Anda di halaman 1dari 13

RUANG LINGKUP DAN OBJEK STUDI ISLAM

Disusun oleh kelompok 1:

Andrean (NIM 210414031)


Deva (NIM 210414043)
Irfa Inayatul l (NIM 210414057)
Khotimah (NIM 210414059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2021

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucap puji dan syukur yang tak terhingga ke hadirat Ilahi Rabbi,
Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga
penulisan makalah tentang “Ruang lingkup dan studi Islam” yang kami susun ini dapat
terselesaikan.

Kami mengucapkan banyak terimaksih kepda pihak-pihak yang telah membantu


dalam penyusunan makalah ini, baik teman-teman, dosen dan semua yang telah membantu
yang tidak bisa kami sebut satu persatu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik,dan dapat digunakan
sebaik- baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun belumlah sempurna untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk makalah kami
selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya kami ucapakn terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………

BAB III PENUTUPAN…………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penututp semua agamayang telah ada,
Islam merupakaan agama rahmatan lil alamin untuk semua umat Islam. Islam itu dibawakan
oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Ajaran Islam yang di bawah
oleh nabi Muhammad SAW dariAllah SWT berisi pedoman hidup yang mengatur hubungan
manusia dengan tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan
makhluk bernyawa lainnya, dengan benda mati, dan denngan alam semesta. Ajaran ini dapat
diyakini sebagai ajaran yang diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan hidup manusia
di dunia dan di akhirat. untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka munculah ilmu yang
di namakan studi Islam.
Seiring dinamika perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari studi Islam dapat
melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari studi Islam, Islam
memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya
secara maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui
batas dan keluar dari rambu rambu ajaran Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Islam sebagai doktrin
2. Islam sebagai gejala budaya
3. Islam sebagai interaksi sosial dimensi keilmuan dan keagamaan
C. Adapun tujuan permasalahan tersebut yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian Islam sebagai doktrin
2. Mengetahui tentang pengertian Islam sebagai gejala budaya
3. Memahami bahwa Islam sebagai interaksi sosial dimensi keilmuan dan keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Sebagai Doktrin


Doktrin berasal dari Bahasa inggris yang artinya ajaran,doktrin lebih dikenal sebagai
ajaran yang bersifat absolute yang tidak boleh diganggu gugat. Doktrin merupakan ajaran-
ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama/ organisasi lain yang ajarannya bersifat
absolute dan tidak bisa di genggu gugat. Agama disini tentu agama Islam.

Doktrin berasal dari Bahasa inggris yang artinya ajaran,doktrin lebih dikenal sebagai
ajaran yang bersifat absolute yang tidak boleh diganggu gugat. Doktrin merupakan ajaran-
ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama/ organisasi lain yang ajarannya bersifat
absolute dan tidak bisa di genggu gugat. Agama disini tentu agama Islam. Trilogi doktrin
Islam terbagi menjadi 3, yakni Islam, Iman, Ihsan.

Islam adalah jawaban nabi Muhammad SAW; bersaksi bahwa tidak ada ilah
(sesembahan) selain Allah; bahwa Muhammad utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan
zakat; puasa Ramadhan; berhaji bagi orang yang mampu. Ini adalah rukun dari rukun Islam,
yang berarti, jika salah satunya ditinggalkan maka batal keIslamaan kita sebagai mana kaidah
dalam ilmu fiqih bahwa. ‘’hilang satu rukun maka menggugurkan amalan tersebut’’

Iman adalah jawaban nabi Muhammad SAW; beriman kepada Allah; Beriman
malaikat-malaikat-Nya; Beriman kepada Qitab-qitabNya; Beriman kepada Rasul-rasul-Nya ;
Beriman kepada hari akhir; Beriman kepda takdir yang baik maupun yang buruk. Iman itu
meyakini dengan sepenuh hati mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota
badan.

Ihsan adalah engkau beribadah kepda Allah seakan-akan engkau melihatnya jika
engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau. Tingkatan ibadah yang dilalukan oleh
seseorang, yaitu tingkatan paling tinggi yang disebut ihsan.

Islam sebagai doktrin yaitu Islam yang tidak bisa diganggu gugat meskipun dunia dan
tekhnologi berkembang.

B. Islam Sebagai Gejala Budaya


Dalam kamus Bahasa Indonesia Budaya berarti pikiran atau akal budi sedangkan
kebudayaan adalah hasil kebudayaan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian,adat,dan lain-lain kebudayaan juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang
dihasilkan dari akal pikiran, perasaan,dan perbuatan manusia.

Hadirnya agama Islam di dunia ini dengan membawa segala ajaran yang bermanfaat
dan semua itu selalu mengubah kebudayaan setiap wilayah yang mendapat ajaran Islam yang
pada akhirnya mengubah sebuah kebudayaan dan peradaban. Diantaranya adalah agama
Islam yang mengajarkan mengerjakan shalat. Dari satu ajaran tersebut melahirkan berbagai
budaya, yaitu menejemen waktu umat muslim yang berubah, dimana harus bekerja dan juga
beribadah, lahirnya tempat-tempat ibadah (masjid),menciptakan budaya kebersihan karena
setiap shalat hendaknya bersuci dahulu.

Di sinilah hebat nya Islam dalam mengubah peradaban yang di masukinya,tapa ada
paksaan sedikitpun dalam masuk ke agama Islam. Hanya orang orang yang mendapat
hidayah lah yang dapat menerima ajaran Islam. Kebudayan adalah hasil daya cipta Manusia
dengan mengerahkan segenap potensi batin yang di milikinya dan terdapat pengetahuan,
keyakinan, seni, moral,dan adat.

Dengan demikian kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus
dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang mewarisi kebudayaan
tersebut.21 Hal inilah yang juga mendukung budaya Islam yang selalu lestari atau terjaga,
selain sudah dijanjikan Allah bawha Al-Qur’an dijaga Allah sebagai kitab yang benar dan
sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu, juga karena umat Islam yang senantiasa
mempertahankan kebudayaan yang Islam bawa sehinga selalu lestari setiap zamannya. Dan
kebudayaan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. ah budaya yang mendukung
kemaslahatan umat muslim yang menerapkannya, yang tentunya juga berasal dari Al-Qur’an
dan Sunnah.

Dari itu dapat meninggikan drajat wanita, wanita dalam Islam memiliki kesamaan,
kesempatan dan peluang untuk mengaktualisasikan potensi yang ada dalam dirinya. 18 Selain
itu dalam agama Islam juga mengatur tentang penerimaan waris bagi wanita. Diantara
akomodasi Al-Qur’an terhadap kebiasaan Arab pra-Islam adalah dijadikannya perempuan
sebagai anggota keluarga yang mendapatkan harta pusaka dalam berbagai posisi keluarga
baik sebagai anak, istri ibu maupun saudara, di samping itu saling mewarisi yang disebabkan
oleh adobsi dibatalkan oleh Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Ahzab [33]: 4-5).
Ajaran agama Islam yang dibawa Rasulullah ini sangat menganggap manusia itu
mempunyai hak yang sama. Islam yang datang dengan ajaran akidah dan muamalah ini
sangat mengubah masyarakat yang mendapat risalah Islam. Adapun gejala-gejala social Islam
yang berubah, atara lain Islam mengajarkan:
1. Ajaran agama Islam yang dibawa Rasulullah ini sangat menganggap manusia itu
mempunyai hak yang sama. Islam yang datang dengan ajaran akidah dan muamalah ini
sangat mengubah masyarakat yang mendapat risalah Islam. Adapun gejala-gejala social
Islam yang berubah, atara lain Islam mengajarkan: Menjunjung tinggi gotong royong.
2. Menolak adanya perbudakan.
3. Egaliter (kesamaan drajat).
4. Tenggang rasa.
5. Saling tolong menolong
6. Berlomba lomba dalam kebaikan salah satunya berinfaq dijalan Allah
7. Saling menjaga dan mengamankan dan lain-lain.
  Aspek sosial yang demikian itu sangat mendukung perkembangan Islam lintas
budaya, bangsa dan negara. Karena asas-asas social yang dibawa agama Islam ini sangat baik
untuk kehidupan manusia di dunia ini. Dengan tersebarnya ajaran Islam ke seluruh negeri
akan menciptakan kedamaian yang tentram seperti yang kita cita-citakan yaitu persatuan
muslimin yang erat serta cinta akan kedamaian.
Jadi agama Islam yang dibawa Rasulullah adalah sebuah ajaran yang baik bagi
umatnya dan semua manusia. Karena setiap ajaran yang Islam ajarkan akan membawa kepada
hal yang baik untuk kemaslahatan umatnya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Islam
itu selalu identik dengan keadilan karena dengan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai petunjuk
melakukan sesuatu yang benar dan Islami.
C. Islam Sebagai Interaksi Sosial Dimensi Keilmuan Dan Keagamaan
A.    Interaksi Sosial
1.      Pengertian Interaksi Sosial
Proses sosial adalah cara-cara yang berhubungan yang dapat di lihat apabila
orang perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem
serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-
perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Interaksi
sosial ini dalam Islam sama dengan silaturrahmi. 
Hadits pentingnya silaturahmi dan ukhuwah dalam suatu riwayat Rasulullah saw.
pernah bertanya kepada para sahabatnya yaitu:
‫ك َوتُ ْع ِطى َم ْن‬
َ V‫ظلَ َم‬ ِ َ‫ َر ِم أَ ْخال‬V‫ أَالَ أَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى أَ ْك‬: - ‫لم‬VV‫ه وس‬VV‫ صلى هللا علي‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ ‫و َع َّم ْن‬VVُ‫ َر ِة؟ تَ ْعف‬V‫ ُّد ْنيَا َواآل ِخ‬V‫ق ال‬ َ
َ ‫ص ُل َم ْن قَطَ َع‬
‫ك‬ ِ َ‫ك َوت‬
َ ‫َح َر َم‬
Nabi saw bersabda : Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia
dan di akhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang
menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu” (HR.
Baihaqi)

ِ َ‫ر ِه فَ ْلي‬V
 ُ‫ ه‬V‫لْ َر ِح َم‬V‫ص‬ ِ Vَ‫هُ فِي أَث‬Vَ‫أ َ ل‬V‫ ِه َويُ ْن َس‬Vِ‫هُ فِي ِر ْزق‬Vَ‫طَ ل‬V‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َم ْن أَ َحبَّ أَ ْن يُب َْس‬
َ ِ ‫أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah
ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim)
2. Tujuan Interaksi Sosial
Tujuan interaksi ini menurut beberapa kacamata teori bisa berbeda-beda.
Menurut kacamata pertukaran dan utilitarian, kita berinteraksi biasanya dilakukan karena
kita membutuhkan sesuatu. Kita berinteraksi agar kita bisa memenuhi suatu kebutuhan
dari lawan interaksi kita tersebut.
Agama (Islam), interaksi, dilakukan dengan tujuan silaturahmi atau membangun
ikatan kasih-sayang, yang di dalamnya ada kewajiban saling tolong menolong dalam
kebaikan dan saling mencegah keburukan satu sama lain. Ayat dalam Al-Quran tentang
silaturrahmi ada dalam surat An-Nisa (4:1) yang artinya : 
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Namun sebagian lainnya yang juga tidak boleh hilang adalah wujud batin yang
biasanya berdampak kepada manfaat non - zahir seperti rahmat tuhan, kasih sayang atau
lainnya. Modal kita untuk memasuki dunia interaksi sosial, yang terbaik adalah norma
agama, karena biasanya kalau kita menjalankan syariat Islam dalam norma-norma
interaksi biasanya kita juga tidak akan melanggar norma yang umum berlaku di
masyarakat.
C. Dimensi Keilmuan
1. Hakekat Ilmu Pengetahuan
Allah telah menurunkan dan menciptakan tanda kemahatahuan dan
kemahakuasaannya ke dunia ini dengan dua buah ayat yaitu ayat Al-Matluwah (yang
dibaca) yakni Al Qur’an dan ayat Al-Majluwah (yang tampak) yakni alam semesta ini
keduanya sebagai obyek atau bahan pemikiran manusia.
Pertama, mengkaji dan menghayati ayat-ayat Al-Qur’an terutama ayat tentang alam
semesta bagaimana alam, manusia, dan phenomena di alam jagat raya ini. Kedua,
mengamati segala yang ada di alam ini dimana manusia hidup dan segala
phenomenanya. Keduanya akan bertemu pada satu kesatuan, sebagai kunci pengetahuan
alam semesta dan ayat al-Majluwah sebagai bukti nyata tentang kebenaran ayat-ayat di
al-matluwah keduanya adalah kalam Allah dan ayat-ayat kemaha Kehendak dan
Kekuasaan-Nya. Keduanya merupakan sumber dan asal usul atau hakekat ilmu
pengtahuan karena ilmu berasal dari sifat kalam Allah dan perbuatan Allah ciptaan alam
semesta ini. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an di isyaratkan dalam firman Allah. Sebagai
berikut
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (QS.Al-Kahfi
109).
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana (QS. Lukman :27 )
Al-Qur’an tiada keraguan didalamnya adalah petunjuk bagi manusia khususnya
mereka yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Dan Al-Qur’an sebuah kitab suci
agama Islam sebagai sumber pokok ajaran agama. Dengan demikian Al- Qur’an
sebagai kitab petunjuk (gide book) bagi setiap insan untuk memperoleh kebahagiaan
dan keselamatan hidup dunia dan akherat. Namun demikian dalam Al Qur’an
terdapat pentunjuk bagaimana manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan Al-
Qur’an dari mana sumber ilmu pengetahuan. Didalamnya ditemukan banyak ayat
yang memberi isyarat kebenaran ilmu pengetahuan dan hakekat imu pengetahuan.
Menurutnya ilmu pengetahuan itu ada dua sumber yaitu pertama ayat al matluwah
(yang dapat dibaca) yakni Al-Qur’an dan kedua ayat al-Majluwah (yang dapat
dilihat) yakni alam semesta keduanya bersumber dari Allah ayat al-matluwah adalah
firmannya dan ayat al-Majluwah adalah ciptaannya.
Inilah hakekat ilmu pegetahuan yang tak terbatas. Al-Qur’an memberikan informasi
kepada kita bahwa Allah telah memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia secara
langsung, sebagaimana diberikan kepada para nabi dan rasul dan orang-orang soleh
dengan melalui wahyu dan ilham. Dan juga Allah memberikan ilmu pengetahuan kepada
mereka yang bukan para nabi, rasul dan orang soleh melalui proses pembelajaran dan
aktualisasi potensi akal dan qolbu serta indra yang telah Allah anugrah kepada manusia
sejak lahir. Maka ilmu pengetahuan hendaknya di abdikan untuk Allah dan seorang
berilmu semakin bertambah ilmunya semakin berat.
D. Dimensi keagamaan
Islam sebagai agama sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan
pentingnya pendidikan. Isyarat ini terjelaskan dari berbagai muatan dalam konsep
ajarannya. Salah satu diantaranya melalui pendekatan terminologis secara defariatifIslam
itu sendiri, memuat berbagai makna salah satunya yaitu kata sullam yang makna asalnya
adalah tangga. Dalam kaitannya dengan pendidikan, makna ini setara dengan makna
“peningkatan kualitas” sumber daya insani (layaknya tangga meningkat naik).
Tugas pokok pendidikan Islam adalah membantu membina anak didik pada
ketakwaan dan berakhlakul karimah yang dijabarkan dalam pembinaan kompetensi
enam aspek keimanan, lima aspek keislaman, dan multi aspek keihsanan. Selain itu tugas
pendidikan juga mempertinggi kecerdasan, dan kemampuan dalam memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi, beserta manfaat dan aplikasinya dan dapat meningkatkan
kualitas hidup dengan memelihara, mengembangkan serta meningkatkan “budaya” dan
lingkungan dan memperluas pandangan hidup sebagai manusia yang komunikatif
terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa dan sesama manusia serta sesama makhluk
lain. Jelasnya tugas itu dapat menumbuhkan kreatifitas pada anak didik, melestarikan
nilai-nilai, serta membekali kemampuan produktifitas pada anak didik, Dasar pendidikan
Islam dalam perspektif Al-Qur'an, adalah dasar yang merupakan perpaduan antara
teosentrisme dan humanisme, atau dasar humanisme teosentris. Dari dasar inilah maka
muncul dasar pendidikan Islam selanjutnya, yaitu dasar kemanusiaan, kesatuan umat
manusia, keseimbangan dan Rahmatan lil’alamin.
Dalam arti yang lebih luas pendidikan Islam memiliki pengertian yang bermacam.
Sebagian ada yang mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan
pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam.
Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an dan terjabar dalamAs-Sunnah Rasul. Pakar
lainnya berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan pergaulan yang mengandung
rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada kebaikan disertai dengan
perasaan cinta kasih kebapakan dengan menyediakan suasana yang baik di mana bakat
dan kemampuan anak dapat berkembang secara lurus. Sementara itu pakar lainnya
berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian umat menurut
ukuran-ukuran Islam. Sedangkan pendidikan Islam sebagai interaksi antara budaya
menurut Langgulung sangat terkait dengan konsep fitrah. Fitrah dapat dipandang dari
dua sisi yaitu fitrah sebagai potensi yang melengkapi manusia sejak lahir dan fitrah
sebagai din yang menjadi tiang tegaknya peradaban Islam. Kedua hal tersebut bagaikan
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan yang baik akan memberikan
sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu. Disisi lain, pendidikan Islam bila
dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia tidak lain adalah merupakan salah satu
alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat
pendidikan seperti difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal
kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup
di akhirat.
Dengan kata lain untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam, yaitu dengan
mengetahui terlebih dahulu ciri manusia sempurna menurut Islam, yaitu dengan
mengetahui terlebih dahulu hakekat manusia menurut Islam. Dengan demikian kita
perlu mengkaji ulang konsepsi sosiokultural pendidikan Islam sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits. Dengan harapan nantinya dapat memperhatikan
pendidikan dari segi lingkungan sosial budaya dan supaya menjadi landasan dan
pegangan dalam proses belajar dan pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

Ruang lingkup dan objek studi Islam adalah sebuah usaha untuk mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain atau usaha sadar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk
beluk agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik
pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup dan objek studi
islam yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam penelitian
agama. Terdapat sejumlah praktik agama seperti dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
melakukan ibadah-ibadah wajib ataupun sunah, menurut tuntunan Nabi Muhammad SAW,
juga praktik-praktik social bermasyarakat misalnya: bersikap baik kepada tetangga, saling
memberi bantuan/tolong-menolong dalam kebaikan, saling mengingatkan kebapa kebaikan
dan keburukan, dan lain-lain.
Sosial dan agama memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain sebab, Ketika melakukan penelitian terhadap agama, maka hamper tidak
terlepas dari penggunaan pendekatan-pendekatan atau pun kerangka metodologis ilmu-ilmu
sosial. dalam konteks ini, secara sosiologis misalnya, agama dianggap sebagai bagian dari
konstruksi realitas sosial, jadi peran agama islam dalam sosial bermasyarakat ini sangat besar.
Sekian dari kami mohon maaf bila banyak kekurangan, terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai