Anda di halaman 1dari 9

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Pembahasan : Penyuluhan Kesehatan tentang HIV-AIDS

Sub Pokok Pembahasan : Pendidikan Kesehatan HIV-AIDS pada Kelompok Pengguna


Narkotika Suntik

Sasaran : Kelompok Pengguna Narkotika Suntik

Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Maret 2021

Waktu : Pukul 09.00-10.00 WIB

Tempat : Balai Desa Jurangombo

Penyuluh : Putri Maydiana Setianingrum

A. Latar Belakang
Pengetahuan HIV-AIDS menjadi sangat penting bagi masyarakat dikarenakan
pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi masyarakat
dalam cara mendeteksi dini penyakit HIV. Pemahaman masyarakat tentang HIV-AIDS
harus menjadi perhatian utama karena hal ini akan memicu munculnya penularan
penyakit infeksi akan lebih luas. Pravelensi kasus HIV menurut WHO (2015)
menunjukkan, jumlah orang dengan HIV berjumlah 17.325 jiwa dan AIDS tercatat
berjumlah 1.238 jiwa. Setiap hari sekitar 6.300 orang terinfeksi HIV, 700 orang pada
anak-anak berusia dibawah 15 tahun, sekitar 5.500 infeksi pada orang remaja atau
dewasa muda berusia 15 tahun keatas, yaitu 47% wanita, 39% remaja usia 15-24 tahun.
Masyarakat yang berisiko tinggi terkena HIV-AIDS adalah homosex (gay), pecandu obat
bius menggunakan jarum suntik, penerima transfusi darah terutama pasien yang
berpenyakit darah seperti hemofilia, bayi-bayi yang orang tuanya menderita HIV-AIDS.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Pendidikan Kesehatan pada Kelompok
Pengguna Narkotika Suntik selama 60 menit, diharapkan kelompok pengguna
narkotika suntik dapat mengerti dan memahami tentang HIV-AIDS.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan Pendidikan Kesehatan pada Kelompok Pengguna
Narkotika Suntik, kelompok pengguna narkotika suntik diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian HIV-AIDS.
b. Menyebutkan tanda dan gejala terkena HIV-AIDS.
c. Menjelaskan cara penularan HIV-AIDS.
d. Menjelaskan strategi penanganan dan pencegahan HIV-AIDS.
C. Isi Materi (terlampir)
1. Pengertian HIV-AIDS.
2. Tanda dan Gejala Terkena HIV-AIDS.
3. Cara Penularan HIV-AIDS.
4. Strategi Penanganan dan Pencegahan HIV-AIDS.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media
1. Laptop
2. Power Point
3. Leaflet
F. Kegiatan Pembelajaran

Waktu Kegiatan Penyuluhan Penyuluh Sasaran


5 menit Pembukaan:
 Salam  Memberi salam  Menjawab salam
 Perkenalan  Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Tujuan  Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
penyuluhan
30 menit Inti:  Memberikan  Menyimak dan
Menjelaskan materi pengetahuan tentang mendengarkan
secara sistematis HIV-AIDS kepada  Memperhatikan
kelompok pengguna dan
narkotika suntik mendengarkan
20 menit Evaluasi:  Memberikan kesempatan  Memberikan
Tanya jawab kepada kelompok pertanyaan
pengguna narkotika  Menjawab
suntik untuk bertanya pertanyaan
 Memberikan pertanyaan
kepada kelompok
pengguna narkotika
suntik untuk
menjelaskan/menyebutk
an kembali dari materi
yang telah disampaikan
 Menjawab pertanyaan
5 menit Penutup:  Membacakan  Mendengarkan
Kesimpulan kesimpulan materi  Menerima leaflet
Terima kasih kepada kelompok dengan antusias
pengguna narkotika  Mendengarkan
suntik  Menjawab salam
 Membagikan leaflet
tentang HIV-AIDS
 Mengucapkan terima
kasih atas peran serta
kelompok pengguna
narkotika suntik
 Mengucapkan salam
penutup

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Peserta hadir 65 orang
b. Penyuluhan dilakukan di Balai Desa Jurangombo
2. Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta aktif mengajukan pertanyaan
c. Peserta menjawab pertanyaan dengan benar
d. Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai acara berakhir
3. Evaluasi Hasil
Memberikan pertanyaan kepada peserta, yaitu:

No Pertanyaan Respon Audien Nilai


.
1. Apakah pengertian HIV-AIDS?
2. Apa saja tanda dan gejala HIV-
AIDS?
3. Bagaimanakah cara penularan HIV-
AIDS?
4. Bagaimanakah strategi penanganan
dan pencegahan HIV-AIDS?
NILAI AKHIR (Jumlah nilai/4)

H. Daftar Pustaka
1. Chahya Kharin Herbawani, & Dadan Erwandi. 2019. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) oleh Ibu Rumah Tangga di Nganjuk, Jawa Timur. Jurnal Kesehatan
Reproduksi. 10(2): 90.
2. Nur Arifatun Nuzzillah, & Dyah Mahendrasari Sukendra. 2017. Analisis
Pengetahuan dan Sikap Narapidana Kasus Narkoba terhadap Perilakuu Berisiko
Penularan HIV/AIDS. Jurnal of Health Education. 2(1): 12.
3. Dr. Meva Nareza. 2020. Kenali Tanda-Tanda HIV AIDS. Tersedia di
https://www.alodokter.com/kenali-tanda-tanda-hiv-aids. Diakses pada 4 Maret 2021.
4. Binov Handitya, & Rian Sacipto. 2019. Penanggulangan dan Pencegahan HIV dan
AIDS secara Terintegrasi, Tepat Kolaboratif dan Berkesinambungan (Tetep Kober)
di Kabupaten Semarang. Adil Indonesia Jurnal. 1(1): 54-56.
5. Dian Maharani. 2016. “ABCDE’ Pencegahan Penularan HIV. Tersedia dari
https://lifestyle.kompas.com/read/2016/12/02/150000823/.abcde.pencegahan.penular
an.hiv. Diakses pada 4 Maret 2021.
I. Lampiran
1. Materi Penyuluhan
2. Leaflet Penyuluhan
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian HIV-AIDS
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel darah
putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia
dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sulit sembuh dari berbagai
penyakit infeksi oportunistik dan bisa menyebabkan kematian (Dirjen P2PL RI, 2012),
sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV (Depkes
RI, 2012).
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS)
merupakan penyakit defisiensi imun sekunder yang paling umum di dunia dan
merupakan masalah epidemik dunia yang serius.
2. Tanda dan Gejala Terkena HIV-AIDS
Banyak orang dengan HIV tidak tahu jika mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan
tanda HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat. Infeksi
HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase pertama: Infeksi HIV Akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi terjadi. Pada fase awal
ini, penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
1. Sariawan
2. Sakit kepala
3. Kelelahan
4. Radang tenggorokan
5. Hilang nafsu makan
6. Nyeri otot
7. Ruam
8. Pembengkakan kelenjar getah bening
9. Berkeringan

Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan
tubuh sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu
atau bahkan lebih.

b. Fase kedua: Fase Laten HIV


Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas,
bahkan dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang
berkembang baik dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan
infeksi.
Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang memang tidak terlihat, tetapi penderita
tetap bisa menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel darah putih
berkurang secara drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.
c. Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir
kehilangan kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah
putih berada jauh di bawah normal.
Tanda-tanda HIV/AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis,
sering demam, mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit
yang biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
1. Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
2. Pneumonia
3. Toksoplasmosis
4. Meningitis
5. Tuberkulosis (TB)
6. Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi
3. Cara Penularan HIV-AIDS
Ada beberapa metode penularan HIV/AIDS, yaitu:
a. Penularan HIV dan AIDS dari aktivitas seks sesama jenis
Para anggota berbagai komunitas LGBT, terutama pada daerah tertentu, memiliki
jaringan dan hubungan yang sangat erat. Akibatnya, jika seorang gay berganti-ganti
pasangan seksual, biasanya dia pun akan memilih pasangan yang berasal dari
komunitas yang sama. Inilah yang menyebabkan penularan HIV jadi lebih marak
ditemukan pada kasus penyuka sesama jenis alias gay.
b. Penularan HIV dan AIDS melalui hubungan seks di tempat lokalisasi
Lokalisasi walaupun jumlah penderita atau pekerja terjangkit HIV dan AIDS tidak
begitu signifikan namun turut menyumbang angka penyebaran. Dinas Kesehatan
Kabupaten harapannya dengan pendataan tersebut pemerintah setempat lebih mudah
dalam memantau angka pertumbuhan penyebaran HIV dan AIDS.
c. Penularan HIV dan AIDS sejak bayi berada dalam kandungan
Penyakit HIV yang diturunkan secara langsug dari orang tua, baik ayah ataupun ibu,
pada buah hatinya terdengar sangat berbahaya. Namun, setidaknya ada beberapa hal
yang bisa diupayakan untuk meminimalkan penularan HIV/AIDS ke anak. Apabila
ibu merasakan ada yang salah atau menjadi suatu ganjalan, segera bicarakan masalah
yang dirasakan pada ahli. Perawatan selama kehamilan harus dilakukan dengan tepat
sehingga dapat menurunkan tingkat keparahan HIV dalam tubuh, sehingga
memperkecil risiko penularan virus pada bayi. Perawatan tidak hanya berhenti di
masa kehamilan saja, saat persalinan dan menyusui pun masih tetap harus melakukan
perawatan khusus guna mencegah penyebaran virus HIV pada si bayi.
d. Penularan HIV dan AIDS anak dari ASI ibu
Beberapa kondisi saat menyusui dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Salah
satunya adalah luka di sekitar puting susu, luka di mulut bayi hingga fungsi
kekebalan tubuh bayi. Sejumlah ahli menyarankan ibu hamil untuk mengonsumsi
obat antiretroviral untuk mencegah penularan pada janin. Namun ibu harus
mendapatkan saran dari dokter sebelum mengonsumsi obat. Maka penting untuk
rutin melakukan pemeriksaa, apalagi jika ibu memiliki riwayat atau potensi untuk
membawa HIV.
e. Penggunaan alat-alat medis
Dalam setiap tindakan medis alat-alat yang berkontak dengan cairan tubuh pasien
seperti jarum, pisau, gunting dan yang lainnya dapat berpotensi menularkan risiko
HIV dan AIDS, tentunya dokter akan menggunakan alat yang berbeda untuk setiap
pasiennya. Selain itu, alat-alat medis juga telah melalui proses sterilisasi, sehingga
risiko penularan akan sangat minim. Namun terkadang potensi yang ditimbulkan
tidak dapat lepas dari unsur kelalaian.
4. Strategi Penanganan dan Pencegahan HIV-AIDS
Beberapa pencegahan terjadinya HIV-AIDS, yaitu:
a. A (Abstinace) adalah tidak berhubungan seks di luar nikah. Edukasi mengenai
HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi dilakukan mulai dari siswa siswa SMP.
b. B (Be Faithful) adalah saling setia pada pasangan. Saling setia pasangan atau tidak
bergonta-ganti pasangan hubungan seks juga menjadi kunci pencegahan HIV.
c. C (Condom), yaitu penggunaan kondom saat berhubungan seksual. Penggunaan
dinilai efektif mencegah penularan HIV.
d. D (Don’t Use Drugs) atau tidak memakai narkoba. Kasus penularan HIV juga banyak
terjadi pada pengguna napza suntik secara bergantian.
e. E (Equipment) yang artinya menggunakan peralatan steril.
LEAFLET

Anda mungkin juga menyukai