Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISSUE ETIK DALAM KEPERAWATAN

Di Susun Oleh :

1. Ahmad Kholiq (2007002)


2. Diah Agustina (2007014)
3. Fransisca Tiya LLP (2007057)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NON REGULER


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang menurut araaskar dan davit
(1978)berarti “kebiasaan”. “ model perilaku “ atau setandar yang diharaopkan dan
kriteria tertentu untuk sutau tindakan.penggunaan suatu etika sekarang ini banyak
diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi perilaku.(Dra.Hj Mimin
emi suhaemi.2002.7).
Etika dalam kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakaan peraturtan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk berbuat atau
bertindak yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena
etika mempunyai tanggung jawab moral.
Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, dimana telah terjadi perkembangan-perkembangan sesuai kemajuan ilmu
dan teknologi (revolusi biomedis).
Kaidah-kaidah dasar moral (asas etika) Beneficence dan non maleficence
(berbuat baik dan tidak , merugikan pasien ) sudah harus mengalami perubahan sistem
nilai. Daqlam banyak kasus asas otonomi, beneficence dan non maleficence justice
dan asas-asas derivative belum, cukup sebagai acuan untuk pemecahan masalah yang
dapat diterima.

B. Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah
1. Pengertian isue dalam praktik keperawatan
2. Euthanasia
3. Bayi Tabung
4. Prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan
C. Tujuan
1.1 Tujuan umum
Setelah mahasiswa membaca dan memahami makalah ini diharapkan mampu
mengetahui apa saja yang menjadi isue etik dalam praktik keperawatandan prinsip-
prinsip legal dalam keperawatan.

1.2 Tujuan khusus

Dalam makalah ini adalah


1. Dapat mengetahui pengertian isue dalam praktik keperawatan
2. Dapat mengidentifikasi trasplatasi organ
3. Dapat mengindentifikasi supporting devices
4. Dapat mengetahui prisip – prinsip legal dalam praktik keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di
atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :baik dan buruk, kewajiban
dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada metode
penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik
adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas;
etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia.
Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok
tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan
hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Moral,
istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral
adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku”
dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat di
mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.

Isu dalam pelayanan kesehatan meliputi Antara lain :


1. Pemberian pelayan kesehatan
2. Penolakan dan penghentian pelayanan kesehatan
3. Informed consent
4. Konfidensialitas (kerahasiaan)
5. Advance directives and living will
6. Awal hidup (konsepsi kehamilan, kelahiran )
7. Peningkatan mutu kehidupan dengan rekayasa genetic
8. Operasi penggantian kelamin
9. Eksperimen pada manusia : obat baru, cara pengobatan baru, alat medis
baru .
10. Menunda proses kematian ( transplantasi organ, respirator, pacu jantung,
hemodialisis)
11. Mengakhiri hidup (aborsi, euthanasia)
12. Kelangkaan sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan, dana teknologi,
obat, dan sebagainya) yang cenderung tidak mencukupi kerena jumlah
penduduk yang meningkat.
13. Bayi Tabung

B. Prinsip-Prinsip
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada
agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument
mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak
untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan
pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
C. Kasus Dilema Etik Dalam Keperawatan
(Penyakit Diabetes, Euthanasia & Bayi Tabung)

Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri


hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan
menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk
mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai
dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga
menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan
hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya
menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara
keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan
kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.
Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati.
Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak
mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang
berhak untuk memutuskan adalah dokter.Untuk kasus yang diatas perawat manakah
yang benar dan apa landasan moralnya?

Pemecahan kasus dilema etis


Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar
          Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia
meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat dengan
pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A
mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan
tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan
kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.
Mengidentifikasi munculnya konflik
          Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam
kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan
tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan
rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi
keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga
adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B dan C.

Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar


          Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia
meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat dengan
pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A
mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan
tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan
kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.

Mengidentifikasi munculnya konflik


          Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam
kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan
tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan
rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi
keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga
adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B dan C.

Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan


Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan eutanasia adalah
1.    Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal inipun harus
dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak berhak
menjadi pembunuh meskipun klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien
terpenuhi, mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan berkurangnya
beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak konsisten terhadap peraturan yang
telah dibuat.
2.    Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding killing. Konsekuensi
dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa, klien dan keluarga akan menuntut rumah
sakit, serta beban keluarga terutama biaya perawatan meningkat. Dengan demikian rumah
sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat
3.    Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter.
Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung jawab dari tugasnya. Selain itu dokter
juga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan kematian klien.

Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat


          Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan
keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil
keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap
memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien

Menjelaskan kewajiban perawat


          Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan asuhan
keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan martabatnya
sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga,
teman terdekat, dan peer group.  Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap
perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat
tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan
klien Tuan C.
Mengambil keputusan yang tepat
          Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada
klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan
menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan
alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat.
Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan
oleh pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent).
A. Kasus Bayi Tabung
Ada seorang pasien bernama Ny.A berusia 32 tahun, setelah 10 tahun menikah Ny.A
dan suami belum dikaruniai seorang anak dan dia sangat menginginkan untuk
mendapatkan keturunan dan dari hasil pemeriksaan bahwa si Ny.A yang mengalami
kemandulan bukan suaminya, sehingga sel telur tidak dapat dibuahi sperma dan klien
tersebut ingin melakukan pemasangan bayi tabung, namun pihak keluarga tidak
menyetujui pemasangan bayi tabung karena itu dilarang kecuali dari sperma dan
ovum suami istri yang sah. Tim RS tidak mau mengambil resiko besar untuk
kedepannya. Namun klien tersebut bersih keras ingin melakukannya dan ingin
memiliki keturunan.

Pemecahan kasus dilema etis


Menjelaskan dampak pemasangan bayi tabung dan dampak bagi bayi tabung sebagai berikut:

1. Dampak Negarif bayi tabung


Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi
ibu dan anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang digunakan
selama proses bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan
pendarahan saat tahap pengambilan sel telur.Meskipun pada faktanya jarang terjadi,
namun penggunaan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses
pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan.
 Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan
(kehamilan ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi,
rhumatoid arthritis (lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%;
terjadinya Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan
komplikasi dari perkembangan sel telur sehingga dihasilkan banyak folikel.
Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut. Cairan ini bisa sampai ke dalam
rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa mengganggu fungsi tubuh maka
harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS relatif kecil, hanya sekitar 1%
saja.
2. Dampak Bagi Bayi Tabung Setelah Dewasa
a. Sakit Jantung : Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation ini relatif
kecil sehingga tidak cukup menunjukkan bahwa orang yang dilahirkan melalui
prosedur bayi tabung lebih berisiko menderita serangan jantung atau stroke. Temuan
ini hanya menunjukkan bahwa orang yang dilahirkan dari bayi tabung lebih mungkin
terserang tekanan darah tinggi, diabetes, serangan jantung atau stroke..
b.  Sakit Kanker : Peneliti melakukan pendataan terhadap  lebih dari 2,4 juta
Kelahiran di Swedia antara tahun 1982 dan 2005, termasuk hampir 27 ribu bayi hasil
IVF. Bersamaan dengan itu, dilacak data kanker pada anak-anak sampai dengan 19
tahun. Secara keseluruhan, 53 anak-anak dikembangkan IVF berkecenderungan
memiliki kanker, atau 42 persen lebih tinggi pada anak-anak dengan proses kehamilan
biasa. "Leukemia dan kanker otak adalah yang paling umum," kata Dr Kallen. Ia
mengatakan kemungkinan alasan untuk kecenderungan ini adalah adanya sifat-sifat
tak dikenal dalam keluarga yang mungkin berhubungan dengan infertilitas dan risiko
kanker.

Mengambil keputusan yang tepat


     Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada klien.
Pihak keluarga perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan
untuk dirinya sendiri. keputusan yang harus diambil untuk diupayakan tindakan yaitu dengan
BISA dilakukan tindakan bayi tabung dengan syarat sebagai berikut:

1. inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak ditransfer
embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu titipan) DIPERBOLEHKAN oleh islam, jika
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan. Dan status anak
hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam.

2.  Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh


Islam.Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini
statusnya sama dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

3.  Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah (Sperma) dan Bank Ovum untuk
perbuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Juga
bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar
hewan.

4.  Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung dengan
sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer kedalam rahim wanita
lain dan seharusnya pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi
hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada manusia
dengan sperma atau ovum donor.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika dalam kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakaan peraturtan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk berbuat atau
bertindak yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena
etika mempunyai tanggung jawab moral.
Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan
dimana telah terjadi perkembangan - perkembangan sesuai kemajuan ilmu dan
teknologi (revolusi biomedis).

B. Saran
Dalam sistem terdapat input (masukan), output (hasil atau keluaran) dan umpan
baik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang jeperawatan
secara menyeluruh dan sistematik. Penerapan sistem dalam pelayanan diharapkan
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. Halimun Hidayat.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Catatan Ketiga.


Jakarta : Salemba Medika.

Gafis,JL.1999. Pengantar Keperawatan Profesional

Haryanto.2007.Konsep Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep. Jakarta : Salemba


Medika.

Kusnanto.2010. Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai