Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman memaksa kita untuk ikut mengubah pola bersosialisasi sesame manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya globalisasi, terbentuklah beberapa kelompok
masyarakat yang terbuka dan terisolasi, baik karena teknologi, maupun karena cara mereka
berperilaku.

Hal ini tentunya memengaruhi tanggung jawab manusia terhadap sesama. Kelangsungan
hidup manusia sudah lazim hukumnya menjadi tanggung jawab manusia yang lain.
Pemenuhan hak dan kewajiban harus berkolaborasi dengan baik.

Masyarakat yang diinginkan tentunya adalah masyarakat yang damai, sejahtera, terbuka,
maju, dan modern atau yang lebih dikenal dengan “Civil Society” (Masyarakat Madani)
bukan sebagai masyarakat yang totaliter, yakni masyarakat yang menginjak-injak akan hak
asasi manusianya sendiri. Masyarakat madani akan tersusun dari masyarakat-masyarakat
madani lokal dengan berdasarkan pada kebudayaannya masingmasing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa istilah dan pengertian masyarakat madani?
2. Bagaimana konsep dari masyarakat madani?
3. Bagaimana peranan umat islam dalan mewujudkan masyarakat madani?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui istilah dan pengertian masyarakat madani.
2. Untuk mengetahui konsep dari masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui peranan umat islam dalan mewujudkan masyarakat madani.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Istilah dan Pengertian Masyarakat Madani
Dalam bahasa Arab konsep masyarakat Madani dikenal dengan istilah al-madani,
dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah civil society. Selain kedua istilah
tersebut, ada dua istilah yang merupakan istilah lain dari masyarakat madani yaitu
masyarakat sipil dan masyarakat kewargaan.

Masyarakat madani merupakan konsep yang merujuk pada masyarakat yang pernah
berkembang di Madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu masyarakat
yang mengacau pada nilai-nilai kebijakan umum, yang disebut al-khair. Hikam
(Supriatna) berpendapat bahwa civil society secara institusional diartikan sebagai
pengelompokan anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang
dapat dengan bebas bertindak aktif dalam wacana dan praktis mengenai segala hal
yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya.

Gallner (Supriatna), menunjuk konsep civil society sebagai masyarakat yang terdiri
atas berbagai institusi non-pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk
mengimbangi negara. Victor Perez-Diaz, menyatakan bahwa civil society lebih
menekankan pada keadaan pada keadaan masyarakat yang telah mengalami
pemerintahan yang terbatas, memiliki kebebasan, mempunyai sistem ekonomi pasar
dan timbulnya asosiasi masyarakat yang mandiri serta satu sama lain saling
menompang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara umum masyarakat madani atau
civil society dapat diartikan sebagai suatu corak kehidupan masyarakat yang
beradab dan terorganisir, mempunyai sifat kesukarelaan, keswadayaan,
kemandirian, tetapi mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.

2.2 Konsep Masyarakat Madani


Masyarakat madani (civil society) sebagai sebuah tatanan masyarakat yang mandiri
dan menunjukkan kemajuan dalam hal peradaban, mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan bentuk masyarakat lainnya.
Menurut A.S Hikam ada empat ciri utama dari
masyarakat mandani, yaitu sebagai berikut :
1. Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen
bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.
2. Keswasembadaan, setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi,
mandiri yang kuat tanpa menggantungkan pada negara atau lembaga-
lembaga negara atau organisasi lainnya.
3. Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara
4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan
negara kekuasaan.
Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain mengemukakan ciri-ciri
masyarakat madani sebagai berikut:
1. Semangat egalitarianisme atau kesetaraan.
2. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti
keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain.
3. Keterbukaan.
4. Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
5. Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.
Sedangkan Hidayat Syarif berpandangan bahwa masyarakat madani mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasilais,
dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
2. Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
3. Masyarakat yang menghargai Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
5. Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian.
6. Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat
kemanusiaan universal (pluralis).
Secara garis besar, masyarakat madani terkonsep dengan beberapa ciri berikut ini:
1. Free public sphere, yaitu adanya ruang publik dan kebebasan
masyarakatnya untuk mengemukakan pendapat di dalamnya.
2. Demokratis, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan
aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3. Toleran, berarti kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda.
4. Pluralisme, tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan
menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan
sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai
positif, merupakan rahmat Tuhan.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

2.3 Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam harus
berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya
ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali
Imron:110). Oleh karena itu, umat Islam yang beriman harus menunjukan perannya
dalam mewujudkan Masyarakat Madani yaitu antara lain;

1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus


kemiskinan.
2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang
adil.
5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan
dan pendidikan rakyat.
6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela
hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran,
kelompok buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di
siksa bahkan di bunuh oleh majikannya dan lainlain).
7. Sebagai kontrol terhadap negara .
8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan
(pressure group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.
BAB III

SIMPULAN
3.1 Simpulan
Dalam bahasa Arab konsep masyarakat Madani dikenal dengan istilah al-madani,
dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah civil society. Masyarakat madani adalah
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai
kehidupannya. Konsep masyarakat madani lebih mencondongkan dirinya pada
keseimbangan antara kebebasan individu dan kestabilan masyarakat umum. Hal ini
dapat dilihat dari karakteristik terbangunnya konsep tersebut, di antaranya, free
public sphere, demokratis, toleransi, pluralisme, keadilan sosial, partisipasi sosial,
dan supremasi hukum.

3.2 Saran
Dalam era reformasi, konsep masyarakat madani banyak digunakan oleh beberapa
pendiri sebuah negara, tak terkecuali Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah
penduduk islam terbesar di dunia, tentunya umat islam di Indonesia harus mampu
membantu terwujudnya masyarakat madani. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
di antaranya:

1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus


kemiskinan.
2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang
adil.
5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan
dan pendidikan rakyat.
6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela
hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran,
kelompok buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa
bahkan di bunuh oleh majikannya dan lainlain).
7. Sebagai kontrol terhadap negara menjadi kelompok kepentingan (interest
group) atau kelompok penekan (pressure group) dalam rangka menegakkan
kebenaran dan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Farid W. “Pembentukan Masyarakat Madani Di Indonesia Melalui Civic
Education”. Jurnal Ilmiah Didaktika, vol. 13, no. 1, 1 Aug. 2012.
Suroto, Suroto. "Konsep Masyarakat Madani Dii Indonesia Dalam Masa Postmodern
(Sebuah Analitis Kritis)." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, vol. 5, no. 9, 2015.
Astuti, Ngudi. “Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia”.
Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, vol. 11, no. 2, April 2012.

Anda mungkin juga menyukai