Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

PERILAKU PENGASUHAN IBU PADA BALITA GIZI KURANG DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIROBULI

Herman1, Adhar Arifuddin2, Andi Humaerah1

1.Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako.
2.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Tadulako.

e-Mail Korespondensi: ahumaerah1@gmail.com


ABSTRAK
Perilaku pengasuhan ibu merupakan peranan atau keterampilan ibu dalam mengasuh
dan merawat anak, baik menanamkan kebiasaan makan maupun menanamkan kebiasaan
merawat kebersihan diri (kesehatan) pada anak. Menurut hasil Riskesdas, prevalensi
balita yang menngalami gizi kurang di Indonesia adalah sebesar 13,9% hal ini
mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu 13,0%. Di Kelurahan Birobuli yang
memiliki kasus baru gizi kurang lebih banyak yaitu sebesar 629 kasus dibandingkan
dengan kelurahan lain yang ada di Kota Palu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Perilaku Pengasuhan Ibu Pada Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas
Birobuli. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan triangulasi sumber
kepada informan yang sudah ditentukan dengan cara Purposive Sampling. Informan
terdiri dari 2 informan kunci dan 5 informan biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu relatif masih rendah disebabkan terbatasnya pengetahuan dalam
pengasuhan balita. Sikap ibu terlihat biasa saja dalam pengasuhan balita, terlihat dari
sikap ibu yang kurang konsisten dalam mengasuh balita dari pengasuhan makan
maupun pengasuhan kesehatan pada balita. Tindakan dalam pemberian makan dan
pengasuhan kesehatan balita relatif rendah karena ibu hanya mengandalkan pengalaman
sebelumnya. Diharapkan kepada ibu dapat meningkatkan pemahaman dengan
mengunjungi posyandu setiap bulan, sehingga ibu dapat berkonsultasi mengenai cara
pengasuhan balita yang baik kepada kader maupun petugas gizi setempat.

Kata Kunci: Perilaku Pengasuhan Ibu, Gizi Kurang

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 27


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

gizi anak balitanya. Kurang gizi pada


A. PENDAHULUAN balita dapat juga disebabkan perilaku
Permasalahan Gizi kurang ibu dalam pemilihan makanan yang
merupakan permasalahan yang sering tidak benar. Ketidaktahuan ibu dapat
ditemukan pada balita sebagai akibat menyebabkan kesalahan pemilihan
dari kurangnya asupan gizi pada balita. makanan terutama makanan untuk
Ketidaktahuan tentang cara memberikan balita. Peranan pengetahuan, sikap dan
makan pada balita baik dari jumlah, tindakan ibu akan menentukan corak
jenis, dan frekuensi pemberian serta dan mutu pemberian makan pada
adanya kebiasaan yang merugikan anaknya, mengingat ibu adalah
kesehatan (pantangan terhadap satu pelaksana utama dalam diagnosa dan
jenis makanan tertentu), secara perawatan keadaan gizi anak [3].
langsung dan tidak langsung menjadi Hasil Riskesdas tahun 2013
penyebab utama terjadinya masalah gizi diketahui bahwa prevalensi balita gizi
pada balita. Selain itu, konsumsi kurang di Indonesia adalah 13,9%.
pangan, infeksi penyakit, pola asuh, Angka ini mengalami peningkatan
ketersediaan pangan, faktor sosial dibandingkan hasil Riskesdas 2010
ekonomi, budaya dan politik juga dengan prevalensi balita gizi kurang
menjadi faktor penyebab terjadinya gizi sebesar 13,0%. Hasil Riskesdas untuk
kurang pada balita [1]. Provinsi di Sulawesi Tengah, Prevalensi
Menurut Organisasi Kesehatan bayi yang mengalami gizi kurang pada
Dunia atau World Health Organization tahun 2013 adalah 24,9%. Terjadi
(WHO), permasalahan gizi dapat penurunan dari tahun 2007 [4].
ditunjukkan dengan besarnya angka Prevalensi bayi yang mengalami
kejadian pada tahun 2010, menunjukkan gizi kurang di Kota Palu pada tahun
bahwa 1 dari 5 balita di negara 2013 adalah 3,17%, hal ini dapat dilihat
berkembang diperkirakan mengalami dari adanya kasus baru gizi kurang
gizi kurang yang menunjukkan sebanyak 861 Kasus dan di tahun 2014
kesehatan masyarakat Indonesia dari bulan Januari hingga Desember
terendah di ASEAN dan menduduki yang mengalami gizi kurang adalah 629
peringkat 142 dari 170 negara. Data Kasus. Di antara 12 puskesmas yang
WHO menyebutkan angka kejadian gizi memiliki kasus baru gizi kurang yang
kurang sebesar 28%. Pada tahun 2013, paling banyak adalah Puskesmas
sekitar 17% atau 98 juta anak di bawah Birobuli [5].
usia lima tahun di negara berkembang Puskesmas Birobuli, prevalensi
kekurangan berat badan (Berat badan anak balita yang mengalami status gizi
usia sesuai dengan standar pertumbuhan kurang pada tahun 2013 bulan Januari
anak WHO) [2]. hingga Desember adalah 4,33% dan
Perilaku dalam kaitannya dengan pada tahun 2014 bulan Januari hingga
masalah kekurangan gizi pada anak Desember yang memiliki kasus baru
balita dapat dilihat dari adanya balita gizi kurang sebanyak 87 anak
kebiasaan yang salah dari ibu terhadap

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 28


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

diantaranya laki-laki adalah 33 dan C. HASIL


perempuan adalah 54 anak [6]. Berdasarkan hasil penelitian,
Masalah gizi kurang yang ada di Pengetahuan ibu mengenai gizi kurang
Puskesmas Birobuli, banyak faktor yang relatif rendah, hal ini dapat dilihat dari
mempengaruhi salah satunya faktor luar pernyataan beberapa ibu bahwa gizi
yaitu ekonomi, perilaku orang tua dalam kurang adalah terjadinya penurunan
mengasuh balita serta ketersediaan berat makan diakibatkan karena balita
bahan makanan di rumah, tetapi yang malas makan. Menurut petugas gizi
paling mendominasi di wilayah tersebut menyebutkan bahwa gizi kurang adalah
adalah perilaku pengasuhan ibu pada asupan gizinya kurang terpenuhi yang
balitanya. biasa dipengaruhi oleh keadaan
ekonomi, sosial dan keluarga.
B. METODE PENELITIAN
Sedangkan kepala puskesmas
Jenis penelitian yang dilakukan oleh menyebutkan bahwa gizi kurang
peneliti menggunakan kualitatif berdasarkan defenisi operasionalnya
menggunakan Triangulasi Sumber yang yaitu berat badan per tinggi badan
terdiri dari informan kunci Kepala (BB/TB) dan berat badan per umur
Puskesmas dan Petugas Konseling Gizi (BB/U) rendah, artinya, anak
dan informan biasa yang ditentukan mengalami kurang gizi dimana keadaan
dengan cara purposive sampling. Lokasi gizi anak tidak baik. Penyebabnya bisa
penelitian dilakukan di wilayah kerja karena penyakit penyerta, faktor
Puskesmas Birobuli. Lokasi wawancara ekonomi keluarga dan lingkungan.
dapat berubah sewaktu-waktu dan
disesuaikan dengan keinginan informan D. PEMBAHASAN
penelitian agar merasa nyaman. Waktu Gizi kurang adalah gangguan
penelitian dilakukan pada bulan Mei - kesehatan akibat kekurangan atau
Juni 2015. ketidakseimbangan zat gizi yang
Instrumen yang digunakan dalam diperlukan untuk pertumbuhan, aktifitas
penelitian ini adalah peneliti sendiri berfikir dan semua hal yang
dengan teknik indepth interview kepada
berhubungan dengan kehidupan, gizi
informan dengan menggunakan kurang banyak terjadi pada anak usia
pedoman wawancara yang berupa garis- kurang dari 5 tahun [7].
garis besar permasalahan yang akan Penelitian ini sejalan dengan
ditanyakan kepada informan. Data penelitian Nainggolan bahwa
diperoleh dari berbagai sumber seperti pengetahuan gizi ibu menjadi faktor
Hasil Riskesdas, Dinkes Kota Palu, yang berhubungan paling kuat dengan
Puskesmas Birobuli dan informasi lain status gizi balita.
yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini tidak sejalan dengan
Pengolahan data ini menggunakan penelitian sebelumnya [10], bahwa
pendekatan analisa isi (content analysis)
masalah gizi pada anak ialah akibat
dengan teknik matriks dimana informasi konsumsi makanan yang tidak baik,
diolah dalam tabel.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 29


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

sehingga energi yang masuk dan keluar menyebutkan mulai sejak umur berapa
tidak seimbang. Tubuh memerlukan MP-ASI diberikan. Pengetahuan ibu
pemilihan makanan yang baik agar mengenai makanan tambahan relatif
kebutuhan zat gizi terpenuhi dan fungsi rendah, hanya satu ibu yang memahami
tubuh berjalan dengan baik. bahwa makanan seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran dapat diperkenalkan
Pengetahuan Pengasuhan Makan dan diberikan tetapi tidak menyebutkan
Dan Pengasuhan Kesehatan umur berapa seharusnya dapat diberikan
Pemberian Asi kepada balita.
Pengetahuan ibu mengenai ASI Penelitian ini sejalan [14], [17], Ibu
relatif rendah, hanya dua ibu yang dengan pengetahuan tentang MP-ASI
memahami bahwa ASI adalah Air Susu tinggi akan mengerti tentang pemilihan
Ibu yang diberikan sejak lahir sampai jenis maupun menu makanan yang akan
berumur 6 bulan tanpa diberikan ia berikan pada bayinya.
makanan lain dan dapat diberikan Penelitian ini tidak sejalan dengan
sampai umur 2 tahun. Tetapi tidak penelitian sebelunya [15]
, yang
semua ibu menyebutkan bahwa dari 0-6 menyebutkan bahwa, tidak ada
bulan hanya diberikan ASI saja. hubungan bermakna antara pengetahuan
Penelitian ini sejalan dengan ibu dengan pemberian makanan
penelitian sebelumnya [12], semakin baik tambahan pada bayi 0-6 bulan,
tingkat pengetahuan maka semakin baik walaupun pendidikan ibu-ibu sebagian
perilaku pemberian ASI saja. besar hanya tingkat dasar.
Penelitian ini tidak sejalan [13], Pengetahuan ibu mengenai
menyebutkan bahwa terdapat beberapa pemberian makanan tambahan seperti
faktor yang memungkinkan tidak MP-ASI secara teori masih kurang dan
ditemukannya hubungan antara dari segi pemahaman informan
pengetahuan tentang ASI dengan lama mengenai makanan tambahan cukup
pemberian ASI Eksklusif. baik akan tetapi, informan masih kurang
Pengetahuan ibu tidak berhubungan paham umur berapa seharusnya balita
terhadap pemberian ASI hal ini karena diberikan makanan tambahan.
disebabkan ketidakberhasilan seorang Pengetahuan ibu mengenai jajanan
ibu memberikan ASI kepada balita pada balita relatif rendah, hanya dua ibu
disebabkan karena produksi ASI yang saja yang memahami bahwa yang dapat
tidak lancar sehingga ibu terpaksa diberikan kepada balita seperti roti atau
memberikan susu formula kepada balita kue buatan rumah. Tetapi tidak semua
mereka. ibu mengetahui dampak jika diberikan
Pemberian Makanan Tambahan secara terus menerus balita akan
Pengetahuan ibu mengenai MP- menjadi malas makan.
ASI relatif rendah, ibu memahami Jajanan merupakan hal yang lumrah
bahwa MP-ASI adalah makanan yang dilakukan oleh anak-anak. Dalam satu
dihaluskan seperti bubur halus (bubur segi jajan mempunyai aspek positif dan
SUN) dan pisang. Tidak semua ibu dalam segi lainnya jajan juga bisa

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 30


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

bermakna negatif. Rentang waktu antara interaksi dengan sikap dan


makan pagi dan makan siang relatif keterampilan.
panjang sehingga anak-anak Pengetahuan ibu mengenai jajanan
memerlukan asupan gizi tambahan pada balita relatif rendah. Pengetahuan
diantara kedua waktu makan tersebut. ibu terhadap jajanan akan berpengaruh
Makanan jajanan sering kali lebih karena jika ibu balita tidak mengetahui
banyak mengandung unsur karbohidrat kadar gizi dalam jajanan tersebut maka,
dan hanya sedikit mengandung protein, tingkat konsumsi balita terhadap jajanan
vitamin, atau mineral. Karena lebih tinggi sehingga mengakibatkan
ketidaklengkapan gizi dalam makanan balita cepat merasa lapar dan
jajanan, maka pada dasarnya makanan kandungan gizi pada jajanan tersebut
jajanan tidak dapat mengganti sarapan sangat kurang, menurut penelitian yang
pagi atau makan siang. Anak-anak yang tidak sejalan pengetahuan ibu yang
banyak mengkonsumsi makanan jajanan semakin tinggi tidak akan menjamin
perutnya akan merasa kenyang karena konsumsi makan jajanan pada balita
padatnya kalori yang masuk ke dalam karena ada faktor lain yang
tubuhnya. Sementara gizi seperti mempengaruhi yaitu keinginan balita
protein, vitamin, dan mineral sangat untuk jajan dan lingkungan disekitar.
kurang [18].
Penelitian yang sejalan [19], tingkat Frekuensi Pemberian Makan
pengetahuan gizi seseorang (ibu rumah Pengetahuan ibu mengenai
tangga) berpengaruh terhadap sikap frekuensi pemberian makan pada balita,
dalam pemilihan serta penyelenggaraan semua ibu mengetahui bahwa balita
makanan selanjutnya akan berpengaruh diberi makan setiap hari atau sesuai
terhadap gizi seseorang. Makanan dengan kebutuhan balita jika balita
jajanan berdampak positif terhadap mulai merasa lapar.
keanekaragaman makanan dari kecil Secara teori, frekuensi pemberian
yang pada akhirnya akan meningkatkan ASI pada balita dapat dilakukan cara
status gizi. menyusui gaya bebas, tanpa batasan
Penelitian ini tidak sejalan [20], (un-restricted) bayi disusui setiap kali
bahwa tidak ada hubungan antara menangis karena lapar atau haus [8].
pengetahuan ibu dengan jajanan pada Penelitian ini sejalan dengan
balita. Pengetahuan ibu yang baik penelitian sebelumnya [21], bahwa
ternyata tidak selamanya mampu pengetahuan ibu yang rendah juga
membentuk kebiasaan jajan anak yang menyebabkan ibu tersebut mudah
baik pula. Semakin tinggi tingkat terpengaruh oleh pendapat orang lain
pengetahuan gizi ibu rumah tangga, misalnya tetangga, nenek, ibu mertua
belum tentu konsumsi makanan menjadi dan lainnya. Umumnya banyak ibu
baik. Konsumsi makanan jarang yang beranggapan kalau anaknya
dipengaruhi oleh pengetahuan gizi kelaparan dan akan tidur nyenyak jika
secara tersendiri melainkan merupakan diberi makan.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 31


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

Penelitian ini tidak sejalan dengan mengatakan jika balita tersebut sakit,
penelitian sebelumnya [22], status gizi hanya dikompres saja menggunakan air
seorang anak tidak dipengaruhi oleh dingin atau air hangat. Informan
frekuensi makanan yang diberikan memiliki pengetahuan yang kurang
orang tua kepada anaknya tetapi lebih mengenai balita sakit dan dibawa ke
ditekankan pada bagaimana cara orang puskesmas untuk ditangani oleh tenaga
tua dalam memberi makanan kepada kesehatan.
anaknya sehingga anaknya mau makan. Imunisasi adalah suatu cara untuk
Ibu mengetahui frekuensi meningkatkan kekebalan seseorang
pemberian makan pada balita adalah secara aktif terhadap suatu antigen,
tiga kali dalam sehari tetapi ibu kurang sehingga bila kelak ia terpajan pada
memahami bahwa frekuensi pemberian antigen serupa tidak terjadi penyakit.
makan pada balita tidak menentu, pada Imunisasi berasal dari kata imun, yang
saat bayi frekuensi pemberian ASI berarti kebal atau resisten. Imunisasi
dapat diberikan kapan saja saat bayi adalah pemberian kekebalan tubuh
membutuhkan atau ketika bayi merasa terhadap suatu penyakit [23].
lapar dan jika bayi sudah berumur diatas Imunisasi merupakan hal mendasar
6 bulan bayi dapat diberikan bubur tim untuk diberikan kepada setiap anak.
3x dalam sehari dengan makanan Salah satu sasaran Millenium
selingan seperti biskuit maupun buah- Development Goals 2015 adalah
buahan akan tetapi frekuensi pemberian menurunkan angka kematian bayi dan
makan tidak mempengaruhi status gizi anak balita, membasmi berbagai
balita dimana orang tua ditekankan penyakit infeksi.
bagaimana cara ibu memberi makan
kepada balita sehingga balitanya mau Sikap Pengasuhan Makan Pemberian
makan. Asi
Ibu rata-rata memberikan ASI sejak
Pola Pengasuhan Kesehatan balita dilahirkan, dua ibu tidak
Pengetahuan ibu mengenai konsisten dengan hanya memberikan
imunisasi cukup baik, hanya tiga ibu ASI saja melainkan diberikan susu botol
yang dapat mengetahui bahwa imunisasi atau susu formula. Hal ini disebabkan
dapat mencegah balita terserang karena setelah melahirkan ASInya tidak
penyakit dan balita ditimbang setiap keluar sehingga menggantinya dengan
bulan untuk mengetahui perkembangan susu formula selain itu juga karena ibu
balita setiap bulannya. sibuk bekerja untuk membantu suami.
Ibu menjawab bahwa jika balita Menyusui sulit untuk dikuasai,
sakit maka dibawa ke puskesmas. Para terutama dihari-hari pertama. Sebagian
informan sudah memiliki pengetahuan ibu tahu bahwa mereka akan
yang baik bahwa jika para balita sakit, memberikan susu botol dari awal.
ibu harus membawa balitanya ke Namun, sebagian ibu memberikan susu
puskesmas untuk diperiksa oleh tenaga botol setelah beberapa minggu atau
kesehatan sebaliknya satu informan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 32


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

beberapa bulan pemberian ASI yang penelitian yang tidak sejalan menyusui
menyakitkan [11]. merupakan suatu kebiasaan tidak
Penelitian ini sejalan dengan bergantung pada sikap ibu dalam
penelitian sebelumnya [24], bahwa ada memberikan ASI kepada balita
hubungan sikap ibu dengan pemberian termasuk baik atau tidak.
ASI. Sikap tentang pemberian ASI
eksklusif merupakan faktor yang Pemberian Makanan Tambahan
menentukan seseorang untuk bersedia Pemberian MP-ASI, MP-ASI
atau kesiapan untuk memberikan ASI diberikan kepada balita bervariasi,
secara eksklusif. Dalam hubungannya mulai dari umur enam bulan dan bayi
dengan ASI eksklusif, sikap ibu adalah yang sudah berumur lima bulan mulai
bagaimana reaksi atau respon tertutup diberikan MP-ASI. Alasan para ibu
ibu menyusui terhadap ASI eksklusif. memberikan MP-ASI mulai umur dua
Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat bulan karena ibu merasa bayi tidak
dalam memberikan ASI eksklusif, maka cukup hanya diberikan ASI. Mereka
perilakunya menjadi lebih konsisten. percaya jika memberikan MP-ASI
Berdasarkan yang disebutkan, bahwa secara dini balita tersebut tidak
ada keterkaitan sikap dengan pemberian menangis terus dan merasa kenyang.
ASI kepada balita, karena keberhasilan Rata-rata ibu hanya memberikan
menyusui berasal dari sikap atau makanan seperti bubur halus pada
kepercayaan ibu dalam memberikan balita. Satu ibu memberikan biskuit dan
ASI. sayur-sayuran untuk diberikan kepada
Penelitian ini tidak sejalan dengan balita. Tetapi rata-rata tidak ada
penelitian sebelumnya [25], bahwa tidak menjawab pasti sejak umur berapa
ada hubungan sikap dengan pemberian balita mulai diberikan makanan
ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan tambahan karena ibu hanya
menyusui merupakan suatu kebiasaan memperkiraan makanan apa yang
tidak bergantung apakah sikap ibu diberikan pada balita.
termasuk kategori baik atau tidak. Perkembangan percernaan bayi
Hubungan emosional dapat tercapai jika pada usia 6 bulan keatas sudah lebih
kontak fisik dan mata antara bayi dan baik dan lebih siap untuk menerima
ibu benar posisinya, jika posisi tersebut berbagai jenis makanan tambahan.
salah maka manfaat secara emosional Pemberian makanan padat pertama
tidak tercapai dengan baik. diberikan secara bertahap dengan
Sikap ibu dalam pemberian ASI memperkenalkan tekstur yang halus dan
memiliki hubungan karena merupakan satu rasa. Pemberian makanan padat
faktor yang menentukan ibu bersedia pertama membutuhkan kesiapan bayi,
atau memiliki kesiapan untuk antara lain keterampilan motorik,
memberikan ASI dan ibu dalam mengecap dan mengunyah dan
[23]
tindakannya dapat konsisten menyusui menerima terhadap rasa dan bau .
sehingga status gizi balitanya dapat Penelitian ini sejalan dengan
meningkat akan tetapi, menurut penelitian sebelumnya [27], bahwa ada

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 33


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

keterkaitan antara sikap ibu dengan rasanya enak, umumnya disukai anak-
pemberian MP-ASI hal ini dapat dilihat anak, dan kandungan gizi didominasi
dari sikap ibu yang menerima informasi oleh zat karbohidrat (tinggi energi).
kesehatan yang diberikan untuk Sebagian junk food adalah produksi
memenuhi kebutuhan nutrisi yang pabrik dengan kemasan yang menarik
[18]
dibutuhkan sesuai dengan tubuh balita. .
Penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya [15], menyebutkan penelitian sebelumnya [19], terdapat
bahwa tidak ada hubungan bermakna hubungan antara sikap ibu tentang
antara sikap ibu dengan pemberian makanan jajanan balita dengan status
Makanan Tambahan pada bayi 0-6 gizi balita. Semakin positif sikap ibu
bulan. Berdasarkan penelitiannya, sikap dengan makanan jajanan balitanya maka
ibu yang baik tidak sesuai dengan gizi balita tersebut semakin baik.
tindakannya, hal ini dikarenakan Penelitian ini tidak sejalan dengan
tindakan lebih peka terhadap tekanan penelitian sebelumnya [20], bahwa tidak
sosial seperti mertua, saudara dan ada hubungan antara sikap dengan
tetangga yang menyatakan bahwa bayi pemberian jajan pada balita. Sikap ibu
tidak cukup bila hanya diberi ASI saja yang negatif maupun positif ternyata
sehingga akhirnya sikap ibu yang baik mempengaruhi terbentuknya kebiasaan
tidak dapat terwujud. jajan pada balita. Hal ini diduga adanya
Sikap beberapa ibu dalam faktor lain yang mempengaruhi
pemberian makanan tambahan terhadap kebiasaan jajan seperti faktor individu
balita berdasarkan pengalaman ibu (kesukaan) dan lingkungan.
sebelumnya, tetapi menurut penelitian Ada hubungan sikap ibu dengan
yang tidak sejalan, sikap ibu baik tidak pemberian jajanan kepada balita karena
menjamin balita diberikan makanan sikap ibu yang positif terhadap
tambahan sesuai umur balita karena pemberian jajanan sehat pada balita
faktor lain yang mempengaruhi seperti seperti buatan rumahan (roti, kue
keluarga, budaya dan lingkungan ataupun biskuit) tidak menyebabkan
disekitar. balita terserang penyakit tetapi menurut
Dua ibu melarang anaknya untuk penelitian yang tidak sejalan, tidak ada
diberikan jajanan sembarangan karena hubungan sikap ibu yang positif
merasa takut anaknya akan sakit. ataupun sikap negatif dengan
Sebagian ibu memberikan izin untuk pemberian jajanan pada balita
memberikan anaknya jajanan karena dikarenakan adanya faktor lain yang
anaknya tidak akan berhenti menangis mempengaruhi selain sikap ibu yang
jika tidak diberikan juga diakibatkan baik yaitu berdasarkan keinginan balita
karena pengaruh lingkungan serta teman (individu) maupun karena lingkungan
sebaya. sekitar.
Makanan (junk food) termasuk ke Pola Pengasuhan Kesehatan
dalam makanan jajanan. Junk food Satu ibu percaya bahwa jika
berwujud makanan snack ringan yang anaknya di imunisasi dan dibawa ke

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 34


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

Posyandu akan terhindar dari penyakit dengan memberikan tambahan susu


juga dapat melihat perkembangannya formula kepada anaknya. Hanya dua ibu
setiap bulan. Tidak semua ibu konsisten yang menyebutkan bahwa diberikan
membawa anaknya ke posyandu karena ASI sampai berumur dua tahun dan
ibu percaya bahwa jika anaknya di memberikan ASI sampai umur dua
imunisasi anaknya akan mengalami bulan.
demam tinggi sehingga tidak mau lagi Sesuai dengan pedoman menyusui
membawa anaknya ke Posyandu. (WHO atau UNICEF), Brest Feeding
Rata-rata ibu menjawab jika balita Promotion and Support, 2005) mulai
mereka sakit, maka mereka akan menyusui segera setelah lahir (dalam
langsung membawa ke puskesmas. waktu satu jam) jangan berikan
Informan percaya jika balita sakit dan makanan atau minuman kepada bayi
dibawa ke puskesmas, akan cepat misalnya: madu, air putih, atau larutan
pemulihannya dibanding diberikan obat gula kecuali diinstruksikan oleh dokter
karena mereka takut jika memberikan atas alasan-alasan medis [23].
obat yang salah maka akan berefek pada Penelitian ini sejalan dengan
balitanya. Satu informan mengatakan ia penelitian sebelumnya [12], bahwa ada
percaya pada perkataan orang tua dulu hubungan antara tindakan atau praktik
bahwa jika panas tinggi dibawa dengan pemberian ASI, hal ini dapat
kepuskesmas, makan balita tersebut dilihat dari rendahnya pemahanam ibu
akan mata tinggi dan ia merasa takut dalam pemberian ASI. Pemberian ASI
jika balitanya tersebut terjadi hal seperti saja merupakan salah satu bentuk
itu. perilaku kesehatan yang dilakukan oleh
Pemberian imunisasi akan ibu. Perilaku tersebut termasuk dalam
membawa dampak positif bagi perilaku dalam menjaga kesehatan yang
kesehatan anak-anak. Jika anak-anak diwujudkan dalam pola pemberian dan
telah diberi imunisasi tetap terserang pemenuhan kebutuhan gizi bayi di
penyakit juga, biasa penyakit yang bawah 6 bulan dengan memberikan ASI
diderita akan lebih ringan dan tidak secara eksklusif.
membahayakan. Imunisasi bertujuan Penelitian ini tidak sejalan dengan
agar anak-anak terhindar dari penyakit penelitian sebelumnya [25], bahwa tidak
infeksi berbahaya. Anak memiliki ada pengaruh antara perilaku dengan
kesempatan untuk beraktivitas, bermain, pemberian ASI pada ibu terhadap
belajar tanpa terganggu masalah bayinya. Perilaku yang baik tidak
kesehatan [27]. berarti bahwa ibu memberikan ASI nya
Tindakan Pengasuhan Makan begitu juga sebaliknya.
Pemberian Asi Pemberian ASI merupakan perilaku
Rata-rata informan menjawab kesehatan yang dilakukan oleh ibu yang
bahwa balita mereka diberikan ASI termasuk dalam tindakan menjaga
sejak bayi dilahirkan dan diberi sampai kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
diatas umur dua tahun. Hanya dua ibu gizi balita dengan memberikan ASI
yang memberikan ASI saja tetapi akan tetapi menurut penelitian yang

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 35


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

tidak sejalan bahwa tindakan ibu tidak anak tidak menghisap semua ASI yang
berpengaruh terhadap pemberian ASI dihasilkan oleh ibunya, sehingga
jika ibu memiliki tindakan yang baik mengakibatkan bayi kekurangan zat gizi
tidak menjamin ibu memberikan ASI yang berkualitas tinggi. Jenis MP-ASI
nya kepada balita. pada bayi yang diberikan sangat
Pemberian Makanan Tambahan berpengaruh karena MP-ASI yang
Ibu rata-rata memberikan MP-ASI terlalu dini dapat menimbulkan
pada anaknya seperti bubur SUN dan beberapa resiko pada bayi.
bubur yang dihaluskan sebelum atau Makanan tambahan bagi bayi
hasil lokal seperti pisang yang diberikan hendaknya bersifat pada gizi, dan
kepada balitanya. Tetapi para ibu tidak mengandung serat kasar serta bahan lain
menyebutkan mulai umur berapa yang sukar dicerna seminimal mungkin,
diberikan. Hanya satu ibu yang sebab serat kasar yang terlau banyak
memberi MP-ASI dini dari umur lima jumlahnya akan mengganggu
bulan. Tidak semua ibu menyebutkan pencernaan . [8]

pasti mulai umur berapa balita diberikan Penelitian ini sejalan dengan
makanan tambahan. Rata-rata ibu penelitian sebelumnya [28]
, ada
memberikan nasi yang dilembekkan hubungan tindakan dengan pemberian
terlebih dahulu sebelum diberikan MP-ASI pada balita. Bayi yang berumur
kepada balita. Hanya satu ibu yang kurang dari 6 bulan apabila diberi
menyebutkan makanan tambahan yang makanan tambahan dapat berisiko tinggi
dapat diberikan kepada balita seperti terjadi berbagai gangguan tumbuh
buah-buahan dan sayur-sayuran. kembang sedangkan tujuan
Penyapihan dini atau lebih awal diberikannya makanan tambahan adalah
yang dilakukan dibawah umur enam sebagai pengganti ASI agar
bulan yang dapat mempengaruhi memperoleh energi, protein dan zat-zat
psikologis dan gizi dari praktik gizi lain untuk tumbuh kembang secara
semacam ini sangat berbahaya bagi normal
anak yang masih sangat muda. Penelitian ini tidak sejalan dengan
Sedangkan penyapihan yang dilakukan penelitian sebelumnya [29], bahwa tidak
diatas enam bulan, pada masyarakat terdapat hubungan antara tindakan ibu
penyapihan dimulai pada umur yang tentang makanan pendamping ASI
berbeda pada masyarakat yang berbeda. dengan status gizi balita karena dengan
Pada masa ini, penyapihan dilakukan ibu memberikan makanan tambahan
sejak bayi menginjak umur enam bulan pada balita agar bayi lebih sehat..
[8]
. Pemberian makanan tambahan oleh
Penelitian ini sejalan dengan ibu untuk memenuhi gizi yang kurang
peneitian sebelumnya [28], tindakan ibu pada ASI sehingga dapat meningkatkan
dalam pemberian MP-ASI sangat status gizi pada balita. Pemberian
berpengaruh karena jika diberikan makanan tambahan secara dini akan
makanan pendamping ASI yang terlalu mempengaruhi pencernaan balita yang
awal pada bayi dapat menyebabkan belum sempurna dan memberikan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 36


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

dampak negatif terhadap kesehatan akan seperti bubur susu, nasi tim dan cemilan
tetapi, menurut penelitian yang tidak seperti biskuit adalah 1x/hari.
sejalan bahwa tidak ada hubungan Ibu memberi makan balita tiga kali
antara tindakan ibu dengan pemberian dalam sehari tergantung kebutuhan
makanan tambahan karena ada faktor balita jika merasa lapar maka akan
lain yang mempengaruhi status gizi diberikan makan kembali dan ada balita
seperti balita yang kurang makan diberi makan secara teratur tetapi tidak
diakibatkan karena penyakit penyerta akan keinginan untuk makan atau malas
atau karena kebersihan lingkungan yang makan sehingga harus dipaksa dan
kurang. dapat mempengaruhi status gizi balita
Untuk tindakan pemberian jajanan tersebut jika balita jarang makan teratur
pada balita, Rata-rata ibu membiarkan atau tidak sesuai dengan kondisi balita.
anaknya memberikan jajanan yang Pola Pengasuhan Kesehatan
terdapat di warung atau kios. Dua ibu Rata-rata ibu jarang membawa
hanya memberikan jajanan roti dan kue anaknya untuk dibawa imunisasi setiap
buatan rumah dan tidak mengizinkan bulan ke Posyandu, hanya dua ibu yang
anaknya jajanan sembarang di luar membawa anaknya ke Posyandu untuk
rumah karena kurang baik untuk memantau pertumbuhan anak mereka.
kesehatan balita. Balita harus di imunisasi, karena
Sangat penting bagi orang tua untuk sistem kekebalan pada bayi atau anak-
selalu mengingatkan anak-anak tentang anak belum sebaik orang dewasa,
makanan jajanan yang akan dibeli. sehingga sangat rentan terhadap
Selain pertimbangan harga dan gizi, serangan penyakit berbahaya. Dengan
juga tentang keamanannya. diberikannya imunisasi akan membawa
Frekuensi Pemberian Makan dampak positif bagi kesehatan anak-
Rata-rata ibu memberikan makan anak. Jika anak-anak telah diberi
anaknya setiap hari tiga kali sehari imunisasi tapi tetap terserang penyakit
walaupun anak tersebut malas makan. juga, biasanya penyakit yang
Tetapi jika merasa lapar diberikan dideritanya akan lebih ringan dan tidak
makan lagi. Frekuensi pemberian ASI membahayakan jiwa si anak daripada
pada balita dapat dilakukan cara yang belum sama sekali mendapatkan
menyusui gaya bebas, tanpa batasan imunisasi [27].
(un-restricted) bayi disusui setiap kali Tiga ibu membawa balitanya
menangis karena lapar atau haus [8]. imunisasi setiap tetapi ada satu
Penelitian ini sejalan dengan hasil informan yang mengatakan bahwa
penelitian sebelumnya [30], bahwa sudah dua bulan tidak membawa
frekuensi makanan tambahan diberikan anaknya imunisasi dikarenakan
dalam sehari kepada bayi 1-3 kali dalam pekerjaan sehingga menghambat
sehari. Sesuai dengan yang dijelaskan balitanya dibawa keposyandu. Dua
dalam penelitian bahwa frekuensi informan lain tidak membawa balitanya
pemberian pada bayi usia 6-8 bulan untuk di imunisasi karena informan
adalah 1-2x/hari untuk makanan utama malas membawa ke posyandu dan takut

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 37


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

balitanya akan terserang demam jika di Adapun saran-saran yang diberikan,


imunisasi. sebagai berikut:
1. Disarankan kepada ibu agar
E. KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan pemahaman dalam
cara pengasuhan yang baik pada
Berdasarkan pembahasan diatas, balita dengan menghadiri
dapat ditarik kesimpulan sebagai penyuluhan dan sosialisasi yang
berikut: dilakukan oleh kader maupun
1. Pengetahuan ibu dalam pemberian petugas kesehatan serta
makan yang meliputi pengetahuan meningkatkan kesadaran para ibu
pemberian ASI dan MP-ASI, untuk mengunjungi Posyandu setiap
pemberian makanan tambahan, bulan.
frekuensi pemberian makan serta 2. Disarankan kepada institusi
pengasuhan kesehatan relatif masih kesehatan untuk menambah beberapa
rendah hal ini disebabkan karena petugas gizi atau petugas nutrisionis
masih terbatasnya pengetahuan dan serta dilakukan dengan
pemahaman ibu dalam pengasuhan mengoptimalkan program yang ada,
balita. dengan program yang bersifat upaya
2. Sikap ibu dalam pemberian makan promosi mengenai perilaku yang
dan pengasuhan balita, para ibu baik dalam memenuhi kebutuhan
terlihat biasa saja dalam pengasuhan gizi. Peningkatan program CFC (Pos
balita hal ini terlihat dari sikap ibu Pemulihan Gizi) di Puskesmas dan di
yang kurang konsisten dalam masing-masing Posyandu sehingga
mengasuh balitanya baik dalam dapat memantau dan merawat balita
memberikan ASI, pemberian yang mengalami gizi kurang secara
makanan tambahan serta pengasuhan efektif sehingga dapat diketahui
kesehatan balita. perkembangan status gizi balita.
3. Tindakan atau praktek baik dalam 3. Disarankan kepada peneliti
pemberian makan dan pengasuhan selanjutnya agar dapat
kesehatan pada balita gizi kurang mengembangkan penelitian ini
relatif rendah hal ini karena hanya dengan melakukan analisis terhadap
mengandalkan pengalaman faktor yang mempengaruhi
sebelumnya juga karena pengetahuan pengetahuan dan sikap, meliputi:
ibu yang rendah sehingga kepercayaan, tradisi, ketersediaan
mempengaruhi tindakan ibu dalam sarana dan prasarana serta sikap dan
pengasuhan balita dalam pemberian perilaku petugas kesehatan.
makan maupun pengasuhan
kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
4. Kurangnya kerjasama antara kader
1. Depkes RI., 2007, Petunjuk Teknis
dan petugas kesehatan dalam
Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku
memberikan informasi kepada ibu
II. Departemen Kesehatan Republik
serta kurangnya sarana dan prasarana
Indonesia, Jakarta.
untuk menyebarkan informasi
2. WHO, 2013, World Heath
kesehatan untuk menerapkan
Statistics,
perilaku pengasuhan kesehatan
http://www.who.int/gho/publication
kepada balita terhadap ibu-ibu
s/worldhealthstatistics/en/, Di
diwilayah tersebut.
Akses Pada 07 Mei 2015.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 38


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

3. Mardiana., 2006, Skripsi: Pemberian Asi Eksklusif Pada


Hubungan Perilaku Gizi Ibu Balita Usia 6 – 24 Bulan Di Desa
Dengan Status Gizi Balita Di Kebonagung Kecamatan
Puskesmas Tanjung Beringin Kebonagung Kabupaten Pacitan
Kecamatan Hinai Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Program
Langkat Tangkat, Fakultas Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Keperawatan dan Kesehatan
Sumatera Utara. Universitas Muhammadiyah
4. Riskesdas, 2013, Semarang.
5. Dinkes Kota Palu., 2014, Profil 14. Nuranitha R., 2013, Hubungan
Dinas Kesehatan Kota Palu. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
6. Puskesmas Birobuli., 2013, Profil Makanan Pendamping ASI (MP-
Puskesmas Birobuli., Palu Selatan. ASI), Umur Pertama Pemberian
7. Fitri K.R., 2014, Faktor Risiko dan Kesesuaian Porsi MP-ASI
Underweight Balita Umur 7-59 Dengan Status Gizi Bayi Umur 7-
Bulan, Kesehatan Masyarakat 12 Bulan Di Kecamatan Jatipuro
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kabupaten Karanganyar, Program
Kuningan, KESMAS 9 (2) (2014) Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
115-121, Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah,
Masyarakat. Surakarta.
8. Adriani M., Wirjatmadi B., 2012, 15. Rajagukguk S., Rahayu Y.P.,
Pengantar Gizi Masyarakat, Novalia W.N., 2012, Hubungan
Kencana, Jakarta. Pengetahuan Dan Sikap Ibu
9. Nainggolan J., Remi Z., 2011, Dengan Pemberian Makanan
Hubungan Antara Pengetahuan Tambahan Pada Bayi 0-6 Bulan Di
Dan Sikap Gizi Ibu Dengan Status Wilayah Kerja Puskesmas Gadang
Gizi Balita Di Wilayah Kerja Hanyar, Program Studi DIV Bidan
Puskesmas Rajabasa Indah Pendidik STIKES Sari Mulia,
Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Lampung, Bandar Lampung. 16. Notoatmodjo S., 2011, Ilmu
10. Devi M., 2010, Analisis Faktor- Kesehatan Masyarakat (Edisi
FaktorYang Berpengaruh Terhadap Revisi),Rineka Cipta, Jakarta.
Gizi Balita Di Pedesaan, Teknologi 17. Pertiwi I.S., Yosafianti V.,
dan Kejuruan. Purnomo., Hubungan Pengetahuan
11. Irianto K., 2014, Ilmu Kesehatan Ibu Tentang Makanan Pendamping
Anak, Alfabeta, Bandung. ASI (MP-ASI) Terhadap Berat
12. Robiwala M.E., Ciptorini D., Badan Bayi Usia 6-24 Bulan Di
Handini K.D., 2012, Hubungan Kelurahan Barusari Kecamatan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Semarang Selatan Kota Semarang,
Asi Eksklusif Dengan Pemberian Kota Semarang.
Asi Saja Di Wilayah Kerja 18. Khomsan A., 2006, Solusi
Puskesmas Kokap 1 Kabupaten Makanan Sehat, PT. Raja Grafindo
Kulon Progo, Propinsi Yogyakarta. Persada, Kelapa Gading Permai
13. Syamsianah A., Mufnaetty., Dina Jakarta.
M.M., 2010, Jurnal Unismus Vol 6 19. Hudaya D.A., Sestu R.D.A., Dina
No 2 Th 2010: Hubungan Tingkat K., 2012, Hubungan Sikap Ibu
Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Balita
Tentang Asi Dengan Lama Dengan Status Gizi Balita Di Desa

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 39


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2016 : 1- 58

Pundong Kecamatan Diwek 26. Paskalia E.M.M., Yuni S.A.,


Kabupaten Jombang. Kristiawati., 2013, Hubungan
20. Madanijah S., Zulaikhah., Munthe Perilaku Ibu Dalam Pemenuhan
B.Y., 2006, Media Gzi & Nutrisi Dengan Status Gizi Balita,
Keluarga: Sumbangan Konsumsi Program Studi Pendidikan Ners
Ikan Dan Makanan Jajanan Fakultas Keperawatan Universitas
Terhadap Kecukupan Gizi Anak Airlangga.
Balita Pada Keluarga Nelayan 27. Aditya N., 2014, HandBook For
Buruh dan Nelayan Juragan. New Mom: Panduan Lengkap
21. Dewinataningtyas C., 2014, Merawat Bayi Baru Lahir, Stiletto
Hubungan Antara Sosial Budaya Book, Jogjakarta.
Dan Pengetahuan Dalam 28. Siswanto I.A., 2013, Naskah
Pemberian Mp-Asi Dini Pada Ibu Publikasi: Hubungan Tingkat
Yang Mempunyai Bayi Usia 0 – 6 Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Bulan Di Desa Banaran Kecamatan Ibu Dalam Pemberian Mp-Asi
Pesantren Kota Kediri. Dengan Status Gizi Bayi Usia 0-6
22. Meliahsari R., Burhanuddin B., Bulan, Program Studi Ilmu
Saifuddin S., 2012, Hubungan Pola Keperawatan Fakultas Kedokteran
Asuh Makan Oleh Ibu Bukan Universitas Muhammadiyah
Pekerja Dengan Status Gizi Baduta Yogyakarta.
Di Kecamatan Tongkuno Selatan 29. Pardosi R., 2009, Perilaku Ibu
Kabupaten Muna, Fakultas Dalam Pemberian Makanan
Kesehatan Masyarakat, Universitas Tambahan Pada Bayi Usia Kurang
Hasanuddin. Dari Enam Bulan Di Kelurahan
23. Syafrudin, Karningsing. Ns, Mangga Perumnas Simalingkar
Mardiana., 2011, Penyuluhan KIA Medan, Fakultas Keperawatan
(Kesehatan Ibu dan Anak), Trans Universitas Sumatera Utara.
Info Media, Jakarta. 30. Sarampang Y., Freddy W.W.,
24. Wenas W., Nancy M., Alexander Maria F.L., 2012, Jurnal e-
B., Nova H.K., 2012, Hubungan Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor
Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu 1, Maret 2013: Hubungan Tingkat
Menyusui Dengan Pemberian Air Pengetahuan Ibu Melahirkan
Susu Ibu Eksklusif Di Wilayah Dengan Pemberian Mp-Asi Di
Kerja Puskesmas Tompaso Bagian Obstetri Dan Ginekologi
Kecamatan Tompaso, Bidang Blu Rsu Prof. Dr. R. D. Kandou
Minat Gizi, Fakultas Kesehatan Manado, Universitas Sam
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado.
Ratulangi Manado.
25. Nugeraheni E.., Azmi A.N.,
Novriantika L., 2012, Pengaruh
Karakteristik Ibu dan Sosial
Budaya Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Di Desa Pekik Nyaring Kecamatan
Pondok Kelapa Kabupaten
Bengkulu Tengah, Program Studi
Pendidikan Dokter, Universitas
Bengkulu.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Herman, Adhar Arifuddin, Andi Humaerah: 27-40) 40

Anda mungkin juga menyukai