Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RANGKUMAN

MODUL 2 DAN 3

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD

DISUSUN OLEH :
DZAKY IRSYADI
858718799
POKJAR PAMEKASAN

UPBJJ SURABAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SURABAYA
TAHUN 2021
MODUL 2

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang harus ditempuh oleh siswa tapi esensi dan hakikatnya harus
dipahami dengan guru supaya di dalam pelaksanaannya guru bisa mengolah dan membimbing
proses dari pembelajaran yang sesuai dengan kaidah belajar yang efektif. Untuk mencapai target
kurikulum yang sudah ditetapkan guru harus berupaya menerapkan kurikulum secara maksimal dan
efektif. Kegiatan yang paling menentukan di dalam kesuksesan penerapan kurikulum ialah proses
pembelajaran / kegiatan belajar. Di sisi lain guru akan bisa menciptakan suatu kondisi dan suasana
belajar yang optimal dalam rangka mendukung proses untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Maka dari itu guru wajib belajar memahami hakikat belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dan ciri-ciri perubahan yang disebabkan oleh belajar.

A.Pengertian Belajar

Di dalam pendapat modern yang muncul di abad ke-19 menganggap bahwa belajar ialah  proses
perubahan tingkah laku (a change in behavior ). Ernest R. Hilgard (1948) menyatakan  bahwa
learning is the process by which an activity or is changed through training procedures (whether in
the laboratory or in the natural environment ) as distinguished from changes by factors not
atrisutable to training. maka belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui
latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang
menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Adapun Pendapat yang lainnya mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengalaman ( learning
is experience) maksudnya belajar itu adalah suatu proses interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Di dalam interaksi tersebut terjadi proses mental, intelektual, dan emosional yang
pada akhirnya menjadi suatu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya oleh setiap
individu yang telah melakukan proses belajar itu sendiri.

For example yaitu seseorang yang sedang belajar badminton. dia akan melakukan latihan
mengayunkan raket dengan cara memegang yang benar, menepuk bola, backhand dan forehand
yang merupakan pengalaman dari suatu pebelajaran tersebut. Pengalaman belajar lainnya
diantaranya :
a. Bagaimana cara dia untuk menentukan arah pukulan dari raket tersebut? Yaitu dia harus berpikir,
berkonsentrasi, dan memvisualisasikan diri ke dalam perbuatan lalu mencobanya saat latihan.  
b. Bagaimana cara dia belajar menerima masukan tentang kesalahan yang dilakukannya saat latihan?
dia bisa mengontrol perasaan, lalu melakukan perbaikan sesuai isi kritikan / masukan yang diberikan
kepadanya.
c. Bagaimana dia mendapatkan pengertian prinsip dan sikap yang dibutuhkannya? Dia akan
mengalami peristiwa dalam situasi yang tidak bisa diprediksi sebelumnya, maka dari situ dia
mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan olehnya.
d. Bagaimana dia belajar membina kekompakan didalam berkelompok? pastinya da akan  berdiskusi
dengan teman dan kelompoknya, menempatkan posisi, melakukan tugas, dan tanggung jawab.
Definisi belajar yang secara umum diterima pada saat ini ialah bahwa belajar adalah suatu usaha
yang dilakukan individu untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru dan secara
keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi didalam lingkungannya.

B.Hakikat Belajar

Didalam hakikat belajar ada 4 pilar yang wajib diperhatikan didalam pembelajaran yaitu learning to
know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.  Learning to know  artinya belajar
untuk mengetahui, yang menjadi target didalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga
belajar tersebut bisa mengantarkan siswa untuk mengetahui / memahami substansi materi yang
dipelajarinya.  Learning to do  artinya belajar untuk berbuat, yang menjadi target dalam belajar
adalah proses melakukan / proses berbuat. Didalam hal ini siswa wajib mengerjakan, menerapkan,
menyelesaikan persoalan, melakukan eksperimen, penyelidikan, penemuan,  pengamatan, simulasi
dan sejenisnya.

Learning to live together   artinya belajar untuk hidup bersama, yang menjadi target didalam belajar
adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama / mampu hidup dalam berkelompok.
Sedangkan learning to be  artinya belajar untuk menjadi, yang menjadi target belajar adalah
mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat dan
kemampuan siwa itu sendiri.

C.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dalam
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari
luar diri siswa (ekstern). a. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan,
serta kebiasaan siswa. Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda beda. Kecakapan
tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatann belajar; yakni sangat cepat, sedang dan
lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan,
misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu
dengan alat / media.  b. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya
adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk
dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan
manajer atau sutradara dalam kelas.

Kegiatan Belajar 2

Karakteristik Proses Belajar Dan Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Didalam suatu proses belajar ialah merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar dalam belajar,
esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam upaya mengubah prilaku yang
dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan. Proses belajar mengajar di sekolah
sangat dipengaruhi oleh desain pembelajaran ataupun strategi yang diterapkan oleh guru didalam
pembelajaran. Salah satunya adalah faktor yang dominan untuk dipertimbangkan didalam
melakukan proses  belajar adalah siswa itu sendiri.

Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang
berbeda-beda. Berdasarkan teori  perkembangan setiap pembelajar / siswa memiliki tahapan
perkembangan sesuai dengan tingkatan usianya. Artinya setiap proses belajar yang ditempuh siswa
harus berdasarkan pada fase  perkembangannya. Seperti telah disampaikan bahwa proses belajar
merupakan rangkaian aktivitas siswa melalui pengalaman belajar (learning experience) untuk
membentuk perilaku dan sikap siswa.

A. Karakteristik Proses Belajar di Sekolah Dasar

1. Proses Belajar Berdasarkan Teori dan Tipe Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan pemrosesan
kognitif, keterampilan dan sikap. Pebelajar (siswa) sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah
perilaku melalui pengalaman, latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai
proses untuk mengubah perilaku.

a. Teori Belajar
Ada beberapa belajar yang dikaji sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan  proses belajar di
Sekolah Dasar
1) Teori Belajar Displin Mental Karakteristik teori belajar ini menganut prinsip bahwa manusia
memiliki sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir dan
sebagainya yang dapat dilatih dan didisplinkan. Proses belajar berpikir, mengamati dan mengingat
dapat dilakukan siswa SD kelas rendah, yang meliputi
a) belajar mengidentifikasi ciri-ciri karakteristik suatu benda atau kejadian, misalnya; “menguraikan
atau menjelaskan ciri-ciri tumbuhan hijau”.
b) menyebutkan kembali nama-nama ibu kota provinsi di Indonesia. Belajar itu sendiri merupakan
upaya untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki individu. Potensi-potensi yang dimiliki
individu dapat dikembangkan secara optimal melalui kegiatan belajar.
2) Teori Belajar Asosiasi Rumpun teori belajar ini identik dengan teori behaviorisme yang biasa
disebut SR Bond. Teori belajar asosiasi ini berdasarkan pada perubahan tingkah laku yang
menekankan pola perilaku baru yang diulang-ulang sehingga menjadi aktivitas yang otomatis. Dalam
teori ini, belajar lebih mengutamakan stimulus-respons yang membetuk kemampuan siswa secara
spesifik dan terkontrol. Hukuman ( punishment ) dan ganjaran (reward ) merupakan penguatan
(reinforcement ) yang dipakai. Pelopor aliran ini diantaranya Edward L. Thorndike.
3) Teori Insight Menurut teori ini belajar adalah mengubah pemahaman siswa. Perubahan ini akan
terjadi apabila siswa menggunakan lingkungan. Belajar adalah suatu proses yang  bersifat
eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Belajar selalu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
tingkat tinggi yaitu berpikir tinggi.
4)Teori belajar Gestalt Menurut teori belajar ini siswa merupakan individu yang utuh. Oleh
karenanya,  belajar lebih mengutamakan keseluruhan, kemudia melihat bagian-bagiannya yang
mengandung makna dan hubungan. Pembelajaran selalu diberikan dalam  bentuk problematik,
aktual dan nyata (sedang terjadi saat ini maupun saat yang akan datang).

Siswa belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving), melakukan penyelidikan (inquiry),
melakukan penemuan (discovery) dan kajian (investigation). Dalam prakteknya penerapan teori
belajar tersebut digunakan bercampur, tidak murni satu per satu.  
B. Tipe Belajar
Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal kita perlu mengenal beberapa tipe belajar
yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne ada 8 tipe belajar yang dapat dilakukan siswa,
yaitu :
1) Signal learning (belajar melalui isyarat) Belajar isyarat merupakan suatu tipe belajar yang dapat
membentuk perilaku melalui sinyal atau isyarat sehingga terbentuk sikap tertentu, tetapi respons
yang ditimbulkan dapat bersifat umum, tidak jelas bahkan emosional.

2. Stimulus-respon learning  (belajar melalui rangsangan tindak balas). Belajar stimulus-respons 


merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk  perilaku melalui pengkondisian stimulus
untuk menghasilkan suatu tindak-balas (respons).

3. Chaining learning (belajar melalui perangkaian). Belajar chaining   merupakan suatu tipe belajar
yang dapat membentuk perilaku melalui beberapa stimulus-respons (S-R) yang berangkai; dalam
bahasa contohnya “Ibu-Bapak”, “kampung-halaman”. Chaining contoh; dari pulang tugas mengajar,
buka sepatu, menyimpan tas, ganti baju, makan dan seterusnya.
4) Verbal association learning  (belajar melalui perkaitan verbal) Belajar verbal association
merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk  perilaku melalui perkaitan verbal. Perkaitan
ini bisa dimulai dari yang sederhana.
5)  Discrimination learning  (belajar melalui membeda-bedakan) Tipe belajar ini dapat membentuk
prilaku melalui proses membeda-bedakan objek yang abstrak maupun konkret. Sesuatu yang
berkaitan dengan ruang, bent uk,
6) Concept learning  (belajar melalui konsep) Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui
pemahaman terhadap sesuatu  benda, peristiwa, kategori, golongan dan suatu kelompok. Yang
dimaksud konsep itu sendiri adalah karakteristik, atribut atau definisi sesuatu objek. Konsep yang
konkret dapat ditunjukkan bendanya sedangkan konsep yang abstrak adalah konsep menurut
definisi.
7)  Rule learning  (belajar melalui aturan-aturan) Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui
aturan. Belajar melalui aturan merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa
supaya memahami aturan-aturan dan mampu menerapkannya. Belajar melalui aturan berarti belajar
melalui dalil-dalil, rumus-rumus, dan ketentuan.
8)  Problem solving learning  (belajar melalui pemecahan masalah) Tipe belajar ini dapat membentuk
prilaku melalui kegiatan pemecahan masalah. Tipe belajar ini merupakan belajar yang dapat
membentuk siswa berpikir ilmiah dan kritis yang termasuk pada belajar yang menggunakan
pemikiran atau intelektual tinggi.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam  belajar. Kulminasi
akan selalui diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan
tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif,
dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga
menunjukkan  perubahan tingkah laku seperti contoh di atas.

Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah  pada siswa
Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan :
1) kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan
2) kemampuan mengindentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan
substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar.
3) kemampuan mengorganisasi hasilhasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan
perbedaan
4) kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.

B. Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar merupakan individu unik yang memiliki karakteristik tertentu, bersifat khas dan
spesifik. Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang  berkembang. Perkembangan siswa akan
dinamis sepanjang hayat mulai dari kelahiran sampai akhir hayat. Dalam hal in pendidikan maupun
pembelajaran sangat dominan memberikan kontribusi untuk membantu dan mengarahkan
perkembangan siswa supaya menjadi positif dan optimal. Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan
perkembangan yang berbeda-beda dan bersifat individual. Perkembangan siswa Sekolah Dasar usia
6  –   12 tahun yang termasuk pada  perkembangan masa pertengahan (middle childhood ) memiliki
fase-fase yang unik dalam  perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa
yang bersangkutan. Tahapan perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembangan berikut.

1.Perkembangan Fisik Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan
perkembangan motorik. Siswa pada tingkat Sekolah Dasar, kemampuan motoriknya mulai lebih
halus dan terarah (refined motor skills), tetapi berat badan siswa laki-laki lebih ramping daripada
siswa perempuan karena masa adolesen perempuan lebih cepat daripada laki-laki.

2.Perkembangan Sosial Perkembangan sosial siswa pada tingkat Sekolah Dasar sudah terasa ada
pemisahan kelompok jenis kelamin ( separation of the sexs) sehingga dalam pengelompokkan, siswa
lebih senang berkelompok berdasarkan jenis kelamin padahal kurang sesuai menurut kriteria
pengelompokan belajar.

3. Perkembangan Bahasa Pada masa ini perkembangan bahasa siswa terus berlangsung secara
dinamis. Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu
menggunakan  bahasa yang halus dan kompleks

4.Perkembangan Kognitif Di Sekolah Dasar siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu bahkan cara-cara
belajar baik yang berorientasi pada peningkatan berpikir logis maupun kemampuan manipulatif.
Siswa dapat melihat beberapa faktor dan mengkombinasikannya dengan berbagai cara untuk
mecapai hasil yang sama. Perkembangan kognitif pada siswa Sekolah Dasar berlangsung secara
dinamis. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dalam fase konkret operasional pada
siswa Sekolah Dasar, acuannya adalah terbentuknya hubungan-hubungan logis di antara konsep-
konsep atau skema-skema. Piaget mengemukakan bahwa pada usia Sekolah Dasar siswa akan
memiliki kemampuan  berpikir operasional konkret (concrete operation) yang disebut sebagai masa
performing operation.

5.Perkembangan Moral Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa Sekolah Dasar adalah
kemampuan  bertindak menjadi orang baik. Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang
lain yang dianggap berbuat baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik apabila orang lain
merasa senang.
6. Perkembangan Eksresif Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari
kegiatan ungkapan  bermain dan kegiatan seni (art ). Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan
dari suatu  permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina hobinya.

7. Aspek-aspek Intelegensi Dalam psikologi, teori Gardner (Utami Munandar, 1999; 265)
membedakan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari itu tidak berfungsi dalam bentuk murni
tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari ketujuh intelegensi tersebut. Aspekaspek
intelegensi tersebut dapat ditumbuhkembangkan pada setiap siswa. Aspek intelegensi tersebut
diantaranya adalah :

a. Intelegensi linguistik , yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk kepekaan
terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan kegunaan fungsi-fungsi  bahasa.

b.  Intelegensi logis-matematis, yaitu kemampuan untuk menjajaki pola-pola, kategori, dan


hubungan-hubungan dengan manipulasi objek-objek atau simbol-simbol, dan kepekaan kemampuan
berpikir logis.

c.Intelegensi spasial , yaitu kemampuan untuk mengamati secara mental,memanipulasi bentuk dan
objek; atau kemampuan mempersepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan transformasi
persepsi tersebut.

d.  Intelegensi musik , yaitu kemampuan untuk menikmati, mempertunjukkan atau mengubah musik
termasuk kemampuan menghasilkan dan mengekpresikan ritme nada dan bentuk-bentuk ekspresi
musik.

e.  Intelegensi fisik-kinestetik , yaitu kemampuan untuk menggunakan keterampilan motorik halus


dan kasar dan halus dalam olah raga seni dan produk-produk seni  pertunjukan serta keterampilan
meliputi kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil.

f.Intelegensi intrapribadi, yaitu kemampuan untuk memperoleh akses terhadap  pemahaman


perasaan, impian dan gagasan-gagasan diri sendiri, dan memahami kekuatan maupun kelemahan
diri sendiri.

g. Intelegensi interpribadi, yaitu suatu kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati,
temperamen, dan motivasi orang lain, serta memahami hubungan dengan orang lain. 8.

Aspek Kebutuhan Siswa Selain aspek perkembangan siswa yang telah dikemukakan di atas juga perlu
dipertimbangkan aspek kebutuhan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan materi
apa yang akan dipelajari siswa. Secara umum ada dua kebutuhan siswa :
1) psiko biologis yang dinyatakan dalam keinginan, minat, tujuan, harapan dan masalahnya
2) sosial yang berkaitan dengan tuntutan lingkungan masyarakat, biasanya menurut  pandangan
orang dewasa.
MODUL 3

MODEL-MODEL BELAJAR DAN RUMPUN MODEL MENGAJAR

Kegiatan belajar 1
Model model pembelajaran

Belajar kolaboratif adalah suatu kegiatan belajar antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara
bekerja sama dalam suatu kelompok untuk memecahkan suatu masalah guna mencapai tujuan
tertentu. Inti dari belajar kolaboratif yatu adanya kerja sama antara dua orang siswa atau lebih,
memecahkan masalah secara bersama-sama, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.

Ada dua unsur penting dalam belajar kolaboratif yaitu tujuan yang sama dan rasa ketergantungan
yang positif antar anggota kelompok. Oleh karena itu untuk mencapai tujuantertentu setiap siswa
harus mempunyai rasa ketergantungan yang positif  maksudnya setiap anggota kelompok akan
berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggotanya bekerja sama

Kegiatan belajar 2

Rumpun model mengajar

A. Rumpun Model Sosial

1. Partner dalam Belajar yaitu membantu pelajar bekerja secara efektif, dan membuat pelajar belajar
secara lintas bidang studi didalam suatu kurikulum, mengembangkan rasa solidaritas serta untuk
memperoleh informasi dan keterampilan melalui inkuiri dari suatu akademik.

2. Investigasi Kelompok yaitu menekankan rencana pada pengaturan kelas umum / konvensional.
Rencana tersebut meliputi pendalaman materi terpadu baik secara kelompok, diskusi, ataupun
perencanaan proyek.

3.Bermain Peran yaitu adalah guru mengajak siswa untuk memahami prilaku sosial,  peranannya
dalam interaksi sosial dengan cara yang lebih efektif / membuat  pelajar menorganisasikan informasi
tentang isu-isu sosial.

4.Inkuiri Yurispedensi yaitu mengajak pelajar untuk berpikir tentang atas isu-isu sosial mengenai
masyarakat suatu Negara di tingkat nasional ataupun internasional. Dan tujuan model ini yaitu untuk
mempelajari kasus yang ada kemudian dikaitkan dengan kebijakan public.

5. Keperibadian dan Gaya Belajar yaitu didalam model ini dijelaskan adanya gaya belajar pembelajar
dan guru harus yakin bahwa semuanya bisa dikembangkan, perkembangan dapat terjadi secara
optimal yaitu apabila lingkungan menyediakan cara kerja secara konseptual.

6. Inkuiri social yaitu dirancang untuk mengajarkan informasi, konsep-konsep, cara berfikir, studi
tentang nilai-nilai sosial dengan menghubungkan aspek konitif dan sosial
B. Rumpun Model Pemrosesan Informasi

1.Berpikir Positif Model ini adalah cara belajar untuk mendapatkan dan mengorganisasikan informasi
serta menciptakan dan menguji hipotesis yang mendiskripsikan hubungan di antara serangkaian data

2. Pencapaian Konsep Model ini adalah cara berpikir yang efektif untuk penyajian informasi yang
terorganisasi dan topik-topik yang berskala luas kepada pebelajar pada setiap tahap  perkembangan.

3.Inkuiri Ilmiah Model belajar yang membawa pebelajar ke proses ilmiah dan dibantu
mengumpulkan dan menganalisis data, meengecek hipotesis dan teori serta mencerminkan hakikat
pembentukan pengetahuan.

4.Latihan Inkuiri Yaitu model yang memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar
menghubungkan alasan sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam mengajukan
pertanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.

5. Memonik Merupakan strategi untuk mengingat dan mengasimilasi informasi.

6. Sinektika Yaitu model yang dirancang untuk membantu pebelajar memecahkan masalah dan
menulis kegiatan-kegiatan serta menambahkan pandangan-pandangan baru pada topik-topik dari
suat bidang ilmu yang luas.

7.Pengorganisasi awal Model yang dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pebelajar
untuk memahami materi melalui kuliah, membaca, dan media yang lain.

8.Penyesuaian dengan Pebelajar Yaitu model yang membantu menyesuaikan pembelajaran pada
suatu tahap kematangan pebelajar secara individual dan merancang serta meningkatkan
perkembangan pebelajar.

C. Rumpun Model Personal


1. Pengajaran Nondirektif Yaitu model yang menekankan kerja sama antara guru dan murid.
2. Peningkatan harga diri Yaitu model yang digunakan untuk membimbing suat program dalam
hal rasa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri.

D. Rumpun Model Sistem Perilaku

1. Belajar tuntas dan pembelajaran terprogram Yaitu suat model pembelajaran yang mempelajari
materi yang dipecah menjadi unitunit dari yang sederhana hingga ke yang kompleks. Materi tersebut
dipelajari hingga tuntas.
2. Pembelajaran langsung Yaitu suat model pembelajaran yang disusun dari studi tentang perbedaan
antara guru mengajar yang lebih efektif dan kurang efektif serta dari teori belajar sosial.
3. Belajar melalui simulasi yaitu latihan dan latihan mandiri Yaitu model pembelajaran yang
menggabungkan informasi tentang keterampilan dengan demonstrasi, praktik, balikan, dan latihan
sampai suatu keterampilan dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai