Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin yang melebihi nilai nolrmalnya
(150 mg/24 jam). Dalam keadaan normal, protein bisa terdapat di dalam urin
sampai dengan jumlah tertentu yang masih dianggap fungsional. Sejumlah protein
ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala atau dapat menjadi
gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.
Proteinuria dikatakan patologis bila kadarnya di atas 200 mg/hari pada beberapa
kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.
Proteinuria persisten bila menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya
biasanya hanya sedikit di atas nilai normal.
Proteinuria masif bila terdapat protein dalam urin >3,5 gr/hari dan biasanya
mayoritas terdiri dari albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein plasma yang cukup
besar melalui nefron setiap hari, namun hanya sedikit yang muncul di dalam urin.
Hal ini disebabkan oleh adanya 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1. Filtrasi glomerulus
2. Reabsorpsi protein tubulus
Patofisiologi proteinuria
Protein dapat meningkat melalui salah satu cara dari keempat jalan di bawah ini:
Proeinuria fisiologis
Proteinuria patologis
Penyebab dari proteinuria masif ini sangat banyak, yang pasti keadaan
diabetes melitus yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit-penyakit
glomerulus. Terdapat 3 jenis proteinuria patologis
Proteinuria glomerulus
Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal di mana
albumin adalah jenis protein yang paling dominan (60-90%) pada urin, sedangkan
sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya pada jumlah kecil
saja.
Proteinuria tubular
Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150
mg/hari, terdiri dari β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14.000 dalton.
Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah renal tubular
acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Fankoni, pielonefritis kronis, dan akibat
cangkok ginjal
Overflow proteinuria
MIKROALBUMINURIA
Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30 mg/hari. Bila albumin urin
30-300 mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Biasanya terdapat
pada pasien DM dan hipertensi esensial dan beberapa penyakit glomerulonefritis
(misalnya, glomerulonefritis proliferatif mesangial difus). Mikroalbuminuria
merupakan pertanda untuk proteinuria klinis yang disertai penurunan faal ginjal,
laju filtrasi glomerulus (LFG) dan penyakir kardiovaskular sistemik. Albuminuria
juga berguna sebagai target keberhasilan pengobatan. Monitor albuminuria
sebaiknya dilakukan dalam praktek sehari-hari pada pasien dengan risiko penyakit
kardiovaskular dan ginjal.
Metode yang digunakan untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan
bermakna. Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan
hasil positif palsu bila pH >7 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah.
Urin yang sangat encer menutupi adanya proteinuria pada pemeriksaan dipstik.
Pemeriksaan dipstik urin standar mendeteksi albumin melalui reaksi kolorimeter
antara albumin dan tetrabromopenol biru yang menghasilkan gambaran hijau yang
bergradasi sesuai konsentrasi albumin dalam sampelnya. Tes ini tidak sensitif
pada protein yang non albumin. Sedangkan tes positif biasanya menunjukan
proteinuria glomerulus. Pada proteinuria dari tubulus atau overflow diperlukan
pemeriksaan urin 24 jam. Saat ini sudah tersedia dipstik yang sangat sensitif untuk
mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan menjadi pertanda awal dari
penyakit glomerulus seperti nefropati diabetes.
Nilai proteinuria pada urin dipstik mulai dari angka +1 sampai +4 yang
menggambarkan peningkatan progresi konsentrasi albumin urin dalam satuan
mg/dL.