Anda di halaman 1dari 2

Nama : Iza Mahendra Marpaung

Nim. : 0309192080
Prodi : P.IPS-3 Semester V
Mata kuliah : Pembelajaran PKN
Dosen Pegampu : Toni Nasution, M.Pd

A. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam pembentukannya. Penuh dengan
perjuangan dan pengorbanan, namun pada akhirnya berani untuk memproklamirkan diri menjadi
sebuah bangsa dan negara yang merdeka dari penjajahan pada 17 Agustus 1945. Konsep bangsa
Indonesia merujuk pada pemikiran Ernest-Renan bahwa bangsa bukan diartikan sebagai satu asal
nenek moyang, tetapi merupakan satu kesatuan solidaritas atau setia kawan satu sama lain atau
bangsa adalah satu jiwa atau satu asas spiritual yang tercipta oleh rasa pengorbanan yang telah
dibuat oleh masa lampau yang oleh mereka telah bersedia berkorban demi masa depan generasi
penerusnya (Zainul Ittihad Amin, 2010). Adapun negara merupakan sebuah organisasi di antara
kelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. Negara juga dapat didefinisikan sebagai
sebuah organisasi yang memiliki wilayah, rakyat, pemerintahan yang berdaulat serta memiliki
hak istimewa, seperti hak memaksa, hak monopoli, dan hak mencakup semua yang bertujuan
untuk menjamin perlindungan, keamanan, keadilan, serta tercapainya tujuan bersama. Adapun
syarat berdirinya negara adalah memiliki tujuan, memiliki Undang-Undang Dasar, adanya
pengakuan dari negara lain baik secara dejure maupun secara defacto. Setelah berdirinya Bangsa
dan Negara Indonesia bukan berarti tanpa adanya ancaman, hambatan, gangguan, dan tantangan
lagi, bahkan saat ini bangsa Indonesia menghadapi permasalahan yang semakin kompleks. Jika
dahulu perang yang dihadapi musuhnya terlihat (nyata) dalam artian bersenjata yang tampak
mata, saat ini perang dalam bentuk proxy war atau senjatanya tak nyata seperti senjata, misalnya
kejahatan narkoba, senjata biologi, cyber crime. Perubahan masyarakat yang dinamis dan
semakin derasnya arus globalisasi juga dapat menimbulkan permasalahan bagi bangsa Indonesia.
Melemahnya semangat kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air serta munculnya perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai budaya bangsa dan norma-norma yang berlaku. Perilaku korupsi yang
dianggap biasa, sikap individualistis, hedonisme, persekusi tentu bukan mencerminkan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia. Demi menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang
akan merusak nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam Pancasila maka perlu
diterapkan pendidikan karakter dalam Pendidikan Kurikulum Nasional melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga
negara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-
Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) sehingga Pendidikan Kewarganegaraan
dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan timbal balik antara warga
negara dengan negara.

B. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan


dasar dan pengetahuan mengenai hubungan warga negara Indonesia dengan Negara dan dengan
sesama warga negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bagian ilmu pengetahuan yang
memiliki landasan filsafat baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi (Karsadi, 2018). Secara
ontologis, Pendidikan Kewarganegaraan berobjek material, yaitu nilai, moral, dan budi pekerti.
Dalam perspektif epistemologis, Pendidikan Kewarganegaraan dikaji dan dibahas melalui
pendekatan akademik dan ilmiah dengan menekankan pada olah kalbu, olah karsa, dan olah rasa
serta olah pikir yang bersifat komprehensif, integratif, dan holistik. Dalam perspektif aksiologis,
eksistensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan menjadi wahana pendidikan nilai, moral,
dan pendidikan budi pekerti sehingga dapat menjadi sarana transformasi pendidikan karakter
untuk menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan kesadaran berbangsa dan bernegara.

C. KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Warga negara Indonesia wajib menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good
citizen) sehingga perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki
rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air. Sebagai mahasiswa wajib memiliki
kemampuan tentang kewarganegaraan dan mampu menerapkan pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang mantap, berpikir
kritis, bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis, berpandangan luas, dan bersikap demokrasi
yang berkeadaban. Hal ini akan mendukung mahasiswa untuk memiliki kompetensi dasar, yaitu
menjadi ilmuan yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis yang
berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi
aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan nilai-nilai Pancasila (Sri Harini
Driyatmi, 2012).

Anda mungkin juga menyukai