1583-Article Text-6129-2-10-20190913
1583-Article Text-6129-2-10-20190913
3 (September 2017)
SOAP MAKING BY USING KAPUK FRUIT PEEL (Ceiba petandra) AS A SOURCE OF ALKALI
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap produk sabun yang
terbentuk. Penelitian ini diawali dengan mengeringkan kulit buah kapuk dan dilakukan pembakaran
untuk memperoleh abu kulit buah kapuk. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan muffle furnace
pada suhu 500 oC selama 3 jam. Kemudian dilakukan ekstraksi pada abu dengan menggunakan
aquadest dengan perbandingan 1 : 3 untuk memperoleh alkali. Alkali ini direaksikan dengan minyak
goreng kelapa sawit pada proses saponifikasi dengan variabel tetap volume minyak 30 ml, kecepatan
pengadukan 250 rpm dan volume minyak : volume alkali 1 : 2 (ml). Sedangkan untuk variabel
bebasnya suhu reaksi 60 oC, 70 oC, 80 oC, waktu pengadukan 60 menit, 90 menit, 120 menit. Respon
yang diamati adalah densitas, Keasaman (pH), bilangan penyabunan dan alkali bebas. Hasil yang
terbaik diperoleh pada suhu 80 oC dan waktu pengadukan 120 menit dengan densitas 1,34 gr/ml, pH
9,1, bilangan penyabunan 200,349 dan kadar alkali bebasnya 0,07 %.
Abstract
The purpose of this study is to examine the effect of reaction time and temperature toward the formed
of soap product. This study begins by drying the skin of cotton and burning to gain the ash of cotton
fruit skin. The combustion is done by using muffle furnace at 500 oC for 3 hours. Then, extraction is
done on ash by using aquadest with a ration 1:3 to obtain alkali. This alkali will be used with cooking
oil from palm in saponification process with fixed volume variable oil of 30 ml, velocity of stirring is
250 rpm, and oil volume : alkali volume 1:2 (ml). Whereas for the free variable are reaction
temperature at 60 oC, 70 oC, 80 oC, stirring time at 60 minutes, 90 minutes, 120 minutes. The
observed responses are density, acidity (pH), saponification number and free alkali. The best results
were obtained at 80 °C and stirring time of 120 minutes with a density of 1.34 gr / ml, pH 9.1,
saponification number of 200.349 and a 0.07% free alkali content.
Pendahuluan
Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra), industri tahu dan genteng. Di Kabupaten Pati,
adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis. kulit buah kapuk randu kering diproses menjadi
Kapuk dibudidayakan untuk mengambil serat, Soda Q dengan cara pembakaran dan ekstraksi
sementara kulitnya cenderung dibuang. Kapuk [7]. Karena masih kurangnya pemanfaatan kulit
ditemukan dalam kapsul buah matang. Pohon buah kapuk maka disini peniliti mencoba
kapuk umumnya membutuhkan curah hujan menfaatkan alkali yang ada pada kulit buah
yang melimpah selama musim berbunga dan kapuk sebagai sumber alkali dalam pembuatan
berbuah. Buah kapuk berukuran rata-rata sabun.
panjang 10 – 20 cm dengan diameter 5 cm [6]. Sabun adalah surfaktan atau campuran
Kapuk Randu banyak dijumpai di surfaktan yang digunakan dengan air untuk
Indonesia terutama di daerah Jawa. Di Jawa mencuci dan membersihkan lemak (kotoran).
Barat, perkebunan kapuk randu terbesar terdapat Sabun memiliki struktur kimiawi dengan
di daerah Lebak wangi dan Bandung, di Jawa panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun
Tengah terdapat di daerah Pati, Kudus dan bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya
Jepara, sedangkan di Jawa Timur berada di memiliki gugus hidrofilik (polar), sedangkan
daerah Tulung Agung, Blitar, Pasuruan,dan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik
Banyuwangi. (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya,
Kulit kapuk randu banyak mengandung gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak
Kalium dan Natrium tetapi pemanfaatannya dan kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh
belum maksimal. Selama ini kulit buah kapuk gugus hidrofilik yang dapat larut di dalam air
randu hanya digunakan sebagai kayu bakar pada [6].
8
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3 (September 2017)
Kandungan zat-zat yang terdapat pada untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah
sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan tangga, hingga sabun yang digunakan dalam
jenis sabun. Larutan alkali yang biasa industri.
digunakan pada sabun keras (sabun padat) Banyaknya prosuksi sabun cair di
adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.
yang biasa digunakan pada sabun lunak (sabun
cair) adalah Kalium Hidroksida (KOH) [5]. Tabel 1.Produksi Sabun Cair di Indonesia
Dalam proses pembuatan sabun disini Tahun 2001-2005 [2]
peneliti mereaksikan alkali yang ada pada kulit
buah kapuk dengan minyak goreng yang Tahun Frekuensi Nilai (Rp)
bersumber dari kelapa sawit. Seperti yang kita (kg)
ketahui Indonesia merupakan salah satu negara 2001 415.064 2.324.356.000
penghasil minyak sawit terbesar di dunia. 2002 883.956 4.950.164.000
Sehingga untuk memproleh minyak kelapa 2003 989.098 5.322.156.000
sawit sangat mudah dan harga yang terjangkau. 2004 1.240.082 7.923.653.000
Minyak dari kelapa sawit ini dapat di 2005 7.245.937 29.295.886.000
manfaatkan untuk pembuatan sabun, karena
sabun yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit Proses pembuaatan sabun dikenal dengan
memiliki kelebihan yaitu lebih lembut di istilah saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi
tangan. Untuk itu peneliti menggunakan minyak hidrolisis asam lemak oleh adanya basa
kelapa sawit sebagai bahan untuk membuat (NaOH). Sabun terutama mengandung C12 dan
sabun. C16 selain itu juga mengandung asam
karboksilat. Saponifikasi merupakan reaksi
Teori antara asam/lemak dengan basanya yang
Sabun adalah garam alkali dari asam menghasilkan sabun dan gliserol merupakan
lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam produk samping.
lemak. Basa alkali yang umum digunakan untuk Faktor – factor yang mempengaruhi proses
membuat sabun adalah natrium (NaOH) dan saponifikasi:
amonia (NH4OH) sehingga rumus molekul 1. Suhu Operasi
selalu dinyatakan sebagai RCOONa, RCOOK Proses saponifikasi trigliserida dapat
atau RCOONH4. berlangsung pada suhu kamar dan prosesnya
Proses pembuatan sabun dikenal dengan sangat cepat berlangsung.
istilah saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi Ditinjau dari segi termodinamikanya, kenaikan
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa suhu akan menurunkan hasil, hal ini dapat
lemah/kuat. Berikut merupakan reksi dilihat dari persamaan Van`t Hoff :
saponifikasi:
d ln 𝐾 ΔH
CH3COOH CH2OH = ……………………………..(1)
dT RT
9
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3 (September 2017)
10
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3 (September 2017)
30 menit. Larutan bersifat alkali (penunjuk mendekati kesetimbangan sehingga residu alkali
Phenolphtalein berwarna merah). Lakukan uji akan semakin rendah yang menyebabkan sabun
alkali bebas dengan mentiternya menggunakan tidak terlalu basa.
HCL 0,1 N dalam alkohol dari buret, sampai Berdasarkan penelitian yang dilakukan
warna merah tepat hilang. Dihitung kadar alkali oleh Wijana, dll., 2009 [10], nilai pH memiliki
bebas dengan rumus: kecenderungan yang semakin menurun dengan
semakin lamanya pengadukan. Dan semakin
𝑉 ×0,056×𝑁 besar suhu reaksi maka pH sabun akan semakin
𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = × 100%............. (6)
𝑊 kecil. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi
suhu optimum akan menyebabkan pengurangan
V = volume HCl yang digunakan (ml) hasil karena harga kesetimbangan reaksi K akan
N = normalitas HCl yang digunakan (N) menurun yang berarti reaksi akan bergeser ke
W = berat sampel (gram) arah pereaksi atau dengan kata lain produk akan
berkurang [4][9]. Reaksi yang jauh dari
Hasil Dan Pembahasan kesetimbangan akan menghasilkan sabun
Hasil Penelitian dengan residu alkali yang besar dan berakibat
Karakteristik AAS alkali dari kulit buah pada pH sabun yang tinggi. Pada penelitian ini
kapuk dilakukan untuk mengidentifikasi pH terbaik yang diperoleh adalah pada suhu
kandungan kalium yang ada pada kulit buah 80oC dan waktu pengadukan 120 menit yaitu
kapuk. Dari hasil analisa AAS yang dilakukan 9,1. Nilai pH merupakan salah satu parameter
diperoleh persentase kalium yang ada pada kulit hang penting dalam penentuan mutu sabun cair,
buah kapuk sebesar 29,8 % pada suhu karena nilai pH menentukan kelayakan sabun
pembakaran 500oC selama 3 jam. untuk digunakan sebagai sabun mandi. Sabun
cair yang diperoleh pada penelitian ini memiliki
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengadukan pH antara 9,1 – 10,8 dan menurut SNI pH sabun
Terhadap Keasaman (pH) Sabun cair berkisar antara 8 – 11 [10]. Jadi sabun yang
Berikut grafik yang menunjukkan diperoleh pada penelitian telah sesuai dan layak
pengaruh variasi suhu dan waktu pengadukan untuk digunakan.
terhadap kadar keasaman (pH) sabun cair yang
dihasilkan: Pengaruh Suhu dan Waktu Pengadukan
Terhadap Densitas Sabun
12 Berikut grafik yang menunjukkan variasi
suhu dan waktu pengadukan terhadap densitas
11 sabun cair yang dihasilkan:
pH
10
1.4
9
1.3
Densitas (𝜌)
8
1.2
60 90 120
Waktu Pengadukan (menit) 1.1
1
Gambar 1. Grafik Pengaruh Suhu Reaksi
60 90 120
dan Waktu Pengadukan terhadap Kadar
Keasaman Sabun Cair. Waktu Pengadukan (menit)
Dari gambar 1 dapat dilihat adanya Gambar 2. Grafik Pengaruh Suhu dan
pengaruh waktu pengadukan terhadap pH sabun Waktu Pengadukan Terhadap Densitas
yang dihasilkan. Dengan semakin bertambahnya Sabun Cair
waktu pengadukan dapat menyebabkan
turunnya pH sabun yang dihasilkan. Sedangkan Dari gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa
dengan semakin besarnya suhu reaksi suhu dan waktu pengadukan berpengaruh
penyabunan menyebabkan pH sabun menurun terhadap densitas sabun yang dihasilkan.
sampai titik optimumnya. Hal ini disebabkan Densitas sabun cenderung naik seiring dengan
oleh semakin lama waktu pengadukan bertambahnya waktu pengadukan dalam reaksi
menyebabkan waktu interaksi antara minyak penyabunan. Pengaruh suhu reaksi terhadap
dan alkali semakin besar, maka reaksi akan densitas sabun akan semakin meningkat seiring
11
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3 (September 2017)
dengan semakin besarnya suhu reaksi Hal ini disebabkan oleh semakin
penyabunan. Hal ini disebabkan oleh adanya bertambahnya waktu pengadukan akan
partikel H2O yang mulai menguap, yang menyebabkan waktu reaksi antara minyak dan
menyebabkan kandungan air pada sabun akan alkali akan semakin besar, maka reaksi akan
berkurang sehingga sabun menjadi mengental. mendekati kesetimbangan sehingga minyak
Penurunan viskositas akibat peningkatan rasio yang belum bereaksi dengan alkali akan
air/sabun dikarenakan viskositas dipengaruhi semakin kecil dan kadar asam lemak bebasnya
oleh kadar air dalam sabun tersebut [10]. pun semakin kecil. Dan pengaruh suhu reaksi
Sabun cair yang dihasilkan pada penelitian terhadap bilangan penyabunan akan semakin
memiliki densitas antara 1,08 – 1,34 (gr/ml) turun seiring dengan semakin besarnya suhu
menurut SNI densitas sabun cair berkisar 1,01 – reaksi. Pada kisaran suhu tertentu, kenaikan
1,1 (Indonesia dan Nasional 1994). Dapat suhu akan mempercepat reaksi penyabunan,
dilihat bahwa ada beberapa sabun cair yang yang artinya menaikkan hasil dalam waktu yang
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu lebbih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
pada suhu suhu 60 oC waktu pengadukan 60 melebihi suhu optimum, akan menyebabkan
menit sebesar 1,08 dan pada suhu 70 oC waktu pengurangan hasil karena harga kesetimbangan
pengadukan 60 menit sebesar 1,1 (gr/ml). konstanta reaksi K akan turun yang berarti
reaksi akan bergeser kearah pereaksi atau
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengadukan dengan kata lain produk akan berkurang [4].
Terhadap Bilangan Penyabunan Sabun Reaksi yang jauh dari kesetimbangan akan
Berikut grafik yang menunjukkan variasi menghasilkan sabun dengan nilai bilangan
suhu dan waktu pengadukan terhadap bilangan penyabunan yang besar.
penyabunan sabun cair yang dihasilkan: Sabun cair hasil penelitian memiliki
bilangan penyabunan antara 248,231 – 200,349
250 dan menurut SNI nilai bilangan penyabunan
Bilangan Penyabunan
12
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3 (September 2017)
13