Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN & ASKEP

“ATRESIA ANI’’

NAMA KELOMPOK :

INDRA TANGKULUNG (19142010087)

MARCELA FILIA TENGOR (19142010073)

MARIA RANGKOLI (19142010083)


ATRESIA ANI
1. DEFINISI ATRESIA ANI

Atresia ani adalah kelainan congenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus, rectum, atau keduanya Betz (2012).

Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna.Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak berhubungan langsung dengan rectum Purwanto (2011).

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (congenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus Donna L. Wong (2013).

2. ETIOLOGI ATRESIA ANI

Penyebab sebenarnya dari atresia ani saat ini belum di ketahui pasti. Pada beberapa
penelitian, atresia ani dapat disebabkan oleh kelainan genetic maupun faktor
lingkungan yang terpapar zat -zat beracun, lingkungan yang kumuh, dan pola nutrisi
bayi selama dalam kandungan. Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan atresia ani,
yaitu :

a. Terjadinya gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital,


biasanya karena gangguan perkembangan septum urogenital pada minggu
ke-5 sampai minggu ke-7 usia kehamilan.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
c. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan sebagai penyebab terjadinya
atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
d. Kelainan bawaan, pada umumnya anus tidak terdapat kelainan pada rektum,
sfingter, dan otot dasar panggul. Tetapi pada agenesis anus, sfingter internal
mungkin tidak memadai. Banyak orang tua yang masih belum diketahui
apakah mereka mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari
kedua orang tua yang mempunyai gen carier penyakit ini saat kehamilan
mempunyai peluang sekitar 25% -30% terjadinya atresia ani (Mansjoer, 2010)

3. PATHWAY ATRESIA ANI


Kelainan Kongenital

ATRESIAANI

Tidak ada pembukaan usus Hubungan abnormal rectum danagina


v
besar melaui anus

Kebocoran isi anus


Feses tidak keluar

Feses masuk uretra


Feses menumpuk

Mikroorganisme masuk ke saluran kemih


Tekanan intraabdominal
meningkat
Infeksi saluran
Mual dan muntah
kemih
Penanganan
medis/pembedahan Napsu makan menurun
MK: GANGGUAN ELIMINASI URINE

MK: DEFISIT NUTRISI

Pre-oprasi Post-oprasi Trauma jaringan

Kurang informasi Perubahan


defekasi Timbul nyeri Perawatan inadekuat

cemas
Defekasi tidak MK : RESIKO INFEKSI
terkontrol MK: NYERI
ANSIETAS
AKUT
MK: INKONTINENSIA
FEKAL
4. MANIFESTASI KLINIS ATRESIA ANI

Tanda dan gejala dapat timbul pada 24 –48 jam setelah bayi tersebut lahir seperti,
muntah-muntah dan tidak terdapat defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada
penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada
bayi dengan jenis kelamin wanita sering ditemukan fistul rektovaginal, dengan gejala
bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina). Sedangkan pada bayi dengan
jenis kelamin laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius danberakhir dikandung
kemih atau uretra. Gejala yang akan timbul :

a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.


b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
c. Mekonium dapat keluar tetapi bukan melalui anus.
d. Perut kembung 4 sampsi 8 jam setelah lahir.
e. Bayi muntah-muntah pada 24 -48 jam setelah lahir.
f. Adanya tanda tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula) dan distensi bertahap.
(Ngastiyah, 2012)

5. KOMPLIKASI ATRESIA ANI

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan atresia ani, antara lain:

a. Asidosis hiperkloremia
b. Kelambatan anak pada toilet training
c. Komplikasi jangka panjang
1) Eversi mukosa anal
2) Stenosis
3) Infeksi saluran kemih
4) Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
5) Inkontinensia akibat stenosis awal atau impaksi
6) Prolapse mukosa anorectal (penyebab inkontinensia)

Faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi pada kelainan ini yaitu terjadinya
kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang kurang adekuat,
keterbatasan pengetahuan anatomi, keterampilan operator yang kurang, dan
perawatan post operasi yang kurang baik.(Ngastiyah, 2012)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG ATRESIA ANI

Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk memperkuat diagnosis antara lain :


a. Pemeriksaan X –ray abdomen : dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obstruksi intestinal dan untuk melihat bowel secara menyeluruh dan
untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
b. Pemeriksaan urine : dilakukan untuk jika ada fistula, urine dapat diperiksa
untuk memeriksa adanya sel-sel epitel meconium.
c. Ultrasonografi terhadap abdomen : digunakan untuk melihat fungsi organ
internal terutama dalam sistem pencerrnaan dan mencari adanya faktor reversible
sepertiobstruksi oleh karena massa tumor.
d. d.CT Scan : digunakan untuk menentukan lesi. (Suriadi & Yuliani, 2010)

7. PENATALAKSANAAN MEDIS ATRESIA ANI

Penatalaksanaan pada atresia ani adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
daerah dinding abdomenuntuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang ini bisa
untuk sementaraatau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk atresia
ani dengan anomali tinggi, dapat dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) umumnya ditunda 9 sampai
12 bulan. Penundaan iniuntuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan
pada otot -otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi,
anak akan mulai BAB melalui anus. Setelah pasca operasi BAB akan sering
keluar, tetapi seminggu pasca operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak
padat. (Aziz, 2010)& (Suriadi & Yuliani, 2010)
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI

1. PENGKAJIAN
1) Biodata klien
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4) Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemamouan motoric halus, motoric kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar meconium
5) Riwayat sosial
6) Pemeriksaan fisik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai
dengan nafsu makan menurun
2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
3) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa
khawatir dengan akibat yang akan terjadi, tanpak gelisah, tanpak tegang
4) Inkontinensia fekal berhubungan dengan pascaoprasi pull through dan penutupan
kolostomi
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur oprasi, trauma)

6) Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasive

3. RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
1. D.0019 Defisit L. 03024 Nafsu makan I.03119 Manajemen nutrisi
nutrisi b.d Kriteria hasil : Tindakan
ketidakmampuan o Keinginan makan Observasi
mencerna membaik o Identifikasi status
makanan d.d o Asupan makanan nutrisi
nafsu makan membaik o Identifikasi makanan
menurun o Asupan cairan yang disukai
membaik o Monitor asupan
o Asupan nutrisi makanan
membaik Teraupetik
o Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang

sesuai
o Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
o Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
o Berikan suplemen
makanan jika perlu
2. D.0040 L.14137 Tingkat infeksi I.14539 Pencegahan infeksi
Gangguan Kriyeria hasil : Tindakan
eliminasi urin o Kebersihan badan Observasi
b.d iritasi meningkat o Monitor tanda dan
kandung kemih o Kultur urin gejala infeksi local dan
membaik sistemik
Terapeutik
o Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
o Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
o Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
o Ajarkan mencuci tangan
yang benar
o Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
o Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
o Anjurkan pemberian
imunisasi jika perlu
3. D.0080 Ansietas L.10100 Proses informasi I.14573 Persiapan pembedahan
b.d kurang Kriteria hasil: Tindakan
terpapar o Memahami Observasi
informasi kalimat meningkat o identifikasi kondisi
(rencana o Menyampaikan umum pasien
oprasi) pesan yang ( penegtahuan tentang
kohoren meningkat oprasi)
o Proses pikir teratur Edukasi
meningkat o jelaskan tentang
o menjelaskan prosedur, waktu dan
kesamaan antara lamanya oprasi
dua item
meningkat
o menjelaskan
perbedaan dua

item meningkat
4. D.0041 L.04033 Eliminasi fekal I.04162 Perawatan
Inkontinensia Kriteria hasil : o kontrol inkontinensia fekal
fekal b.d pengeluaran feses Tindakan
pascaoprasi pull meningkat Observasi
through dan o keluhan defekasi o identifikasi penyebab
penutupan lama dan sulit inkontinensia fekal
kolostomi menurun o identifikasi perubahan
o mengejan saat frekuensi defekasi dan
defeksi menurun konsisten feses
o monitor kondisi kulit
periananl
o monitor keadekuatan
evkuasi feses
o monitor diet dan
kebutuhan cairan
o monitor efek samping
pemberian obat
Terapeutik
o bersihkan daerah
perianal dengan sabun
dan air
o jaga kebersihan tempat
tidur dan pakaian
o jadwalkan BAB di
tempat tidur jika perlu
o berikan celana
pelindung/pembalut/pop
ok sesuai kebutuhan
5. D.0077 Nyeri L.08066 Tingkat nyeri I.08238 Manajemen nyeri
akut b.d agen Kriteria hasil : Tindakan
pencedera fisik o keluhan nyeri Observasi
(prosedur oprasi, menurun o identifikasi lokasi,
trauma) o meringis menurun karakteristik, durasi,
o sikap protektif frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
o kesulitan tidur o identifikasi skala nyeri
menurun o identifikasi respons non
o perasaan takut verbal
mengalami cedera o identifikasi factor yang
yang berulang memperberat dan
menurun memeperingan nyeri
o monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
O berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, terapi bermain)
o kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
o fasilitas istirahat dan
tidur
o pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
o kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
6. D.0142 Risiko L. 14128 Kontrol risiko o I.14539 pencegahan infeksi
infeksi d.d efek Kemampuan Tindakan
perosedur invasif mencari informasi Observasi
tentang faktor o Monitor tanda dan
risiko meningkat gejala
o Kemampuan Terapeutik
mengidentifikas o Batasi jumblah
i faktor risiko pengunjung
meningkat o o Cuci tngan sebelum
meningkat o dan sesudah kontak
Komitmen dengan pasien dan
terhadap strategi lingkungan pasien
meningkat o Pertahankan teknik
o Kemampuan aseptic padapasien
menghindari faktor berisiko tinggi
risiko meningkat Edukasi
o Penggunaan o Anjurkan meningkatkan
fasilitas kesehatan asupan nutrisi
meningkat o Anjurkan
o Penggunaan sistem meningkatkan asupan
pendukung cairan
meningkat Kolaborasi
o Pemantauan o Kolaborasi pemberian
perubahan status imunsasi jika perlu
kesehatan
meningkat
o Imunisasi
meningkat

Penelitian terbaru mengenai jurnal terkait

Intervensi

Manajemen nyeri
(untuk meredahkan rasa nyeri)

Nama Jurnal

Pengabdian masyarakat
(sholihatul amaliya dkk)

Judul artikel

Aplikasi terapi bermain sebagai intervensi distraksi pada anak dengan prosedur
pembedahan
DAFTAR PUSTAKA

https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/779/DESI ANGGRENI.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Askep Atresia Ani | PDF (scribd.com)

Patofisiologi Atresia Ani | PDF (scribd.com)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai