Anda di halaman 1dari 7

KERTAS KERJA UJIAN  

Semester : Ganjil Tahun akademik : 2020/2021

           

Nomor Induk Mahasiswa   55119120006 Nomor Ujian : 2 Paraf Mahasiswa

Nama   Septian Sugestyo Putro


 
Fakultas / Program
FEB/ Magister Manajemen Paraf Pengawas
Studi
Mata Kuliah   Global Supply Chain & Logistic  
Dr. Ahmad H. Sutawijaya, SE, M.Com, M.Phil, CSCP., CIPM., ASCA Nilai Ujian (00-
Dosen  
100)
Waktu   Hari Tanggal Jam Ruang  
Pelaksanaan
  Sabtu 9 Januari 2021 12.00 – 14.29 M-402-2  
Ujian

1. Perbedaan definitive:
Supply Chain Management merupakan rangkaian kegiatan dan keputusan strategis
mencangkup keseluruhan jaringan rantai pasok yang terintegrasi, dalam tujuannya
menciptakan keselarasan antara kebutuhan konsumen sebagai pelanggan akhir dengan
sumber daya yang ada di dalam jaringan rantai pasok tersebut. Sedangkan Logistic
Management adalah proses dan aktifitas manajemen dalam perencanaan, pengendalian
dan pelaksanaan penanganan perpindahan dan penyimpanan barang, jasa atau informasi
yang efektif dan efisien, dari lokasi asal (point of origin) hingga diterima di tangan konsumen
sebagai pelanggan akhir (point of consumption), secara tepat waktu dan sesuai invoice.

Perbedaan Scope:
Supply Chain Management mencangkup segala fungsi dalam rantai pasok dalam
penanganan arus material, informasi dan uang, seperti supplier relationship management
(SRM), material planning, sales & operation planning (SNOP), manufacturing, logistic,
hingga customer relation management (CRM). Sedangkan Logistic management
merupakan bagian dari supply chain management yang mencangkup segala hal terkait
penanganan dan perpindahan produk seperti storage facility, order processing, armada
transportasi, 2PL/3PL/4PL, hingga sistem logistic.

2. Perbaikan Operasional yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing:


i. Meningkatkan pemahaman pada kebutuhan pelanggan dan ketidakpastian
rantai pasokan

Dengan peningkatan Customer Relationship Management, perusahaan


akan mengetahui pola dan trend dari apa yang diinginkan pelanggan
secara cepat dan akurat. Kecepatan arus informasi dari pelanggan
hharus ditingkatkan kecepatan penyebarannya kepada seluruh elemen
rantai pasok, sehingga dapat lebih cepat bereaksi dan mengantisipasi
pada perubahan demand. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi
elemen mata rantai, mengembangkan ecommerce, menentukan waktu
standar bagi anggota rantai pasok.

ii. Memahami kapabilitas rantai pasok

Perusahaan harus memahami kapabilitas rantai pasoknya sendiri, sejauh


mana mampu untuk memenuhi keiinginan konsumen, dalam prosesnya
dapat dilalui melalui peningkatan kolaborasi dengan supplier (SRM),
implementasi JIT, mengurangi jumlah pemasok hingga mengutamakan
pemasok yang dekat dengan pabrik. Di internal perusahaan dapat
dilakukan optimalisasi capacity planning dan supply matrix, penerapan
lean six sigma dan continuous improvement dalam operational
manufacturing dan seluruh rantai pasok sehingga lebih responsive.

iii. Evaluasi Pencapaian Stragi SCM


Implementasi Strageti SCM perlu selalu dievaluasi. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara supply dan demand secara terus menerus,
maka perusahan perlu kembali mengatur kembali rangkaian rantai pasok
dan merancang strategi kompetitif lain yang sesuai agar memuliki tujuan
yang sama.

a. Strategi cakupan Manajemen Rantai Pasok


Strategi manajemen rantai pasok harus mencangkup hal-hal berikut:
 Lokasi dan Kapabilitas Fasilitas Rantai Pasok
o Mendesain dan merencanakan penempatan fasilitas manufaktur dan
gudan distribusi, seoptimal mungkin dengan mendekati point of
consumption
o Menentukan kapasitas produksi dan Gudang yang disesuikan dengan
target pencapaian demand dari segmen pelanggan yang ingin
dilayani
 Menentukan produk yang akan diproduksi dan penyimpanannya
o Menentukan dari supplier mana bahan baku akan didapatkan
o Menentukan dan merencanakan di fasilitas dan lini produksi mana
sebuah produk (SKU) akan diproduksi
o Menentukan seberapa banyak produk akan disimpan di Gudang, dan
di lokasi Gudang mana saja produk tersebut akan disiapkan
inventory-nya
 Moda Transportasi
o Menentukan moda transportasi apa yang akan digunakan (trucking,
ship, pesawat atau intermodal)
o Menentukan rekanan 3PL/4PL yang akan digunakan dalam proses
distribusi
 Information System
o Menentukan dan mengembangkan sistem terintegrasi (digitalisasi
proses) yang menghubungkan tiap tahapan proses dalam rantai
pasok, misalnya SAP, Oracle, Infor, Epicor, dll
b. Strategy Fit Supply Chain Management
Strategy Fit dalam supply chain merupakan kondisi di mana terjadinya konsistensi
dan keseimbangan antara prioritas konsumen dari strategi kompetitif dengan
kapabilitas dari rantai pasok, sehingga terjadi alignment/keselarasan tujuan antara
strategi rantai pasok dengan strategi kompetitif yang dibuat perusahaan.

3. Perbaikan operational yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing:


i. Meningkatkan efektivitas proses antara perusahaan dengan supplier melalui
Supplier Relationship Management (SRM) yang mengedepankan kolaborasi
seperti automasi procurement, evaluasi performa supplier, dan peningkatan
kemudahan pertukaran informasi dengan supplier.
ii. Meningkatkan responsivitas atas keinginan dan trend dari pelanggan melalui
strategi Customer Relationship Management (CRM) dengan penyediaan
kanal customer service, pemutakhiran database palnggan, Analisa data
feedback dan trend pembelian pelanggan, dan peningkatak efektivitas
penanganan keluhan pelanggan.
a. Jelaskan menurut pendapat anda:
Menurut saya, hubungan antara perusahaan tradisional dengan suppliernya terbatas
pada pencariap bahan pokok dan jasa dari supplier-supplier yang mampu
menawarkan dengan harga sangat rendah, tanpa memperhatikan kualitas produk
dan kapabilitas internal supplier. Dan ketika sudah menemukan supplier yang
sesuai, perusahaan tersebut akan terus menggunakannya. Sehingga pada
perusahaan tradisional akan sangat bergantung pada supplier tersebut dan memilki
risiko yang tinggi pada rantai pasoknya. Apabila supplier bangkrut atau mengalami
masalah produksi dan kualitas, maka perusahaan tradisional akan kesulitan mencari
subtitusi, sehingga mengganggu fungsi keseluruhan rantai pasoknya.
Hubungan dengan pelanggan juga hanya sebatas pada penanganan keluhan
sehingga tidak secara langsung mengetahui kebutuhan pelanggan sesungguhnya

Di era globalisasi, perusahaan modern lebih mengedepankan strategi SRM, di mana


pemilihan supplier tidak mengutamakan harga yang murah saja, namun melalui
serangkaian assessment terkait reputasi, kestabilan kualitas, kapasitas produksi,
hingga kesehatan manajemen dan keuangannya. Setelah supplier terpilih pun,
perusahaan modern akan bekerja sama dan berkolaborasi secara intensive dalam
pengembangan produk, peningkatan proses supply, integrase sistem informasi
hingga terus saling mengevalusasi performa masing-masing. SRM juga
mengidentifikasi substitusi dari setiap bahan material sehingga lebih flexible dan
mampu menjaga stabilitas rantai pasok.
Perusahaan modern juga akan menerpkan strategy Customer relationship
management (CRM) di mana segala feedback dan database yang didapatkan dari
pelanggan menjadi informasi penting dalam penentuan kepututsan dalam rantai
pasok dalam memenuhi demand lebih cepat dari sebelumnya.

b. Supplier Relationsip Management di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)


Berikut ini merupakan gambaran pemetaan rantai pasok dari PT. CCAI:
i. SRM – mengatur dan mengevaluasi kinerja supplier dari supplier
sehingga dapat mengamankan dan meningkatkan stabilitas bahan
material. Mengembangkan paperless ordering melalui sistem SAP yang
terintegrasi kepada supplier-supplier top tier. Menjalankan metoda Just In
Time untuk material-material yang banyak memakan tempat dari supplier
dengan lokasi yang dekat dengan pabrik
ii. CRM – Meningkatkan kemudahan customer order dengan sistem ROAM
yang dioperasionalkan oleh sales representative. Memanfaatkan National
Contact Center sebagai media penerimaan order dari pelanggan melalui
telepon dan email. Cara ini meningkatkan responsivitas pada pemenuhan
demand.
iii. Inventory – Mengendalikan 333 distribution center di seluruh Indonesia
yang dipasok oleh 8 pabrik dari area Sumatera, Jawa dan Bali,
menyimpan inventory di area tersebut sehingga dapat memenuhi
permintaan pelanggan dalam 2x24 jam.
iv. Kaizen – Mengembangkan dan melatih pekerja untuk mampu memiliki
minimal white belt Lean Six Sigma untuk operator dan yellow belt Lean
Six Sigma untuk supervisor sehingga mampu mengidentifikasi dan
memecahkan masalah secara cepat dan tepat. Hal ini meningkatkan
efektifitas dan efisiensi proses manufaktur dan logistic
4. Ada 4 Tahapan Optimalisasi Supply Chain Management, yaitu:
a. Tahap 1 – Supply Management – Fase di mana tiap fungsi dari rantai pasok berjalan
sendiri-sendiri tanpa adanya integrase yang optimal
b. Tahap 2 – Suppy Chain Management – Fasi di mana telah terjadi penggabungan
atau integrase antara elemn rantai pasok yang memiliki fungsi yang serupa,
misalnya distribusi dengan warehousing.
c. Tahap 3 – Supply Chain Integration – Fase di mana elemen rantai pasok telah
terintegrasi secara internal dan arus informasi sangat terbuka sehingga mampu
mengedepankan strategi yang kolaboratif,
d. Tahap 4 – Demand-Supply Network Collaboration – Integrasi rantai pasok internal
dan eksternal terjadi, di mana perusahaan telah mampu mengembangkan SRM dan
CRM dalam menyelaraskan supply dan demand dari pelanggan.

5. Competitive Advantage
a. Competitive advantage adalah serangkaian proses, hak paten, proses manajemen,
spesifikasi produk, manfaat produk, atau sistem distribusi yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan/produk yang mampu membuatnya menguasai pasar dan memperoleh
keuntungan lebih disbanding pesaingnya.
b. Dalam mencapai competitive advantage, perusahaan dapat melakukan inovasi dan
efisiensi (lower cost, lebih fleksibel, delivery lebih cepat dan murah, quality yang baik
dan stabil):
i. Inovasi produk – mendesain dan menghasilkan produk yang innovative,
belum ada produk subtitusinya atau bahkan belum ada pesaing yang mampu
menyerupainya.
ii. Inovasi proses – Melakukan inovasi proses yang lebih efektif dan efisien
dalam menghasilkan sebuah produk atau jasa, baik mendesain proses baru
yang lebih mutakhir atau melakukan improvement (Kaizen) dari proses
existing sehingga lebih ringkas, lebih hemat energy dan lebih rendah costnya
iii. Lean Supply Chain – Menjual produk lebih murah, dengan pengiriman lebih
cepat dan kualitas yang stabil karena perusahaan mampu menjalankan lean
supply chain yang meningkatkan efektifitas kapasitas produksi, mengurangi
waste, meningkatkan efisiensi pergudangan dan transportasi, hingga
menggunakan utilitas emat daya.
iv. Agile Supply Chain – Mampu menjalankan supply chain yang agile dan
sangat responsive pada demand sehingga mempersingkat waktu delivery
dan mempercepat perolehan profit
v. Leanagile Supply Chain – Mampu mengkolaborasikan lean dan agile supply
chain sehingga mampu menawarkan produk yang lebih kompetitif
dibandingkan pesaing dari segi harga, proses dan delivery.
6. Persepsi Teknis:
 Teknologi berupa MRP dan ERP sangat membantu perusahaan dalam memilki
visiilitas akan kapsitas produksi dan perencanaan pemenuhan demand, sehingga
dapat meningkatkan efektifitas kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi
pemenuhan demand kepada pelanggan.
 Teknologi dalam supply chain berupa digitalisasi proses quality management,
integrated supplier system management, hingga Aplikasi multi element seperti SAP,
memungkinkan perusahaan untuk memperpendek alur proses dan mengurangi
kebutuhan pekerja dalam setiap menjalankan prosesnya. Alur informasi menjadi
lebih cepat dan akurat sehingga lead time sejak menerima order hingga deliver
dapat dipersingkat. Sebagai Contoh, dalam konsep digitalisasi manajemen mutu
dalam artikel Putro (2020), digitalisasi managemen mutu mampu mengurangi
kebutuhan pekerja dalam proses pengendalian mutu, mampu mengurangi
kebutuhan space dari dokumentasi quality management, dan meningkatkan kualitas
dari produk melalui kecepatan pada penanganan masalah mutu.
Persepsi Manajerial:
Teknologi dalam supply chain sangat membantu dalam decision making dan penentuan strategi
perusahaan. Database demand dibandingkan dengan kapabilitas supply menjadi lebih visible
dan membantu memutuskan seberapa banyak demand yang akan dipenuhi, dari fasilitas mana
akan diproduksi dan dikirimkan, hingga kapan order tersebut dapat dipenuhi. Di level teratas,
dengan visibilitas ini juga akan membantu manajemen dalam menentukan apakah fasilitas
pabrik atau Gudang baru dibutuhkan. Dengan kelengkapan database dan kecepatan alur
informasi, akan mendatangkan cost saving yang signifikan pada perusahaan. Arus informasi
dari pelanggan akan sangat cepat diterima sehingga perusahaan dapat dengan segera
merespond demand dan trend pasar. Semakin cepat menerima informasi, semakin cepat
merespon pada pasar, semakin cepat pula arus pemasukan sehingga akan memaksimalkan
profit perusahaan.

Referensi:
Putro, Septian. (2020). Conceptual Design of Quality Management Digitalization for FMCG
Industry. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(1)

Anda mungkin juga menyukai