PROPOSAL)
Disusun oleh :
Sumiati
NPM : 210102437P
pertumbuhan.
stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
riwayat BBLR (p= 0,045 dan OR 3,304) dan asupan zinc (p=0,019 dan
pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Pusksesmas Pauh Kota
Padang.
Link http://repo.stikesperintis.ac.id/734/1/SKRIPSI%20LENGKAP%20MERI
SA%20OKTARI.pdf
Masalah, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang dapat menghambat
Tujuan, perkembangan fisik dan mental anak, selain itu anak lebih rentan
dan terhadap penyakit infeksi. Faktor risiko stunting pada anak salah
Kesimpul satunya adalah kurangnya asupan gizi balita, terutama asupan gizi
an terbaik untuk bayi yaitu ASI. Pemberian ASI diduga berpengaruh
terhadap terhadap kejadian stunting. Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita 2-3 tahun di Desa Karangrejek Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Simpulan dan Saran: Ada
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
2-3 tahun. Hasil penelitian ini menjadikan masukan bagi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif bagi bayi agar dapat terhindar dari stunting
Link http://digilib.unisayogya.ac.id/2480/1/dira%20Naskah%20Publikasi%20
Balita
Penulis Sr. Anita Sampe, SJMJ, Rindani Claurita Toban, Monica Anung Madi
Masalah, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
Tujuan,
dan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
Kesimpul
an makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Salah satu
penyebab stunting pada balita yaitu pemberian ASI eksklusif yang tidak
Link Hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
Link http:///E:/KULIAH%20DIV%20KEBIDANAN/REFERENSI%20SKRIPSI/
7340-17868-1-PB.pdf
Masalah, Stunting merupakan salah satu masalah gizi akibat kekurangan gizi
Tujuan,
dan kronik dalam 1000 hari pertama kehidupan yang akan berdampak
Kesimpul
an terhadap pertumbuhan dan perkembanagn fisik dan mental anak. Faktor
usia 12-35 bulan di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Padang tahun
2018.
Link http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/545
BAB I
PENDAHULUAN
yaitu: Masalah gizi yang secara public health sudah terkendali; Masalah yang belum
dapat diselesaikan (un-finished); dan Masalah gizi yang sudah meningkat dan
mengancam kesehatan masyarakat (emerging). Masalah gizi lain yang juga mulai
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
anak baduta (dibawah 2 tahun) adalah menjadi 28%. (RPJMN, 2015-2019). 136,7
juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara
eksklusif dalam 6 bulan pertama. Di negara berkembang hanya 39% ibu yang
memberikan ASI Eksklusif. Sementara di negara industri, bayi yang tidak diberi ASI
Eksklusif lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi asi eksklusif. (UNICEF,
2013). Menurut UNICEF, tahun 2011 ada 165 juta (26%) balita dengan stunting di
seluruh dunia. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan angka balita stunting
prevalensi pendek secara nasional adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan
stunting di indonesia lebih tinggi dari pada negara-negara lain di Asia Tenggara,
balita pendek (stunting). Begitu pula balita yang kurus, jumlahnya mengalami
penurunan walaupun tidak terlalu besar.Data PSG tahun 2015 menunjukkan jumlah
balita stunting 29,1 persen (sangat pendek 10,1 persen dan pendek 18,9 persen).
Sementara, di tahun 2016 jumlah balita stuntingturun menjadi 27,5 persen (sangat
2015 balita yang sangat kurus berjumlah 3,7 persen dan kurus 8,2 persen (total 11,9
persen), sedangkan di tahun 2016 balita yang sangat kurus 3,1 persen dan kurus
rekomendasi WHO angka balita kurus dan sangat kurus harus di bawah 5
persen.Terkait hasil ini, di tahun 2017 Kemenkes berfokus pada empat program
yakni ASI eksklusif, anemia pada ibu hamil, stunting pada baduta (bayi di bawah
Angka stunting di Provinsi Lampung sendiri telah terjadi penurunan, hal ini
terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018., prevalensi
stunting Provinsi Lampung 27,3 persen atau terjadi penurunan 15,3 persen bila
https://m.lampost.co/berita-turunkan-angka-stunting-melalui-intervensi-spesifikdan-
baik secara kuantitas maupun kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan
sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki tinggi badan
cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh pendek, stunting juga menimbulkan
nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%.
Namun, angka ini belum mencapai dari target cakupan ASI eksklusif yang
masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif, bayi yang sudah diberi
makanan tambahan sebelum umur 6 bulan serta kurangnya gizi dari ibu menyusui
menghasilkan p < 0.05 dengan nilai signifikasi 0.45 yang berarti signifikan atau
bermakna. Hal ini berarti ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
Klaten. Penelitian ini Sejalan dengan Indrawati (2016) dimana hasil penelitian
= 0.000 (0.000 < 0.05). Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting pada balita 2-3 tahun. Sedangkan menurut
penelitian Lidia Fitri (2018) ada hubungan yang bermakna antara ASI eksklusif
stunting yaitu tidak diberikannya ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk
diberikan oleh ibu kepada balita yang menderita stunting. Maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita 24-36 Bulan Di Puskesmas Bandar Negeri Suoh
terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
pekerjaan) dan rata-rata umur ibu yang memiliki balita usia 24-36
ASI eksklusif dengan kejadian stunting dan data yang diperoleh dari hasil
serupa.