Anda di halaman 1dari 28

SALINAN

BUPATI WONOSOBO
PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO


NOMOR 1 TAHUN 2016

TENTANG

PEMILIHAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Pemilihan Kepala Desa;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

1
Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5717);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN WONOSOBO
dan
BUPATI WONOSOBO

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Wonosobo.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Wonosobo.
4. Kecamatan adalah bagian wilayah dari Daerah yang dipimpin oleh Camat.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Daerah.
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

2
8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut
APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
11. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk Pemilihan Kepala
Desa Antarwaktu.
12. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa
dalam rangka memilih Kepala Desa yang bersifat langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil.
13. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
14. Panitia pemilihan Kepala Desa tingkat Daerah adalah panitia yang dibentuk
Bupati pada tingkat Daerah dalam mendukung pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa.
15. Panitia pemilihan Kepala Desa tingkat Desa yang selanjutnya disebut
Panitia Pemilihan adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
menyelenggarakan proses Pemilihan Kepala Desa;
16. Pemantau pemilihan Kepala Desa adalah petugas yang dibentuk oleh
Bupati dan/atau Camat untuk memantau penyelenggaran pemungutan
dan penghitungan suara di Desa.
17. Calon Kepala Desa adalah bakal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan
oleh Panitia Pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih menjadi Kepala
Desa;
18. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
19. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta
kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu;
20. Pemilih adalah penduduk Desa yang bersangkutan dan telah memenuhi
persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa;
21. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan
Umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas
kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru;
22. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar pemilih
yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan
identitas pemilih dan jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa;
23. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa
untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan.
24. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.

3
BAB II
TUGAS, WEWENANG, HAK, KEWAJIBAN, DAN
LARANGAN KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Tugas Kepala Desa

Pasal 2
Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

Bagian Kedua
Wewenang Kepala Desa

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kepala
Desa berwenang:
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa;
c. memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset Desa;
d. menetapkan Peraturan Desa;
e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f. membina kehidupan masyarakat Desa;
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l. memanfaatkan teknologi tepat guna;
m. mengoordinasikan pembangunan Desa secara partisipatif;
n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Hak Kepala Desa

Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kepala
Desa berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
4
c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan
lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
d. mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
Perangkat Desa.

Bagian Keempat
Kewajiban Kepala Desa

Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kepala
Desa berkewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,
profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i. mengelola keuangan dan aset Desa;
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup; dan
p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Bagian Kelima
Larangan Kepala Desa

Pasal 6
Kepala Desa dilarang:
a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga,
pihak lain, dan/atau golongan tertentu;
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan
masyarakat tertentu;
e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;

5
f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya;
g. menjadi pengurus partai politik;
h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan
Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan
perundangan-undangan;
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau
pemilihan Kepala Daerah;
k. melanggar sumpah/janji jabatan;
l. meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut tanpa
alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan; dan
m. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma hidup yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat serta melakukan perbuatan lain
yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap
kepemimpinannya sebagai Kepala Desa.

BAB III
LAPORAN KEPALA DESA

Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5, Kepala Desa wajib:
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir
tahun anggaran kepada Bupati;
b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir
masa jabatan kepada Bupati;
c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan
d. memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun
anggaran.

Pasal 8
(1) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf a disampaikan kepada Bupati melalui Camat paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
(2) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. pertanggungjawaban penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan;
c. pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan; dan
d. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.

6
(3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sebagai bahan evaluasi oleh Bupati untuk dasar
pembinaan dan pengawasan.

Pasal 9
(1) Kepala Desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa pada akhir masa jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
b kepada Bupati melalui Camat.
(2) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan dalam jangka waktu 5 (lima) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan.
(3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. ringkasan laporan tahun-tahun sebelumnya;
b. rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam jangka waktu
untuk 5 (lima) bulan sisa masa jabatan;
c. hasil yang dicapai dan yang belum dicapai; dan
d. hal yang dianggap perlu perbaikan.
(4) Pelaksanaan atas rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilaporkan oleh Kepala Desa
kepada Bupati dalam memori serah terima jabatan.

Pasal 10
(1) Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c setiap
akhir tahun anggaran kepada BPD secara tertulis paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
(2) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan Peraturan
Desa.
(3) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh BPD dalam melaksanakan fungsi
pengawasan kinerja Kepala Desa.

BAB IV
SANKSI ADMINISTRATIF BAGI KEPALA DESA

Pasal 11
(1) Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dan/atau melanggar larangan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dan/atau tidak melaksanakan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenai sanksi administratif berupa
teguran lisan dan/atau teguran tertulis.
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.

7
BAB V
MASA JABATAN KEPALA DESA

Pasal 12
(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikan.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
(3) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
(4) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
termasuk masa jabatan Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah
Desa.
(5) Dalam hal Kepala Desa mengundurkan diri sebelum habis masa
jabatannya atau diberhentikan, Kepala Desa dianggap telah menjabat 1
(satu) periode masa jabatan.

BAB VI
PEMBERHENTIAN DAN/ATAU PEMBERHENTIAN SEMENTARA
KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 13
(1) Kepala Desa berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi Kelurahan, penggabungan 2
(dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan
Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa; atau
g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila Kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD
melaporkan kepada Bupati melalui Camat.
(4) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan keputusan Bupati.

8
Pasal 14
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1
(satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan
huruf g, Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah
sebagai penjabat Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang baru.

Pasal 15
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu)
tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf
g, Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah sebagai
penjabat Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang baru melalui hasil
musyawarah Desa.

Pasal 16
(1) Dalam hal terjadi kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa, Kepala Desa yang habis masa jabatannya tetap diberhentikan dan
selanjutnya Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa.
(2) Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dari Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah atas usulan camat
dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat desa setempat.

Pasal 17
(1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai penjabat Kepala Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 ayat (2)
paling sedikit harus memahami bidang kepemimpinan dan teknis
pemerintahan.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
tugas, wewenang, dan kewajiban serta memperoleh hak yang sama dengan
Kepala Desa.

Pasal 18
(1) Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil apabila berhenti sebagai
Kepala Desa dikembalikan kepada instansi induknya.
(2) Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil apabila telah mencapai
batas usia pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan memperoleh hak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pemberhentian Sementara Kepala Desa

Pasal 19
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati setelah dinyatakan sebagai
terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan register perkara di pengadilan.

9
Pasal 20
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan sebagai
tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak
pidana terhadap keamanan negara.

Pasal 21
Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan Pasal 20, diberhentikan oleh Bupati setelah dinyatakan sebagai
terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

Pasal 22
(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan Pasal 20 setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti
tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan
putusan pengadilan diterima oleh Kepala Desa, Bupati merehabilitasi dan
mengaktifkan kembali Kepala Desa yang bersangkutan sebagai Kepala Desa
sampai dengan akhir masa jabatannya.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati harus merehabilitasi
nama baik Kepala Desa yang bersangkutan.

Pasal 23
Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 dan Pasal 20, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan
kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

BAB VII
TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 24
(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah
Daerah.
(2) Pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam
jangka waktu 6 (enam) tahun.
(3) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a. pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan Kepala Desa di
wilayah Daerah;
b. kemampuan keuangan Daerah; dan/atau
c. ketersediaan PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah yang memenuhi
persyaratan sebagai penjabat Kepala Desa.

10
(4) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun.
(5) Jadwal pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh Bupati.

Pasal 25
(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Kepala Desa dalam penyelenggaraan
pemilihan Kepala Desa serentak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Bupati menunjuk penjabat Kepala Desa atas usulan camat dengan
mempertimbangkan aspirasi masyarakat desa setempat.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah.

Pasal 26
(1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa.
(2) Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.

Pasal 27
(1) Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1), harus
terdaftar sebagai pemilih.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
a. penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala
Desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah
menikah ditetapkan sebagai pemilih.
b. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
d. berdomisili di Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk.
(3) Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat
menggunakan hak memilih.

Bagian Kedua
Panitia Pemilihan Kepala Desa

Pasal 28
(1) Dalam melaksanakan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (2), dibentuk panitia pemilihan Kepala Desa.
(2) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk di tingkat Daerah dan di tingkat Desa.

Pasal 29
(1) Panitia pemilihan Kepala Desa di tingkat Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) dibentuk oleh Bupati.
(2) Panitia pemilihan Kepala Desa di tingkat Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. merencanakan, mengoordinasikan dan menyelenggarakan semua
11
tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat Daerah;
b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
terhadap panitia pemilihan;
c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara serta
perlengkapan pemilihan lainnya;
e. menyampaikan surat suara dan kotak suara dan perlengkapan
pemilihan lainnya kepada Panitia Pemilihan;
f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan Kepala Desa
tingkat Daerah;
g. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan; dan
h. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.

Pasal 30
(1) Panitia pemilihan Kepala Desa di tingkat Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) dibentuk oleh BPD.
(2) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat mandiri dan tidak memihak.
(3) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas unsur:
a. Perangkat Desa;
b. lembaga kemasyarakatan; dan
c. tokoh masyarakat Desa.
(4) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
a. merencanakan, mengoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan;
b. merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati melalui
Camat;
c. melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
d. mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;
e. menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
f. menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;
g. menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye;
h. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan, dan tempat
pemungutan suara;
i. melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara;
j. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan
hasil pemilihan;
k. menetapkan calon Kepala Desa terpilih; dan
l. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan.

Bagian Ketiga
Persyaratan Calon Kepala Desa

Pasal 31
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
12
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara
dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan
berulang-ulang;
j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
k. berbadan sehat;
l. tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa
jabatan; dan
m. tidak sedang memiliki tanggungan dengan Pemerintah Desa.

Pasal 32
(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti terhitung
sejak ditetapkan sebagai calon Kepala Desa sampai dengan selesainya
pelaksanaan penetapan calon terpilih.
(2) Dalam hal Kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.

Pasal 33
(1) Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa
harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian.
(2) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa, yang bersangkutan dibebaskan
sementara dari jabatannya selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan
hak sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(3) Anggota Tentara Nasional Indonesia/Polisi Republik Indonesia yang
mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa menyesuaikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi Tentara Nasional Indonesia/ Polisi
Republik Indonesia.

Pasal 34
(1) Perangkat Desa dan/atau Anggota BPD yang mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa diberi cuti terhitung sejak ditetapkan sebagai calon
Kepala Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan calon
terpilih.

13
(2) Tugas Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap oleh
Perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.
(3) Perangkat Desa dan/atau Anggota BPD yang terpilih menjadi Kepala Desa
diberhentikan dari jabatanya sebelum dilantik sebagai Kepala Desa oleh
pejabat yang berwenang.

Bagian Keempat
Tahapan Pemilihan Kepala Desa

Pasal 35
Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan:
a. persiapan;
b. pencalonan;
c. pemungutan suara; dan
d. penetapan.

Pasal 36
Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a terdiri atas
kegiatan:
a. pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa tentang akhir masa jabatan yang
disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan;
b. pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa oleh BPD ditetapkan dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;
c. laporan akhir masa jabatan Kepala Desa kepada Bupati disampaikan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa
jabatan;
d. perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia pemilihan kepada
Bupati melalui Camat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
terbentuknya Panitia Pemilihan; dan
e. persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak diajukan oleh Panitia Pemilihan.

Pasal 37
Pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf b disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati melalui
Camat.

Pasal 38
Tahapan pencalonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b terdiri
atas kegiatan:
a. pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam jangka waktu 9
(sembilan) hari;
b. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, klarifikasi, serta
penetapan dan pengumuman nama calon dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) hari;
c. penetapan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada huruf b paling
sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang calon;
d. penetapan DPT untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
e. pelaksanaan kampanye calon Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari; dan
f. masa tenang paling lama 3 (tiga) hari.
14
Pasal 39
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf c kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pemilihan
memperpanjang waktu pendaftaran selama 20 (dua puluh) hari.
(2) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2
(dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bupati menunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai
dengan waktu yang ditetapkan kemudian.
(3) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masa
jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa
dari Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah atas usulan
camat dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat desa setempat.

Pasal 40
Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf c lebih dari 5 (lima) orang, Panitia Pemilihan melakukan
seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di
lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia, dan persyaratan lain yang
ditetapkan Bupati.

Pasal 41
Tahapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c
terdiri atas kegiatan:
a. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara; dan/atau
b. penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak.

Pasal 42
Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 huruf a dilaksanakan pada 1 (satu) TPS.

Pasal 43
(1) Penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 huruf b dilaksanakan di TPS.
(2) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara
sah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
(3) Dalam hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang memperoleh suara
terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) orang maka dilaksanakan
pemilihan Kepala Desa ulang bagi calon terpilih yang memperoleh suara
terbanyak sebagaimana dimaksud.
(4) Pemilihan Kepala Desa ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan hasil
penghitungan suara.

Pasal 44
(1) Tahapan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d terdiri
atas kegiatan:
a. laporan Panitia Pemilihan mengenai calon terpilih kepada BPD paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah pemungutan suara;

15
b. laporan BPD mengenai calon terpilih kepada Bupati paling lambat 7
(tujuh) hari setelah menerima laporan panitia;
c. Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan
pengangkatan Kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterima laporan dari BPD; dan
d. Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk melantik calon Kepala Desa
terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan keputusan
pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa dengan tata cara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
adalah Wakil Bupati atau Camat.

Pasal 45
(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih bersumpah/ berjanji.
(2) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada waktu pelantikan Kepala Desa terpilih.
(3) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-
jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam
mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang
berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

BAB VIII
BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 46
(1) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada APBD.
(2) Penggunaan dana yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diprioritaskan untuk :
a. pengadaan surat suara;
b. pengadaan kotak suara;
c. pengadaan kelengkapan peralatan lainnya;
d. honorarium panitia, dan
e. biaya pelantikan.

Pasal 47
Pemerintah Desa dapat menganggarkan dana bantuan dari APBDesa untuk
kebutuhan pada pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.

16
BAB IX
PENYELESAIAN LAPORAN PELANGGARAN DAN/ATAU PERSELISIHAN
PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 48
(1) Laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa pada setiap tahapan
penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa disampaikan kepada BPD.
(2) Laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat disampaikan oleh:
a. pemilih;
b. pemantau pemilihan Kepala Desa; atau
c. calon Kepala Desa.
(3) Laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan secara tertulis yang memuat paling sedikit:
a. nama dan alamat pelapor;
b. pihak terlapor;
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan
d. uraian kejadian.
(4) Laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan paling lama 2 (dua) hari sejak diketahui dan/atau
ditemukannya pelanggaran pemilihan Kepala Desa.
(5) BPD wajib menindaklanjuti laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa
paling lama 3 (tiga) hari sejak laporan diterima.

Pasal 49
(1) Laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 yang merupakan:
a. pelanggaran administrasi pemilihan Kepala Desa diteruskan kepada
Panitia Pemilihan;
b. perselisihan pemilihan Kepala Desa diselesaikan oleh BPD; dan
c. tindak pidana diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b tidak dapat diselesaikan, BPD melaporkan kepada Panitia
Pemilihan Tingkat Daerah melalui Camat.

Pasal 50
Dalam hal terjadi pelanggaran dan/atau perselisihan pemilihan Kepala Desa,
Bupati wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal diterimanya permohonan penyelesaian pelanggaran
dan/atau perselisihan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pasal
49.

Pasal 51
Selama proses penyelesaian pelanggaran dan/atau perselisihan pemilihan
Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50,
proses pemilihan Kepala Desa tetap berjalan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

17
BAB X
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTARWAKTU

Pasal 52
(1) Pemilihan Kepala Desa antarwaktu dilakukan apabila sisa masa jabatan
Kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15.
(2) Pemilihan Kepala Desa antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui musyawarah Desa.
(3) Kepala Desa antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.
(4) Kepala Desa antarwaktu yang dipilih melalui musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan tugas Kepala Desa
sampai habis sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.

Pasal 53
Musyawarah Desa yang diselenggarakan khusus untuk pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa antarwaktu dilaksanakan paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan, dengan mekanisme
sebagai berikut:
a. sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa, dilakukan kegiatan yang
meliputi :
1. pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa antarwaktu oleh BPD
paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak
Kepala Desa diberhentikan;
2. pengajuan biaya pemilihan dengan beban APBDesa oleh Panitia
Pemilihan kepada penjabat Kepala Desa paling lambat dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak panitia terbentuk;
3. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh Penjabat Kepala Desa
paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
diajukan oleh Panitia Pemilihan;
4. pengumuman dan pendaftaran bakal calon Kepala Desa oleh Panitia
Pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;
5. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh
Panitia Pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari; dan
6. penetapan calon Kepala Desa antarwaktu oleh Panitia Pemilihan paling
sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang
dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai
calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.
b. BPD menyelenggarakan musyawarah Desa yang meliputi kegiatan:
1. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua BPD yang
teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh Panitia Pemilihan;
2. pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah
Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara;
3. pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan
melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan
suara yang telah disepakati oleh musyawarah Desa;
4. pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan
kepada musyawarah Desa;
5. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa;
18
6. pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa melalui musyawarah Desa
kepada BPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah musyawarah
Desa mengesahkan calon Kepala Desa terpilih;
7. pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh Ketua
BPD kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima
laporan dari Panitia Pemilihan;
8. penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan calon
Kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya laporan dari BPD; dan
9. pelantikan Kepala Desa oleh Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan calon Kepala
Desa terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 54
(1) Masa jabatan Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai
habis masa jabatannya.
(2) Periodisasi masa jabatan Kepala Desa mengikuti Peraturan Daerah ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 55
Hal-hal yang secara teknis belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 56
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 6 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,
Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo Tahun 2006 Nomor 7 Seri E Nomor 4) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 6 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pelantikan dan Pemberhentian
Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2008 Nomor 10),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

19
Pasal 57
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo.

Ditetapkan di Wonosobo
pada tanggal 10 Maret 2016

BUPATI WONOSOBO,

ttd

EKO PURNOMO

Diundangkan di Wonosobo
pada tanggal 11 Maret 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO,

ttd

EKO SUTRISNO WIBOWO


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016 NOMOR

Salinan sesuai dengan aslinya


Plt. KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDA KAB. WONOSOBO

HARYONO, S.Sos., M.M


NIP. 19610724 198609 1 001
Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan,
Hukum dan Politik

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO, PROVINSI JAWA


TENGAH: (1/2016)

20
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
PEMILIHAN KEPALA DESA

I. UMUM
Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala
Desa berhak menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan. Kepala
Desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati, menyampaikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada
Bupati, memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran, dan memberikan
dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran.
Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya, melanggar
larangan Kepala Desa dan/atau tidak melakasanakan laporan Kepala Desa
dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.
Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan
pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian
Kepala Desa.
Kepala Desa dipilih secara langsung oleh dan dari penduduk Desa
Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan, dengan
masa jabatan 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala
Desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Pemilihan Kepala Desa dalam Peraturan Daerah ini diatur agar
dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Daerah dengan maksud
untuk menghindari hal negatif dalam pelaksanaannya. Dalam hal terjadi
perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa, Bupati wajib menyelesaikan
perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
diterimanya permohonan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Kepala
Desa dimaksud.
Pemilihan Kepala Desa secara serentak dilaksanakan bergelombang
paling banyak 3 (tiga) kali dalam waktu 6 (enam) tahun. Pemilihan Kepala
Desa secara bergelombang dengan mempertimbangkan pengelompokan
waktu berakhirnya masa jabatan Kepala Desa di wilayah Daerah,
kemampuan keuangan Daerah, dan ketersediaan PNS di Lingkungan
Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan sebagai penjabat Kepala
Desa.
Di samping mengatur Pemilihan Kepala Desa secara serentak, dalam
Peraturan Daerah ini juga diatur mengenai Pemilihan Kepala Desa
Antarwaktu melalui musyawarah Desa. Untuk mengisi kekosongan Kepala
Desa sebagai akibat dilaksanakannya kebijakan pemilihan Kepala Desa
21
secara serentak, dalam Peraturan Daerah ini diatur mengenai
pengangkatan Penjabat Kepala Desa dari unsur Pegawai Negeri Sipil.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
huruf a.
Cukup jelas.
huruf b.
Cukup jelas.
huruf c.
Cukup jelas.
huruf d.
Cukup jelas.
huruf e.
Cukup jelas.
huruf f.
Cukup jelas.
huruf g.
Cukup jelas.
huruf h.
Cukup jelas.
huruf i.
Cukup jelas.
huruf j.
Cukup jelas.
huruf k.
Cukup jelas.
huruf l.
Cukup jelas.
huruf m.
Norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
adalah:
1. Norma agama adalah sekumpulan kaidah yang bersumber dari
wahyu Ilahi.
2. Norma hukum adalah sekumpulan kaidah sebagai pedoman
hidup yang bersumber dari undang-undang dan pemerintah.

22
3. Norma kesopanan adalah aturan-aturan dalam masyarakat yang
bersumber dari kebiasaan dan kepatuhan dalam masyarakat
dalam hal ini berkaitan dengan adat di dalam masyarakat.
4. Norma kesusilaan adalah sekumpulan kaidah sebagai pedoman
hidup yang bersumber dari hati nurani seseorang.
Pasal 7
huruf a.
Cukup jelas.
huruf b.
Cukup jelas.
huruf c.
Cukup jelas.
huruf d.
Informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis dapat
disampaikan melalui media informasi seperti papan pengumuman,
radio komunitas, dan media informasi lainnya.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
ayat (1)
Cukup jelas.
ayat (2)
huruf a.
Yang dimaksud dengan “berakhir masa jabatannya” adalah
apabila seorang Kepala Desa yang telah berakhir masa
jabatannya 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan harus
diberhentikan.
huruf b.
Yang dimaksud dengan “tidak dapat melaksanakan tugas secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut
selama 6 (enam) bulan” adalah apabila Kepala Desa menderita
sakit yang mengakibatkan, baik fisik maupun mental, tidak
berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak diketahui
keberadaannya.
huruf c.
Cukup jelas.
huruf d.
Cukup jelas.
huruf e.
Cukup jelas.
23
huruf f.
Cukup jelas.
huruf g.
Cukup jelas.
ayat (3)
Cukup jelas.
ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Yang dimaksud dengan “tidak lebih dari 1 (satu) tahun” adalah 1 (satu)
tahun atau kurang.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Pemberhentian sementara Kepala Desa dalam hal ini dilakukan tanpa
melalui laporan dan/atau usulan BPD.
Pasal 20
Pemberhentian sementara Kepala Desa dalam hal ini dilakukan tanpa
melalui laporan dan/atau usulan BPD.
Pasal 21
Pemberhentian Kepala Desa dalam hal ini dilakukan tanpa melalui
laporan dan/atau usulan BPD.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Dalam hal terdapat kekosongan jabatan Sekretaris Desa, yang
melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa adalah Perangkat
Desa lainnya. Pejabat yang melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala
Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 24
ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pemilihan Kepala Desa secara serentak”
adalah pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan pada hari yang
sama.
ayat (2)
Cukup jelas.
ayat (3)
Cukup jelas.
ayat (4)
Cukup jelas.
ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
24
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
ayat (1)
Cukup jelas.
ayat (2)
Cukup jelas.
ayat (3)
huruf a.
Cukup jelas.
huruf b.
Yang dimaksud dengan “lembaga kemasyarakatan” adalah
lembaga kemasyarakatan Desa seperti LPMD, PKK, RW, RT,
Karang Taruna, dan lembaga kemasyarakatan Desa lainnya.
huruf c.
Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” adalah tokoh
keagamaan, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pendidikan, tokoh
pemuda, dan tokoh masyarakat lainnya.
ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 31
huruf a
Dibuktikan dengan surat keterangan sebagai bukti warga negara
Republik Indonesia dari Pejabat Pemerintah Daerah.
huruf b
Dibuktikan dengan surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel
atau bermaterai cukup.
huruf c
Dibuktikan dengan surat pernyataan memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas
kertas segel atau bermaterai cukup.
huruf d
Dibuktikan dengan ijazah pendidikan formal dari tingkat SD atau
sederajat, SMP atau sederajat, dan ijazah terakhir yang dilegalisasi
oleh pejabat yang berwenang atau pernyataan dari pejabat yang
berwenang.
huruf e
Dibuktikan dengan akta kelahiran yang dilegalisasi oleh pejabat
yang berwenang.

25
huruf f
Dibuktikan dengan surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi
Kepala Desa, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermaterai cukup.
huruf g
Dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilegalisasi
oleh pejabat yang berwenang dan surat keterangan bertempat
tinggal paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari
Rukun Tetangga/Rukun Warga dan Kepala Desa setempat.
huruf h
Cukup jelas.
huruf i
Dibuktikan dengan surat keterangan dari pengadilan bahwa yang
bersangkutan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih.
Atau berita acara pelaksanaan pengumuman kepada publik bahwa
yang bersangkutan setelah 5 (lima) tahun atau lebih selesai
menjalani pidana penjara, dan yang bersangkutan bukan sebagai
pelaku kejahatan berulang-ulang.
huruf j
Dibuktikan dengan surat keterangan dari Pengadilan Negeri bahwa
yang bersangkutan tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
huruf k
Dibuktikan dengan surat keterangan berbadan sehat dari dokter
Pemerintah Daerah.
huruf l
Dibuktikan dengan surat keterangan dari Pemerintah Daerah, dan
surat pernyataan tidak pernah menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga)
kali masa jabatan, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas
kertas segel atau bermaterai cukup.
huruf m
Tidak sedang memiliki tanggungan dengan Pemerintah Desa,
misalnya : tidak memiliki tunggakan PBB, tidak memiliki tunggakan
simpan pinjam Desa, dan tidak memiliki permasalahan terkait
dengan keuangan Desa lainnya. Dibuktikan dengan surat
pernyataan tidak sedang memiliki tanggungan dengan Pemerintah
Desa, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermaterai cukup, dan diketahui oleh Kepala Desa dan Ketua BPD.
Pasal 32
ayat (1)
Dokumen surat cuti Kepala Desa tidak mempengaruhi administrasi
pencalonan yang bersangkutan.
ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.

26
Pasal 34
ayat (1)
Dokumen surat cuti Perangkat Desa dan/atau Anggota BPD tidak
mempengaruhi administrasi pencalonan yang bersangkutan.
ayat (2)
Cukup jelas.
ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
huruf a.
Pelanggaran administrasi pemilihan Kepala Desa meliputi
pelanggaran terhadap tata cara yang berkaitan dengan administrasi
dalam setiap tahapan pemilihan Kepala Desa.
huruf b.
Perselisihan pemilihan Kepala Desa meliputi perselisihan antar-
Calon Kepala Desa dan/atau perselisihan antara Calon Kepala Desa
dengan Panitia Pemilihan dalam setiap tahapan pemilihan Kepala
Desa.
huruf c.
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
27
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
ayat (1)
Cukup jelas.
ayat (2)
Yang dimaksud dengan “musyawarah Desa” adalah musyawarah
yang diselenggarakan oleh BPD khusus untuk pemilihan Kepala
Desa Antarwaktu (bukan musyawarah BPD), yaitu mulai dari
penetapan calon, pemilihan calon, dan penetapan calon terpilih.
ayat (3)
Cukup jelas.
ayat (4)
Masa jabatan Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah Desa
terhitung sejak yang bersangkutan dilantik oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1

28

Anda mungkin juga menyukai