Anda di halaman 1dari 10

TUGAS METODE PENELITIAN (MINI

PROPOSAL)

Disusun oleh :
Sumiati
NPM : 210102437P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN
2021
RANGKUMAN JURNAL
1 Judul : Hubungan pemberian ASI Eksklusif, riwayat BBLR dan asupan zinc,
protein dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019

Penulis Merisa Oktari

Masalah, Stunting merupakan salah satu permasalahan kekurangan gizi utama


Tujuan,
dan yang sering ditemukan pada anak, apabila kekurangan gizi pada usia
Kesimpul
an batita maka anak akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan

pertumbuhan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI

Eksklusif, riwayat BBLR dan asupan zinc, protein dengan kejadian

stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Kota Padang tahun 2019. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang

bermakna antara pemberian ASIEksklusif (p= 0,042 dan OR 2,870),

riwayat BBLR (p= 0,045 dan OR 3,304) dan asupan zinc (p=0,019 dan

OR 3,263 ), protein (p= 0,023 dan OR 3,285) dengan kejadian stunting

pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Pusksesmas Pauh Kota

Padang.

Link http://repo.stikesperintis.ac.id/734/1/SKRIPSI%20LENGKAP%20MERI

SA%20OKTARI.pdf

2 Judul Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada

Anak Usia 2-3 Tahun Di Desa Karangrejek Wonosari Gunungkidul

Penulis Sri Indrawati

Masalah, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang dapat menghambat
Tujuan, perkembangan fisik dan mental anak, selain itu anak lebih rentan
dan terhadap penyakit infeksi. Faktor risiko stunting pada anak salah
Kesimpul satunya adalah kurangnya asupan gizi balita, terutama asupan gizi
an terbaik untuk bayi yaitu ASI. Pemberian ASI diduga berpengaruh
terhadap terhadap kejadian stunting. Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita 2-3 tahun di Desa Karangrejek Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Simpulan dan Saran: Ada
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
2-3 tahun. Hasil penelitian ini menjadikan masukan bagi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif bagi bayi agar dapat terhindar dari stunting

Link http://digilib.unisayogya.ac.id/2480/1/dira%20Naskah%20Publikasi%20

.pdf

3 Judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada

Balita

Penulis Sr. Anita Sampe, SJMJ, Rindani Claurita Toban, Monica Anung Madi

Masalah, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
Tujuan,
dan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
Kesimpul
an makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Salah satu

penyebab stunting pada balita yaitu pemberian ASI eksklusif yang tidak

diberikan selama 6 bulan karena ASI sangat dibutuhkan dalam masa

pertumbuhan bayi agar kebutuhan gizinya tercukupi. Tujuan Penelitian

ini adalah mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan

kejadian stunting pada balita.

Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan


menggunakan uji odds ratio. Didapatkan hasil uji chisquare p = 0.000
(0.000 < 0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Sedangkan pada uji
odds ratio didapatkan nilai OR = 61 yang artinya balita yang tidak
diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting
dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif. ASI eksklusif dapat
mengurai risiko terjadinya stunting.

Link Hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH

4 Judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada

Balita Usia 24-36 Bulan

Penulis Sofia Mawaddah


Masalah, Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang

Tujuan, dialami anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, infeksi berulang,


dan dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini
Kesimpul untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
an stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8,97% balita yang
diberikan ASI eksklusif dengan stunting dan 41% balita yang tidak
diberikan ASI eksklusif dengan stunting. Hasil uji statistik menunjukkan
p < 0,000 dan nilai OR 29,558. Ada hubungan yang bermakna antara
pemberian ASI eksklusif dan kejadian stunting pada usia 24-36 bulan.

Link http:///E:/KULIAH%20DIV%20KEBIDANAN/REFERENSI%20SKRIPSI/

7340-17868-1-PB.pdf

5 Judul Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada

Balita Usia 12-35 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin

Padang Tahun 2018

Penulis Wella Dwi Ajani

Masalah, Stunting merupakan salah satu masalah gizi akibat kekurangan gizi
Tujuan,
dan kronik dalam 1000 hari pertama kehidupan yang akan berdampak
Kesimpul
an terhadap pertumbuhan dan perkembanagn fisik dan mental anak. Faktor

penyebab stunting salah satunya yaitu kurangnya asupan gizi selama

balita dimana pemberian ASI eksklusif merupakan gizi terbaik yang

diterima bayi dalam 6 bulan pertama kehidupan. Jumlah anak yang

mengalami stunting tertinggi di kota padang adalah di wilayah kerja

Puskesmas Air Dingin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita

usia 12-35 bulan di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Padang tahun

2018.

Kesimpulan Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan


kejadian stunting pada balita usia 12-35 bulan. Oleh karena itu ibu
menyusui harus memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi agar
bayi dapat tumbuh optimal.
Link http://scholar.unand.ac.id/38058/1/abstrak.pdf

6 Judul Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada

Balita Usia 24-60 Bulan

Penulis Ika Pramulya S, Fiki Wijayanti , Mona Saparwati

Masalah, Pembangunan kesehatan dalam periode 2015-2019 difokuskan pada


Tujuan, empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi,
dan penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit
Kesimpul menular, dan pengendalian penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini
an untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting di wilayah kerja Puskesmas Selopampang Kabupaten
Temanggung. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di wilayah kerja
Puskesmas Selopampang Kabupaten Temanggung

Link http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/545
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3,

yaitu: Masalah gizi yang secara public health sudah terkendali; Masalah yang belum

dapat diselesaikan (un-finished); dan Masalah gizi yang sudah meningkat dan

mengancam kesehatan masyarakat (emerging). Masalah gizi lain yang juga mulai

teridentifikasi dan perlu diperhatikan adalah defisiensi vitamin D. (Kemenkes RI,

2016). Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada

empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan

prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan

pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat

termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas

pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana

Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015-2019.

Target penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada

anak baduta (dibawah 2 tahun) adalah menjadi 28%. (RPJMN, 2015-2019). 136,7

juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara

eksklusif dalam 6 bulan pertama. Di negara berkembang hanya 39% ibu yang

memberikan ASI Eksklusif. Sementara di negara industri, bayi yang tidak diberi ASI

Eksklusif lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi asi eksklusif. (UNICEF,

2013). Menurut UNICEF, tahun 2011 ada 165 juta (26%) balita dengan stunting di

seluruh dunia. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan angka balita stunting

tertinggi yaitu ada 7,5 juta balita (UNICEF, 2013).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi pendek secara nasional adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan

dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%) (Kemenkes,2013). Prevalensi

stunting di indonesia lebih tinggi dari pada negara-negara lain di Asia Tenggara,

seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) (Millenennium

Challenga Account indonesia, 2014).


Pantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan penurunan jumlah

balita pendek (stunting). Begitu pula balita yang kurus, jumlahnya mengalami

penurunan walaupun tidak terlalu besar.Data PSG tahun 2015 menunjukkan jumlah

balita stunting 29,1 persen (sangat pendek 10,1 persen dan pendek 18,9 persen).

Sementara, di tahun 2016 jumlah balita stuntingturun menjadi 27,5 persen (sangat

pendek 8,5 persen dan pendek 19 persen). Kemudian di tahun

2015 balita yang sangat kurus berjumlah 3,7 persen dan kurus 8,2 persen (total 11,9

persen), sedangkan di tahun 2016 balita yang sangat kurus 3,1 persen dan kurus

8,0 persen (total 11,1 persen).

Meski mengalami penurunan, ini masih menjadi masalah karena

rekomendasi WHO angka balita kurus dan sangat kurus harus di bawah 5

persen.Terkait hasil ini, di tahun 2017 Kemenkes berfokus pada empat program

yakni ASI eksklusif, anemia pada ibu hamil, stunting pada baduta (bayi di bawah

dua tahun) dan pemantauan pertumbuhan pada balita. (Dirjen Kesehatan

Masyarakat Kemenkes dr. Anung Sugihantono, MKes, 2016,

https://health.detik.com/2016, diperoleh tanggal 1 Desember 2017).

Angka stunting di Provinsi Lampung sendiri telah terjadi penurunan, hal ini

terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018., prevalensi

stunting Provinsi Lampung 27,3 persen atau terjadi penurunan 15,3 persen bila

dibandingkan prevalensi tahun 2013 sebesar 42,6 persen. (Gubernur Lampung

Arinal Djunaidi Kamis, 26 November 2020. Dok ADPIM

https://m.lampost.co/berita-turunkan-angka-stunting-melalui-intervensi-spesifikdan-

sensitif.html di peroleh tanggal 16 juli 2021)

Anak stunting (bertubuh pendek) merupakan indikasi kurangnya asupan gizi,

baik secara kuantitas maupun kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan

sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki tinggi badan

cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh pendek, stunting juga menimbulkan

dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.Sedangkan

dampak jangka pendek yaitu pada masa kanak-kanak, perkembangan menjadi

terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan


gangguan sistem pembakaran. Pada jangka panjang yaitu pada masa dewasa,

timbul risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,

jantung koroner, hipertensi, dan obesitas. (Damayanti, 2015,

,https://dinkes.inhukab.go.id, diperoleh tanggal 1 Desember 2017)

Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari harapan. Secara

nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%.

Namun, angka ini belum mencapai dari target cakupan ASI eksklusif yang

ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 80% (Kemenkes, 2018). Di Kota Mamasa

khususnya di Kecamatan Buntu Malangka persentase pemberian ASI eksklusif

hanya mencapai 17,0%. Hal ini dikarenakan kurangnya tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif, bayi yang sudah diberi

makanan tambahan sebelum umur 6 bulan serta kurangnya gizi dari ibu menyusui

sehingga produksi ASI menurun.

Menurut penelitian Rohmatun (2014), pada analisis bivariatnya

menghasilkan p < 0.05 dengan nilai signifikasi 0.45 yang berarti signifikan atau

bermakna. Hal ini berarti ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan

kejadian stunting pada balita di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten

Klaten. Penelitian ini Sejalan dengan Indrawati (2016) dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang dalam kategori sangat

pendek tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu 10 responden (7,7%). Responden

dalam kategori pendek sebagian besar mendapatkan ASI eksklusif yaitu 18

responden (13,8%). Responden yang dalam kategori normal sebagian besar

mendapatkan ASI eksklusif yaitu 92 responden (70,8%). Dimana diperoleh pvalue

= 0.000 (0.000 < 0.05). Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian stunting pada balita 2-3 tahun. Sedangkan menurut

penelitian Lidia Fitri (2018) ada hubungan yang bermakna antara ASI eksklusif

dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Lima Puluh.

Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa salah satu faktor kejadian

stunting yaitu tidak diberikannya ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk

mengetahui dan mamahami bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif yang

diberikan oleh ibu kepada balita yang menderita stunting. Maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan

Kejadian Stunting Pada Balita 24-36 Bulan Di Puskesmas Bandar Negeri Suoh

Tahun 2021. Tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan Pemberian Asi

Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-36 Bulan Di Puskesmas

Bandar Negeri Suoh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah apakah

terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita

24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Negeri Suoh.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting

di wilayah kerja Puskesmas Bandar Negeri Suoh.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu (pendidikan dan

pekerjaan) dan rata-rata umur ibu yang memiliki balita usia 24-36

bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Negeri Suoh.

1.3.2.2 Mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif balita usia

24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Negeri Suoh.

1.3.2.3 Mengetahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita usia

24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Negeri Suoh.

1.3.2.4 Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita usia 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Bandar Negeri Suoh.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Pendidikan

Untuk memberikan tambahan referensi mengenai hubungan pemberian

ASI eksklusif dengan kejadian stunting dan data yang diperoleh dari hasil

penelitian dapat dijadikan sebagai pembaharuan data.

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan,

keterampilan serta analisis atau kajian dengan permasalahan yang

serupa.

1.4.3 Manfaat Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting sehingga dapat meningkatkan

pemberian ASI eksklusif dalam penurunan risiko kejadian stunting.

Anda mungkin juga menyukai