TENTANG :
PENETAPAN AREA PRIORITAS DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN 3 H + 1 P
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAKARTI JAYA TENTANG
PENETAPAN AREA PRIORITAS DENGAN MEMPERTIMBANGKAN
3H+1P
KESATU : Kegiatan pelayanan penetapan area prioritas mempertimbangkan
3H+1P dilaksanakan sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini;
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.
RIDA MARTALENA
NIP.19790814 201001 2 004
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : 440/ / PKM.MJ/ IX/ 2017
TENTANG : PENETAPAN AREA PRIORITAS
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN
3H+1P
I. DEFINISI
Penetapan prioritas adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan prioritas dari
yang paling penting sampai yang kurang penting. Penetapan prioritas dapat
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Penetapan prioritas dilakukan oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
bersama dengan Kepala Puskesmas Makarti Jaya dan unit kerja Puskesmas Makarti
Jaya.
II. TUJUAN
Sebagai acuan dalam menetapkan area prioritas dan pelayanan prioritas
puskesmas Makarti Jaya.
Agar Puskesmas Makarti Jaya memiliki fokus area dan pelayanan yang akan
dilakukan evaluasi dan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
III. PROSEDUR
1. Identifikasi unit kerja di Puskesmas yang kritikal, risiko tinggi (high risk), diberikan
dalam volume besar (high volume), pembiayaan yang tinggi(high
cost),cenderung bermasalah (problem prone) yang langsung terkait dengan mutu
asuhan dan keamanan lingkungan, dengan melihat dari data insiden
keselamatan pasien, komplain pasien, data 10 besar penyakit, atau data lain
yang mendukung.
2. Tetapkan nilai dari unit kerja yang paling bermasalah dengan menggunakan 3
kriteria, diberi nilai 1-5 dari yang paling sedikit hingga yang paling banyak : (a)
high risk, dilihat dari laporan insiden dari unit ; (b) high volume, dilihat dari jumlah
pasien yang mendapatkan pelayanan di unit tersebut, (c) pembiayaan yang
tinggi(high cost) dan (d) problem prone, dilihat dari data register resiko masing-
masing unit.
3. Hitung skor masing-masing unit dengan mengalikan nilai dan bobot. Nilai
diperoleh dari data high risk, high volume,high cost dan problem prone yang tadi
sudah diberi angka, sedangkan bobot sudah ditetapkan yaitu bobot high risk
adalah 40, high volume adalah 30, high cost adalah 10 dan problem prone
adalah 20.
4. Tetapkan area prioritasnya yaitu unit yang memiliki skor tertinggi setelah
dijumlahkan skor high risk, high volume,high cost dan problem prone nya.
5. Identifikasi pelayanan yang bermasalah dari area prioritas (unit yang skornya
paling tinggi) yang sudah ditetapkan pada pelayanan yang kritikal, risiko tinggi
(high risk), diberikan dalam volume besar (high volume), pembiayaan yang
tinggi(high cost), cenderung bermasalah (problem prone) yang langsung terkait
dengan mutu asuhan dan keamanan lingkungan, dengan melihat dari data
insiden keselamatan pasien, komplain pasien, data 10 besar penyakit, atau data
lain yang mendukung.
6. Tetapkan nilai pelayanan antara 1-5 dari pelayanan yang sudah dipilih dari point
sebelumnya melalui pertimbangan ,masing-masing pada segi high risk, high
volume,high costdan problem prone.
7. Hitung skor masing-masing pelayanan dengan mengalikan nilai dan bobot. Nilai
diperoleh dari pertimbangan yang sudah ditetapkan, sedangkan bobot sudah
ditetapkan yaitu bobot high risk adalah 40, high volume adalah 30, dahigh cost
adalah 10 dan problem prone adalah 20.
8. Tetapkan pelayanan prioritasnya, yaitu pelayanan yang memiliki skor tertinggi
setelah dijumlahkan skor high risk, high volume, high costdan problem prone nya.
9. Masukkan area prioritas dan pelayanan prioritas yang sudah ditetapkan pada
program komite mutu dan keselamatan pasien.