis III

 Bintara

– Masinis III, IV

 Kelasi

Bagian Rumah Tangga

 Purser

 Steward

 Juru Masak

– Juru masak Kepala

– Asisten Juru masak

 Kelasi
D. Perlengakapan dan peralatan di kapal
 Peralatan tambat : Jangkar , rantai , chain locker , windlass , house pipe,
springkel pembersih dan stopper.
 Sistem penambatan : Capstan , tali , fair lead , bolard
 Peralatan manover : Daun kemudi, poros kemudi , kwadran , steering gear,
 Instrumen nautika : lampu navigasi, lampu jangkar , lampu isarat / samping ,

instrument meteorology , echosounder , kompas , radar dan lain-lain.

Peralatan bongkar muat : Cargo winch , tiang mast , tali baja , kren

Peralat Tambat Pada Kapal


A. Mooring System
Fungsi mooring pada prinsipnya adalah untuk “mengamankan” posisi kapal agar tetap
pada tempatnya. Secara umum, mooring system yang digunakan untuk FSO/FPSO
(Floating Production Storage and Offloading) adalah Spread Mooring, Turret Mooring,
Tower Mooring, dan Buoy Mooring.

1. Spread Mooring
Boleh dibilang spread mooring adalah cara yang paling sederhana sebagai sarana tambat
FSO/FPSO, karena pada system ini tidak memungkinkan bagi kapal untuk
bergerak/berputar guna mencapai posisi dimana efek-efek lingkungan semisal angin, arus
dan gelombang relative kecil. Namun hal ini akan mengakibatkan beban lingkungan
terhadap kapal menjadi semakin besar, yang mana akan mengakibatkan bertambahnya
jumlah mooring lines dan atau line tension-nya. Peralatan yang digunakan biasanya
merupakan peralatan yang pada umumnya sudah tersedia di kapal. Pada system ini
digunakan satu set anchor legs dan mooring lines yang biasanya terletak pada posisi bow
dan stern kapal. Karena peralatan yang digunakan relative sederhana, maka tidak perlu
dry docking untuk melakukan modifikasi terhadap mooring systemnya. Spread mooring
dapat diterapkan pada setiap type kapal, namun dengan tetap memperhatikan fasilitas
produksi di atas kapal. Pada FPSO Belanak Natuna yang di atasnya terdapat fasilitas
produksi crude oil dan LPG, maka posisi fixed heading menjadi kebutuhan yang sangat
penting dan oleh karenanya digunakan system spread mooring, karena
pergerakan/perputaran dari kapal akan sangat berpengaruh pada proses produksi LPG.
Pada system ini, peralatan offloading biasanya terletak di bow atau stern kapal, atau
dengan menggunakan buoy yang didedikasikan khusus untuk sarana transfer cargo.
2. Turret Mooring
Pada system ini kapal dihubungkan dengan turret, yang mana dengan adanya bearing
memungkinkan kapal untuk dapat berputar. Dibandingkan dengan spread mooring, pada
system ini riser dan umbilical yang diakomodasi dapat lebih banyak lagi. Turret mooring
dapat berupa external turret atau internal turret :
External Turret
External Turret dapat diletakkan pada posisi bow atau stern kapal, di luar lambung kapal,
memungkinkan kapal untuk dapat berputar 360 derajat dan beroperasi pada kondisi cuaca
normal maupun extreme. Chain leg “ditanam” di dasar laut dengan anchor atau piles.
Biaya pembuatannya lebih murah dibandingkan dengan internal turret dan modifikasi
yang dilakukan di kapal tidak terlalu banyak. Selain posisi turret, perbedaan lain
dibandingkan dengan internal turret adalah posisi chain table-nya. Pada external turret,
chain table terletak di atas water level, sedangkan pada internal turret, chain table
terendam di bawah garis air. Pada umumnya system ini digunakan di perairan yang tidak
terlalu dalam dan pada lapangan yang relative kecil.Contoh aplikasi di Indonesia : FPSO
Anoa Natuna
Internal Turret
Keunggulan system ini adalah dapat terpasang secara permanen maupun tidak (dis-
connectable), dapat diaplikasikan pada lapangan dengan kondisi lingkungan yang moderat
sampai ekstrim, dan sesuai untuk deepwater. System ini dapat mengakomodasi riser
hingga 100 unit dan kedalaman laut hingga 10,000 feet. Rasanya belum ada contoh
aplikasi di Indonesia.

3. Tower Mooring
Pada system ini FSO/FPSO dihubungkan ke tower dengan suatu permanent wishbone atau
permanen/temporary hawser. Sesuai untuk laut dangkal hingga sedang dengan arus yang
cukup kuat.Keuntungannya adalah :
Transfer fluida yang sederhana, dengan menggunakan jumper hoses dari tower ke kapal,
Akses langsung dari kapal ke tower,
Modifikasi yang tidak terlalu banyak pada kapal,
Semua mechanical equipment terletak di atas sea level.
Contoh aplikasi di Indonesia : FSO Ladinda

4. Buoy Mooring
Pada system ini sebuah buoy digunakan sebagai mooring point kapal dan untuk offloading
fluida. Tujuan utamanya adalah untuk transfer fluida dari daratan atau fasilitas offshore
lainnya ke kapal yang sedang ditambatkan. Komponen-komponennya antara lain:
Buoy Body, sebagai penyedia stabilitas dan buoyancy
Komponen Mooring dan Anchoring, menghubungkan buoy dengan seabed dan hawser
menghubungkan buoy dengan kapal
Contoh gambar Buoy Mooring Conventional dan aplikasi di laut

Anda mungkin juga menyukai