Anda di halaman 1dari 19

I.

TUJUAN
 Dapat menjelaskan prinsip dasar sedimentasi.
 Dapat mempelajari laju sedimentasi dengan parameter-parameter yang
mempengaruhinya.

II. PERINCIAN KERJA


- Persiapan
1. Menyediakan kapur yang butirannya halus dan bebas dari kotoran.
2. Menyediakam alat-alat yang diperlukan.
3. Membuat perencanaan kerja sesuai dengan topik percobaan.
- Topik percobaan
1. Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol.
2. Sedimentasi dengan ketinggian suspensi sebagai variable kontrol.
3. Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol dan dengan
penambahan zat flokulan.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
- Baskom
- Ayakan
- Spatula
- Gelas kimia
- Neraca teknik
- Gelas ukur plastik
- Labu semprot
- Stopwatch
B. Bahan
- Air
- Kapur halus (CaCO3)
- Zat flokulan : Lead (II) trihydrat acetate (Pb(CH3COOH)2.3H2O)
IV. DASAR TEORI
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran
dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa).
Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa:padat-padat, padat-cair, padat-
gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai kasus,
dua atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang
diinginkan.
Untuk proses pemisahan suatu campuran heterogen terdapat empat prinsip utama proses
pemisahan, yaitu :
 Sedimentasi
 Flotasi
 Sentrifugasi
 Filtrasi
Proses sedimentasi adalah proses separasi secara mekanis yang memanfaatkan gaya gravitasi
bumi. Sedimentasi dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel padat maupun cair dari suatu
cairan atau gas tertentu. Melalui proses sedimentasi ini, maka partikel-partikel padat dapat
diklasifikasikan menurut massa jenis dan ukuran partikelnya.
Contoh proses sedimentasi :
- Pengendapan lumpur dan zat padat lainnya pada cairan yang keruh
- Pemisahan minyak dan air di tempat pencucian mobil
Dibandingkan dengan proses filtrasi, maka proses sedimentasi cenderung lebih ekonomis jika
partikel-partikel penyusun campuran tersebut memiliki perbedaan massa-jenis yang besar,
ukuran partikel yang besar dan campuran tersedia dalam jumlah yang sangat banyak.

Gambar (a) memperlihatkan suspense di dalam suatu tabung pengendap dengan


kedalaman Ho dan dibiarkan mengendap dengan dengan sendirinya dalam pengaruh gaya berat.
Sesuai dengan laju pengendapannya, maka akan terbentuk endapan di dasar tabung pada zone D
dan bersamaan dengan itu terbentuk pula suatu lapisan-lapisan lain : zone A, B, dan C seperti
terlihat pada gambar (b).
Zone A adalah suatu lapisan dimana terdapat suatu cairan yang paling jernih, sedangkan
zone B adalah lapisan dimana terdapat suspensi awal. Dibawah zone B terdapat zone C yang
mengandung partikel-partikel padat dengan dengan konsentrasi lebih besar daripada zone B. Jika
partikel padat pada suspense sulit teraglomeasi, maka zone A akan terlihat agak keruh sekeruh
zone B sehingga batas antar muka (interface) zone A dan B menjadi kabur dan sulit diamati.
Selama proses pengendapan berlangsung, kedalaman zone A dan zone D bertambah,
sedangkan zone C tetap dan zone B berkurang (gambar c). Dengan makin bertambahnya zone D,
maka terjadi pula proses pemapatan (kompresi), dimana ruang-ruang antar partikel dibagian
bawah zone D yang terisi oleh cairan seakan-akan terperas keluar akibat tertekan oleh berat
partikel-partikel yang terus berjatuhan dari zone C. Proses pemampatan ini mengakibatkan
memadatnya endapan di bagian bawah zone D.
Seterusnya setelah zone B makin menipis dan akhirnya menghilang, perlahan-lahan zone
C juga akan ikut menghilang sehingga akhirnya seluruh partikel-partikel padat berada di zone D
(gambar d). Setelah itu hanya proses pemampatan saja yang masih berlangsung. Proses
pemampatan itu akan berhenti jika telah terjadi kondisi kesetimbangan mekanik antara zat cair
dengan endapan. Dengan selesainya proses pemampatan ini, maka selesai pula proses
pengendapan gambar e).

Laju sedimentasi partikel dapat diamati secara garis dengan menggambarkan setiap
halaman interface zone A dan zone B pada satuan waktu tertentu. Laju sedimentasi suatu
suspense tertentu bergantung kepada banyak faktor antara lain:

1). Konsentrasi suspense


Laju pembentukan endapan menurun dengan meningkatnya konsentrasi tetapi penurunannya
lebih lambat daripada saat konsentrasi meningkat. Semakin tinggi konsentrasi suspensi semakin
rendah pula laju turunnya garis padatan karena besarnya kecepatan ke atas cairan yang
dipindahkan. Berdasarkan konsentrasi dan sifat partikel untuk berinteraksi dari suspense yang
akan mengendap tipe sedimentasi dibedakan atas 4 tipe:
 Tipe 1: klasifikasi tingkat 1
Menunjukkan penhendapan dari partikel bebas yang ada dalam suspense yang
mempunyai konsentrasi kepadatan rendah. Partikel akan mengendapkan secara individu
dan tidak berinteraksi dengan partikel sekelilingnya.
 Tipe 2: klasifikasi tingkat 2
Menunjukkan pengendapan dari partikel yag mempunyai kecenderungan untuk
berinteraksi atau dengan mengumpul partikel sekelilingnya pada suspensi yang
mempunyai kepadatan rendah. Dengan penggumpalan, massa partikel bertambah besar
dan akan diendapkan dalam waktu yang lama.
 Tipe 3: klasifikasi daerah pengendapan
Menunjukkan pengendapan yang mempunyai konsentrasi tinggi dimana gaya interaksi
antara partikel cenderung untuk tetap dalam posisinya dan menyebabkan pengendapan
partikel secara merata sehingga terlihat suatu perbedaan yang jelas pada lapisan
permukaan cairan.
 Tipe 4: daerah kompresi
Menunjukkan pengendapan partikel sedemikianrupa sehingga bentuk suatu struktur yang
kompak. Hal ini disebabkan oleh massa partikel yang bertambah secara terus menerus
selama proses pengendapan berlangsung.

2). Perbandingan luas permukaan dengan kedalaman suspense


Semakin luas permukaan suatu suspense maka kedalaman suspense tersebut semakin rendah
maka proses penngendapannya pun akan berlangsung semakin cepat.

3). Ukuran partikel


Semakin besar ukuran partikel maka proses pengendapan akan semakin cepat dan sebaliknya
semakin kecil ukuran partikel maka proses pengendapan akan berlangsung lambat.
4) adanya zat flokulan yang memicu mengumpulnya partikel-partikel menjadi partikel berukuran
lebih besar. Dengan penambahan flokulan akan banyak membantu pembentukan gumpalan-
gumpalan baru karena terdapat inti dari kelompok-kelompok yang saling bersatu sehingga akan
terbentuk endapan yang lebih besar dan berat yang sangat mudah dipisah. Penggabungan partikel
dapat terjadi bilamana ada kontak antara partikel tersebut. Pada klokulasi terjadi penambahan
volume, massa dan kohesi dan partikel-partikel. Ukuran partikel ini diubah dengan cara:
 Difusi sempurna secara cepat dari koagulan dengan pengadukan singkat.
 Pengadukan secara perlahan-lahan dan merata untuk menambah muatan partikel-partikel
koloid.
 Pemakaian produk sebagai agen flokulasi dengan mempercepat reaksi.

5). Pengadukan
Pengadukan data menyebabkan penggabungan partikel melalui kontak yang dihasilkan oleh
gerakan cairan itu sendiri. Semakin cepat pengadukan maka akan semakin lambat proses
pengendapan dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena apabila pengadukan cepat maka flok yang
sudah terbentuk pecah lagi atau flok belum terbentuk secara sempurna.

6). Aliran
Aliran berpengaruh terhadap konsentrasi cairan suspense yang tidak seragam. Peningkatan
laju alir massa sebsgai akibat tingginya densitas padatan dalam lapisan sedimen sehingga proses
pengendapan berlangsung lambat.

7). Dan lain sebagainya


Dalam percobaan ini dipelajari 4 faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu
suspense, yakni faktor ketinggian suspensi, faktor konsentrasi suspense, faktor penambahan zat
flokulan dan ukuran partikel.

Zat flokulan adalah zat yang memiliki sifat mampu membentuk partikerl-partikel menjadi
suatu flok (gabungan partikel-partikel menjadi partikel berukuran lebih besar) sehingga
pengendapan berlangsung relative lebih cepat.
Berikut adalah rumus sedimentasi:
Ln H – He = -b . t + Ln Hc – He
Keterangan :
H = ketinggian interface A – B pada saat t
He = ketinggian akhir sediment
Hc = ketinggian kritis, yakni ketinggian interface A – D
t = waktu proses sedimentasi
b = konstanta pengendapan

Persamaan di atas adalah persamaan linear antara Ln (H-He) terhadap waktu t. dengan metode
analisa regresi linear, maka untuk beberapa data H dan t akan didapatkan b dan Hc.

Sedimentasi adalah pemisahan solid- liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi


menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan supended solid. Pada umumnya,
sedimentasi digunakan dalam pengolahan air minum dan pada pengolahan air limbah. Pada
pebngolahan air minum, terapan sedimen khususnya untuk:
1. Pengendapan air permukaan, khususnya untuk pengolahan dengan filter pasir cepat.
2. Pengendapan flok hasil koagulasi – flokuasi, khususnya sebelum disaring dengan filter
pasir cepat.
3. Pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda kapur.
4. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan.

Pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:


a. Penyisihan grit, pasir, atau slit (lanau)
b. Penyisihan padatan tersuspensi pada clafier pertama.
c. Penyisihan flok/lumpur biologis hasil proses active sludge pada clarifier akhir.
d. Pada penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.

V. PROSEDUR KERJA
Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian suspense berbeda.
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Air bersih ditambahkan pada masing-masing tabung A, B, dan C hingga
ketinggian setiap tabung sama. Tabung ditutup kemudian dihomogenkan dengan
cara dikocok secara bersaman.
3. Dipasang tabung pada alat, dicatat ketinggian suspensi. Lalu diaktifkan stopwatch
setiap selang 3 menit dicatat ketinggian endapannya.
4. Pencatatan dihentikan setelah ketinggian endapan konstan.

Variasi konsentrasi berbeda dengan ketinggian suspense sama.


1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Air bersih ditambahkan pada masing-masing tabung A, B dan C hingga
ketinggian setiap tabung sama. Tabung ditutup kemudian dihomogenkan dengan
cara dikocok secara bersamaan.
3. Dipasang tabung pada alat, dicatat ketinggian suspense. Lalu diaktifkan stopwatch
setiap selang 3 menit dicatat ketinggian endapannya.
4. Pencatatan dihentikan setelah dicapai ketinggian endapan yang konstan.

Variasi konsentrasi sama, ketinggian suspense sama, dengan penambahan zat flokulan
berbeda.
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Mengayak bubuk kapur ke dalam baskom bersih.
3. Menimbang bubuk kapur sebanyak 70 g lalu dimasukkan pada masing masing
tabung A, B, dan C. Kemudian, ditambahkan air sebanyak 1200 ml.
4. Pada masing-masing tabung, ditambahkan zat flokulan sebanyak 0,2 g, 0,3 g, dan
0,4 g.
5. Tabung ditutup kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok secara bersamaan.
6. Dipasang tabung pada alat, catat ketinggiansuspensi. Lalu diaktifkan stopwatch
setiap selang 3 menit dicatat ketinggian endapannya.
7. Pencatatan dihentikan setelah dicapai ketinggian endapan yang konstan.

VI. DATA PENGAMATAN


a) Konsentrasi sama dan ketinggian beda.
No H (cm)
t (menit)
. I II III
1 0 200 150 100
2 5 34 18 15
3 10 30 15 14
4 15 28 15 14
5 20 28 15 14
6 25 28

b) Ketinggian sama dan konsentrasi beda


No H (cm)
t (menit)
. I II III
1 0 200 200 200
2 5 24 20 16
3 10 22 17 14
4 15 22 17 14
5 20 22 16 14
6 25 16
7 30 16

c) Menambah flokulan
No H (cm)
t (menit)
. I II III
1 0 200 200 200
2 10 70 45 30
3 20 60 42 28
4 30 50 40 28
5 40 50 37 25
6 50 48 30 25
7 60 48 30 19
8 70 48 29 18
9 80 28 18
10 90 28 18
11 100 28
VII. PERHITUNGAN

A. Ketinggian berbeda, konsentrasi sama


 Tabel. 1.1 Hasil perhitungan (H – He) dan Ln (H – He) pada variasi ketinggian, dan
konsentrasi tetap.

t
(H-He) mm ln (H-He)
(menit)
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
0 172 135 86 5.147494 4.905275 4.454347
5 6 3 85 1.791759 1.098612 4.442651
10 2 0 0 0.693147 - -
15 0 0 0 0 - -
20 0 0 0 0 - -
25 0 0

 Penentuan (H – He) dan Ln (H – He) untuk tabung 1


Pada t = 0, H = 200 mm
He = 28 mm
Maka H – He = 200 mm – 28 mm
= 172 mm
(Ln H – He) = Ln 172 mm
= 5.147494
 Grafik
250 hubungan
antara
ketinggian, H
200
(mm) vs
waktu t
150 HI (menit)
H II Gambar Laju
100 H III Sedimentasi Pada
Setiap Tabung
50

0
0 5 10 15 20 25 30
250

200

150
H tabug 1

100 T.1

50

0
0 5 10 15 20 25 30
waktu

Tabung 1 (Grafik 1.1.1)

Tabung 2 (Grafik 1.1.2)


160
140
120
100
H tabung 2

80 Tabung 3
60 T.2 (Grafik 1.1.3)
120
40
20 100
0
0 5 10 15 20 25 30
80
waktu
H Tabung 3

60

 Grafik T.3
hubungan 40
antara ln (H-
He) terhadap 20
waktu
0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU
6

f(x) = − 0.18 x + 3.54


3 R² = 0.71
Axis Title
Tabung 1
Linear (Tabung 1)
2

0
0 5 10 15 20 25 30
Axis Title

Tabung 1 (Grafik 1.2.1) :

4
ln (H-He) tabung 2

3
f(x) = − 0.16 x + 2.99 Tabung 2
R² = 0.57
Linear (Tabung 2)
2

0
0 5 10 15 20 25 30
waktu

Tabung 2 (Graik 1.2.2) :


5

4.5

4
f(x) = − 0.2 x + 4.03
3.5 R² = 0.69
ln (H-He) tabung 3)

2.5
Tabung 3
2 Linear (Tabung 3)
1.5

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30
waktu

Tabung 3 (Grafik 1.2.3) :

 Penentuan slope (-b) dan Hc dari grafik 1.2.1; 1.2.2; dan 1.2.3
Untuk Tabung 1 dengan persamaan y = -0.1817x + 3.5439:

Ln (H – He) = -b . t + Ln (Hc – He)

Y = mx + C

Slope =-b
ΔY
= ΔX
= -0.1817
Intercept = Ln (Hc – He) = 3.5439
Ln(Hc – 28 mm) = 3.5439
(Hc – 28 mm) = e3.5439
(Hc – 28 mm) = 34.60
Hc = 34.60 + 28
= 62.6 mm
 Tabel 1.2 Hasil perhitungan slope (-b) dan Hc berdasarkan rumus

Tabun Hc (mm)
H (mm) Slope (-b) Intercept
g
1 200 0.1817 3.5439 62.6
2 150 0.159 2.9879 34.84
3 100 0.2034 4.0257 70.02

 Tabel 1.3 Hasil pembacaan nilai Hc dan tc berdasarkan grafik

Tabung H (mm) Hc (mm) tc (menit)


1 200 39 6
2 150 32 7
3 100 23 6.7

 Penentuan dH/dt berdasarkan Grafik 1.1.1 ; 1.1.2 ; dan 1.1.3


Pada tabung I :

Hc = 39 mm
tc = 6 menit
39 mm
dH/dt   6.5 mm/menit
6 menit

 Tabel 1.4 Hasil perhitungan dH/dt berdasarkan Grafik 1.1.1; 1.1.2;dan 1.1.3

Tabung dH/dt (mm/menit)

1 6.5
2 4.571
3 3.432

B. Variasi konsentasi beda dengan ketinggian sama


 Tabel. 2.1 Hasil perhitungan (H – He) dan Ln (H – He) pada ketinggian sama, dan
konsentrasi berbeda.

H-He ln (H-He)
t
Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
(menit)
1 2 3 1 2 3
5.18178 5.21493 5.22574
0 178 184 186
4 6 7
0.69314 1.38629 0.69314
5 2 4 2
7 4 7
10 0 1 0 0
15 0 1 0 0
20 0 0 0
25 0
30 0

 Penentuan (H – He) dan Ln (H – He) untuk tabung 1


Pada t = 0, H = 200 mm
He = 22 mm
Maka H – He = 200 mm – 22 mm
= 178 mm
Ln (H – He) = Ln 178 mm
= 5.181783
250  Grafik

200

150
H1
H2
100 H3

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35
hubungan antara ketinggian, H (mm) vs waktu, (menit)
Gambar Laju Sedimentasi Pada Setiap Tabung

Tabung
H1 VS Waktu 1 (Grafik
250 2.1.1)

200

150
H1

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35
H2 vs waktu
250

200

150
H2

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Tabung 2 (Grafik 2.1.2)

H3 vs Waktu
250

200

150
H3

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Tabung 3 (Grafik 2.1.3)


 Grafik hubungan antara ln (H-He) terhadap waktu

ln (H-He) Tabung 1 vs waktu


6

4
ln (H-He) Tabung 1
Linear (ln (H-He) Tabung 1)
3
f(x) = − 0.12 x + 2.65
2 R² = 0.46

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tabung 1 (Grafik 2.2.1) :

Tabung 2 (Grafik 2.2.2) :

ln (H-He) Tabung 2 vs waktu


6

4
Tabung 2
Linear (Tabung 2)
3
f(x) = − 0.13 x + 2.92
R² = 0.53
2

0
0 5 10 15 20 25 30 35
ln (H-He) Tabung 3 vs waktu
6

4
Tabung 3
Linear (Tabung 3)
3
f(x) = − 0.12 x + 2.67
2 R² = 0.46

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tabung 3 (Grafik 2.2.3) :

 Penentuan slope (-b) dan Hc dari grafik 2.2.1 ; 2.2.2 ; dan 2.2.3
Untuk Tabung 1 dengan persaman y = -0.1209x + 2.6534:

Ln (H – He) = -b . t + Ln (Hc – He)


Y = mx + C
Slope = - b
ΔY
= ΔX
= 0.1209
Intercept = Ln (Hc – He) = 2.6534
Ln(Hc – 22 mm) = 2.6534
(Hc – 22 mm) = e 2.6534
(Hc – 22 mm) = 14.20
Hc = 14.20 + 22
= 36.2 mm
 Tabel 2.2. Hasil perhitungan slope (-b) dan Hc berdasarkan rumus.

Tabung Konsentrasi Slope (-b) Intercept Hc (mm)


36.2
1 0,04 0.1209 2.6534
34.47
2 0,05 0.1316 2.9163
28.49
3 0,06 0.1219 2.6738

 Tabel 2.3 Hasil pembacaan nilai Hc dan tc berdasarkan grafik

Tabung H (mm) Hc (mm) tc (menit)


1 200 148 17
2 200 90 15
3 200 145 25

 Penentuan dH/dt berdasarkan Grafik 2.1.1 ; 2.1.2 ; dan 2.1.3


Pada tabung I :

Hc = 148 mm
tc = 17 menit
148 mm
dH/dt   8.7059 mm/menit
17 menit

 Tabel 2.4 Hasil perhitungan dH/dt berdasarkan Grafik 2.1.1; 2.1.2;dan 2.1.3

Tabung dH/dt (mm/menit)


1 8.7059
2 6.0000
3 5.8000

 Penentuan Ln C dan Ln dH/dt


Untuk Tabung 1 :

C=4%
Ln C = -3.21888

Ln dH/dt = Ln 26,19 = 3,5065

Untuk Tabung 2 :

C=5%

Ln C = -2,99573

Ln dH/dt = Ln 30,55556 = 3,419547

Untuk Tabung 3 :

C=6%

Ln C = -2,81341

Ln dH/dt = 19,78417 = 2,984882


C. Variasi penambahan zat flokulan

 Tabel. 3.1 Hasil perhitungan (H – He) dan Ln (H – He) pada variasi ketinggian dan
konsentrasi tetap dengan kadar zat flokulan bebeda

t H-He ln (H-He)
(menit) Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
0 152 172 182 5.023881 5.147494 5.204007
10 22 17 12 3.091042 2.833213 2.484907
20 12 14 10 2.484907 2.639057 2.302585
30 2 12 10 0.693147 2.484907 2.302585
40 2 9 7 0.693147 2.197225 1.94591
50 0 2 7 #NUM! 0.693147 1.94591
60 0 2 1 #NUM! 0.693147 0
70 0 1 0 #NUM! 0 #NUM!
80 0 0 #NUM! #NUM! #NUM!
90 0 0 #NUM! #NUM! #NUM!
100 0 #NUM! #NUM! #NUM!

Anda mungkin juga menyukai