Anda di halaman 1dari 29

TEORI BURRHUS FREDERIC SKINNER

DAN IMPLEMENTASINYA

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Windy Margareta Ayu Rosita (13030174003)


Eky Putri Irianti (13030174012)
Nindya Virma Ernitasari (13030174017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
A. TINJAUAN SEJARAH BURRHUS FREDERIC SKINNER

Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah


kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang
pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia
merefleksikan tahun-tahun awal
kehidupannya sebagai suatu masa
dalam lingkungan yang stabil, di mana
belajar sangat dihargai dan disiplin
sangat kuat. Skinner mendapat gelar
BA-nya dalam sastra bahasa inggris
pada tahun 1926 dari Presbyterian-
founded Humilton College. Setelah
wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis
sebagai profesinya selama dua tahun.
Meskipun Skinner tidak pernah
mengambil pendidikan sarjana
psikologi, Harvard University
menerimanya sebagai mahasiswa jurusan psikologi pada tahun 1928.
Setelah mendapatkan gelar PhD pada tahun 1931, Skinner menerima
beasiswa dari Dewan Penelitian Nasional untuk melanjutkan penelitian di
laboratorium W.J. Crozier di Harvard sampai tahun 1936. Disana ia
menjadi Junior Fellow, yakni jabatan yang sangat bergengsi di Harvard
bagi sarjana muda. Skinner pun menjadi percaya diri dengan identitasnya
sebagai seorang behavioris. Ia juga membuat garis besar cita-
cita/tujuannya dalam 30 tahun ke depan. Dalam rencananya, Skinner
juga  terus mengingatkan dirinya untuk benar-benar taat dan sungguh-
sungguh dalam mendalami metodologi behavioristik. Penelitiannya yang
dikerjakannya difokuskan pada penelitian sistem saraf syaraf hewan.
Beberapa tokoh yang mempengaruhi pemikiran Skinner, yaitu Crozier,
Jacques Loeb, C.S. Sherington, Ivan Pavlov, J.B. Watson dan E.L.
Thorndike.
Pada tahun 1936, Skinner mulai mendapatkan posisi atau kedudukan
pada pengajaran dan penelitian di University of Minnesota. Sesaat setelah
pindah ke Minneapolis, ia memiliki seorang kekasih dengan masa pacaran
yang pendek dan tidak menentu. Hingga ia kemudian menikah dengan
Yvonne Blue. Skinner mempunyai 2 orang anak, yaitu Julie yang lahir

Teori Skinner | 98
pada tahun 1938 dan Deborah (Debbie) yang lahir pada tahun 1944.
Skinner menerbitkan buku pertamanya yang berjudul “The Behavior of
Organisms” pada tahun 1938.
Di usiannya yang ke-40 tahun, Skinner masih bergantung kepada
bantuan keuangan dari ayahnya untuk berjuang dalam
ketidakberhasilannya menulis buku mengenai perilaku lisan yang berjudul
“Behavior Verbal” pada tahun 1957. Karena ia tidak sepenuhnya terlepas
dari “Tahun Kegelapan” dalam 20 tahun pertama. Meski Skinner menjadi
sukses dan menjadi seorang behavioris terkemuka, ia lamban dalam
mengatur dan menghasilkan keuangannya sendiri. Dengan model
kekanak-kanakan, ia mengijinkan orang tuanya untuk membayar mobil,
liburan, pendidikan anak-anaknya di sekolah, bahkan rumah untuk
keluarganya.
Ketika Skinner masih menuntut ilmu di Universitas Minnesota,
ayahnya memberikan penawaran kepada Skinner, bahwa ia akan
membayar gaji sekolah musim panasnya jika ia terlebih dahulu mengajar
selama musim panas dan membawa istri serta kedua anaknya ke Scranton.
Skinner pun menerima tawaran dari ayahnya untuk pindah ke Scranton
serta untuk kembali menulis. Namun, buku yang ia tulis masih belum
dapat diselesaikan juga hingga beberapa tahun mendatang. Pada tahun
1942 sampai 1943, Skinner melibatkan diri dalam penelitian mengenai
perang yang disponsori oleh General Mills dan juga menjadi anggota
Guggenheim.
Pada tahun 1945, Skinner meninggalkan Minnesota untuk
mengetuai/mengepalai sebuah Fakultas Psikologi di University of Indiana,
sebuah pilihan yang menjadikannya lebih frustasi karena tugas-tugas
administratifnya menjemukan, ditambah Skinner belum merasakan
pengetahuan dan pengalaman akan psikologi itu sendiri. Namun, istrinya
memiliki perasaan atau anggapan yang bertentangan dengan Skinner. Ia
beranggapan bahwa meskipun begitu, krisis pribadi Skinner akan segera
berakhir dan karier profesionalnya pun akan datang.
Pada liburan musim panas tahun 1945, Skinner menulis Wolden Two,
sebuah novel khayalan yang menggambarkan sebuah masyarakat sosial
dengan permasalahan dalam penyelesaian masalah yang berhubungan
dengan perilaku ahli teknik. Meskipun tidak diterbitkan hingga tahun
1948, bukunya disajikan oleh penulis dengan terapi langsung dalam
bentuk Emotional Catharsis. Hingga akhirnya Skinner dapat belajar dari

Teori Skinner | 99
kegagalan menuju kemahiran selama tahun kegelapannya, yaitu 20 tahun
pertama.
Skinner menjelaskan bahwa dua karakter yang ada dalam bukunya
yaitu Farazier dan Burris mewakili usaha/percobaannya untuk
menggabungkan dua askpek berbeda yang ada dalam kepribadiannya
sendiri. Buku Wolden Two pun turut menjadi pembangun karier
profesional Skinner. Tidak lama kemudian ia mengurung diri untuk
pembelajaran laboratorium terhadap tikus dan burung dara, tapi kemudian
ia terlibat/dilibatkan dalam aplikasi analisis tingkah laku terhadap
teknologi pembentukan perilaku manusia dan mendapatkan ungkapan
filosofis dalam Beyond Freedom and Dignity.
Pada tahun 1948, Skinner kembali ke Harvard, dan melanjutkan
eksperimen kecil menggunakan burung dara. Tahun 1964, di usianya yang
ke-60 tahun, Skinner berhenti mengajar. 10 tahun kemudian, ia mengambil
2 program pendanaan karier dari pemerintah pusat untuk masa 5 tahun,
yang mengizinkan Skinner untuk melanjutkan menulis dan memimpin
penelitian. Ia pun berhenti menjadi profesor psikologi pada tahun 1974.
Setelah berhenti mengajar pada tahun 1964, Skinner menulis beberapa
buku penting mengenai tingkah laku manusia yang membantunya
mendapatkan gelar sebagai America’s Best-Known Living Psychologist.
Pada tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal karena menderita
leukimia. Satu minggu sebelum kematiannya, Skinner mengirimkan pidato
emosianalnya kepada konvensi American Psychological
Association (APA) mengenai kelanjutan advokasinya tehadap
behaviorisme radikal. Dengan adanya konvesi ini, ia mendapat surat
pujian pertama sebagai Outstanding Lifetime Constribution to Psychology.
Dan Skinner adalah satu-satunya orang yang mendapat penghargaan
tersebut dalam sejarah APA.
Skinner menjadi terkenal karena kepeloporannya melakukan riset
terhadap belajar dan perilaku. Selama 60 tahun karirnya, Skinner
menemukan berbagai prinsip penting dari operant conditioning, suatu tipe
belajar yang melibatkan penguatan dan hukuman. Sebagai seorang
behavioris sejati, Skinner yakin bahwa operant conditioning dapat
menjelaskan bahkan perilaku manusia yang paling kompleks sekalipun.
Pada kenyataannya, Skinner lah memang yang pertama kali memberi
istilah operant conditioning.

Teori Skinner | 100


Terkenalnya Skinner bukan hanya risetnya dengan binatang, tetapi
juga pengakuan kontroversialnya bahwa prinsip-prinsip belajar yang ia
temukan dengan menggunakan kotaknya juga dapat diterapkan untuk
perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Karya-karya B.F. Skinner :
1. Two Types of Conditioned Reflex and Pseudotype (1935)
2. The Behavior of Organisms: An Experimental Analysis (1938)
3. Walden Two (1948)
4. Are Theorities of Learning Necessary (1950)
5. Science and Human Behavior (1953)
6. Schedules of Reinforceme nt (1957)
7. Verbal Behavior (1957)
8. The Analysis of Behavior: A Program for Self Instruction (with James
Holland, 1961)
9. The Technology of Teaching (1968)
10. Contingencies of Reinforcement: A Theoretical Analysis (1969)
11. Beyond Freedom and Dignity (1971)
12. About Behaviorism (1974)
13. Particulars of My Life: Part One of an Autobiography (1976)
14. Reflections on Behaviorism and Society (1978)
15. The Shaping of a Behaviorist: Part Two of an Autobiography (1979)
16. Notebooks (with Robert Epstein, 1980)
17. Enjoy Old Age: A Program of Self-Management (with M. Vaughan,
1983)
18. A Matter of Consequences: Part Three of an Autobiography (1983)
19. Upon Further Reflection (1987)
Recent Issues in the Analysis of Behavior (1989)

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an,


pada waktu keluarnya teori S-R. Waktu itu model kondisian klasik dari
Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan
penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior
(tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)
dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk
memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan
reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang

Teori Skinner | 101


tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya
perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak
tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan
yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu
mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang
didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu
ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi.
Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner
menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik
dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan
suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut
dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas
munculnya respons atau tingkah laku operan.

B. TEORI B.F. SKINNER

Menurut Skinner manusia adalah sekumpulan reaksi unik yang


sebagian diantaranya telah ada dan secara genetis diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Pengkondisian yang kita alami dari
lingkungan sosial menentukan pengalaman yaitu sekumpulan perilaku
yang sudah ada. Jadi manusia adalah produk dari lingkungannya (Torsten
Husen: 115).
Studi Skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan
konsekuensi-konsekuensinya (Syaiful Sagala: 16). Menurut Gredler
sebagaimana yang dikutip oleh Baharudin dan Nur Wahyuni, Skinner
mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan
perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses
penguatan perilaku baru yang muncul yaitu operant conditioning
(kondisioning operan). ( Baharudin dan Nur Wahyuni, 2008: 67-68).
Operant conditioning atau pengkondisian suatu operant yang dapat
mengakibatkan prilaku tersebut terulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan (Sugihartono: 97).

Teori Skinner | 102


Operant Conditioning
Secara terpisah kata operant dan conditioning mempunyai definisi
tersendiri. Dalam hal ini operant diartikan sebagai sejumlah perilaku atau
respon yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat
(Reber, dalam Muhibin Syah, 1995 : 107). Sementara conditioning
diartikan sebagai suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk
merespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada
rangsangan yang lain (Walker, 1973 : 25). Sedangkan secara menyeluruh,
istilah operant conditioning diartikan sebagai suatu situasi belajar di mana
suatu respon lebih kuat akibat penguatan langsung (Wasty, 1998 : 126).
Dasar operant conditioning dalam pengajaran adalah untuk
memastikan respon terhadap stimuli. Guru berperan penting di kelas,
dengan mengontrol langsung kegiatan belajar siswa, pertama-tama yang
harus dilakukan adalah menentukan logika yang penting agar
menyampaikan materi pelajaran dengan langkah-langkah yang pendekatan
kemudian mencoba untuk memberikan reinforcement segera setelah siswa
memberikan respon (Ibid: 135).
Ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk operant
conditioning. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Belajar itu adalah tingkah laku.


2. Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan
adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-
kondisi lingkungan.
3. Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dan lingkungan hanya
dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah laku dan kondisi
eksperimennya di definisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di kontrol secara seksama.
4. Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-satunya
sumber informasi yang dapat diterima tentang penyebab terjadinya
tingkah laku.
5. Tingkah laku organisme secara individual merupakan sumber data
yang cocok.
6. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk
semua jenis makhluk hidup (Margaret E. Bell Gredler, 1994: 122).

Teori Skinner | 103


Dasar-dasar yang Membangun Teori B. F. Skinner
Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya, yaitu :
a. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dan lingkungan
hanya dapat ditentukan kalau sifat-sifat tingkah laku dan kondisi
eksperimennya didefinisikan menurut fisiknya dan diobservasi di
bawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara seksama.

b. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)


Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan
dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan
kondisi-kondisi lingkungan. Tingkah laku manusia ditentukan oleh
kejadian di masa lalu dan masa sekarang dimana individu tersebut
mengambil perannya.

c. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)


Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of
behavior yaitu analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat,
dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimulus, deprivation, dsb.)
merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat
mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam kejadian
antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol
atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku. Penyebab
terjadinya perilaku dapat diamati. Kondisi sosial dan fisik di
lingkungan sangat penting dalam menentukan perilaku.

Dasar teori Skinner dan perkembangan teorinya selanjutnya


menjadikan Skinner seorang penganut aliran perilaku yang mempunyai
nama dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori
belajar dalam aliran perilaku. Teori Operant Conditioning dari Skinner
percaya bahwa setiap individu harus diidentifikasi karakteristik maupun
perilaku awalnya untuk suatu proses shaping. Skinner menyatakan, bahwa
perilaku dapat dibentuk (dan juga dihilangkan) sehingga (hampir) semua
orang yang memperoleh latihan yang layak akan dapat memiliki perilaku
tertentu yang diinginkan. Juga pengkondisian suatu respons sangat
tergantung kepada penguatan yang dilakukan berulang-ulang secara
berkesinambungan. Skinner juga mengemukakan bahwa manusia dapat
diajar untuk berpikir atau menjadi kreatif melalui metode pemecahan

Teori Skinner | 104


masalah yang melibatkan proses identifikasi masalah secara tepat
(labeling), dan proses mengaktifkan strategi (rule and or sequence) untuk
memanipulasi variabel dalam masalah tersebut sehingga diperoleh
pemecahan masalahnya.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh
Skinner antara lain:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah


dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebagainya.
7. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio
reinforcer.
8. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Teori Skinner tidak hanya mencakup penjelasan terhadap proses


belajar sederhana, namun juga proses belajar yang kompleks, yang dikenal
dengan nama shaping (pembentukan). Proses shaping yang dilakukan
secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang
kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif
dan penguatan. Menurut Skinner, proses shaping dapat menghasilkan
perilaku yang kompleks yang tidak memiliki kemungkinan untuk
diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya. Shaping yang
berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku kompleks,
disebut dengan program oleh Skinner.

Eksperimen yang Dilakukan oleh B.F. Skinner

Dalam studinya, skinner berpusat pada penempatan subyek di dalam


situasi terkontrol dan mengamati perubahan-perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh perubahan konsekuensi-konsekuensi secara sistematis
dari perilaku sebelumnya. Dalam eksperimennya Skinner menggunakan
alat yang disebut “skinner box” (kotak skinner).

Teori Skinner | 105


Kotak Skinner berisi sebuah peralatan sangat sederhana untuk
mempelajari perilaku binatang, biasanya tikus atau burung merpati.
Sebuah kotak skinner untuk tikus berisi: sebuah tombol yang dengan
mudah ditekan oleh tikus tersebut, alat pemberi makanan, penampung
atau piring makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang
dapat dialir listrik. Alat ini dirancang sedemikian hingga tikus itu tidak
dapat melihat atau mendengar sesuatu yang ada di luar kotak, dengan
demikian semua stimulus dikontrol oleh peneliti.
Dalam beberapa percobaan paling awal dengan menggunakan kotak
Skinner, peralatan itu mula-mula dirakit sedemikian hingga, jika tikus
menekan tombol itu secara tidak sengaja, maka tikus akan menerima
makanan. Karena dorongan rasa lapar, tikus berusaha keluar untuk
mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari
box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Makanan
berfungsi sebagai reinforcement (penguat) bagi perilaku penekanan
tombol sehingga perilaku penekanan tombol tersebut akan meningkat
frekuensinya. Setelah menekan tombol beberapa kali secara kebetulan dan
mendapatkan makanan, selanjutnya tikus itu akan menekan tombol itu
lebih sering. Perilaku tikus itu telah terkondisi, menguatkan perilaku
menekan tombol dan melemahkan perilaku yang lain (misalnya,
berkeliling-keliling dalam kotak).
Bila makanan tidak dialirkan ke piring saat tikus menekan tombol
(proses pemunahan atau extinction), maka frekuensi perilaku menekan
tombol akan melemah. Proses diskriminasi juga dapat diterapkan pada
pengkondisian operan ini, yaitu dengan memasangkan penekanan tombol
dengan nyala lampu. Jadi makanan hanya akan diberikan bila tikus
menekan tombol dan lampu menyala. Bila lampu mati, meskipun tikus

Teori Skinner | 106


menekan pengungkit, makanan tidak akan mengalir. Dengan demikian
terbentuklah penguatan selektif yang mengkondisikan tikus untuk
menekan tombol hanya bila lampu menyala.
Peneliti dapat memodifikasi beberapa hal, diantaranya alat-alat
elektronik yang mengontrol tombol dan tempat makanan dapat dipasang
sedemikian hingga tikus baru akan mendapat makanan setelah beberapa
kali menekan tombol tetapi sejumlah tekanan yang lain tidak, atau
sedemikian hingga menekan batangan tidak lagi mendapat makanan.
Dalam setiap kasus, perilaku tikus direkam secara otomatis. Salah satu
keuntungan penting dari kotak skinner ini adalah memungkinkan peneliti
untuk melakukan studi ilmiah yang saksama dari perilaku dalam suatu
lingkungan terkontrol.
Jelas sekali bahwa eksperimen yang dilakukan Skinner tersebut mirip
sekali dengan trial and error learning yang ditemukan oleh Thorndike.
Dalam hal ini fenomena tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu
melibatkan kepuasan (satisfaction), sedangkan menurut Skinner fenomena
tingkah laku belajar selalu melibatkan penguatan (reinforcement).
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah. (Baharudin dan Nur Wahyuni : 70).
Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat
disimpulkan bahwa :
1. Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek,
berdasarkan tingkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
2. Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan
yang dikontrol dengan hati-hati.
3. Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang
benar dimunculkan.
4. Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat
diperoleh perampatan stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.

Teori Skinner | 107


Kategori Perilaku
Menurut Skinner, hampir semua perilaku manusia diidentifikasi ke
dalam dua kategori yaitu perilaku respon dan perilaku operan. Perilaku
respon adalah perilaku tanpa sengaja (refleks) dan hasil dari rangsangan
(stimulus) lingkungan khusus, seperti stimulus dari binatang kecil yang
mengganggu mata akan menyebabkan mata berkedip, kilatan cahaya
terang akan mengakibatkan mata berkedip, suatu peristiwa memalukan
dapat mengakibatkan muka memerah, makanan yang menimbulkan air
liur, dan mengelak dari pukulan.
Sebagaimana yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata, Skinner
membedakan adanya dua macam respons, yaitu:
a. Respondent Response (reflexive response)
Yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu yang disebut
eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang secara relatif
tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada
umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respons yang ditimbulkannya.
b. Operant Responsen (instrumental response)
Yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu
disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang-
perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan
karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah
dilakukan. Jika seorang pelajar telah melakukan perbuatan, lalu
mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar
(responsnya menjadi lebih intensif/kuat) (Sumadi Suryabrata, 2007:
271272).
Perilaku operan adalah perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus
yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini
pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia
Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan.
Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.

Tabel Perbandingan Perilaku Respon dan Operan

Responsden (Refleks ) Operan

Teori Skinner | 108


Ada korelasi yang Ada respons bertindak
dapat diamati antara mengenai lingkungan yang
stimulus dan respons; menimbulkan konsekuensi yang
Respons yang terpancing berpengaruh pada organisasi, dan
keluar terutama untuk dengan demikian mengubah tingkah-
menjaga kesejahteraan laku yang akan datang; Tidak ada
organisme, misalnya korelasi nya dengan stimulus
makanan dan sebelumnya.
kenyamanan.
Di kondisikan Di kondisikan melalui
dengan substitusi konsekuensi respons yang
stimulus (Conditioning memperbesar peluang merespon.
Tipe S). (Conditioning Tipe R).

Dalam pengondisian operant, stimulus-stimulus tertentu bisa


mempengaruhi kemungkinan munculnya respon operant, tanpa harus ia
menjadi “penyebab” munculnya respon tersebut (Kelvin Seifert, 2010:
31). Dalam pengkondisian operant, perilaku yang meningkatkan
frekuensinya sesringkali disebut dengan operant, hal ini nampaknya
disebabkan karena perilaku tersebut “mengoperasikan” atau dalam kata
lain menghasilkan, konsekuensinya (Ibid: 32). Dengan kata lain operant
adalah perilaku yang diperkuat jika akibatnya menyenangkan. Operant
merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Operant belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Operant
conditioning telah terbentuk bila dalam frekuensi tingkah laku operant
yang bertambah atau bila timbul tingkah laku operant yang tidak tampak
sebelumnya. Frekuensi terjadinya tingkah laku operant ditentukan oleh
akibat dari tingkah laku itu sendiri (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2008:
132).
Yang menentukan apakah operant tertentu akan terjadi atau tidaknya
adalah stimulus, stimulus ini memliki pengaruh melalui proses
dikriminasi. Jika suatu operant dikuatkan dengan hadirnya suatu stimulus
namun tidak dikuatkan ketika stimulus yang hadir berbeda, kecenderungan
untuk merespon stimulus kedua ketika dihadirkan secara bertahap akan
mengalami ekstingsi, dan diskriminasipun akan terbentuk (Winfred F.
Hill, 2011: 103-104). Diskriminasi itu sendiri adalah belajar memberikan
respon terhadap suatu stimulus dan tidak memberikan respon terhadap

Teori Skinner | 109


stimulus lain, walaupun stimulus itu berhubungan dengan stimulus
pertama, atau dengan menggunakan tanda-tanda atau informasi untuk
mengetahui kapan tingkah laku akan direinforced. Belajar adalah
menguasai suatu bahan dan diskriminasi yang lebih kompleks (Sri Esti
Wuryani Djiwandono: 137). Contoh, semua huruf, angka, kata-kata,
adalah diskriminasi stimuli. Seorang anak kecil belajar
mendiskriminasikan huru B dan D.

Konsekuensi-konsekuensi

Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan disebut penguatan


(reinforcement). Konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan
disebut hukuman (punishment). Hal yang terpenting dalam belajar adalah
adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).

Penguatan
Penguatan (reinforcement) didefinisikan sebagai setiap konsekuensi
yang menguatkan perilaku (meningkatkan frekuensi perilaku). Suatu
penguat harus terdemonstrasikan, artinya tidak bisa menganggap suatu
konsekuensi tertentu benar-benar merupakan suatu penguat sampai
terbukti konsekuensi itu menguatkan perilaku seseorang. Sebagai contoh,
permen secara umum dapat dianggap sebagai penguat untuk anak-anak,
namun saat gigi sakit permen bukan lagi penguat untuk anak-anak
tersebut. Tidak ada ganjaran (hadiah) yang dapat diasumsikan sebagai
penguat untuk setiap orang dalam segala kondisi. Umumnya yang menjadi
penguat adalah sesuatu yang dapat memuaskan dorongan dasar (basic
drive), seperti makanan, rasa haus, dan sebagainya. Tetapi hal tersebut
tidak selalu benar, terutama bila diterapkan pada manusia, Karena selain
kebutuhan fisik, manusia juga memiliki kebutuhan psikis, seperti
kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk
berhubungan dengan orang lain dan sebagainya.
Skinner memandang reward (hadiah) atau reinforcement (penguatan)
sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung
untuk belajar suatu respons jika diikuti oleh reinforcement (penguat).
Skinner lebih memilih istilah reinforcement dari pada reward, ini
dikarenakan reward diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang
dihubungkan dengan kesenangan, sedangkan reinforcement adalah istilah
yang netral. Penemuan Skinner memusatkan hubungan tingkah laku

Teori Skinner | 110


dengan konsekuen (Sri Esti Wuryani Djiwandono: 131). Contoh, jika
tingkah laku individu segara diikuti oleh konsekuensi menyenangkan,
maka individu tersebut akan menggunakan tingkah laku itu lagi sesering
mungkin. Untuk penguat itu sendiri sering kali berbentuk penghargaan
non-fisik, seperti; pujian dsb (Kelvin Seifert: 34). Penguatan
(reinforcement) itu sendiri dibagi menjadi dua, penguatan positif dan
penguatan negatif.
1. Penguatan atau imbalan positif
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah
berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol), penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb), dan sikap
guru yang menunjukkan rasa gembira pada saat siswa menjawab
dengan benar. Penguatan positif akan berbekas pada diri siswa karena
siswa akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh
semangat dan memotivasi siswa untuk rajin belajar dan meningkatkan
prestasinya.
2. Penguatan negatif
Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).
Contohnya, orang tua membebaskan anaknya dari tugas mencuci
piring jika anak itu menyelesaikan PR dengan baik. Jika pekerjaan
mencuci piring dipandang sebagai tugas tidak menyenangkan bagi
anak, pembebasan dari pekerjaan itu merupakan suatu penguatan.
Selain itu bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut,
muka kecewa dll).

Penguat berarti memperkuat, dalam penguat positif, frekuensi respons


meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Contoh, komentar guru meningkatkan perilaku menulis murid, atau
memuji orang tua yang mau hadir dalam rapat orang tua dan guru
mungkin akan mendorong mereka untuk kelak ikut rapat lagi. Sedangkan

Teori Skinner | 111


dalam penguat negatif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Contoh,
ayah mengomeli anaknya agar mau mengerjakan PR, dia terus mengomel,
akhirnya anak itu mendengarkan omelan dan mengerjakan PR nya.
Respon anak (mengerjakan PR) menghilangkan stimulus yang tidak
menyenangkan (omelan) (John W. Santrock, 2008: 273).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Dan rangsangannya makin memperkuat atau
mendorong suatu tindak balas. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang
dikurangi atau di hilangkan serta menghindari suatu tindak balas tertentu
yang tidak memuaskan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan
negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan
hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner
menekankan bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak
diharapkan, yaitu hukuman hanya bersifat sementara dalam
menghilangkan respons yang tak diinginkan, hukuman dapat
mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak mengenakkan, sepert malu,
rasa bersalah, dll, dan hukuman dapat meningkatkan pemunculan perilaku
yang dianggap mengurangi hadirnya stimulus yang tidak menyenangkan.
Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif. Oleh
karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada
hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.
Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif,
dan hukuman. Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan
hukuman( John W. Satrock, 2007).

Penguatan Positif

Teori Skinner | 112


Perilaku Konsekuensi
Perilaku ke depan

Murid mengajukan Guru mengajukan lebih


Guru menguji murid
pertanyaan yang bagus banyak pertanyaan
Penguatan Negatif
Perilaku Konsekuensi Perilaku ke depan
Murid makin sering
Murid menyerahkan PR Guru berhenti menegur
menyerahkan PR tepat
tepat waktu murid
waktu
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Perilaku ke depan
Guru mengajar murid Murid berhenti menyela
Murid menyela guru
langsung guru
Penguatan hanya berbentuk positif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu,
konsekuensi meningkatkan perilaku. Dalam hukuman, perilakunya
berkurang

Menurut Hintzman sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa


proses belajar dan teori operant conditioning tunduk kepada dua hukum

Teori Skinner | 113


operant yang berbeda, yaitu: law of operant conditioning dan low of
operant axtinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya
tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
tingkah laku tersebut akan meningkat. Sebaliknya menurut low of operant
axtinction, jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah
(Muhibbin Syah, 1999: 90).

Penguat Primer dan Penguat Sekunder

Hal-hal yang memperkuat suatu respon disebut reinforcer (penguat).


Reinforcer dapat dibedakan atas penguat primer (primary reinforcer) dan
penguat sekunder (secondary reinforcer). Penguat primer adalah penguat
yang efektif bagi subjek yang belum terlatih, artinya tidak dibutuhkan
suatu latihan awal untuk memperkuat suatu respon. Penguat primer
memuaskan kebutuhan dasar manusia, misalnya: makanan, air, keamanan,
kehangatan, dan seks.
Penguat sekunder adalah penguat yang tidak dapat berfungsi sebagai
penguat secara alami, maksudnya agar penguat tersebut jadi efektif,
individu harus memiliki pengalaman lebih dahulu dengan penguat
tersebut. Oleh karena itu, penguat sekunder juga sering disebut
dengan learned reinforcer (penguat yang dipelajari).
Penguat sekunder umumnya dipasangkan dengan penguat primer atau
penguat lain yang telah diakui. Contohnya, saat pemberian makanan, tikus
pada percobaan kotak Skinner juga diberikan bunyi. Makanan sebagai
penguat primer dan bunyi sebagai penguat sekunder. Bunyi itu sendiri
tidak dapat digunakan sebagai penguat, tetapi kehadirannya yang
menyertai makanan menyebabkan bunyi dapat digunakan sebagai penguat.
Uang tidak mempunyai nilai bagi seorang anak sampai anak itu
mengetahui bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang
merupakan penguat primer atau sekunder. Nilai tes mempunyai nilai kecil
bagi anak kecuali orang tuanya menghargai anak itu atas nilai yang
dicapainya, dan penghargaan orang tua itu memiliki nilai karena berkaitan
dengan rasa cinta, kehangatan, rasa aman dan penguat-penguat yang lain.
Terdapat tiga kategori penguat sekunder, yaitu:
a. Penguat sosial; misalnya penghargaan, senyuman, pelukan,
perhatian.

Teori Skinner | 114


b. Penguat aktivitas; misalnya diperbolehkan menonton TV,
menonton bioskop, mengunjungi arena permainan, atau aktivitas-
aktivitas yang menyenangkan
c. Penguat simbolik; misalnya uang, nilai, tanda jasa.

Jadwal Penguatan

Skinner suka bercerita tentang bagaimana dia tidak sengaja


menemukan berbagai penemuannya. Sebagai contoh, ia berbicara tentang
kehabisan pelet makanan di tengah studi "tikus Purina chow" dan
sejenisnya, sehingga Skinner harus membuat pelet tikus sendiri, tugas
yang lambat dan membosankan. Jadi dia memutuskan untuk mengurangi
jumlah pelet, ia memberi tikus itu apapun perilaku berusaha untuk kondisi,
dan lihatlah, tikus terus berperilaku operan, dan pada tingkat yang stabil,
tidak kurang. Ini adalah bagaimana Skinner menemukan jadwal
penguatan. Penguatan terus menerus adalah skenario asli: Setiap kali tikus
melakukan perilaku (seperti menekan tombol), dia mendapat makanan.
Pengaruh penguatan terhadap perilaku tergantung pada banyak faktor,
salah satu faktor yang paling penting adalah jadwal penguatan. Istilah ini
mengacu kepada berapa frekuensi penguatan diberikan, rentang waktu
yang dilalui antara kesempatan – kesempatan untuk memberikan
penguatan, dan daya prediksi dari penguatan tersebut.
a. Jadwal Rasio Tetap (Fixed Ratio)
Rasio tetap adalah yang pertama ditemukan Skinner: Jika tikus
menekan tombol tiga kali, dia mendapat makanan. Atau lima kali.
Atau dua puluh kali. Atau "x" kali. Ada rasio tetap antara perilaku dan
reinforcers. Rasio tetap adalah jadwal penguatan dimana respon
diperkuat atau penguatan diberikan setelah sejumlah perilaku yang
tetap. Jadwal ini menghasilkan tingkat tinggi stabil menanggapi
dengan hanya jeda singkat setelah pengiriman penguat tersebut.
Sebagai misal, seorang guru dapat berkata, “Segera setelah
kamu menyelesaikan sepuluh soal, kamu boleh meninggalkan kelas!”
Tidak dipermasalahkan jumlah waktu yang diperlukan, siswa diberi
penguatan segera setelah dia menyelesaikan sepuluh soal itu. Ini
merupakan contoh dari penjadwalan FR10 (sepuluh perilaku untuk
satu penguatan). Salah satu bentuk umum dari penjadwalan rasio-
tetap adalah dimana setiap satu perilaku diberi penguatan. Ini disebut
penguatan berkelanjutan (continuous reinforcement) atau CRF. Jadi

Teori Skinner | 115


CRF sama saja dengan FR1, karena satu perilaku diperlukan untuk
satu penguatan. Pemberian jawaban yang benar dalam kelas biasanya
juga merupakan penguatan berkelanjutan. Sebab, setiap kali anak
memberikan jawaban benar, guru berkata : “Bagus!”
b. Jadwal Rasio Variabel
Suatu penguatan diberikan apabila banyaknya perilaku yang
diperlukan untuk penguatan tidak dapat diramal, walau dapat
dipastikan perilaku itu akhirnya akan diperkuat. Dalam pelaksanaan di
kelas, jadwal penguatan rasio – variabel terjadi bila siswa
mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru. Mereka
tidak pernah mengetahui kapan mereka mendapat penguatan pada saat
menjawab pertanyaan guru dengan benar, meskipun demikian mereka
dapat berharap akan ditunjuk dengan peluang satu di antara 30
(dengan catatan jumlah anak dalam kelas 30 orang). Penguatan seperti
ini disebut penjadwalan VR30 sebab, secara rata – rata, tiga puluh
perilaku diperlukan untuk satu penguatan. Penjadwalan ratio –
variabel cenderung menghasilkan kinerja perilaku yang tinggi dan
stabil. Misalnya, jika guru sering mengadakan pengecekan secara
acak terhadap pekerjaan siswa, maka akan mendorong siswa selalu
menyiapkan pekerjaan atau tugas – tugas dengan sebaik – sebaiknya.
Penjadwalan penguatan rasio – variabel menghasilkan perilaku
yang tahan terhadap kepunahan. Artinya, walaupun perilaku –
perilaku itu tidak dikuatkan lagi, perilaku itu tetap bertahan untuk
waktu yang lama. Karena siswa telah belajar bahwa diperlukan kerja
keras untuk memperoleh suatu penghargaan, maka mereka akan terus
bekerja dengan keyakinan bahwa upaya berikut suatu saat akan
memperoleh penghargaan.
c. Jadwal Interval Tetap
Variabel rasio berarti Anda mengubah "x" setiap kali, pertama
kali dibutuhkan 3 menekan untuk mendapatkan makanan, kemudian
10, kemudian 1, kemudian 7 dan seterusnya.
Dalam penjadwalan interval – tetap, penguatan diberikan
hanya dalam periode waktu tertentu. Ujian akhir merupakan sebuah
contoh klasik dari penjadwalan interval – tetap. Jadwal interval –
tetap menciptakan suatu pola perilaku yang menarik. Individu
biasanya santai – santai saja sampai waktu pemberian penguatan (nilai
ujian akhir) tiba, tetapi begitu waktu ujian itu mendekat, individu itu

Teori Skinner | 116


baru bekerja keras untuk menghadapi ujian tersebut. Pola perilaku ini
banyak teramati dilakukan oleh siswa, mereka belajar ekstra keras
sampai menit – menit terakhir sebelum ujian atau semalaman
begadang menulis laporan untuk diserahkan esok harinya.
Karakteristik jadwal interval – tetap seperti ini menganjurkan
beberapa kali ujian singkat daripada hanya sekali ujian utama.
d. Jadwal Interval Variabel
Dalam penjadwalan interval – variabel, penguatan diberikan
dalam suatu interval waktu acak, seseorang tidak tahu persis kapan
suatu perilaku akan dikuatkan. Misalnya, seorang guru menyuruh
siswa mengerjakan suatu soal di kelas, lalu guru ingin mengecek siapa
yang benar – benar mengerjakan soal tersebut. Guru mendekat tempat
duduk seorang anak, ternyata anak tersebut telah mengerjakan sampai
pada langkah tertentu dan benar, lalu guru memberi penguatan kepada
anak tersebut dengan berkata, “Bagus, langkah – langkah kamu sudah
betul”, setelah itu guru berpindah ke anak lainnya dan iapun akan
memberikan penguatan jika anak itu benar, dan seterusnya. Dalam hal
ini anak – anak di kelas tidak dapat memprediksi kapan guru akan
mengecek pekerjaan mereka, sehingga mreka cenderung bekerja
sebaik – baiknya selama menyelesaikan soal tersebut.

Hukuman
Skinner setuju dengan rewad atau dalam bahasanya
reinforcement, namun Skinner berbeda dengan pendukung behavioristik
lainnya, ia tidak setuju dengan hukuman, Skinner lebih percaya dengan
apa yang disebutnya dengan penguat negatif. Penguat negatif tidak sama
dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak bila hukuman harus
diberikan (sebagai stimulus) agar respons akan muncul berbeda dengan
respons yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus)
harus dikurangi agar respons yang sama menjadi semakin kuat. Hukuman
terkadang menghalangi perilaku positif dari objek yang mendapat
hukuman (Kelvin Seifert: 35). Penerapan prinsip pengondisian operant,
dengan tidak adanya hukuman dalam pendidikan bukan berarti ia
mengajarkan pendidikan bebas, akan tetapi ia menekankan bahwa sangsi
atau hukuman justru melahirkan perilakuperilaku yang tidak diharapkan.
(Torsten Husen: 113). Penguat negatif tidak sama dengan hukuman,

Teori Skinner | 117


ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama semakin kuat.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh C. Asri Budiningsih, ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak setuju dengan hukuman:
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku bersifat sangat
sementara.
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah
dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman
dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang
kala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya (C. Asri
Budiningsih, 2005: 26).
Menurut Skinner hukuman yang baik (operant negative) adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya, misalnya anak perlu
mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru akan berakibat buruk bagi siswa (Sugihartono dkk:
99) Satu hal yang perlu dicatat mengenai penguat, yang positif maupun
yang negatif, bahwasanya keduanya bisa dikondisikan (Winfred F. Hill:
103).
Jadi bisa dikatakan dalam teori Skinner ini bahwasanya hal terpenting
dalam belajar adalah penguatan, pengetahuan yang terbentuk melalui
ikatan stimulus dengan respon akan semakin kuat apabila diberi
penguatan, Baik penguatan positif maupun negatif, di mana penguatan
positif dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu
sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang
atau menghilang.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguat-penguat positif
dan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Sedangkan dalam penguat negatif, ada sesuatu yang
dikurangi atau dihilangkan. Agar istilah penguat negatif dan hukuman
tidak rancu, ingat bahwa penguat negatif meningkatkan probabilitas
terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas
terjadinya prilaku (John W. Santrock: 273).
Apabila reinforcement memperkuat perilaku, hukuman
memperlemah, mengurangi peluangnya terjadi lagi di masa depan. Sama

Teori Skinner | 118


halnya dengan reinforcement, ada dua macam hukuman, positif dan
negatif.
Hukuman yang positif meliputi mengurangi perilaku dengan
memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi.
Orang tua menggunakan hukuman positif ketika mereka memukul,
memarahi, atau meneriaki anak karena perilaku yang buruk. Masyarakat
menggunakan hukuman positif ketika mereka menahan atau
memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.
Hukuman negatif atau disebut juga peniadaan, meliputi mengurangi
perilaku dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika
perilaku terjadi. Taktik orang tua yang membatasi gerakan anaknya atau
mencabut beberapa hak istimewanya karena perbuatan anaknya yang
buruk merupakan contoh hukuman negatif.
Kontroversi yang besar terjadi manakala membicarakan apakah
hukuman merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau
meniadakan perilaku yang tidak diinginkan. Eksperimen dalam
laboratorium yang sangat hati-hati membuktikan bahwa, ketika hukuman
digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang efektif dalam
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun demikian, hukuman
memiliki beberapa kelemahan. Ketika seseorang dihukum sehingga sangat
menderita, ia menjadi marah, agresif, atau reaksi emosional negatif
lainnya. Mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti perilaku salah
mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya, seperti halnya ketika
seorang anak lari dari rumahnya. Lagi pula, hukuman mungkin
mengeliminasi perilaku yang dikehendaki bersamaan dengan hilangnya
perilaku yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, seorang anak yang
dipukul karena membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan tidak
berani lagi tunjuk jari. Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya,
banyak pakar psikologi yang merekomendasikan bahwa hukuman hanya
boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku ketika tidak ada alternatif lain
yang lebih realistis.
Hukuman dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Hukuman paksaan (presentation punishment), adalah hukuman
dengan menggunakan konsekuensi-konsekuensi yang tidak
menyenangkan (aversive stimulus). Hal ini berarti memaksa
melakukan tugas atau situasi yang tidak diinginkan. Misalnya,
seorang anak bercakap-cakap saat pelajaran berlangsung, lalu anak itu

Teori Skinner | 119


diperintahkan untuk menulis 100 kalimat: “Saya tidak akan bercakap-
cakap di dalam kelas”.
b. Hukuman larangan (removal punishment), adalah hukuman dalam
bentuk penghapusan penguatan. Dengan kata lain, melarang
melakukan tugas atau situasi yang diinginkan. Misalnya, seorang anak
tidak boleh ikut istirahat sewaktu jam istirahat berlangsung, atau
seorang anak tidak diperbolehkan menggunakan hak-hak tertentu
mereka.

C. IMPLIKASI TEORI B.F. SKINNER DALAM PEMBELAJARAN

Skinner berpendapat seorang guru berperan penting di dalam kelas


dengan mengontrol dan mengarahkan aktifitas belajar. Pertama guru
harus menyusun sajian dengan urutan logis serta langkah–langkah kecil
dan kemudian mencoba untuk memberikan penguatan langsung setelah
respon siswa. Misalnya dalam penyajian materi operasi bentuk akar:

a. Operasi Penjumlahan
Contoh :
Sederhanakanlah 5 √ 5+3 √2+2 √ 5+6 √ 2 = . . . . . . . . . .
Jawab:
Langkah I : Kelompokkan bilangan – bilangan yang memiliki nilai
akar yang sama.
5 √ 5+2 √ 5+3 √ 2+6 √ 2
Langkah II : Jumlahkan akar – akar tersebut dengan cara
menyatukan masing – masing bilangan bulat yang memiliki nilai
akar yang sama.
(5+2) √5+(3+6) √2
Langkah III : Hitung akar – akar tersebut
7 √ 5+9 √ 2
Langkah IV : Hasil yang diperoleh adalah
5 √ 5+2 √5+3 √ 2+6 √ 2=7 √ 5+9 √ 2

b. Operasi Merasionalkan Bentuk Akar

Contoh:

Teori Skinner | 120


2
Rasionalkanlah akar dari =..................
√7
Jawab:
Langkah I : Kalikan akar tersebut dengan penyebutnya.
2 √7
×
√7 √ 7
Langkah II : Kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut
dengan penyebut.
2 × √ 7=2 √ 7
√ 7 × √ 7=7 , karena jika akar dikalikan dengan nilai akar yang sama,
sama dengan nilai akar tersebut.
Langkah III : Kembalikan soal beserta jawabannya
2 2 7 2 7
= ×√ = √
√7 √7 √7 7
c. Operasi Pengurangan dan Penjumlahan

Contoh :
Sederhanakanlah bentuk akar dari:
6 √ 2−4 √ 6+8 √ 6+3 √ 2=¿ . . . . . . . ..
Jawab:
Langkah I : Kelompokkan bilangan–bilangan yang memiliki nilai
akar yang sama
6 √ 2+3 √2+ 8 √ 6−4 √6
Langkah II : Jumlahkan akar–akar tersebut dengan cara menyatukan
bilangan–bilangan bulat yang memiliki nilai akar yang sama.
(6+ 3) √ 2+(8−4 ) √ 6
Langkah III : Hitunglah hasil dari pengurangan dan penjumlahan
bilangan-bilangan bulat tersebut.
9 √ 2+4 √ 6
Langkah IV : Maka hasil yang diperoleh adalah
6 √ 2+3 √2+ 8 √ 6−4 √6 = 9 √ 2+4 √ 6

Apabila siswa gagal dalam menjawab pertanyaan tersebut, maka


seorang guru tidak lantas memberikan ganjaran (hukuman) tetapi
berusahalah memberikan motivasi dengan mengunakan kalimat positif.
Misalnya dengan pernyataan:

Teori Skinner | 121


a. Sebenarnya jawaban kamu sudah benar, tetapi hanya tinggal
dirubah sedikit saja.
b. Sebenarnya kamu bisa, namun hanya kurang teliti saja. Tetapi
jika siswa berhasil menjawab dengan baik sebaiknya seorang
guru memberikan penghargaan sesuai dengan prestasi yang
diacapai, seperti pemberian hadiah, pujian, dan lain–lain. Agar
siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih baik lagi.
Apabila guru ingin memberikan soal-soal, maka soal tersebut harus
sesuai dengan kemampuan siswa, dalam artian boleh memberikan soal
yang sulit namun diberikan rentang waktu untuk menyelesaikan soal
tersebut.
Contoh penguatan positif adalah pujian yang diberikan kepada siswa
setelah berhasil menyelesaikan tugas dan sikap guru yang bergembira
pada saat siswa menjawab pertanyaan.
Apabila guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas-tugas lainnya,
maka guru harus mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa
yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Burrhus Frederic


Skinner
Kelebihan Teori Belajar B. F. Skinner

a. Pembelajaran difokuskan pada pencapaian sebuah tujuan yang


jelas dan bisa menanggapi secara otomatis segala respon yang
diberikan oleh setiap siswa.
b. Cocok untuk pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan
kemampuan psikomotor (praktek) dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti spontanitas, kelenturan, refleks,
dan daya tahan.
c. Dapat diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan penghargaan
langsung seperti pemberian hadiah.
d. Teori ini juga sangat menekankan pada prinsip bahwa setiap
individu memiliki potensi dalam belajar, yang membedakan hanya
pada waktu siswa memahami suatu materi. Dengan demikian siswa
yang memiliki kemampuan lambat pun dapat menyelesaikan

Teori Skinner | 122


materi dengan tuntas, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
cepat dapat melanjutkan materi selanjutnya tanpa harus menunggu
teman lainnya.Karena pembelajaran ini juga menekankan
pembelajaran secara individual.
Kelemahan Teori Belajar B. F. Skinner

Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat


membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-
mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan
menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri
konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman
verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran
justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam
situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang
mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap
anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan
sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan
prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang
bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

Pengaruh Teori B. F. Skinner Dalam Kehidupan Sehari-hari

Teori Skinner tentang pengkondisian ini sangat diminati saat ini


karena memang memiliki fungsi yang sangat membantu manusia. Melalui
teori ini orang-orang dapat melatih hewan peliharaan (kucing, anjing,
burung, dll) maupun hewan-hewan yang berguna dalam membantu
manusia (merpati, anjing polisi, dll)
Teori Skinner ini juga sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan ,
dimana rata-rata sistem pendidikan saat ini menerapkan sistem
pengkondisian Skinner. Saat sensitivnya masalah hak asasi manusia
(HAM), maka penerapan hukuman di dunia pendidikan mulai dikurangi
dan beralih ke cara yang diperkenalkan Skinner yaitu bahwa hukuman

Teori Skinner | 123


tidak perlu, yang diperlukan adalah member hadiah bagi yang berprestasi
untuk belajar lebih baik lagi.

Teori Skinner | 124


DAFTAR PUSTAKA

Budayasa, I Ketut. 1998. Teori Belajar Perilaku. (online)


(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%20IV-Teori%20Belajar-
PP.pdf, diunduh pada tanggal 29 September 2013)
TGoeh. 2008. Teori Belajar menurut Skinner. (online)
(http://goeh.wordpress.com/2008/03/07/teori-belajar-menurut-bf-
skinner/. Diunduh pada tanggal 29 September 2013)
Nurjannah.Amalia. 2013. Teori Penguatan Oleh Skinner. (online)
(https://amalianurjannah.files.wordpress.com/2013/05/3-teori-
penguatan-oleh-skinner.pdf, diunduh pada 29 September 2015)

Teori Skinner | 125

Anda mungkin juga menyukai