Anda di halaman 1dari 54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR

INSTALASI JARINGAN DISTRIBUSI FIBER OPTIC


JALUR UNGARAN- KARTASURA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Di susun oleh :

WAWAN HENDRIYANTO
NIM : I 8707026

PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL INFRASTRUKTUR PERKOTAAN


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

INSTALASI JARINGAN DISTRIBUSI FIBER OPTIK


JALUR UNGARAN- KARTASURA

TUGAS AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Dikerjakan oleh :
WAWAN HENDRIYANTO
NIM : I 8707026

Telah disetujui oleh:


Dosen Pembimbing

Widi Hartono, ST, MT


NIP.19730729 199903 1001

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

INSTALASI JARINGAN DISTRIBUSI FIBER OPTIC


JALUR UNGARAN- KARTASURA

TUGAS AKHIR

Dikerjakan oleh :

WAWAN HENDRIYANTO
NIM : I 8707026

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Pendadaran Fakultas Teknik


Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya.
Pada hari :
Tanggal : 2011
Tim Penguji Pendadaran :
1. Ketua : Widi Hartono, ST, MT ................................................
NIP. 197307291999031001
2. Anggota : Setiono, ST, Msc ................................................
NIP. 197202241997021001
3. Anggota : Ir. Sudarto, Msi. ................................................
NIP. 195703271986031002

Disahkan, Disahkan
Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program D-III Teknik
Fakultas Teknik UNS Jurusan Teknik Sipil FT UNS

Ir. BAMBANG SANTOSA, MT ACHMAD BASUKI, ST, MT


NIP. 195908231986011001 NIP. 197109011997021001

Mengetahui,
a. n. Dekan
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik UNS

KUSNO ADI SAMBOWO, ST, Ph. D


NIP. 196910261955031002

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Uang bukan segala – galanya, tetapi segala – galanya butuh uang,

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang

Dalam hidup kita harus mencari TEKEN, kemudian kita harus TEKUN, dan pada
akhirnya kita akan TEKAN,

Hari kemaren adalah sejarah, hari ini adalah anugerah dan hari esuk adalah
misteri,

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang,
tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda
tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu,

iv

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan semua ini kepada ALLAH S.W.T. yang telah memberikan
kemudahan dan jalan-Nya, sehingga semua ini dapat tercapai dengan lancar dan
baik.

Kepada orang yang penulis cintai yaitu kedua orang tuaku, tanpa bantuan moril dan
materielnya terutama doa, bantuan, spirit dan dorongan semangat yang mereka
berikan, semua ini tidak akan tercapai. Maaf, hanya ini yang mampu penulis berikan
dan atas segala nasehat, penulis akan mengingatnya dan selalu berusaha untuk
menjadi yang paling baik.

Kepada seseorang yang spesial yaitu Cicik Rosita Dewi yang selalu memberikan
bantuan dan semangat serta menyuport penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis sampaikan terima kasih dan hanya ini yang
mampu penulis berikan.

Kepada Bapak Andaryadi selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah membantu
memperoleh data dengan cara bimbingan dan pengarahan yang sabar dan tidak
membatasi informasi yang diberikan.

Kepada teman-teman D3 Infrastruktur Perkotaan, dan teman-teman yang lain yang


telah membantu terima kasih atas semuanya, khususnya Saudara Adib Syarifudin
dan Charolina.

Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama pembuatan Tugas Akhir ini,
sehingga Tugas Akhir dapat berjalan dengan lancar dan baik. Penulis sampaikan
terima kasih.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

WAWAN HENDRIYANTO, 2011, “INSTALASI JARINGAN DISTRIBUSI


FIBER OPTIC JALUR UNGARAN- KARTASURA”

Kecepatan dalam sebuah komunikasi menjadi salah satu tuntutan yang harus
dilakukan oleh penyedia layananan komunikasi, disamping begitu banyaknya
persaingan yang dilakukan oleh penyedia layanan telekomunikasi. Bandwith yang
besar menjadi salah satu cara alternatif yang efektif dalam menjawab tuntutan
tersebut. Pemasangan jaringan fiber optic menjadi solusi yang cukup baik dalam
peningkatan bandwith pada sebuah penyedia layanan telekomunikasi. Dengan
bandwith yang besar, redaman transmisi yang kecil, dan tidak terpengaruh oleh
gelombang elektromagnetik menjadi salah satu nilai plus dalam pemasangannya.

Dalam laporan Tugas Akhir ini data yang digunakan dalam penulisan adalah data
yang berasal dari PT. Telkom, Gladak, Surakarta. Data tersebut berupa jenis-jenis
material, alat-alat yang digunakan dan pekerjaan dalam pemasangan fiber optic.
Disamping data-data dari PT. Telkom, survey ke tempat lokasi di STO Kartasura
yang terletak di Jalan Diponegoro, menjadi salah satu data penunjang yang cukup
dalam pengolahan data untuk dibuat menjadi study pustaka. Adapun obyek yang
disurvey yaitu areal galian yang terletak di sekitar STO Kartasura.

Dari data-data yang ditemukan dan diolah menghasilkan beberapa jenis macam
pekerjaan dalam pemasangan fiber optic di Jalur Ungaran-Kartasura, kendala-
kendala juga ikut ditemukan dalam pemasangan fiber optic. Akhirnya analisis
anggaran biaya pemasangan fiber optic jalur Ungaran-Kartasura dapat dihitung
yang didapat dari biaya total penggalian dan timbunan sebesar Rp.582.750.000
ditambahkan dengan biaya total pemasangan fiber optic sebesar Rp.15.553.787.937
hingga menjadi biaya akhir dari seluruh pekerjaan menjadi Rp.16.136.537.937,-.

Keyword : bandwith, fiber optic, STO (Sentra Telepon Otomatis)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

WAWAN HENDRIYANTO, 2011, "FIBER OPTIC DISTRIBUTION


NETWORK INSTALLATION PATH UNGARAN-KARTASURA"

Speed in a communication to be one of the demands that must be done by


layananan provider of communications, in addition to so much competition
conducted by telecommunications service providers. Large bandwidth to be one
effective alternative way to answer these demands.Installation of fiber optic
network into a pretty good solution in increasing the bandwidth on a
telecommunications service provider. With the large bandwidth, small
transmission attenuation, and is not affected by electromagnetic waves to be one
plus the value in the installation.

In This final report of the data used in the writing of data is derived from PT.
Telkom, Gladak, Surakarta. The data of the types of material, equipment used and
work in the installation of fiber optic cable. In addition to data from PT. Telkom,
the survey at a location in the STO Kartasura located at JalanDiponegoro, one of
sufficient supporting data in the data processing to be made into literature study.
As for the objects surveyed the excavation area is located around the STO
Kartasura.

From the data found and processed produce several types of jobs in the
installation of fiber-optic cables in the Gaza UngaranKartasura, constraints also
found in the installation of fiber optic cable. Finally, analysis of the budget cost of
installing fiber optic lines can be calculated Ungaran-Kartasura obtained from the
total cost of excavation and embankment for Rp.582.750.000 added to the total
cost for installation of fiber optic Rp.15.553.787.937 until a final cost of the entire
work to Rp. 16,136,537,937, -.

Keyword: bandwidth, fiber optic, STO (Automated Call Center)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini diberikan kepada Mahasiswa Teknik Sipil UNS dengan maksud
agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami teori-teori mata kuliah yang
diberikan oleh dosen. Tidak semua teori yang diterima di bangku kuliah dapat
diterapkan di lapangan. Dengan Tugas Akhir, mahasiswa diharapkan
mendapatkan wawasan tentang penerapan Teknik Sipil di lapangan. Tugas Akhir
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada
program D III Teknik Sipil Jurusan Sipil Infrastruktur Perkotaan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Selama mengerjakan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Widi Hartono, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Andaryadi
selaku Pembimbing Tugas Akhir di TELKOM Surakarta, semua pihak yang telah
membantu terselesainya Tugas Akhir dan laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.

Surakarta, Agustus 2011

Penyusun

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Batasan Masalah.......................................................................... 2
D. Tujuan ......................................................................................... 2
E. Manfaat ....................................................................................... 2
F. Metode Penulisan......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1. Sejarah Perkembangan Fiber Optic............................................. 4
2.2. Pengertian Fiber Optic ................................................................ 6
2.3. Jenis Fiber Optic ......................................................................... 8
2.4. Kelebihan dan Kelemahan Kabel Fiber Optic ............................ 10
2.5. Karakteristik Kabel Fiber Optic.................................................. 10
2.6. Persyaratan yang Dibutuhkan oleh Fiber Optic .......................... 11
2.7. Prinsip dan Mode Perambatan Cahaya dalam Fiber Optic ......... 11
2.7.1. Mode Perambatan Cahaya ............................................... 11
2.7.2. Prinsip Perambatan Cahaya ............................................. 11
2.8. Cara Kerja Fiber Optic................................................................ 13

viii

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.8.1. Transmisi Cahaya ............................................................ 13


2.8.2. Sistem Relay Fiber Optic ................................................ 14
2.9. Struktur Fiber Optik dan Perambatan Cahaya pada Fiber Optic
Struktur Dasar Sebuah Fiber Optic ............................................. 15
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................... 16
3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian............................................ 16
3.2. Obyek Penelitian ......................................................................... 16
3.3. Langkah-langkah Penelitian ........................................................ 16
3.4. Permohonan Ijin .......................................................................... 16
3.5. Mencari Data atau Informasi…………………………………… 17
3.6. Penyusunan Laporan……………………………………………. 18
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................... 19
4.1. Hasil Penelitian............................................................................ 19
4.1.1. Gambaran Umum............................................................. 19
4.1.2. Lingkup Pekerjaan ........................................................... 21
4.1.3. Survey Lokasi…………………………………………... 21
4.2. Pemasangan Fiber Optic ............................................................. 21
4.2.1. Galian............................................................................... 21
4.2.2. Rojok (Boring Manual) ................................................... 23
4.2.3. Penarikan Sub Duct …………………………………..... 24
4.2.4. Penarikan Fiber Optic…………………………….......... 26
4.2.5. Penyambungan Fiber Optic…………............................. 27
4.2.6. Penutupan Join Clousure ( Hasil Sambungan)................ 29
4.2.7. Pengukuran Fiber Optic……………………………… .. 29
4.2.7.1. Fungsi dan Kegunaan OTDR………………… 30
4.2.7.2. Karakteristik Penting dari Link Kabel FO yang
Diukur………………………………………………….. 31
4.2.7.3. Pra Setting……………………………………. 32
4.2.7.4. Operasi OTDR……………………………….. 32
4.2.7.5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam
Menggunakan OTDR…………………………………... 32

ix

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.7.6. Urutan Pengoperasian Alat Ukur untuk Pengukuran


Rugi-rugi (Loss) Fiber Optic…………………………... 33
4.2.8. Penimbunan Kembali di Daerah Manfaat Jalan………... 33
4.2.8.1. Material Jalan………………………………… 33
4.2.8.2. Ketentuan Timbunan Lainnya……………….. 33
4.3. Kendala dalam Pemasangan Fiber Optic .................................... 35
4.3.1. Faktor Cuaca.................................................................... 35
4.3.2. Akar Pohon ...................................................................... 35
4.3.3. Surat Perijinan ................................................................. 36
4.3.4. Perubahan Rencana.......................................................... 36
4.3.5. Melintasi Jembatan Jalan Raya………………………… 36
4.3.5.1. Syarat pemasangan…………………………... 37
4.3.6. Pencurian………………………………………………. 38
4.3.7. Daerah Pegunungan / Perbukitan .................................... 38
4.4. Analisis Anggaran Biaya Pemasangan Fiber Optic Jalur Ungaran-
Karatsura...................................................................................... 38
4.4.1. Material yang Digunakan ................................................ 38
4.4.2. Alat-alat yang Digunakan ................................................ 39
4.4.3. Harga Satuan Pekerja....................................................... 39
BAB 5 RINGKASAN ...................................................................................... 41
PENUTUP........................................................................................................... xii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. ........ xiii
LAMPIRAN………………………………………………………………........ xiv

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kabel Fiber Optic ...................................................................................... 6


Gambar 2.2. Single Mode Fiber ..................................................................................... 8
Gambar 2.3. Multi Mode Fiber....................................................................................... 9
Gambar 2.4. Perambatan Cahaya dalam Fiber Optic ................................................ 11
Gambar 2.5. Signal Cahaya pada Fiber Optic............................................................... 14
Gambar 3.1. Diagram Alir Analisis Data........................................................................ 18
Gambar 4.1. Rute SKSO jalur Ungaran-Kartosuro ................................................... 19
Gambar 4.2. Kabel Fiber Optic Bawah Tanah, Duct dan Udara................................... 20
Gambar 4.3. Rojok ( Boring Manual ) ............................................................................ 22
Gambar 4.4. Penarikan Sub Duct .................................................................................... 24
Gambar 4.5. Join Clousure ........................................................................................... 27
Gambar 4.6. Tampilan Layar OTDR ........................................................................... 29
Gambar 4.7. Konfigurasi Galian .................................................................................. 32
Gambar 4.8. Pemasangan Kabel Fiber Optic melalui Jembatan................................... 37

commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi telekomunikasi sekarang ini mengalami kemajuan sangat
cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan kebutuhan akan
informasi, yang terus memacu para pengembang memberikan suatu sistem yang
handal dan efisien, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam arti bahwa
sistem tersebut dapat menyalurkan informasi ke manapun juga tanpa
membutuhkan waktu yang lama.

Semakin beragamnya layanan informasi, tuntutan kehandalan jaringan yang


memadai, dan persaingan antar pemberi layanan telekomunikasi yang semakin
ketat berakibat pada meningkatnya tuntutan sistem transmisi yang memiliki
kapasitas bandwidth besar dan kualitas tinggi.

Antisipasi kebutuhan bandwidth yang besar ini telah diupayakan dengan


meningkatkan kualitas media transmisi yang digunakan, di antaranya dengan
menggunakan fiber optic. Fiber optic digunakan sebagai media transmisi pilihan,
karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain : memiliki bandwidth yang
besar, redaman transmisi kecil, ukuran kecil, dan tidak terpengaruh oleh
gelombang elektromagnetik.

Sehubungan dengan hal ini, dalam Tugas Akhir ini hanya akan membahas
Pemasangan Jaringan Distribusi Fiber opticnya saja karena keterkaitannya
dengan infrastruktur perkotaan. Khususnya dalam jalur dan wilayah Ungaran –
Kartasura, Suatu jaringan yang menggunakan fiber optic sebagai media transmisi
tidak terlepas dari perangkat terminal fiber optic yang memungkinkan untuk
mengontrol jaringan yang menggunakan fiber optic. Di sini terjadi fungsi yang
amat penting, yaitu pengubahan sinyal elektrik menjadi sinyal optik dan
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

sebaliknya sinyal optik menjadi sinyal elektrik agar hubungan antar sentral dapat
berlangsung secara continue.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas adalah:
1. Bagaimana cara pemasangan jaringan fiber optic jalur Ungaran- Kartasura ?
2. Apa kendala yang dihadapi dalam pemasangan jaringan fiber optic?
3. Bagaimana analisis anggaran biaya untuk pemasangan jaringan fiber optic
jalur Ungaran – Kartasura ?

C. BATASAN MASALAH
Dalam tugas akhir ini agar masalah tidak terlalu melebar dan menjauh maka perlu
dilakukan antar batasan wilayah adalah sebagai berikut:
1. Studi kasus dilakukan di jalur Ungaran – Kartasura.
2. Pemasangan hanya sampai dengan jaringan distribusi ke STO (Sentra
Telepon Otomatis)
3. Melakukan pengujian pemasangan jaringan distribusi FO (Fiber Optic) ke
user dan biaya yang diperlukan.

D. TUJUAN
Tujuan dari tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui cara pemasangan jaringan fiber optic jalur Ungaran – Kartasura.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pemasangan jaringan fiber optic di
jalur Ungaran - Kartasura.
3. Menganalisis harga perencanaan pemasangan jaringan distribusi fiber optic
jalur Ungaran– Kartasura.

E. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan muncul dari tugas akhir ini adalah:
1. Manfaat Teoritis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil sesuai dengan teori


yang didapat di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Memberikan tambahan informasi kepada semua orang umumnya dan kepada
semua mahasiswa di bidang Teknik Sipil khususnya dalam pengetahuan
jaringan distribusi fiber optic.

F. METODE
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:
1. Metode Interview
Melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait
untuk memperoleh data yang diinginkan.
2. Metode Studi Observasi
Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
obyek yang akan dipelajari.
3. Metode Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara membaca buku penunjang untuk melengkapi
pengetahuan teoritis maupun praktis kemudian membandingkannya dengan
kenyataan di lapangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Fiber Optic


Pada tahun 1880 Alexander Graham Bell menciptakan sebuah system
komunikasi cahaya yang disebut photophone dengan menggunakan cahaya
matahari yang dipantulkan dari sebuah cermin suara -termodulasi tipis untuk
membawa percakapan. Photo-phone tidak pernah mencapai sukses komersial,
walaupun sistem tersebut bekerja cukup baik. Berikut adalah beberapa tahap
sejarah perkembangan teknologi serat optik (Senior J.M, 1992,”Optical Fiber
Communications, Principles and Practice”) :

a. Generasi Petama ( mulai tahun 1970)


Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya
terdiri dari : Encoding : Mengubah input (missal suara) menjadi sinyal listrik.
Transmitter : Mengubah sinyal listrik menjadi gelombang cahaya termodulasi,
berupa LED GHQJDQSDQMDQJJHORPEDQJȝP6HUDW6LOLND6HEDJDLSHQJDQWDU
gelombang cahaya. Repeater : Sebagai penguat gelombang cahaya yang melemah
di jalan Receiver : Mengubah gelombang cahaya termodulasi menjadi sinyal
listrik, berupa foto-detektor Decoding : Mengubah sinyal listrik menjadi ouput
(misal suara). Repeater bekerja dengan merubah gelombang cahaya menjadi
sinyal listrik kemudian diperkuat secara elektronik dan diubah kembali menjadi
gelombang cahaya. Pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi 10
Gb.km/s.

b. Generasi Ke- Dua ( mulai tahun 1981)


Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran inti serat diperkecil. Indeks bias kulit
dibuat sedekat -dekatnya dengan indeks bias inti. Menggunakan diode laser,
panjang gelombang yang dipancarkan  ȝP .DSDVLWDV WUDQVPLVL PHQMDGL 100
Gb.km/s.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

c. Generasi Ke- Tiga ( mulai tahun 1982)


Penyempurnaan pembuatan serat silika. Pembuatan chip diode laser
berpanjang JHORPEDQJ  ȝP.HPXUQLDDQ EDKDQ silika ditingkatkan sehingga
transparansinya dapat dibuat untuk SDQMDQJJHORPEDQJVHNLWDUȝP sampai 1,6
ȝP.DSDVLWDVWUDQVPLVL menjadi beberapa ratus Gb.km/s.

d. Generasi Ke- Empat ( mulai tahun 1984)


Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya bukan
modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi. Pada tahun 1984 kapasitasnya
sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi langsung (modulasi intensitas).
Terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi
modulasi frekuensi masih jauh tertinggal.

e. Generasi Ke- Lima ( mulai tahun 1989)


Dikembangkan suatu penguat optic yang menggantikan fungsi repeater pada
generasi-generasi sebelumnya. Pada awal pengembangannya kapasitas transmisi
hanya dicapai 400 Gb.km/s tetapi setahun kemudian kapasitas transmisinya sudah
menembus 50.000 Gb.km/s

f. Generasi Ke- Enam (Pada tahun 1988)


Linn F. Mollenauer mempelopori system komunikasi optik soliton. Soliton
adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang
yang berbeda hanya sedikit dan juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang
soliton hanya 10 -12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang
saling berdekatan, sehingga sinyalsinyal yang berupa soliton merupakan informasi
yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing).
Eksprimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5
saluran yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Kapasitas
transmisi yang telah diuji mencapai 35.000 Gb.km/s. Cara kerja sistem soliton ini
adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang gelombangnya sama akan
merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan jika intensitasnya
melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan untuk menetralisir efek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

dispersi, sehingga soliton tidak melebar pada waktu sampai di receiver. Hal ini
sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil
bahkan dapat diabaikan.

2.2. Pengertian Fiber Optic


Fiber optik adalah sebuah kaca murni yang panjang dan tipis serta berdiameter
sebesar rambut manusia. Dan dalam pengunaannya beberapa fiber optik dijadikan
satu dalam sebuah tempat yang dinamakan kabel fiber optic dan digunakan untuk
mengantarkan data digital yang berupa sinar dalam jarak yang sangat jauh.
Fungsi dari kabel fiber optic ini adalah sebagai wave guide untuk menyalurkan
berkas sinar (Laser Diode, LED, Electrical Circuit). Komposisi kabel serat optik
terdiri dari lapisan inti (core), lapisan pembungkus core (cladding layer), dan
lapisan pelindung (coating layer), masing-masing berbentuk silinder yang
konsentris (Senior J.M,”Optical Fiber Communications, Principles and
Practice”)
Adapun bentuk kabel fiber optic secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah ini :

Gambar 2.1 Kabel Fiber Optic

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Adapun penjelasan dari masing-masing komponen fiber optic tersebut adalah


sebagai berikut :

a. Core ( inti)
x Terbuat dari bahan kuarsa (silika) dengan kualitas sangat tinggi.
x Merupakan bagian utama dari fiber optic karena perambatan cahaya
sebenarnya terjadi pada bagian ini.
x Memiliki diameter 10 mm – 50 mm, ukuran core sangat mempengaruhi
karakteristik fiber Optic.

b. Cladding
x Terbuat dari bahan gelas dengan index bias < index bias core.
x Merupakan selubung daripada core.
x Memiliki diameter antara 5 - 250µm (micrometer).
x Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi
perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).

c. Jaket (Coating)
x Terbuat dari bahan plastik
x Berfungsi untuk melindungi fiber optic dari kerusakan.

Kabel fiber optic juga memiliki karakteristik/sifat antara lain :


a) Fiber Bending (Tekukan Serat)
Tekukan serat yang berlebihan (terlalu kecil) dapat mengakibatkan
bertambahnya optical loss
b) Cable Bending (Tekukan Kabel)
Tekukan kabel pada saat instalasi harus dijaga agar tidak terlalu kecil, karena
hal ini dapat merusak serat sehingga menambah optical loss
c) Tensile Strength
Tensile Strenght yang berlebihan dapat merusakkan kabel atau serat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

d) Crush
Crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak/patah,
sehingga dapat menaikkan optical loss
e) Impact
Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai
kabel fiber optic. Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat
retak/patah, sehingga dapat menaikkan optical loss
f) Cable Torsion
Torsi yang diberikan kepada kabel dapat merusak selubung kabel dan serat
g) Beratnya ringan sehingga dapat dipasang langsung dalam span yang panjang
h) Diameter kecil sehingga memungkinkan beberapa kabel terdapat dalam satu
duct (menggunakan sub duct)
i) Mudah retak karena terbuat dari gelas/silika, oleh karena itu harus
diperhatikan bending radius dan tensile strength

2.3. Jenis Fiber Optic

a. Single-mode fibers
Transmisi data melalui single mode hanya menggunakan satu lintasan cahaya
yang merambat melalui serat. Metode semacam ini dapat menghindarkan ketidak
akuratan yang dapat terjadi dalam penyaluran data Mempunyai inti yang kecil
(berdiameter 0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser
inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer)

Gambar 2.2 Single Mode Fiber

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

b. Multi -mode fibers


Pada jenis ini, suatu informasi (data) dibawa melalui beberapa lintasan cahaya
yang dijalankan melalui serat dari ujung ke ujung lainnya. Metode semacam ini
dapat mengakibatkan ketidak akuaratan data yang dikirim kepada penerima,
karena lintasan cahaya yang satu dapat berbeda waktu tempuhnya disbandingkan
lintasan yang lain sehingga data yang dikirim menjadi berubah ketika sampai di
penerima. Mempunyai inti yang lebih besar (berdiameter 0.0025 inch atau 62.5
micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang
850-1300 nanometer). (Anonim, 1997, Konstruksi dan Instalasi Kabel Serat
Optik, DIVLAT PT. Telekomunikasi Indonesiua Cabang Surakarta)

Gambar 2.3 Multi Mode Fiber

Berdasarkan penempatan kabel fiber optic terdiri dari 2 jenis, antara lain :
a. Jenis pipa longgar (loose tube)
Fiber optic ditempatkan di dalam pipa longgar (loose tube) yang terbuat dari
bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete) serta berisi jelly. Saat ini sebuah kabel
fiber optic maksimum mempunyai 8 loosetube dan masing-masing loosetube
berisi 12 serat optik.
b. Jenis alur (slot)
Serat optik ditempatkan pada alur (slot) di dalam silinder yang terbuat dari
bahan PE (Polyethylene). Pada saat ini telah dibuat di Jepang kabel jenis slot
dengan kapasitas 1000 serat dan 3000 serat.

Sedangkan sesuai dengan konstruksi kabel fiber optic dibedakan menjadi 3 jenis
antara lain :
a. Kabel udara (Unarmoured / Aerial Cable)
b. Kabel Tanah (Armoured / Buried Cable)
c. Kabel duct (Duct / Indoor Cable)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2.4. Kelebihan dan Kelemahan Kabel Fiber Optic

2.4.1. Kelebihan Kabel Fiber Optic


Fiber optic memiliki kelebihan antara lain :
a. Mempunyai lebar pita frekuensi yang lebar
b. Transmisi berkualitas tinggi
c. Dapat mentrasmisikan sinyal digital dengan kecepatan data tinggi
d. Kebal tehadap interferensi gelombang elektromagnetik
e. Memiliki redaman yang sangat kecil daripada kabel tembaga
f. Fiber optic memiliki ukuran fisik kabel yang relatif kecil
g. Fiber optic dibuat dari kaca/silika, tidak mengalirkan arus listrik.

2.4.2. Kelemahan Kabel Fiber Optic


Kelemahan dari fiber optic ini sendiri antara lain :
a. Fiber optic tidak dapat menyalurkan energi listrik, sehingga repearter harus
dicatu secara remote menggunakan kabel tembaga yang terpisah
b. Intensitas energi yang dipancarkan pada sinar infra merah dan jika terkena
retina mata dapat merusak mata
c. Konstruksi fiber optic cukup lemah
d. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan yang berlebihan dari
luar

2.5. Karakteristik Kabel Fiber Optic


Tabel 2.1 Karakteristik kabel fiber optic
No. Karakteristik Nilai
1 Redaman maksimum pada 850 nm 4 dB/km
2 Redaman maksimum pada 1310 nm 2 dB/km
Modal distorsian bandwidth (pada kemiringan -3 dB optic)
3 >200 Mhz.km
pada 850 nm
Modal distorsian bandwidth (pada kemiringan -3 dB optic)
4 >200 Mhz.km
pada 1310 nm
5 Dispersi Chromatic pada 850 nm £120 ps/(nm.km)
6 Dispersi Chromatic pada 1310 nm £6 ps/(nm.km)
Sumber : Anonim, 2000, Kabel Fiber Optic, Standard Operation Prosedure dan Standard
Maintenance Procedure, Edisi Pertama, PT. Telekomunikasi Indonesia Kantor Pusat
Bandung, Tbk Devisi Network.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

2.6. Persyaratan yang Dibutuhkan oleh Fiber Optic


Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh fiber optic agar dapat bekerja
secara maksimal antara lain :
a. Tidak putus saat gaya rentang (tensile force) bekerja pada fiber optic.
b. Tidak mengalami perubahan kualitas perambatan cahaya akibat tekanan dari
samping, seperti misalnya microbending.
c. Fiber optic ditempatkan secara khusus didalam kabel fiber optic.
d. Pada sambungan fiber optic harus diberi penguat.

2.7. Prinsip dan Mode Perambatan Cahaya dalam Fiber Optic

2.7.1 Mode Perambatan Cahaya


Cahaya dapat merambat dalam fiber optic melalui sejumlah lintasan yang
bebeda. Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut mode dari suatu fiber
optic. Ukuran diameter core menentukan jumlah mode yang ada dalam suatu fiber
optic. Fiber optic yang memiliki lebih dari satu mode disebut serat optic multi
mode, sedangkan serat optic yang hanya satu mode saja disebut serat optic single
mode. Fiber optic single mode biasanya memiliki ukuran core yang lebih kecil.
(Senior J.M,”Optical Fiber Communications, Principles and Practice”)

2.7.2 Prinsip Perambatan Cahaya

coating
3
cladding

2
1 core

Gambar 2.4 Perambatan cahaya dalam fiber optic

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Keterangan :
1 : Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami refleksi
reaksi.
2 : Sinar mengalami refleksi reaksi karena memiliki sudut datang yang lebih
besar dari sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat melalui pantulan-
pantulan.
3 : Sinar akan mengalami reaksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang serat
karena memiliki sudut datang lebih kecil dari sudut kritis.

Konsep perambatan cahaya di dalam fiber optic, dapat ditinjau dengan dua
pendekatan/teori yaitu optik geometric dimana cahaya dipandang sebagai sinar
yang memenuhi hukum-hukum geometrik cahaya (pemantulan dan pembiasan)
dan optik fisis dimana cahaya dipandang sebagai gelombang elektro-magnetik
(teori mode). (Gusti A,”Perancngan dan Realisasi Switch Mekanik Rotari Untuk
Penggujian Serat Optik”)
Tinjauan Optik Geometrik memberikan gambaran yang jelas dari
perambatan cahaya sepanjang fiber optic. Dua tipe sinar dapat merambat
sepanjang fiber optic yaitu sinar meridian dimana sinar merambat memotong
sumbu fiber optic dan skew ray dimana sinar merambat tidak melalui sumbu fiber
optic. Sinar –sinar Meridian dapat diklasifikasikan menjadi bound dan unbound
rays. Bound rays di dalam serat optik disebabkan oleh pemantulan sempurna,
dimana agar peristiwa ini terjadi maka sinar yang memasuki serat harus
memotong perbatasan inti kulit dengan sudut lebih besar dari sudut kritis,
sehingga sinar dapat merambat sepanjang fiber optic.
Tinjauan optik fisis pendekatan cahaya sebagai sinar hanya menerangkan
bagaimana arah dari sebuah gelombang datar merambat di dalam sebuah serat
namun tidak meninjau sifat lain dari gelombang datar yaitu interferensi, dimana
gelombang datar saling berinterferensi sepanjang perambatan, sehingga hanya
tipe-tipe gelombang datar tertentu saja yang dapat merambat sepanjang serat.
Maka diperlukan tinjauan optik fisis yaitu memandang cahaya sebagai gelombang
elektromagnetik yang disebut teori mode.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Teori mode selain digunakan untuk menerangkan tipe-tipe gelombang


datar yang dapat merambat sepanjang serat, juga untuk menerangkan sifat -sifat
fiber optic seperti absorpsi, attenuasi dan dispersi. Mode adalah “konfigurasi
perambatan cahaya di dalam serat optik yang memberikan distribusi medan listrik
dalam transverse yang stabil (tidak berubah sepanjang perambatan cahaya dalam
arah sumbu) sehingga cahaya dapat dipandu di dalam fiber optic” ( Introduction
To Optical Fiber Communication, Yasuharu Suematsu, Ken – Ichi Iga).
Kumpulan gelombanggelombang elektromagnetik yang terpandu di dalam serat
optic disebut mode-mode. Teori mode memandang cahaya sebagai sebuah
gelombang datar yang dinyatakan dalam arah, amplitudo dan panjang gelombang
dari perambatannya. Gelombang datar adalah sebuah gelombang yang
permukaannya (dimana pada permukaan ini fase-nya konstan, disebut muka
gelombang) adalah bidang datar tak berhingga tegak lurus dengan arah
perambatan. (Anonim, 1997, Konstruksi dan Instalasi Kabel Serat Optik)
Hubungan panjang gelombang, kecepatan rambat dan frekuensi
gelombang dalam suatu medium :

panjang gelombang =

dimana ;
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa = 3.108 m/det.
f = frekuensicahaya.
n = indeks bias medium.

2.8. Cara Kerja Fiber Optic

2.8.1. Transmisi Cahaya


Jika cahaya hendak dipancarkan ke sasaran lurus, hal itu dapat dilakukan
dengan menyorotkan cahaya ke sasaran yang dituju karena cahaya merambat
lurus. Tetapi bagaimana jika cahaya hendak dipancarkan melalui tempat yang
berkelok-kelok? Kita memang dapat menggunakan cermin untuk memantulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

cahaya itu hingga sampai ke tujuan. Tetapi cara itu jelas tidak efektif. Apalagi jika
sasaran yang dituju memiliki lintasan yang rumit, seperti di bawah tanah atau
lubang yang kecil. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu sistem yang
bekerja seperti pantulan cermin di atas tetapi memiliki efisiensi tinggi. Sistem
pemantulan inilah yang merupakan prinsip dasar fiber optic. Cahaya dalam kabel
fiber optic merambat melewati inti dengan pantulan (memantul dari dinding
pembungkus) yang tetap. Prinsip ini disebut total pantulan internal. Karena
pembungkus tidak menyerap cahaya dari inti maka cahaya dapat melintasi jarak
yang sangat jauh. (Anonim, 2000, Kabel Serat Optik, Standard Operation
Prosedure dan Standard Maintenance Procedure)
Walaupun begitu, terdapat beberapa cahaya yang mengalami kerugian
(loss) ketika merambat dalam serat. Hal tersebut disebabkan karena pengotoran
atau ketidakmurnian kaca dan panjang gelombang cahaya yang ditransmisikan.
Sebagai contoh, cahaya dengan panjang gelombang 850 nm mempunyai kerugian
60% - 80% per km. (1300 nm = 50% - 60% per km, 1550 nm lebih besar dari 50%
per km). Beberapa serat optik premium memperlihatkan kerugian yang sangat
sedikit, lebih kecil dari 10% per km untuk panjang gelombang 1550 nm.

2.8.2. Sistem Relay Fiber Optic


Sistem relay fiber optic terdiri dari transmitter (membuat dan menulis
dalam sandi sinyal cahaya), fiber optic (menghubungkan sinyal cahaya),
regenerator optic (diperlukan untuk menaikkan sinyal jika serat digunakan pada
jarak yang jauh), dan receiver optic (menerima dan menguraikan sandi sinyal
cahaya). (Senior J.M, ”Optical Fiber Communications, Principles and Practice)

Gambar 2.5 Signal Cahaya pada Fiber Optic


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Sinar dalam fiber optic berjalan melalui inti dengan secara memantul dari
cladding, dan hal ini disebut total internal reflection, karena cladding sama sekali
tidak menyerap sinar dari inti. Akan tetapi dikarenakan ketidakmurnian kaca
sinyal cahaya akan terdegradasi, ketahanan sinyal tergantung pada kemurnian
kaca dan panjang gelombang sinyal.
2.9. Struktur Fiber Optic dan Perambatan Cahaya pada Fiber Optic
Struktur Dasar Sebuah Fiber Optic

Gambar 2.5 di atas merupakan struktur dasar dari sebuah fiber optic yang
terdiri dari 3 bagian : core (inti), cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer
(pelindung). Inti adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik
(bahan silika ( ). Inti di selubungi oleh lapisan material, disebut kulit, yang
terbuat dari bahan dielektrik (silika tanpa atau sedikit doping), kulit memiliki jari-
jari sekitar 125 – ȝPLQGHNVELDV-nya n2, besarnya sedikit lebih rendah dari
n1. (Anonim, 1999, Penyambungan Kabel Serat Optik, DIVLAT PT.
Telekomunikasi Indonesia)
Walaupun cahaya merambat sepanjang inti fiber optic tanpa lapisan
material kulit, namun kulit memiliki beberapa fungsi :
¾ Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar.
¾ Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.
¾ Melindungi fiber optic dari kontaminasi penyerapan permukaan.
¾ Menambah kekuatan mekanis.

Untuk pelindungan tambahan, kulit dibungkus oleh lapisan tambahan (terbuat dari
plastik jenis tertentu) yaitu mantel atau buffer untuk melindungi fiber optic dari
kerusakan fisik. Buffer bersifat elastis, mencegah abrasi dan mencegah loss
hamburan akibat microbends.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di STO Kartasura Jln. Diponegoro, Kartasura. Waktu
survey dilaksanakan pada bulan November tahun 2010.

3.2. Obyek Penelitian


Obyek penelitian ini adalah:
Areal galian untuk pemasangan jaringan fiber optic yang berada dibahu jalan
Diponegoro dekat dengan STO Kartasura.

3.3. Langkah-langkah Penelitian


 Permohonan ijin
 Mencari data atau informasi
 Mengolah data
 Penyusunan laporan

3.4. Permohonan Ijin


Dalam pemasangan instalasi fiber optic pelaksana diharuskan menyelesaikan dan
memastikan bahwa semua tentang persyaratan perijinan yang diperlukan sudah
tersedia, antara lain :
• Koordinasi perijinan instalasi terkait (PUD, PU Kodya, PU Bina Marga,
Pemda setempat dll).
• Ijin kerja/masuk ruang kantor Telkom dari DIVRE, KANDATEL,
ARNET, NETRE, USAS, dll.

commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

3.5. Mencari Data atau Informasi


1. Tahap persiapan
Tahap dimaksudkan untuk mempermudah jalannya penelitian, seperti
pengumpulan data, analisis, dan penyusunan laporan.
Tahap persiapan meliputi:
a.) Studi Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan
sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data mapun
dalam penyusunan hasil penelitian.
b.) Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau
tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusuan
penelitian.
c.) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang dimiliki
oleh instansi terkait tersebut serta pengukuran langsung di lapangan
sebagai pembanding dan pelengkap.
d.) Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan untuk mencatat hasil penelitian
atau survey.

2. Mengolah Data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah
mengolah data tersebut. Pada tahap mengolah atau menganalisis data dilakukan
dengan menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.
Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk
menganalisis yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil
akhir tentang pemasangan fiber optic tersebut. Adapun urutan dalam analisis data
dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1 dibawah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Mulai

Pengumpulan Data:
1. Peta Jalur Pemasangan Fiber Optic
2. Data Material dan Pekerjaan Galian
3. Analisis Rencana Anggaran Biaya

Perhitungan Galian dan Pemasangan Fiber Optic

Analisis Pemasangan Pemasangan Fiber Optic

Pembahasan dan Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Analisis Data

3.6. Penyusunan Laporan


Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah terkumpul
kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir yang
dapat memberikan solusi mengenai pemasangan fiber optic di jalur Ungaran –
Kartasura.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran Umum


Rute SKSO jalur Ungaran-Kartosuro secara umum dapat dilihat pada gambar peta
4.1 di bawah ini :

Gambar 4.1 Rute SKSO jalur Ungaran-Kartasura

commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Kabel fiber optic yang dipakai terdiri dari tiga jenis yaitu:
x Kabel Udara (Unmoured Cable)
x Kabel Tanah (Armoured Cable)
x Kabel Duct (Duct Cable)
Pada laporan Tugas Akhir ini hanya akan dibahas tentang instalasi kabel fiber
optic jenis kabel duct (duct/indoor cable).
Panjang rute kabel Ungaran-Kartosuro 66,6 km, terbagi menjadi 14 OTB (Optical
Terminal Box), antara lain STO Ungaran - STO Bawen dengan jarak 8,6 km
terdiri dari 6 titik sambung, masing-masing titik sambung berjarak 2 km dan
terdiri dari 3 OTB, dari STO Bawen - STO Salatiga dengan jarak 16,1 km terdiri
dari 10 titik sambung dan terdiri dari 4 OTB, dari STO Salatiga - STO Boyolali
dengan jarak 27,2 km terdiri dari 15 titik sambung dan terdiri dari 4 OTB, dan
dari STO Boyolali - STO Kartosuro dengan jarak 14,7 km terdiri dari 9 titik
sambung dan terdapat 3 OTB. Masing-masing menggunakan kabel duct dengan
kapasitas kabel FO 48 core.

HDPE Outer Sheath


HDPE Sheath
Cenugated Steel Armour Al Tape
Al Tape Water Blocking
1
1 Flooding Gel
6 2 PETP Tube 6 2

Flooding gel Central Strength member


5 3
5 3
Central Strength member PE Sheath
4 Peripheral strain element (option)
4
PE Sheath
Water Blocking
Uper Sheath

Konstruksi Dasar Kabel Optik Duct

Konstruksi Dasar Kabel Optik Tanah

Steel Messenger

MDPF Sheath

Al Tape

1 Water Blocking
6 2 Flooding gel
Central Strength member
5 3
PE Sheath
4 Peripheral strain element (option)

Konstruksi Dasar Kabel Optik Atas Tanah

Gambar 4.2 Kabel Fiber Optic Bawah Tanah, Duct dan Udara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

4.1.2. Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan instalasi kabel duct jalur Ungaran-Kartosuro meliputi:
a. Survey dan design OSP (Out Side Plan)
b. Pengurusan perijinan dari pihak ketiga atau instansi terkait
c. Pengadaan dan pemasangan kabel sub duct atau dengan proteksi HDPE
dengan kedalaman 1,5 meter.
d. Integrasi dengan kabel fiber optic eksisting, system grounding eksisting
dan dengan Sub Sistem telekomunikasi lainnya.
Pengujian dan pengetesan karakteristik kabel fiber optic.

4.1.3 Survey Lokasi


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam survey lokasi adalah:
a. Melakukan survey lapangan meliputi menentukan space jalan untuk rute
pemsangan kabel fiber optic
b. Struktur tanah
c. Kwalitas/kondisi tanah
d. Kondisi lingkungan
e. Space yang digunakan masih dalam batas marka jalan / batas yang
diijinkan
f. Menentukan letak titik sambungan kabel fiber optic

4.2. Pemasangan Fiber Optic

4.2.1. Galian
a. Bentuk dan spesifikasi galian
Bentuk penampang galian yang disarankan berupa segiempat (galian tegak
lurus permukaan) dengan lebar seminimum mungkin yang masih memenuhi
kebutuhan pemasangan utilitas dan atau yang masih memenuhi kebutuhan
pemadatan timbunan, dapat dilihat pada gambar terlampir dan 4.7 dibawah.
Syarat-syarat galian untuk penanaman kabel duct adalah:
1. Kedalaman galian 1,5 m
2. Jarak antar handhole adalah 2 km
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

3. Lebar penampang atas 60 cm


4. Lebar penampang bawah 30 cm

INSTALLATION STANDARD
FOR DUCT CABLE

Gambar 4.7 Konfigurasi Galian

b. Turap sementara
Apabila tanah galian mudah Iongsor diharuskan memasang turap sementara
sebagai pencegah Iongsor.

c. Genangan air pada lubang galian


Galian harus diusahakan tetap kering, dengan cara dipompa keluar apabila
didalam galian terdapat genangan air.

d. Galian melintang jalan


Disarankan penggalian melintang jalan dilakukan secara bertahap (perjalur)
dan diusahakan agar arus Ialu lintas tetap terjamin kelancarannya selama

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

pekerjaan. Bila tidak dimungkinkan penggalian dapat dilakukan secara


menyeluruh. Untuk kedua cara ini harus disediakan bangunan penutup galian
yang dapat dilewati lalu lintas dengan aman. Khusus untuk perkerasan kaku
(Beton semen) bagian slab utama perkerasan dilarang untuk dipotong. Penggalian
melintang harus dilakukan dengan cara pengeboran dari samping pada lokasi
utilitas tersebut atau menurut petunjuk pembina jalan.
e. Penggalian memanjang jalan
Penggalian dalam arah memanjang jalan untuk pemindahan atau perbaikan
utilitas yang ada akan diatur tersendiri.

b. Tumpukan basil galian dan material utilitas


Tumpukan basil galian dan material utilitas harus diletakkan di luar Daerah
Manfaat Jalan.

c. Alat yang digunakan


Untuk menggali permukaan jalan digunakan alat penggali/pemotong sedemikian
rupa sehingga kerusakan permukaan dapat dibatasi seminimal mungkin.

4.2.2. Rojok (Boring Manual)


Rojok adalah suatu pekerjaan untuk membuat alur atau lubang sebagai
tempat penempatan sub duct sepanjang jalur kabel FO. Biasanya pada pekerjaan
rojok ini setiap beberapa meter ada galian (lubang pit) tergantung dari kondisi
tanah, sehingga memudahkan pekerja untuk melakukan boring manual. Boring
tersebut berfungsi sebagai penempatan sub duct yang berfungi mempermudah
dalam penarikan kabel FO. Dalam pembuatan lubang antara satu lubang pit ke
lubang pit yang lain sehingga mencapai lubang titik sambung yang diinginkan.
Setelah pekerjaan rojok selesai, barulah kemudian sub duct dapat dimasukkan ke
lubang yang telah selesai dikerjakan yaitu terhubung kelubang galian berikutnya,
dengan cara disumbat pada ujungnya agar tidak terjadi penyumbatan dalam
pekerjaan penarikan kabel kemudian mulai dimasukkan perlahan pada ujung
lubang sub duct. Penyumbatan pada sub duct dimaksudkan agar tidak ada air,
tanah atau batu yang masuk ke dalam sub duct.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Jika rute tersebut melewati jembatan jalan raya, digunakan pipa galvanis
sebagai pelindung mekanisme pada saat pembangunan jembatan kabel yang
penempatannya disesuaikan dengan kondisi jembatan jalan raya tersebut biasanya
dipasang pada bibir jembatan jalan raya (jempatan temple / Self support), atau
bisa juga dipasang tiang pada masing-masing ujung jembatan. Dalam hal ini
berarti kabel FO duct diudarakan menggunakan tiang penyangga.

Gambar 4.3 Rojok ( Boring Manual )

4.2.3. Penarikan Sub Duct


Sebelum penarikan fiber optic melalui polongan pada system duct, polongan
tersebut harus dipasang sub duct terlebih dahulu. Dalam satu polongan duct
dipasang sub duct. Sub duct ini perlu karena digunakan untuk memudahkan
penarikan fiber optic nantinya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemasangan sub duct antara lain:
a. Tegangan penarikan dan kelengkungan sub duct harus sesuai dengan
spesifikasi teknis yang berlaku.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

b. Pemasangan / penarikan sub duct ada baiknya bila dilakukan oleh tenaga
manusia agar tidak terjadi rentan kabel / tegangan kabel yang berlebihan
yang mengakibatkan rusaknya kabel / patah. Bila menggunakan winch,
tegangan tarik harus terus diawasi melalui pengukur tegangan yang
umumnya terpasang pada winch truck.
c. Tegangan dan speed tarik sub duct harus lebih rendah dari spesifikasi
teknis yang berlaku.
d. Hindari penarikan yang dapat menyebabkan sub duct cacat / rusak, misal
yaitu penarikan yang dilakukan secara paksa, karena dapat merusak serat
bagian dalam.
e. Tegangan dan kecepatan tarik yang diizinkan pada waktu pemasangan
adalah sebagai berikut:
- Tegangan tarik maksimal: 200 kg
- Pull speed maksimal: 20 m/min

Adapun cara pemasangan sub duct sebelum penarikan kabel fiber optic antara
lain:
a. Meletakkan sub duct
b. Menghubungkan tali penarik dengan sub duct. Ikat tali penarik dengan sub
duct dengan alat anti pulir (swivel)
c. Hubungkan tali penarik dengan winch
d. Bila penarikan sub duct telah selesai, harus ditunggu selama 1-2 jam
sebelum sub duct dipotong karena sub duct akan mengkerut
e. Ujung sub duct dikukuhkan dengan klem sub duct, kemudian sumbat
dengan plug karet.
f. Pada lubang titik sambung, sub duct diikat dengan kabel briket, sementara
pada titik menikung harus disangga dengan sepatu untuk mencegah
terjadinya puliran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Gambar 4.4 Penarikan Sub Duct

4.2.4. Penarikan Fiber Optic


Hal-hal yang harus dilakukan dalam penarikan fiber optic antara lain:
a. Siapkan haspel dilubang pit
b. Ujung penarikan kabel dari atas haspel
c. Sambungkan tali keujung kabel yang ada di haspel untuk penarikan kabel
berikutnya untuk memudahkan penarikan pada alur sub duct
d. Penarikan harus dilakukan secara serempak antara sisi tarik dan sisi alur
e. Jaga batas tegangan tarik yang diperbolehkan
f. Selama penarikan, antar petugas harus saling berkomunikasi
g. Kecepatan putaran haspel harus disesuaikan dengan penarikan kabel
h. Penarikan kabel menggunakan pola angka “8” dengan tujuan untuk
memudahkan penarikan dan mengurangi cacat / rusaknya serat kabel jika
nantinya dilakukan pengukuran, hindari tekukan yang dapat
mengakibatkan bending / rusaknya kabel. Instalasi titik sambung harus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

berspan lebih untuk mencegah terjadi peyambungan ulang sehingga masih


memiliki span. Adapun prosedur instalasinya adalah sebagai berikut:
a.) Letakkan drum kabel pada titik sambung pertengahan tarik kearah
RPU
b.) Setelah langkah pertama selesai urai sisa kabel dalam drum di pinggir
jalan dalam bentuk angka “8”. Jaga agar selalu di atas bending radius
minimum
c.) Letakkan ujung kabel kemudian ditarik ke titik sambung ujung yang
lain
i. Setelah kabel lewat dari MH, dan berada dalam sub duct, ikat sub duct
dengan tali binding (binding rope)
j. Pada saat ujung kabel mencapai MH, kabel harus cukup panjang untuk
dipergunakan pada penyambungan. Ujung kabel harus diikat pada bagian
atas MH
Semua duct di dalam MH dan HH, serta kabel harus disumbat/ditutup untuk
mencegah rembesan air atau benda-benda lainnya yang memasuki duct.

4.2.5. Penyambungan Fiber Optic


Dalam setiap melakukan penyambungan kabel FO, jarak antara titik sambung
kabel tergantung dari kapasitas/panjang kabel tersebut. Pada titik sambung kabel
FO sepanjang jarak tersebut dibuatkan lubang untuk penempatan clousure/hasil
penyambungan. Adapun tempat untuk meletakkan hasil sambungan disebut joint.
Penyambungan dilakukan di lapangan hingga di OTB (Optical Terminal Box)
antar STO.
Adapun cara penyambungan FO adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan kabel FO yang akan disambung
b. Bersihkan kabel tersebut ± 2 m
c. Kemudian mengupas HDPE yang membungkus kabel FO ± 125 cm
d. Potong loss tube ± 110 cm, sehingga sisa loss tube 15 cm
e. Bersihkan jelly yang melekat pada core, dengan tissue basah / alkohol
f. Instalasikan kabel tersebut ke clousure, atur loss tube dan core kedalam
casset yang ada didalam clousure
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

g. Setelah itu, memotong dan mengupas loss tube sepanjang ± 110 cm


h. Bersihkan jelly pada core dengan tissue basah / alkohol
i. Lakukan kembali cara diatas (a – h) pada lawan kabel yang akan
disambung
j. Siapkan splincing (alat sambung), buka tutupnya, posisikan ke 4 lever
keatas
k. Kupas core terlebih dahulu sepanjang 25 mm hingga jacket pelindung core
/ warna core terkelupas / hilang (inti core)
l. Sebelum pengupasan core tsb terlebih dahulu dipasang / atau dimasukkan
protection sleave, yang berfungsi sebagai pelindung hasil dari pada
sambungan core.
m. Potong inti core sepanjang 12 mm dengan cutter cleaver
n. Tempatkan core yang telah dipotong ke sisi kiri pada V-
groovenya,lakukan hal yang sama untuk sisi sebelah kanan.
o. Operasikan alat sambung tersebut dengan menekan tombol ON yang
berarti alat tersebut sedang melakukan proses penyambungan secara
otomatis hingga terjadi pembakaran / peleburan core
p. Jika peleburan / penyambungan selesai secara otomatis alat tersebut
memberikan hasil nilai sambung dan jika hasil sambungan sesuai dengan
spesifikasi sambung (0,3 db) berarti proses penyambungan tersebut telah
selesai dilakukan. Maka core yang ada pada alat sambung tersebut dilepas
/ dikeluarkan untuk kemudian ditutup dengan protection sleave yang telah
disediakan
q. Lakukan pembakaran protection sleave ( pelindung sambungan core) pada
sisi atas alat sambung yang sudah tersedia.
Sampai disini penyambungan kabel FO per core telah dilakukan, untuk core-core
selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

4.2.6. Penutupan Join Clousure ( Hasil Sambungan)


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penutupan Join Closure antara lain :
a. Hindarkan lekukan core yang terlalu ekstrim / kecil pada kaset joint
clousure, hal ini untuk mencegah terjadinya banding pada saat dilakukan
pengukuran dengan OTDR
b. Tempatkan protection sleave pada penjepit kaset yang tersedia pada sisi
pinggir kaset, kemudian dengan hati-hati letakkan fiber optic pada kaset
sesuai alur yang sudah tersedia (dengan cara melingkarkan core-core
tersebut serapi mungkin dan tidak ada yang terjepit / patah)
c. Laksanakan satu persatu fiber optic, hingga semua core tertata rapi
Setelah semua fiber optic selesai disambung dan ditempatkan pada kaset, tutup
kaset dengan penutup yang telah disediakan dan ikat dengan sabuknya, seperti
gambar 4.5 dibawah.

Gambar 4.5 Join Clousure

4.2.7. Pengukuran Fiber Optic


Ada 2 alat ukur yang dapat digunakan dalam pengukuran kabel FO antara
lain:
a. Pengukuran dengan OTDR (Optical Time Domain Reflection)
b. Pengukuran dengan Power Meter

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Dalam pembahasan ini pengukuran FO dilakukan dengan alat ukur OTDR


sebagai laporan Tugas Akhir, karena pada saat itu pengukuran dilapangan
dilakukan dengan pengukuran jarak kabel, cacat kabel, letak titik sambung dan
bugget link kabel. Sehingga fungsi semua pengukuran terangkum dalam satu alat
ukur (OTDR) yang sesuai dengan spesifikasi teknis.

4.2.7.1. Fungsi dan Kegunaan OTDR


OTDR merupakan salah satu peralatan utama yang digunakan untuk
pengukuran kabel fiber optic, alat tersebut dapat juga difungsikan untuk
mengetahui letak titik sambungan kabel FO, disamping itu juga digunakan
sebagai tolak ukur yang sesuai dengan spesifikasi teknis FO dan memungkinkan
untuk pengukuran jarak jauh ± 100 –  NP GHQJDQ ODPGD Ȝ  1130 – 1550
nm/second, sehingga dalam melakukan pengukuran suatu proyek yang berjarak
66,6 km hanya dengan menggunakan satu OTDR. Dan hasil dari pengukuran
tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk gambaran visual redaman fiber optic
sepanjang link yang diplot pada layar OTDR dengan jarak yang sudah ditentukan
dengan cara setting manual sebelum pengukuran, gambar tersebut dapat
diproyeksikan pada titik sumbu X dan titik sumbu Y pada tampilan layar OTDR.
Gambar 4.6 memperlihatkan tampilan layar OTDR.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Gambar 4.6 Tampilan Layar OTDR.

Sistem kerja OTDR dengan cara memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah
sumber dioda laser kedalam serat optik, sebagian sinyal dikembalikan kedalam
OTDR. Sinyal diarahkan memalui coupler ke Detektor Optic dimana sinyal
tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan ditampilkan pada layar CRT. OTDR
mengukur sinyal balik terhadap waktu, waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan
cahaya dalam fiber optic digunakan untuk menghitung jarak atau I = V x t.
Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap jarak.

4.2.7.2. Karakteristik Penting dari Link Kabel FO yang Diukur


Karakteristik penting dari link yang harus diukur adalah:
a. Jarak, yaitu jarak kabel fiber optic yang telah selesai diinstalasi.
b. Lokasi cacat pada link kabel, ujung link kabel atau patahan kabel.
c. Loss tiap sambungan dan loss total (end to end).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

4.2.7.3. Pra Setting


Sebelum melakukan pengukuran dengan OTDR, maka perlu dilakukan setting
sebagai berikut:
a. Rentang jarak (distance range)
b. Lebar pulsa (pulse width)
c. Indeks bias (IOR)
d. Gain (Att)
e. Panjang gelombang.

4.2.7.4. Operasi OTDR


Perlu juga dilakukan setting beberapa parameter sebagai berikut:
a. Setting IOR (indeks bias).
b. Pemilihan panjang gelombang laser.
c. Pemilihan rentang jarak (distance range).
d. Pemilihan lebar pulsa.
e. Setting Attenution.
f. On/Off laser.

4.2.7.5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menggunakan OTDR


Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
a. Jangan melihat laser secara langsung, karena berbahaya bagi mata.
b. Konektor harus bersih supaya didapat hasil yang benar.
c. Tegangan catuan yang diijinkan.
d. Penanganan kabel konektor.
e. Kondisi lingkungan alat.
f. Kemamapuan spesifik dari peralatan.

Hal-hal yang perlu dihindakan dari peralatan tersebut agar dapat bekerja
dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Getaran dari luar yang tak beraturan (spontan / goncangan / hentakan).
b. Hindarkan dari debu atau hal-hal yang mengakibatkan perangkat tersebut
kotor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

c. Hindari kontak langsung dengan sinar matahari.


d. Daerah gas reaktif.

4.2.7.6. Urutan Pengoperasian Alat Ukur untuk Pengukuran Rugi-rugi (Loss)


Fiber Optic
Langkah-langkah yang harus dikerjakan antara lain :
d. Tekan [PREVIEW]
e. Ubah rentang jarak (distance range), bila ujung jauh serat optik yang
diukur tidak tampak.
f. Tekan [START/STOP], memulai proses averaging
g. Pengukuran loss antara dua titik
h. Pengukuran loss sambungan.

4.2.8. Penimbunan Kembali di Daerah Manfaat Jalan

4.2.8.1. Material Jalan


a. Material timbunan
Harus menggunakan material dengan jenis dan mutu yang minimum sama
dengan material yang digali.

b. Material lapis perkerasan


Harus menggunakan jenis material subbase, base, lapis perrmukaan yang
sesuai dengan material semula atau atas petunjuk pembina jalan.

4.2.8.2. Ketentuan Timbunan Lainnya


a. Pemadatan dasar galian
Dasar galian harus kering dan dipadatkan dengan alat pemadat mekanis
yang sesuai sampai kepadatan yang disyaratkan
b. Pemasangan lapis pasir
Kecuali jika ditentukan lain oleh pemilik utilitas maka sebagai tempat
kedudukan utilitas yang akan dipasang disarankan untuk menghamparkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

pasir setebal minimum 10 cm padat di atas dasar galian dan selanjutnya


ditirnbun dengan pasir setebal minimum 10 cm di atas utilitas tersebut.

c. Penimbunan kembali lubang galian


1.) Dibawah perkerasan jalan
Penimbunan kernbali lubang-Iubang galian bangunan ulilitas harus
dilakukan sebagai berikut bila perkerasan lama dari tipe kelas tinggi. Termasuk
perkerasan tipe kelas tinggi adalah perkerasan kaku (beton semen, blok semen,
tanah semen dan sebagainya) atau perkerasan lentur (hot mix) dimana
penirnbunan kembali bekas galian bangunan utilitas harus dilakukan dengan
adukan beton semen (lean concrete, beton kurs, Bo). Bila perkerasan dari tipe
kelas sederhana. Termasuk kelas sederhana adalah perkerasan dari jenis telford
kerikil, buras/burtu, penetrasi macadam dimana penirnbunan kembali bekas galian
bangunan utilitias harus dilakukan dengan material berbutir (pasir atau material
sejenis) yang mudah dipadatkan.
2.) Diluar perkerasan jalan
Penimbunan kernbali bekasgalian bangunan utilitas harus dilakukan
lapis demi lapis (maksimum tebal lapisan 15 cm) dari jenis tanah kepasiran (tanah
campur pasir).

d. Cara pengukuran kepadatan material timbunan


Dalam skala kecil (lebar galian perkerasan < 1m) digunakan dynamic cone
penetrometer yang ekivalen dengan 95`5% kepadatan maksimum (PB ). Untuk
skala besar harus digunakan Sand Cone (kepadatan Yang dicapai tidak kurang
dari 95% kepadatan Maksimum, T99, menurut MPBJ No. PB III 76).

e. Pemasangan lapis perkerasan


Sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak kerja, dalam pemasangan lapis
perkerasan jalan yang telah digali, tanggung jawab barada pada pihak instansi
pelaksana. Sehingga pihak intansi dapat melakukan penimbunan sekaligus
pemasangan lapis perkerasan sendiri atau membayar kepada pihak Bina Marga
untuk melakukan pemasangan lapis perkerasan jalan tersebut. Kualitas subbase,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

base dan lapis permukaan, minimum sama dengan jenis mutu perkerasan lama.
Untuk menyederhanakan pelaksanaan pada galian skala kecil (lebar galian < 1 in)
lapis perkerasan dapat menggunakan Aspal beton campuran dingin atau panas
dengan ketebalan ekivalen terhadap perkerasan lama.

f. Cara perneriksaan kepadatan lapis perkerasan


Pemeriksaan kepadatan mengikuti Panduan yang telah dikeluarkan oleh
Direktoral. Jenderal Bina Marga.

4.3. Kendala dalam Pemasangan Fiber Optic

Dalam pemasangan fiber optic jalur Ungaran – Kartasura menemui beberapa


kendala dalam pemasangannya, antara lain:

4.3.1. Kadar Air Tanah yang Tinggi


Kadar air tanah yang tinggi terkadang menjadi salah satun penghambat
dalam pemasangan fiber optic, karena ketika setelah dilakukan penggalian yang
belum cukup rencana terdapat rembesan air, sehingga perlu dikeringkan terlebih
dahulu sebelum dapat digunakan kembali dalam pemasangan utilitas berikutnya.

4.3.2. Akar Pohon dan Batuan Besar


Dalam proses penggalian, akar pohon dan batuan besar tidak jarang
ditemukan dalam menghambat proses pemasangan sub duct, hal yang harus
dilakukan adalah menggali ulang letak penyumbatan dengan cara mengukur
panjang rojok / boring manual yang telah merojok sampai batas terhambatnya
rojokkan. Sehingga pada saat akan menggali ulang mengetahui dimana letak titik
pusat yang menghambat proses masuknya sub duct menuju lubang pit berikutnya.

4.3.3. Surat Perijinan


Lokasi rute pemasangan fiber optic jalur Ungaran – Kartasura ini melewati
beberapa Kabupaten yaitu Kab. Ungaran, Kab. Salatiga, Kab. Boyolali dan Kab.
Kartasura. Jadi dalam mengurus surat ijin pemasangan di lokasi Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

masing-masing berbeda sehingga memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini
mengakibatkan terhambatnya pekerjaan untuk sementara waktu.
Setelah surat perijinan selesai oleh masing-masing kabupaten barulah pekerjaan
pemasangan dapat dilanjutkan.

4.3.4. Perubahan Rencana


Dalam perubahan rencana bukan berarti dilakukan secara sengaja, karena
telah melalui kontrak kerja yang berlaku. Hal disini yaitu apabila dilapangan
menemui hambatan yaitu pemasangan harus menyebrang trace jalan raya
dikarenakan rute yang direncanakan menemui hambatan yaitu pemukiman
penduduk. Jadi apabila hal demikian haruslah melakukan perundingan dengan
pihak instansi serta ada berita acara perubahan rencana sehingga pekerjaan
berhenti untuk sementara waktu.

4.3.5. Melintasi Jembatan Jalan Raya


Dalam pemasangan melewati jembatan kabel fiber optic biasanya
diudarakan dengan 2 tiang penyangga. Hal ini dilakukan apabila jarak bentang
antara dua ujung jembatan terlalu jauh, untuk jembatan yang baru akan dibangun
biasanya akan disertakan melalui pipa galvanis dipinggir jembatan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar terlampir dan 4.8 dibawah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Pipa galvanis kabel FO

Gambar 4.8 Pemasangan Kabel FO melalui Jembatan

4.3.5.1. Syarat pemasangan


a. Jembatan baja
Bila dipasang pada jembatan baja tidak boleh melakukan pekerjaan las
Pernasangan klem-klem pengikat atau penggantung dapat dilakukan dengan
melubangi hanya pada bagian sekunder atau sesuai petunjuk Pembinaan Jalan.
Membuat lubang hanya diperbolehkan dengan alat bor.

b. Jembatan Beton
Bila dipasang pada jembatan beton tidak boleh melakukan pembobokan
baik pada gelagarnya maupun pada bangunan bawahnya. Pemasangan klem-klem
pengikat atau penggantung dapat dilakukan dengan melubangi (bor) sesuai
dengan petunjuk Pembina Jalan. Bila lubang-lubang bor pada beton jembatan
dibuat maka lubang-lubang tersebut harua ditutup kembali dengan bahan
sekurang-kurangnya sesuai dengan kualitas bahan semula.

c. Jembatan Kayu
Bila dipasang pada jembatan kayu hanya menggunakan klem-klem
penjepit, tidak boleh melakukan pekerjaan las atau melubangi bagian jembatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

4.3.6. Pencurian
Kabel FO saat ini merupakan kebel yang relative mahal harganya,
sehingga terkadang ditemukan kabel yang hilang akibat pencurian. Kabel yang
belum terpasang instalasinya secara penuh dapat saja dibajak / dicuri dengan cara
dipotong dengan gergaji. Dengan hal yang demikian, dalam pemasangan kabel
FO sempat berhenti untuk beberapa hari akibat hilangnya kabel tersebut.

4.3.7. Daerah Pegunungan / Perbukitan


Daerah pegunungan / perbukitan menjadi salah satu kendala yang sangat
berat, dikarenakan dalam boring manual / rojok sulit untuk menembus lubang
galian berikutnya karena kondisi tanah yang tidak rata. Belum lagi nantinya
menemui hambatan akar pohon / batu yang cukup besar, untuk solusinya sama
dengan kendala akar pohon diatas yaitu menggali ulang letak penyumbatan
dengan cara mengukur panjang rojok / boring manual yang telah merojok sampai
batas terhambatnya rojokkan. Sehingga pada saat akan menggali ulang
mengetahui dimana letak titik pusat yang menghambat proses masuknya sub duct
menuju lubang pit berikutnya.

4.4. Analisis Anggaran Biaya Pemasangan Fiber Optic Jalur Ungaran-


Karatsura

4.4.1. Material yang Digunakan


Bahan dan material yang akan digunakan dalam pemasangan kabel FO jalur
Ungaran-Kartasura dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangakan material untuk proses
penyambunganya antara lain :
a. Kabel fiber optic
b. Alkohol kadar minimal 95 %
c. Tissue
d. Sleve/conector
e. Penyambung Kabel fiber optic
f. Main sleve atas/bawah
g. Clamp
h. Clamping bar atas/bawah
i. Fiber sheet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

j. Busing with bounding wire


k. Sealing type
l. Sealing cord
m. Tissu
n. Sarung tangan
o. Pita ukur
p. PVC tape

4.2.2. Alat-alat yang Digunakan


Alat-alat yang digunakan dalam pemasangan fiber optic jalur Ungaran-
Kartasura terdiri dari alat umum dan alat khusus. Alat umum dan khusus tersebut
terdapat dalam tabel 4.2 terlampir.

4.2.3. Harga Satuan Pekerja


Dalam pemasangan fiber optic di jalur Ungaran Kartasura ini dikerjakan
secara borongan, jadi dari pihak pelaksana menghitungnya dengan satuan per
meter persegi ( ). Dimulai dari penggalian, pemasangan sub duct, hingga
penyambungan jabel FO dan penimbunan kembali. Jarak rute pemasangan kabel
FO dari STO Ungaran ke STO Kartasura adalah 66,6 km (66.600 m). Dalam 1
hari 3 orang pekerja mampu mengerjakan 3 dengan waktu adalah 3 jam.
Pekerja dalam sehari bekerja selama 9 jam, dari pukul 07.00 – 12.00, istirahat 1
jam dan kembali bekerja pada pukul 13.00 – 17.00.
Didalam perjanjian kontrak kerja telah disepakati tertulis lama pengerjaan
pemasangan fiber optic jalur Ungaran-Kartasura adalah 50 hari, ini berarti agar
pemasangan kabel FO sesuai dengan waktu dalam kontrak kerja memerlukan
jumlah pekerja 1332 orang dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
™ 3 orang pekerja dalam setiap 3 jam mampu mengerjakan 1 galian, rojok
(boring manual), penyambungan,penimbunan, dan pengujian sambungan FO
dengan OTDR.
™ Dalam sehari 3 orang bekerja selama 9 jam, hal ini berarti dalam 1 hari 3 orang
pekerja mampu melakukan 3 pekerjaan galian, rojok (boring manual),
penyambungan,penimbunan, dan pengujian sambungan FO dengan OTDR.
™ Harga pekerjaan per untuk 1 orang tersebut adalah Rp. 40.000,-
Sehingga dalam 1 hari 3 orang pekerja mendapat upah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

= Rp. 40.000 x 3
= Rp. 120.000,-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 5
RINGKASAN

A. Dalam pemasangan OSP Fiber Optic di jalur Ungaran-Kartasura hal yang


pertama yang harus dikerjakan adalah pekerjaan galian, dalam pekerjaan
galian ini untuk ukuran galiannya yaitu panjang 100 cm, lebar 70 cm, dan
tinggi 100 cm. Pekerjaan berikutnya rojok (boring manual), yaitu pekerjaan
boor antara galian yang satu dengan galian yang lainnya. Tujuannya adalah
sebagai penempatan sub duct untuk fiber optic.
Langkah selanjutnya adalah penarikan sub duct, dalam hal ini apabila semua
lubang sudah dilakukan rojok (boring manual), barulah dapat dilalui /
dimasukkan sub duct lalu dilanjutkan kelubang-lubang berikutnya. Apabila
semua sub duct sudah terpasang pada semua lubang, barulah dilakukan
pemasangan kabel fiber optic / penarikan kabel fiber optic sepanjang jalur
yang telah direncanakan pemasangannya.
Dalam penyambungan fiber optic dilakukan setiap jarak 2 km, karena
panjang maksimal 1 rol kabel fiber optic 2 km / tergantung dari jenis
kabelnya. Untuk peletakan sambungan dalam sebuah galian diletakkan dalam
kotak sambungan (joint clousure) sedangkan untuk setiap STO diletakkan
dalam OTB (Optical Terminal Box).
Setelah dilakukan penyambungan fiber optic adalah melakukan pengukuran
kabel fiber optic yang telah terpasang menggunakan alat yang disebut OTDR
(Optical Time Domain Reflection). Dan ketika selesai dalam pengukuran fiber
optic langkah yang terakhir yaitu penimbunan kembali di daerah manfaat
jalan, dalam hal ini material timbunan dan material lapis perkerasan harus
sesuai dengan awal sebelum penggalian.
B. Kendala yang ditemukan dalam pemasangan OSP fiber optic jalur Ungaran-
Kartasura yang pertama yaitu kadar air tanah yang tinggi, karena terkadang
dalam sebuah galian belum tergali sesuai spesifikasinya terdapat rembesan
air. Selain itu dalam pekerjaan rojok (boring manual) terkadang pula
terhambat karena adanya akar pohon / batuan besar sehingga perlu
commit to user

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

diadakannya penggalian ulang. Surat perizinan dari masing-masing kabupaten


terkadang juga menjadi kendala, karena sempat tertundanya pemasangan
seiring surat perizinan yang belum selesai.
Perubahan rencana dapat mengakibatkan terhentinya sementara pemasangan
fiber optic. Kendala yang lain lagi adalah melintasi jembatan sungai dan jalan
raya hal ini berati fiber optic harus diudarakan melalui tiang penyangga.
Daerah pegunungan dan perbukitan mengakibatkan sulitnya rojok (boring
manual) belum nanti adanya pencurian kabel fiber optic oleh oknum yang tak
bertanggung jawab karena harganya yang relatif masih mahal.
C. Analisis Anggaran Biaya untuk pemasangan fiber optic jalur Ungaran-
Kartasura, yaitu Biaya Pemasangan Kabel Fiber Optic pada tabel 4.3 + Biaya
Galian dan Timbunan tabel 4.4 dengan hasil akhir yaitu Rp.15.553.787.937 +
Rp.582.750.000 = Rp.16.136.537.937,-

commit to user

Anda mungkin juga menyukai