Anda di halaman 1dari 18

ANEMIA KEHAMILAN

Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglon < 11 gr/dL
pada trimester 1 dan 3,  atau jika kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2

Tingkatan anemia

 Anemia ringan : 9-10 gr/dL


 Anemia sedang : 7-8 gr/dL
 Anemia berat : < 7 gr/dL

Gejala : pucat, mudah pingsan, TD normal, gejala klinik dapat terlihat pada tubuh
yang malnutrisi

Jika hasil pemeriksaan kadar hemoglobin tidak akurat, hal ini mungkin akibat dari
kadar LED darah yang cepat ataupun spesimen yang tidak tercampur dengan baik.

Pembagian anemia

 Anemia defisiensi besi


 Anemia megaloblastik
 Anemia hipoplastik
 Anemia hemolitik

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat dari kekurangan zat besi

Patofisiologi

 Darah meningkat 50% dalam kehamilan (hipervolemia), penambahan sel darah


tidak sebanding dengan plasma darah (plasma 30%, sel darah 18%, Hb
19%)
 Terjadi pengenceran darah
 Pembentukan sel darah merah terlalu lambat
 Volume darah bertambah sejak usia kehamilan 10 minggu
 Puncaknya penambahan darah pada usia kehamilan 32-36 minggu
Etiologi

 Makanan tidak cukup mengandung zat besi (Fe)


 Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan
 Adanya gangguan penyerapan (penyakit usus)
 Kebutuhan Fe meningkat

Gejala klinis

 Data subjektif : ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, lemas, susah
bernafas
 Data objektif : konjungtiva pucat, muka pucat, ujung-ujung kuku pucat

Komplikasi

 Trimester 1 : missed abortus, kelainan kongenital, abortus


 Trimester 2 : partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/manifestasi keracunan
karena kehamilan, IQ bayi rendah, dekompensasi kordis)
 Trimester 3 : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia,
persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah

Pemantauan

 Periksa kadar Hb setiap 2 minggu


 Bidan memberikan suplemen zat besi kepada kliennya yang memeriksakan diri
 Efek samping berupa gejala gangguan gastrointestinal : konstipasi, diare, rasa
terbakar di ulu hati, nyeri abdomen dan mual

Pencegahan

 Sulfas ferrosus 1 tablet/hari


 Anjurkan makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak
mengandung vitamin dan mineral
 Pemberian preparat besi
 Pemeriksaan kadar Hb pada trimester 1 dan 2
 Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi. Penyerapan zat
besi yang terbaik adalah pada waktu perut kosong
 Susu dan antasida dapat mengurangi penyerapan zat besi
 Hindari kafein, misalnya kopi dan teh
 Sebelum dan selama kehamilan mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi,
asam folat dan vitamin B

Penatalaksanaan

 Oral : pemberian fero sulfat,/fero gluconat/Na-fero bisitrat 60 mg/hari, 800 mg


selama kehamilan, 150-100 mg/hari
 Parenteral : pemberian ferum dextran 1000 mg (20 ml) IV atau 2×10 ml/IM

ANEMIA MEGALOBLASTIK

Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat

Peran asam folat

 Untuk pertumbuhan dan replikasi sel


 Mencegah terjadinya perubahan pada DNA yang dapat menyebabkan kanker
 Penting dalam pembentukan sel
 Darah merah membutuhkan asam folat
 Membantu perkembangan janin

Gejala

 Tangan atau kaki kesemutan dan kaku


 Kehilangan sensasi sentuh
 Kehilangan kemampuan indera penciuman
 Sulit berjalan dan terlihat goyah
 Demensia (kehilangan kemampuan psikis atau mental)
 Kejiwaan terganggu (halusinasi, paranoia, psikosis/gangguan jiwa yang disertai
dengan disintegrasi kepribadian)

Sumber asam folat


 Hewani maupun nabati seperti hati, kuning  telur, ginjal, ragi, sayuran hijau
(bayam, brokoli) dan susu
 80% kandungan asam folat hilang selama proses pemasakan
 Sereal siap saji yang difortifikasi mengandung asam folat
 Asam folat sintesis, struktur kimianya lebih sederhana sehingga lebih mudah
diserap tubuh (asam pteroil glutamat)

Kebutuhan

 Orang dewasa 400 mcg (0,4 mg)/hari


 Ibu hamil 600 mcg/hari
 Ibu menyusui 500 mcg/hari
 Harus disiapkan sebelum kehamilan, karena gangguan sering terjadi pada
bulan pertama kehamilan, dimana ibu biasanya belum menyadari bahwa
dirinya tengah hamil

Efek samping

 Terselubungnya komplikasi syaraf akibat defisiensi vitamin B12


 Tidak dianjurkan > 1000mg/hari
 Asam folat termasuk golongan vitamin B yang larut dalam air, jika kelebihan
dapat larut dalam air

ANEMIA HIPOPLASTIK

 Adalah anemia yang terajdi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat
sel-sel darah baru
 Jarang dijumpai dalam kehamilan
 Disertai dengan trombositopenia, dan leucopenia
 Disertai kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi,
irradiasi, leukemia dan kelainan immunologik
 Bisa juga trejadi akibat transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah
berulang kali

ANEMIA HEMOLITIK
 Adalah anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari
pembentukannya
 Etiologi tidak jelas
 Kejadian langka
 Hemolisis berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa
bulan setelah bersalin
 Penambahan darah tidak memberikan hasil
 Transfusi darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya
hipoksia pada janin

HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)

 Adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil
 Dapat berlangsung sampai usia kehamilan 4 bulan dan keadaan umum
menjadi buruk
 Etiologi belum diketahui secara pasti
 Dibagi menjadi 3 tingkatan menurut beratnya gejala yang timbul

HEG tingkat 1

 Muntah terus menerus


 Ibu merasa lemah
 Nafsu makan tidak ada
 Berat badan turun
 Nyeri epigastrium
 Nadi meningkat sekitar 100x/menit
 Tekanan darah turun
 Turgor kulit mengurang
 Lidah mengering
 Mata cekung

HEG tingkat 2

 Ibu lebih lemah dan apatis


 Turgor kulit lebih mengurang
 Lidah mengering dan nampak kotor
 Nadi rendah dan cepat
 Suhu tubuh kadang-kadang naik
 Mata cekung dan sedikit ikterus
 BB dan TD turun
 Hemokonsenterasi, oliguria dan konstipasi
 Ditemukan aseton pada air kencing

HEG tingkat 3

 Keadaan umum lebih parah


 Muntah berhenti
 Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
 Nadi kecil dan cepat
 Suhu meningkat
 TD dan BB turun
 Ensepalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan
mental

Penatalaksanaan

 Rawat inap
 Stop makan dan minum dalam 24 jam pertama
 Obat-obatan diberikan secara parenteral
 Infus D10% (2000 ml) dan RL 5% (2000 ml) per hari
 Pemberian antiemetik (metokopramid hidrochlorid)
 Roborantia/obat penyegar
 Diazepam 10 mg IM (jika perlu)
 Psikoterapi
 Lakukan evaluasi dalam 24 jam pertama
 Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
 Bila keadaan tidak berubah : stop makan/minum, ulangi penatalaksanaan
seperti sebelumnya untuk 24 jam kedua
 Bila dalam 24 jam tidak membaik pertimbangkan untuk rujukan
 Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah
 Jika dehidrasi berhasil diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi
sering, hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat,
banyak makan makanan yang mengandung gula

Kriteria pulang

 Mual dan muntah tidak ada lagi


 Keluhan subjektif sudah tidak ada
 TTV baik

ABORTUS

 Adalah berhentinya kehamilan pada usia < 20 minggu yang mengakibatkan


kematian janin
 BBL  <500 gram, PB <25 cm
 Angka harapan hidup sangat kecil yaitu <1%
 Batasan berbeda tentang abortus 18-24 minggu, WHO 22 minggu

Pembagian abortus

 Abortus spontan (imminens, insipiens, incompletus, completus)


 Abortus induced (therapeutik, sugenic, electiv)
 Abortus septik
 Abortus habitualis
 Missed abortion

Etiologi

Maternal

 Kelainan kromosom
 Infeksi kronis (sifilis, TB aktif)
 Keracunan
 Trauma fisik
 Gangguan endokrin (hipotiroid, DM)
 Penyakit kronis
 Oksidan (rokok, alkohol)
 Defisiensi hormonal

Fetal

 Kematian janin akibat kelainan bawaan


 Mola hidatidosa
 Penyakit plasenta dan desidua

ABORTUS IMMINENS

 Perdarahan bercak-sedang
 Perdarahan ringan (lebih dari 5 menit basahi pembalut)
 Dilatasi serviks tertutup
 Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
 Gejala/tanda : kram perut bawah uterus (hilang timbul)
 USG, pengaruhi rencana tindakan
 Diagnosa banding : mola, KET

Penatalaksanaan

 Bed rest, tidak perlu pengobatan khusus ataupun tirah baring total
 Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan
 Kurangi hubungan seksual
 Tidak perlu terapi hormonal baik estrogen maupun progesteron
 Tidak perlu pemberian tokolitika ( salbutamol, indometasin)
 Pemberian fenobarbital 3×30 mg/hari
 Pemberian papaverin 3×40 mg/hari
 Observasi perdarahan (jika berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa,
lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi. Jika terus berlangsung : nilai
kondisi janin lewat uji kehamilan/USG, konfirmasi penyebab lain jika ditemukan
ukuran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan.

ABORTUS INSIPIEN (sedang berlangsung)

 Perdarahan sedang-banyak
 Konsepsi dalam uterus
 Perdarahan berat hanya butuh waktu kurang  dari 5 menit untuk basahi
pembalut
 Serviks terbuka
 Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
 Gejala/tanda ; kram/nyeri pada perut bagian bawah

Penatalaksanaan

Jika usia kehamilan < 16 minggu, evaluasi uterus dengan AVM, jika evaluasi tidak
dapat dilakukan, segera lakukan :

 Pemberian ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu),


atau pemberian misoprostol 400 mg/oral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu)
 Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus

Jika usia kehamilan >16 minggu

 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi
 Jika perlu pasang infus 20 IU oksitosin dalam RL atau garam fisiologik 500
ml IV, dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi

Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan

Pasang infus D5% = oksitosin 10 IU

ABORTUS INKOMPLETUS

 Perdarahan sedang-banyak
 Serviks terbuka
 Uterus sesuai usia kehamilan
 Gejala/tanda : kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit yang kuat
 Terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi

Penatalaksanaan
 Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
 Keluarkan sisa konsepsi secara digital atau dengan menggunakan cunam
ovum dan evaluasi perdarahan
 Jika perdarahan berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400
mg/oral
 Jika perdaraan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
 Jika terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika profilaksis
 Jika terjadi perdarahan hebat dan < 16 minggu, segera evakuasi dengan
AVM
 Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang ) atau transfusi darah (anemia berat)

ABORTUS KOMPLETUS

 Perdarahan bercak-sedang
 Serviks tertutup atau terbuka
 Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal
 Gejala/tanda : sedikit/tanpa nyeri pada perut bagian bawah
 Riwayat ekspulsi hasil konsepsi
 Janin akan keluar dari rahim, baik secara spontan maupun alat bantu

Penatalaksanaan

 Tidak perlu evaluasi


 Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
 Bila kondisi baik, cukup berikan ergometrin 3×1 tablet/hari selama 3 hari
 Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan
 Bila terjadi anemia sedang berikan sulfas ferrosus tablet 600 mg/hari selama
2 mingg dan anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Untuk anemia berat lakukan transfusi darah
 Bila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau
apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis
 Lakukan konseling pasca abortus dan lakukan pemantauan lebih lanjut

ABORTUS HABITUALIS
 Adalah kejadian abortus berulang, umumnya disebabkan karena kelainan
anatomik uterus (mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau
kelainan faktor-faktor immunologi
 Idealnya dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya
kelainan anatomi

MISSED ABORTION

 Adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya


pengeluaran, terjadi pada usia kehamilan 4 minggu atau lebih (beberapa buku
8 minggu)
 Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan

Pentalaksanaan

 Keluarkan jaringan konsepsi dengan laminaria, dan stimulasi kontraksi uterus


dengan oksitosin
 Jika diputuskan untuk melakukan tindakan kuretase, harus sangat berhati-hati
karena jaringan telah mengeras dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah
akibat hipofibrinogenemia

ABORTUS THERAPEUTIK

 Adalah abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita,


dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya
pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban perkosaan
(masalah psikis)
 Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat

Syarat-syarat abortus therapeutik

 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang


 Meminta pertimbangan ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi)
 Melakukan informed consent
 Saran kesehatan memadai
 Prosedur tidak dirahasiakan
 Dokumen medik harus lengkap

ABORTUS SEPTIK

 Adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi setelah abortus


spontan/tidak aman
 Terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil
konsepsi
 Tindakan : resusitasi dan perbaiki keadaan umum ibu, berikan antibiotik
spektrum luas dosis tinggi, keluarkan sisa konsepsi dalam 6 jam

DIAGNOSTIK ABORTUS

 Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidaknya


gejala/keluhan lain, cari faktor resiko/predisposisi, riwayat penyakit umum dan
obstetri
 Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan pervaginam abnormal
HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan
 Pemeriksaan fisik umum : KU, TTV, jika KU buruk lakukan resusitasi dan
stabilisasi segera
 Pemeriksaan ginekologik : ada tidaknya tanda akut abdomen, jika
memungkinkan cari sumber perdarahan apakah dari dinding vagina atau
jaringan serviks atau keluar ostium. Jika perlu ambil darah/cairan/jaringan
untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan sebelum PD), lakukan PD
dengan hati-hati
 Bimanual : tentukan besar dan letak uterus, tentukan apakah 1 jari pemeriksa
dapat masuk kedalam ostium dengan mudah/lunak atau tidak (lihat
ada/tidaknya dilatasi serviks), jangan dipaksakan. Adneksa dan parametrium
diperiksa, ada/tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

PENATALAKSANAAN PASCA ABORTUS

 Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab aborts agar kejadian


ini tidak berulang pada kehamilan berikutnya
 Perhatikan involusi uterus dan kadar B-hCG selama 1-2 bulan
 Anjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan
 Anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil

PRINSIP (perdarahan pervaginam pada kehamilan < 12 minggu)

 JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE


 Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan periksa dengan
USG
 Jangan terpengaruh dengan B-hCG yang positif, meski janin sudah mati,
kadar B-hCG mungkin masih tinggi dan bisa bertahan sampai 2 bulan setelah
kematian janin

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

 Akibat : perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri,
perdarahan infeksi
 Cara umum : olah raga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang,
naik turun tangga, trauma
 Cara lokal : menggunakan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina, alat
memasang IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi jarum suntik

METODE KONTRASEPSI PASCA ABORTUS

Kontrasepsi Waktu Efektivitas


Kondom Segera Kedisiplinan klien, mencegah PMS
Pil Segera Minum secara teratur setiap hari dengan waktu
yang sama
Suntik Segera Konseling untuk pilihan hormon tunggal dan
kombinasi
Implan/susuk Segera Punya > 1 anak, jangka panjang
AKDR Segera Setelah kondisi pulih
Tubektomi Segera Menghentikan fertilitas

Beberapa wanita mungkin butuh

 Jika klien pernah imunisasi, dinding vagina atau kanalis servikalis luka,
berikan booster TT 0,5 ml
 Riwayat imunisasi tidak jelas, beri serum anti tetanus 1500 IU IM diikuti
dengan TT 0,5 ml setelah 4 minggu
 Penatalaksanaan PMS
 Penapisan kanker serviks

KEHAMILAN EKTOPIK

Patofisiologi

 Ovum yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium


kavum uteri
 Gangguan interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri
 Kemungkinan implantasi : paling sering di tuba falopii (90-95 %, dengan 70-
80% di ampula), serviks, ovarium, abdomen dan sebagainya.

Etiologi

 Kelainan tuba adalah karena adanya riwayat penyakit tuba, seperti salpingitis
 Riwayat operasi tuba, sterilisasi
 Riwayat penyakit radang panggul
 IUD
 Ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro dan
sebagainya

Gejala

 Amenorhea
 Nyeri perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah,
seluruh perut bagian bawah akibat robeknya tuba
 Penderita bisa sampai pingsan dan syok
 Perdarahan pervaginam biasanya berwarna hitam
 Pusing, perdarahan, berkeringat, pembesaran payudara, perubahan warna pada
vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi BAK
meningkat

Diagnosis
 Pemeriksaan panggul, tentukan lokasi sakit
 Lakukan tes B-hCG
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui konsentrasi hormon progesteron
 Pemeriksaan USG
 Diagnosis banding : usus buntu (apendisitis akut), radang panggul
 Penanganan : methotrexate
 Prognosis : HCG (kuantitatif) untuk melihat sisa jaringan
 Kesempatan hamil tergantung dari kerusakan tuba (1x operasi tuba : 55-60%,
jika slauran satunya tidak ada atau rusak : 45%, >2x pembedahan ektopik
dan komservatif : 30%)

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Gejala

 Kolaps dan kelelahan


 Nadi cepat dan lemah (110x/menit atau lebih)
 Hipotensi
 Hipovolemia
 Abdomen akut dan nyeri pelvis
 Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah
bebas
 Nyeri lepas
 Pucat

Diagnosis

 Anamnesis : riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda


kehamilan muda dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri
perut pada kanan/kiri bawah
 Pemeriksaan fisis : KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tnada akut
abdomen, saat pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio
 Pemeriksaan penunjang : tes urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah
di kavum douglasi), USG

Penatalaksanaan KE dengan ruptur tuba


 Optimalisasi KU ibu dengan transfusi, infus oksigen atau kalau dicurigai
adanya infeksi diberikan juga antibiotika
 Hentikan sumber perdarahan segera dengan laparatomi dan salpingektomi
(memotong bagian tuba yang terganggu)

Sebelum pulang

 Konseling prognosis kesuburannya


 Konsleing metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi
 Perbaiki anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2
minggu
 Kontrol ulang 4 minggu

KEHAMILAN SERVIKAL

 Jarang terjadi
 Perdarahan pervaginam tanpa disertai rasa nyeri
 Terjadi abortus spontan sangat besar
 Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau ruptur yang terjadu
sangat besar dan bisa dilakukan histerektomi lokal.

KEHAMILAN OVARIAL

Ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :

 Tuba pada sisi kehamilan harus normal


 Kantung janin harus terletak di ovarium
 Jaringan ovarium yang nyata harus ditemuka dalam dinding kantung janin

MOLA HIDATIDOSA

 Hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari
vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik
 Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal,
tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan sperti
rangkaian buah anggur
 Resiko terjadi keganasan (koriokarsinoma)
Pembagian

Mola hidatidosa klasik/komplet

 Janin atau bagian tubuh janin tidak ada


 Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30%)

Mola hidatidosa parsial/inkomplet

 Janin atau bagian tubuh janin ada


 Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati
pada trimester pertama

Gejala

 Hiperemesis
 Hipertiroid
 Preeklampsia
 Anemia
 Uterus lebih besar dari umur kehamilan
 Tanda pasti kehamilan tidak ditemukan
 Perdarahan
 Bisa juga disertai preeklampsia/ eklampsia

Diagnosa

 Ditegakkan dengan USG


 Pengosongan jaringan mola dengan vakum kuret
 Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan
 Kadar hCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase
 Bila >8 minggu pasca kuretase hCG tinggi berarti trofoblast masih aktif
 Anamnesis : hamil disertai gejala dan tanda hamil muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa
 Pemeriksaan fisik : pada mola klasik ukuran uterus > besar dari usia
kehamilan yang sesuai, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak ada. Uji batang
sonde tidak ada tahanan massa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti
missed abortion, uterus < gestasi
 Pemeriksaan penunjang : periksa kadar B-hCG kuantitatif dan USG. Pada
USG gambaran seperti badai salju (snowflake/snowstorm-like appearance)

Penatalaksanaan

 Perhatikan sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi nafas,


hipertiroid/tirotoksikosis dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk
 Evakuasi jaringan mola : dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat
mengeluarkan sebagian besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret.
Dapat juga dilakukan induksi, pada waktu evakuasi berikan oksitosin untuk
merangsang kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba
 Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi

Follow up

 Profilaksis terhadap keganasan dengan sitostatika terutama pada kelompok


resiko keganasan tinggi
 Pemeriksaan ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap
3 bulan-1 tahun
 Foto toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-hCG menetap atau
meningkat
 Kontrasepsi hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron
oral selama 2 tahun
 Penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan

Anda mungkin juga menyukai