Anda di halaman 1dari 30

4

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR KM 212 TAHUN 2020
TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA
DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN TANJUNG BALAI KARIMUN
DAN PELABUHAN PARIT REMPAK

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan


Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,
Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,
sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh
kapal sesuai dengan kepentingannya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Penetapan Ahir-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah
Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun
dan Pelabuhan Parit Rempak;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
-2 -

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang
Pengesahan Peraturan Internasional Tentang
Pencegahan Tubrukan di Laut Collision Regulation
Tahun 1972 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 53);
7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
Pengesahan ”International Convention fo r The Safety o f
Life at Sea, 1974” , sebagai hasil Konferensi Internasional
tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah
ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia, di
London, pada tanggal 1 November 1974, yang
merupakan pengganti ”International Convention fo r The
Safety o f Life at Sea 1960” , sebagaimana terlampir
dalam Keputusan Presiden ini (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65);
-3 -

8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang


Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
9. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA
Maritime Bouyage System fo r Region-A dalam Tatanan
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik
Navigasi;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun
2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)
sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76 Tahun
2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1183);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun
2013 tentang Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Baiai
Karimun (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 363);
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang
- 4 -

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor


PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1867);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun
2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun
2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan
dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
19. Peraturan Menteri Perhubugan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1844);
20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun
2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);

Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor


HK.203/3/11 /DJPL/2020 tanggal 24 Juni 2020 perihal
Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara
Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjungbalai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA
BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI
DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK
PELABUHAN TANJUNG BALAI KARIMUN DAN PELABUHAN
PARIT REMPAK.
- 5 -

PERTAMA : Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai


Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak serta Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik koordinat geografis
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk


Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit
Rempak sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.

RETI GA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran


Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan
Parit Rempak sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.

KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di


Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun
dan Pelabuhan Parit Rempak sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETIGA di atur dengan Standar Operasional dan
Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Kepala Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung
Baiai Karimun.

KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan


Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak
sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
- 6 -

KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun


dan Pelabuhan Parit Rempak serta Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
serta Daerah Labuh Rapai Sesuai Dengan Kepentingannya
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA, wajib
dimuat dalam Peta Laut Indonesia Edisi Terbaru Nomor 347
dan Buku Petunjuk Pelayaran sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.

KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran


di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun
dan Pelabuhan Parit Rempak dilaksanakan oleh Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung
Baiai Karimun dan melaporkan hasil pengawasannya kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur-


Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak dilaksanakan oleh Distrik Navigasi
Kelas I Tanjung Pinang dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.

KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung


Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak dilaksanakan
oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I
Tanjung Baiai Karimun secara berkala atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.

KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan
sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan Laut
untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh
Rapai Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran
masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan
Parit Rempak.
-7 -

KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,


Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH
diinformasikan melalui penerbitan Maklumat Pelayaran
(MAPEL) serta disiarkan melalui Berita Pelaut Indonesia
(Notice to Marines).

KEDUABELAS : Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,


Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEBELAS
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan
dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) tahun akan dilakukan penyesuaian
untuk mengetahui kesesuaian terhadap Keputusan
Menteri ini.

KETIGABELAS : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan


pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
Keputusan Menteri ini.
KEEMPATBELAS: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juli 2020

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI


Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:
1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Kelautan dan Perikanan;
5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
8. Gubernur Kepulauan Riau;
9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;
10. Bupati Karimun;
11. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;
12. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung
Baiai Karimun;
13. Kepala Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Pinang.
-9 -

Lampiran I
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas dan Daerah Labuh Rapai
Sesuai Dengan Kepentinganya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak
Nomor : KM 212 TAHUN 2020
Tanggal : 27 J u li 2020

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN TANJUNG BALAI KARIMUN DAN


PELABUHAN PARIT REMPAK SERTA SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN

1. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun:


KOORDINAT
NO HALUAN PANJANG KET
BATAS KANAN BATAS KIRI
1 00° 58' 07.27" LU / 00° 58' 00.74" LU / 270° 2 NM
LEBAR
103° 29’ 35.65" BT 103° 29' 40.00" BT
200 M
2 00° 58' 07.26" LU / 00° 58’ 07.25" LU / 308° 1.8 NM
103° 27’ 37.74" BT 103° 27’ 27.30" BT
PANJANG
3 00° 59' 15.55" LU / 00° 59' 10.45" LU /
3.8 NM
103° 26' 12.00" BT 103° 26’ 07.99" BT

2. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dari arah
Kukup Malaysia dan Singapura:
KOORDINAT
NO HALUAN PANJANG KET
BATAS KANAN BATAS KIRI
1 01° 07' 53.31" LU / 01° 07' 58.00" LU / 180° 8.2 NM
103° 27' 20.76" BT 103° 27' 27.23" BT
2 00° 59' 40.10" LU / 00° 59' 37.89" LU / 217° 0.4 NM
LEBAR
103° 27’ 20.76" BT 103° 27' 27.23" BT
200 M
3 00° 59' 24.89" LU / 00° 59' 19.10" LU / 256° 0.8 NM
103° 27’ 09.13" BT 103° 27' 12.86" BT
PANJANG
4 00° 59' 14.30" LU / 00° 59' 07.69" LU / 277° 0.2 NM
9.6 NM
103° 26' 25.81" BT 103° 26’ 26.18" BT
5 00° 59' 16.23" LU / 00° 59' 08.62" LU /
103° 26’ 10.39" BT 103° 26' 18.78" BT
- 10 -

3. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Parit Rempak:


KOORDINAT
NO HALUAN PANJANG KET
BATAS KANAN BATAS KIRI
1 00° 58’ 07.27" LU / 00° 58’ 00.74" LU / 270° 5 NM
103° 29' 35.65" BT 103° 29’ 40.00" BT
2 00° 58’ 07.25" LU / 00° 58' 00.74" LU / 275° 1 NM
103° 25’ 00.15" BT 103° 24' 59.85" BT
LEBAR
3 00° 58’ 15.20" LU / 00° 58’ 08.80" LU / 289° 1 NM
200 M
103° 23' 34.70" BT 103° 23' 33.29" BT
4 00° 58' 42.93" LU / 00° 58' 37.07" LU / 303° 1 NM
PANJANG
103° 22' 17.95" BT 103° 22' 15.05" BT
8.8 NM
5 00° 59’ 16.26" LU / 00° 59' 11.74" LU / 332° 0.8 NM
103° 21' 27.47" BT 103° 21' 22.52" BT
6 01° 00' 01.51" LU / 00° 59’ 58.48" LU /
103° 21' 03.86" BT 103° 20' 10.74" BT

4. Titik Koordinat Batas Perlintasan Zona Alih Muat Rapai (Ship to Ship) Karimun:
KOORDINAT
NO KET
BATAS KANAN BATAS KIRI
1 01° 07' 22.06" LU / 01° 07’ 10.45" LU /
103° 27' 10.75" BT 103° 27’ 35.86" BT
LEBAR 800 M
2 01° 03' 17.28" LU / 01° 02' 51.28" LU /
103° 27' 11.00" BT 103° 27' 36.93" BT

5. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Eksisting dan


Rencana:

NO NAMA DAN JENIS SBNP KOORDINAT KETERANGAN


1 Pelsu MPMT 1 Selatan 00° 58' 04.00" LU / Rencana
103° 29’ 40.00" BT
2 Pelsu MPMT 2 Timur 01° 07' 58.00" LU / Rencana
103° 27' 24.00" BT
3 Pelsu MPMT 3 Utara 01° 08’ 43.00" LU / Rencana
Karimun Anak 103° 22' 28.00" BT
4 Pelsu Kardinal Timur 01° 00' 00.00" LU / Rencana
103° 28' 24.88" BT
- 11 -

NO NAMA DAN JENIS SBNP KOORDINAT KETERANGAN

5 Pelsu Hijau 1 TBK 00° 58' 59.91" LU / Eksisting


103° 26' 28.41" BT

6 Pelsu Merah 2 Tg. Rambut 00° 59’ 30.13" LU / Rencana


103° 27' 31.46" BT
7 Pelsu Merah 4 TBK 00° 59' 07.53" LU/ Eksisting
103° 26' 07.48" BT
8 Pelsu Kardinal Utara Parit 00° 59' 03.98" LU / Reposisi
Rempak 103° 21' 20.31" BT
9 Pelsu Hijau 1 Parit 00° 59' 24.61" LU / Eksisting
Rempak 103° 21' 24.02" BT
10 Ramsu Hijau Parit 00° 59’ 57.56" LU / Eksisting
Rempak 103° 21' 12.98" BT
11 Ramsu Merah Parit 01° 00' 10.75" LU / Eksisting
Rempak 103° 21' 02.08" BT
12 Lampu Pelabuhan Parit 01° 00' 14.77" LU / Eksisting
Rempak 103° 21' 11.26" BT
13 Pelsu Merah P. Lereh 01° 02' 57.69" LU/ Rencana
103° 26' 03.09" BT
14 Pelsu Hijau No. 3 Tg. 01° 07' 01.98" LU / Rencana
Batukasap 103° 23’ 31.55" BT
15 Pelsu Hijau No. 1 01° 07’ 57.50" LU / Rencana
Karimun Anak 103° 23’ 05.98" BT
16 Pelsu Bahaya Terpencil 01° 02’ 07.89" LU / Eksisting
103° 27' 47.86" BT
17 Pelsu Kardinal Barat 00° 58’ 51.33" LU / Rencana
103° 28’ 45.22" BT
18 Ramsu Tg. Rambut 00° 59' 40.97" LU / Eksisting
103° 26' 38.00" BT
19 Pelsu Kuning Khusus 1 00° 59' 41.67" LU / Rencana
STS 103° 32' 09.99" BT
20 Pelsu Kuning Khusus 2 01° 03' 00.13" LU / Reposisi
STS 103° 32’ 00.04" BT
21 Pelsu Kuning Khusus 3 01° 00' 12.10" LU / Reposisi
STS 103° 30' 17.63" BT
- 12 -

NO NAMA DAN JENIS SBNP KOORDINAT KETERANGAN


22 Pelsu Kuning Khusus 4 01° 05' 59.15" LU / Reposisi
STS 103° 30' 00.93" BT
23 Pelsu Kuning Khusus 5 01° 07' 30.88" LU / Reposisi
STS 103° 25' 52.70" BT
24 Pelsu Kuning Khusus 6 01° 06' 00.12" LU / Reposisi
STS 103° 24' 26.66" BT

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI


- 13 -

Lampiran II
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentinganya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak
Nomor : KM 212 TAHUN 2020
Tanggal : 27 J u l i 2020

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN TANJUNG


BALAI KARIMUN DAN PELABUHAN PARIT REMPAK

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung


Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak, kondisi kedalaman, lebar, dan
panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak yaitu:
1. Sistem Rute di Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun
dan Pelabuhan Parit Rempak:
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung
Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak adalah rute dua arah (two
way routes) dengan lebar alur 200 m (dua ratus meter);
2. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung
Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak:
a. kedalaman Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun
dan Pelabuhan Parit Rempak adalah -5 m (minus lima meter) LWS
sampai dengan -18 m (minus delapan belas meter) LWS dengan panjang
alur-pelayaran 4 NM (empat Nautical Miles) atau 7 km (tujuh kilometer);
b. kapal datang dari sisi utara kukup Malaysia dan Singapura melintas
pada koridor Area Labuh Jangkar dengan kedalaman adalah -6 m
(minus enam meter) LWS sampai dengan -20 m (minus dua puluh
meter) LWS dengan panjang alur 10 NM (sepuluh Nautical Miles) atau
18 km (delapan belas kilometer); dan
- 14 -

c. kedalaman Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Parit Rempak adalah -5 m


(minus lima meter) LWS sampai dengan -18 m (minus delapan belas
meter) LWS dengan panjang alur Pelayaran 9 NM (sembilan Nautical
Miles) atau 17 km (tujuh belas kilometer).

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI


- 15 -

Lampiran III
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentinganya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak
Nomor : KM 212 TAHUN 2020
Tanggal : 27 J u l i 2020

TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN


TANJUNG BALAI KARIMUN DAN PELABUHAN PARIT REMPAK

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal


maka perlu di atur Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak sebagai
berikut:
1. Pemanduan
a. kapal dengan ukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage)
atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan
pelayanan jasa pemanduan kapal;
b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan
normal untuk olah gerak kapal;
c. mengibarkan benderà “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;
d. mengibarkan benderà “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila petugas pandu berada di atas kapal; dan
e. mengibarkan benderà “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,
petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa
kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh
petugas karantina kesehatan (free practique) dan benderà kuning telah
diturunkan.
- 16 -

2. Komunikasi
a. pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kelas I Tanjung Baiai Karimun dengan mengirimkan telegram
radio Nakhoda (master cable) melalui Stasiun Radio Pantai (SROP)
Tanjung Baiai Karimun dengan tembusan kepada perusahaan angkutan
laut atau agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat puluh
delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan;
b. setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor
kepada SROP Tanjung Baiai Karimun melalui channel 07 dan channel 16;
c. komunikasi antara petugas pandu/kapal pandu dapat menggunakan
Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio VFH pada
channel 16; dan
d. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal
dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain
yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Proses Kapal Masuk


a. Dalam kondisi normal
1) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk
menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak
yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;
2) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,
apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam
waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan
kepelautan yang baik;
3) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di areal
labuh yang sudah disediakan;
4) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah
tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Baiai
Karimun akan menginformasikan ke kapal bahwa kapal sudah bisa
tambat di pelabuhan;
- 17 -

5) kapal disarankan berlayar mengikuti ketentuan koridor alur-


pelayaran dan arah haluan yang ditetapkan pada Lampiran I serta
Peta Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak; dan
6) pada saat melintasi garis atau wilayah wajib lapor atau setelah kapal
berlabuh atau sandar, maka kapal wajib melapor kepada Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Baiai
Karimun.

b. Dalam Rondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Deras/Gelombang


Tinggi:
1) kecepatan kapal disekitar pelampung suar pengenal disarankan
menggunakan maneuvering speed; dan
2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,
kapal menggunakan sarana navigasi visual, elektronik
(radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan
tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar


a. Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Baiai Karimun
dan/atau SROP Tanjung Baiai Karimun mengenai ukuran kapal dan jam
kapal mulai dipandu keluar;
b. meminta informasi ke SROP Tanjung Baiai Karimun mengenai
pergerakan kapal yang keluar/masuk Alur-Pelayaran Pelabuhan Tanjung
Baiai Karimun dan Pelabuhan Parit Rempak;
c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur-pelayaran dan berlayar
menuju laut lepas; dan
d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu [pilot boarding ground),
petugas pandu turun dan dijempul oleh motor atau kapal pandu.

5. Tindakan Menghindari Tubrukan


a. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:
1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila
keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu
yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan
yang baik;
- 18 -

2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari


tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga
menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan
penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari
haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;
3) apabila ada ruang gerak yang cukup, maka perubahan haluan
merupakan tindakan yang paling berhasil untuk menghindari situasi
saling mendekati terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan
tersebut dilakukan dalam waktu yang cukup dini dan tidak
mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;
4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal
lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan
jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan
seksama sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan
5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan
waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus
mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama
sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana
penggeraknya.

b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Yang Menggunakan Layar


Meliputi:
1) Apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sehingga akan
mengakibatkan bahaya tubrukan, maka salah satu dari kedua kapal
itu harus menghindari kapal lain dengan ketentuan sebagai berikut:
a) apabila masing-masing mendapatkan angin di lambung yang
berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus
menghindari kapal yang lain;
b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,
maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang
ada di bawah angin; dan
c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah
kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti
apakah kapal lain itu mendapat angin lambung kiri atau kanan,
maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.
- 19 -

2) Untuk memenuhi ketentuan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi
yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi
kapal dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi
tempat layar membujur itu berada.

c. Pengaturan Penyusulan Meliputi:


1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari
kapal lain yang sedang disusui;
2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain
dari arah yang lebih besar dari 22,5° (dua puluh dua koma lima
derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam kedudukan
sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusui itu pada
malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi
tidak satupun dari penerangan lambungnya;
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul
kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa
sedang menyusul kapal lain; dan
4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian
tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam
pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban
untuk menghindari kapal yang sedang disusui itu sampai kapal
tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-


Hadapan Meliputi:
1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan
berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan
bahaya tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah
haluannya ke kanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan
di lambung kirinya;
2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap ada
apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada
malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain
tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua
penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra
(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan
- 20 -

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan


sebagaimana dimaksud dalam angka (1), maka kapal itu harus
beranggapan bahwa keadaan tersebut ada dan bertindak sesuai
angka 1) dan angka 2).

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi memotong
apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling
memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, maka kapal
yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus menghindar, dan
apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara memotong didepan
kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal
menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain
dan sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk
tetap bebas sama sekali.

Dalam pengaturan tanggung jawab antara kapal meliputi:


1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;
c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan
d) kapal layar.

2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:


a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan
c) kapal yang sedang menangkap ikan.

3) kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus


menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan; dan
b) kapal yang olah geraknya terbatas.
-21 -

4) setiap kapal kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal
yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan
mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman
sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan

5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam


angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-
benar memperhatikan keadaannya yang khusus tersebut.

6. Larangan
a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel clearance
(UKC) kurang dari 10% (sepuluh persen) dari draft, kecuali atas izin
Syahbandar;
b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;
c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan
dari petugas pandu;
d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi
dan situasi :
1) kapal kandas;
2) kapal tubrukan;
3) kerusakan mesin/kemudi; dan/atau
4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.
e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LOA tertentu
sesuai dengan ketentuan sistem rute;
- 22 -

f. kapal yang sandar /tender dengan kapal lain yang sedang sandar di
dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang
sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga tersebut atas
pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak
keluar/masuk;
g. kapal berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam keputusan
ini; dan
h. membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI


- 23 -

Lampiran IV
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas dan Daerah Labuh Rapai
Sesuai Dengan Kepentinganya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Pelabuhan Tanjung Baiai
Karimun dan Pelabuhan Parit
Rempak
Nomor : KM 212 TAHUN 2020
Tanggal : 2 7 J u l i 2020

DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA


DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN TANJUNG BALAI KARIMUN
DAN PELABUHAN PARIT REMPAK

A. ZONA LABUH KAPAL PELABUHAN TANJUNG BALAI KARIMUN DAN


PELABUHAN PARIT REMPAK

1. Zona Alih Muat Rapai (Ship to Ship)

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 00° 58’ 40" LU 103° 25' 57" BT
2 00° 58' 40" LU 103° 26' 32" BT
94 Ha >20 M
3 00° 58' 12" LU 103° 26’ 32" BT
4 00° 58' 12" LU 103° 25' 57" BT

2. Zona Labuh Rapai Cargo

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 00° 58’ 12" LU 103° 25' 22" BT
2 00° 58’ 12" LU 103° 25’ 57" BT
94 Ha >16 M
3 00° 58’ 40" LU 103° 25' 57" BT
4 00° 58' 40" LU 103° 25' 22" BT
- 24 -

3. Zona Labuh Kapal Ferry dan Pelni

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 00° 58' 28" LU 103° 27’ 41" BT
2 00° 58' 11" LU 103° 27' 41" BT
40 Ha 15 M
3 00° 58' 11" LU 103° 28' 06" BT
4 00° 58' 28" LU 103° 28' 06" BT

4. Zona Perbaikan Kapal


---------------------- 1
KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 00° 58' 28" LU 103° 28' 06" BT
2 00° 58' 11" LU 103° 28' 06" BT
27 Ha 15 M
3 00° 58' 11" LU 103° 28' 23" BT
4 00° 58’ 28" LU 103° 28' 23" BT

5. Zona Darurat

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 00° 58' 28" LU 103° 28' 23" BT
2 00° 58' 28" LU 103° 28’ 45" BT
35 Ha 15 M
3 00° 58' 11" LU 103° 28’ 45" BT
4 00° 58' 11" LU 103° 28' 23" BT

6. Zona Percobaan Kapal (Sea Trial)

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 00° 59' 35" LU 103° 29' 25" BT
2 00° 58' 48" LU 103° 30' 50" BT
148 Ha 9-10 M
3 00° 58' 30" LU 103° 30’ 46" BT
4 00° 59' 18" LU 103° 29’ 21" BT
- 25 -

7. Zona Kapal Mati

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 01' 10" LU 103° 28' 00" BT
2 01° o r 10" LU 103° 28’ 28" BT
80 Ha 7 M
3 01° 00' 40" LU 103° 28' 28" BT
4 01° 00' 40" LU 103° 28' 00" BT

B. ZONA SHIP TO SHIP TRANSFER

1. Area Labuh Jangkar (Anchorage Area)

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 07' 30.88" LU 103° 26' 52.70" BT
2 01° 06' 34.70" LU 103° 25' 19.90" BT
914 Ha 10-30 M
3 01° 04' 46.11" LU 103° 27' 11.02" BT
4 01° 07' 22.06" LU 103° 27' 10.74" BT

2. Fioating Repair Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 06' 34.70" LU 103° 25' 19.90" BT
2 01° 06' 00.12" LU 103° 24' 26.66" BT
607 Ha 7-10 M
3 01° 04' 40.72" LU 103° 25' 46.68" BT
4 o r 05' 31.54" LU 103° 26' 24.81" BT
- 26 -

3. Area Alih Muat (Transhipment Area)

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 04' 20.83" LU 103° 27' 36.67" BT
2 01° 02' 54.22" LU 103° 29' 04.76" BT
3 01° 04' 51.22" LU 103° 30’ 46.13" BT
2669 Ha >12 M
4 01° 05' 59.15" LU 103° 30’ 00.93" BT
5 01° 06’ 53.14" LU 103° 28' 10.71" BT
6 01° 06' 12.26" LU 103° 27' 36.08" BT

4. Tank Cleaning Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 05' 31.54" LU 103° 26' 24.81" BT
2 01° 04' 45.72" LU 103° 27' 10.80" BT
549 Ha 8-10 M
3 01° 03' 17.56" LU 103° 27’ 10.87" BT
4 01° 04' 40.72" LU 103° 25' 46.68" BT

5. Lay Up Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 04' 20.83" LU 103° 27’ 36.67" BT
2 01° 02' 54.22" LU 103° 29' 04.76" BT
574 Ha 6-10 M
3 01° 02’ 05.49" LU 103° 28' 23.26" BT
4 01° 02' 51.27" LU 103° 27' 36.93" BT

6. Supply Water Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 06' 53.14” LU 103° 28' 10.71" BT
2 01° 06’ 12.26" LU 103° 27' 36.08" BT 96 Ha 25 M
3 01° 07' 10.45" LU 103° 27’ 35.86" BT
________________
- 27 -

7. Gas Tanker Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 04' 51.22" LU 103° 30' 46.13" BT
2 01° 03' 54.30" LU 103° 31' 24.00" BT
584 Ha 23 M
3 01° 02' 48.17" LU 103° 30' 34.71" BT
4 01° 03' 38.65" LU 103° 29' 43.25" BT

8. Chemical Tanker Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 03’ 38.65" LU 103° 29' 43.25" BT
2 01° 02' 00.23" LU 103° 31' 23.85" BT
1776 Ha 5-23 M
3 01° 00' 11.86" LU 103° 30' 17.87" BT
4 01° 02' 05.49" LU 103° 28' 23.26" BT

9. Floating Storage Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 03' 54.30" LU 103° 31' 24.00" BT
2 01° 03' 00.13" LU 103° 32' 00.04" BT
465 Ha 25 M
3 01° 02' 00.23" LU 103° 31' 23.85" BT
4 01° 02' 48.17" LU 103° 30' 34.71" BT
- 28 -

10. Bunker Service Area

KOORDINAT
NO LUAS KEDALAMAN
LINTANG BUJUR
1 01° 03' 00.13" LU 103° 32' 00.04" BT
2 00° 59' 41.67" LU 103° 32' 09.99" BT 1049 Ha 8-25 M

3 01° 00' 11.86" LU 103° 30' 17.87" BT

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI


- 29 -

Lampiran V
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentinganya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Tanjung Baiai Karimun dan
Pelabuhan Parit Rempak
Nomor : KM 212 TAHUN 2020
Tanggal : 27 Juli 2020

PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN TANJUNG BALAI KARIMUN


DAN PELABUHAN PARIT REMPAK

1. Peta Bathimetri Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun


dan Pelabuhan Parit Rempak
30

2. Peta Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Tanjung Baiai Karimun dan


Pelabuhan Parit Rempak

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Anda mungkin juga menyukai