Laporan Oseanografi Muh. Syahrul I1d120024 Abp
Laporan Oseanografi Muh. Syahrul I1d120024 Abp
PENGANTAR OSEANOGRAFI
OLEH :
MUH. SYAHRUL
I1D120024
PROGRAM STUDI
AGROBISNIS PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui oleh
Penanggung Jawab Praktikum
Muhammad.Trial F. Erawan S.Pi msi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Praktek Pengantar Oseanografi.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta
Dalam melakukan penysunan laporan ini, tentunya banyak sekali hambatan yang telah
penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterima kasih kepada beberapa pihak terutama bapak
pengajar mata kuliah kami yang telah membantu membina dan mendukung kami dalam
mengatasi beberapa hambatan yang kami dapatkan.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali
kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.
Muh. Syahrul
DAFTAR PUSTAKA
Sampul......................................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................
Halaman Pengesahan.....................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………
1.2. Tujuan…………………………………............................
1.3. Kegunaan…………………………………............................
2.2. Salinitas………………………............................
2.3. Arus……………………………………………………..
4.1. Hasil…………………………..
4.2. Pembahasan………………………………………….
Kesimpulan………………………………………………………………..
Daftar pustaka………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
Oseanografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata oceanus yang berarti
lautan/samudera dan graphos yang berarti gambaran/deskripsi sehingga oseanografi
bermakna deskripsi tentang lautan. Pengetahuan tentang oseanografi sangat diperlukan
terutama sebagai pengetahuan dasar bagi ilmu-ilmu perikanan, manajemen perairan,
budidaya laut, dan kelautan. Pengetahuan dasar tentang parameter oseanografi mmeliputi
pengertiannya, karakteristiknya, faktor-faktor yang mempenaruhinya, dinamikanya dan
keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter lainnya.
Beberapa parameter oseanografi yakni suhu, salinitas, dan arus menjadi topik
dalam praktikum ini. Secara toritis suhu perairan, salintas dan arus merupakan parameter
yang paling umum diamati dalam pengamatan oseanografi. Ketiga parameter ini sangat
penting perannya secara biologi dan fisik di laut. Suhu berkaitan erat dengan metabolisme
biota laut sehingga menjadi faktor pembatas distribusi biota laut. Salinitas berkait
dengan proses osmoregulasi biota laut yakni pengaturan kesimbangan osmosis cairan
tubuh dengan lingkungan perairan. Arus berperan penting dalam transport sedimen,
nutrient dan larva hewan air.
1.2. Tujuan
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah memberikan pemahaman praktis kepada
mahasiswa tentang pengamatan beberapa parameter oseanografi
BAB II
TEORI LANDASAN
Suhu merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu pada setiap
penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan. Pentingnya mengetahui
suhu perairan ialah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia maupun bilogi di laut.
Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses fisika laut dapat terjadi karena antara
lain adanya perbedaan densitas [kerapatan] massa-massa air. Sedangkan densitas sangat
ditentukan oleh suhu. Dengan mempelajari distribusi suhu di perairan pada waktu dan tempat
tertentu diharapkan pola arus diperairan itu dapat diketahui.
Demikian pula dalam mempelajari kimia oseanografi, suhu adalah merupakan salah
satu faktor yang perlu diketahui. Hal ini disebabkan peranan suhu dalam pelarutan unsur-
unsur maupun senyawa kimia. Makin tinggi suhu perairan, maka akan semakin tinggi pula
derajat kelarutan perairan atau reaksi kimia antara unsur atau senyawa satu dengan lainya.
Pada kegiatan usaha perikanan, peranan suhu dapat ikut menentukan keberhasilan
penangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh sifat ikan yang menyukai hidup pada kisaran suhu
tertentu. Apabila distribusi suhu perairan pada permukaan dan pada berbagai kedalaman
diketahui, tempat-tempat gerombolan ikan tertentupun akan dapat diduga, sehingga untuk
mendapat hasil optimal alat penangkapan ikan pun dapat ditujukan ketempat tersebut. Pada
usaha pertambakan di daerah pantai, suhu akan mempengaruhi produktivitas perairan.
Beberapa Faktor Yang Mempengauhi Suhu Laut
Seperti proses yang terjadi di atmosfir, radiasi matahari yang masuk kelaut
sebagian akan diserap dan sebagian lainya akan mengalami pembauran. Di dalam proses
penyerapan tersebut, radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik diubah menjadi
energi kinetis yang lazim kita kenal sebagai panas. Panas inilah yang menjadi faktor utama
pembentuk suhu air laut. Sedangkan penguapan juga mempengaruhi suhu laut, tetapi bersifat
negatif. Keadaan tersebut disebabkan karena semua proses penguapan akan memerlukan
energi atau panas. Dua faktor diatas, radiasi matahari dan penguapan, merupakan faktor-
faktor yang paling berperan dan menentukan besarnya suhu perairan. Beberapa faktor lain
seperti proses kimia, proses biologi, pergerakan arus dan panas yang berasal dari pusat bumi,
mempunyai peranan sangat kecil terhadap suhu perairan. Seperti telah kita pelajari, proses
atau reaksi kimia dapat bersifat menghasilkan panas dan ada pula yang memerlukan panas,
demikian pula proses biologi. Namun demikian proses tersebut sangat sangat kecil
peranannya. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan, suhu perairan-perairan di
dunia ini berkisar antara 35oC sampai –2oC. Untuk perairan di daerah tropis seperti perairan
indonesia, variasi yang terjadi kecil.
Suhu di laut diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu termometer.
Mengukur suhu dipermukaan laut mudah dilakukan. Tetapi untuk mengukur kedalaman
tertentu agak sukar. Hal ini dapat dimengerti, karena apabila kita mengambil contoh air dari
kedalaman 100 meter dan kemudian suhu baru diukur di atas permukaan laut, maka suhu
tersebut sudah berubah karena sudah mendapat pengaruh dari lapisan air di atas. Untuk
mengatasi kesulitan tersebut, para ahli telah menciptakan termometer khusus yang disebut
thermometer bolak-balik [reversing thermometer]. Bila kita menginginkan pengukuran suhu
secara terus menerus atau berkesinambungan [continuous] ke arah dalam, hal ini dapat
digunakan alat bathythermograph. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengindera panas
dan pengukuran tekanan air. Jadi dengan menggunakan alat ini kita dapatkan catatan suhu
dan tekanan dan kedalaman.
2.2. Salinitas
Air laut merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa yang ada
di dalam air. Perbandingan antara komponen-komponen yang ada di semua air laut
menunjukan suatu kesamaan. Sedangkan penguapan dan penambahan air dari sungai akan
menimbulkan variasi kandungan senyawa-senyawa yang ada. Perbandingan antara
komponen-komponen senyawa kimia yang terlarut di air laut adalah tetap pada perairan atau
laut terbuka di dunia ini. Hal ini merupakan hasil penemuan terpenting pada ekspedisi
Challenger yang dilakukan oleh Inggris pada tahun 1872 – 1876.
Bila pada suatu perairan dilakukan pengukuran suhu serta salainitas secara vertikal,
maka kita tidak akan melihat suatu yang khas. Grafik-grafik hasil pengukuran itu akan selalu
berubah-ubah tergantung dari banyak faktor. Tetapi bila suhu dan salinitas yang didapat pada
perairan tersebut kita plotkan pada suatu sumbu koordinat tertentu [suhu sebagai ordinat dan
salinitas sebagai absis], maka titik-titik itu akan membentuk grafik tertentu. Hal ini dapat
terjadi meskipun titik-titik tersebut hasil penelitian yang berbeda- beda waktunya. Titik-titik
tersebut dapat dihubungkan menjadi satu garis lurus atau lengkug. Garis seperti inilah yang
dinamakan dengan T-S diagram. T-S diagram di beberapa perairan merupakan sifat khas,
yang berarti pula tidak ada duanya. Pada perairan yang homogen [seragam], yang ditandai
oleh salinitas dan suhu sama di mana-mana, maka kita akan mendapatkan T-S diagram yang
berupa titik saja. Kalau perairan itu bercampur dengan massa air dengan sifat-sifat yang tidak
sama, maka T-S diagram akan mengalami perubahan letak. Perubahan itu tergantung pada
besar massa. Perbedaan suhu, dan salinitas dari dua massa air tersebut.
Karena T-S diagram merupakan suatu yang khas untuk suatu perairan, maka dapat
dipergunakan untuk:
- Melihat apakah pengukuran suhu atau salinitas pada berbagai kedalaman baik atau
tidak. Pengkuran yang baik akan selalu dekat dengan T-S diagram yang ada dari
perairan tersebut.
- Dengan mengetahui salah satu parameter suhu atau salinitas, kita dapat mengetahui
parameter lainnya.
- Dengan mempertimbangkan T-S diagram dari beberapa perairan, maka kita dapat
mempelajari proses percampuran massa air yang terjadi
2.3. Arus
Di darat kita mengenal sungai yang mengalirakan airnya dari tempat tinggi ke tempat
yang rendah. Aliran ”sungai” seperti keadaan diatas juga terjadi di laut. Aliran
”sungai” tadi lebih kenal dengan nama arus. Bahkan ada arus dibawah permukaan laut yang
tidak tampak dari permukaan. Adanya arus dilaut di sebabkan oleh:
- Perbedaan densitas dari air laut.
- Angin yang bertiup terus-menerus diatas permukaan air laut,seperti
angin passat dan muson.
- Pasang-surut terutama di daerah-daerah pantai.
Jika ditanya faktor apa yang menyababkan adanya arus di dilaut? Jawabanya ialah
radiasi matahari. Pemanasan matahari tidak sama di satu tempat dengan tempat lain,karena
berbagai faktor seperti:
- Sudut datang dari sinar matahari yang berbeda.
- Keadaan awan di tempat tersebut.
- Keadaan tempat itu sendiri.
- Benda-benda yang ada pada tempat itu.
Akibat pemanasan udara di atas tempat tadi akan menerima panas yang berbeda
pula. Makin panas udara di tempat tersebut makin renggang udaranya. Dengan makin
renggangnya udara, tekanannya akan semakin kecil. Dengan adanya perbedaan tekanan
udara tadi, akan ada angin yang berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Jika angin ini bertiup diatas permukaan laut, air laut akan terseret dan
menimbulkan arus laut.
Akibat pemanasan yang berbeda dari permukaan laut, maka terjadi pula perbedaan
penguapan. Tempat-tempat dengan penguapan yang besar mengakibatkan densitas dan
berat jenis air laut bertambah besar dibandingkan dengan densitas air laut di tempat dengan
penguapan kurang. Perbedaan densitas air laut diberbagai tempat di laut menimbulkan
arus. Kejadian tersebut dapat diterangkan secara sederhana sebagai berikut [Gambar 1 dan
2].
pemanasan kurang pemanasan banyak
penguapan kurang penguapan besar
udara padat hembusan angin udara regang penguapan kecil penguapan besar
Gambar 1. Arus laut disebapkan oleh angin Gambar 2. Arus laut akibat perbedaan
densitas
Setiap saat permukaan laut akan selalu bergerak naik dan turun secara teratur.
Gerakan naik turun [vertikal] ini disertai pula dengan gerakan mendatar [horisontal] yang
tertentu pula. Keadaan laut yang demikian dikenal sebagai pasang atau pasang surut,
sedangkan gerakan mendatar tersebut disebut pula dengan arus pasang surut. Karena gerakan
laut yang tidak pernah berhenti ini maka kadang-kadang dikatakan bahwa gerakan pasang surut
adalah merupakan jantung yang selalu menggerakkan dan menghidupkan laut.
Bagi dunia perikanan, terutama perikanan laut atau pun usaha perikanan di daerah
pantai, pengetahuan mengenai karakter pasang-surut merupakan hal yang sangat penting.
Untuk usaha penangkapan ikan di laut. Pengetahuan pasang surut diperlukan terutama untuk
navigasi. Karena kesalahan dalam memperhitungkannya dapat berakibat fatal. Selain itu
beberapa jenis ikan mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang behubungan erat dengan pasang-
surut. Pada usaha perikan pantai, misalkan pertambakan pasang-surut dapat mendasari rencana
konstruksi dan sistem pengairan di tambang. Hal-hal tersebut sangat mempengaruhi
keberhasilan usaha tambak.
Bulan
Ada dua perbedaan prinsip dari dua gaya tersebut, gaya tarik dan sentrifugal, yang akan
berperan penting dalam pembangkitan pasang-surut yaitu:
1. gaya tarik bulan mempunyai arah yang terpusat ke bulan dengan besaran [magnitude] yang
berbeda-beda. Tempat-tempat yang lebih dakat ke bulan akan mengalami gaya tarik yang
lebih besar.
2. gaya sentrifugal mempunyai arah yang sejajar [menjahui bulan],dengan besaran yang
dapat dikatakan sama untuk semua tempatdi bumi.
Bila gaya-gaya tersebut ’dijumlahkan’, maka akan didapatkan perbedaan gaya untuk
setiap titik seperti diperhatikan pada Gambar 5.1. Gaya inilah yang dikenal dengan Gaya
Pembangkit Pasang-surut. Pada gambar diatas, resultan [hasil penjumlahan] gaya-gaya pada
sisi bumi yang menghadap ke bulan akan mengarah ke bulan, sedangkan pada sisi lainya
menjahui bulan.
Dengan adanya perbedaan gaya tersebut, maka akan mengakibatkan terjadinya
penimbunan air pada tempat yang mengalami gaya yang paling besar dan timbunan ini akan
semakin kecil sesuai dengan besarnya gaya pembangkit pasang-surut. Penimbunan air di suatu
tempat inilah yang biasa dikenal dengan pasang naik. Karena jumlah air dibumi yang relatif
tetap, maka setiap ada penimbunan air di suatu tempat akan selalu di sertai dengan
pengurangan air atau perunan tinggi permukaan air di tempat lain. Daerah yang mengalami
turunya tinggi permukaan air ini dikatakan sedang surut.
Bumi selalu berputar pada sumbunya yang dikenal dengan rotasi bumi. Waktu yang
di perlukan untuk menyelesaikan satu rotasi penuh adalah satu hari atau 24 jam. Bulan selalu
bergerak mengelilingi bumi, dan ini dikenal dengan revolusi. Revolusi bulan searah dengan
rotasi bumi, namun lebih lambat sedikit. Apakah akibat dari hal-hal tersebut terhadap pasang-
surut di bumi? Satu tempat di bumi akan mengalami dua kali pasang naik. Satu kali disebabkan
oleh posisinya yang menghadap kebulan dan sekali lagi karena letaknya di balik bulan.
Dengan kata lain tempat tersebut dalam sehari semalam akan mengaalami dua kali pasang naik
dan dua kali surut. Pasang seperti ini dikenal sebagai pasang berganda atau pasang semidiurnal.
Seperti telah disinggung sebelumnya, revolusi bulan searah dengan rotasi bumi, tetapi
setiap hari bulan selalu terlambat lebih kurang 50 menit untuk mencapai posisi semula terhadap
bumi. Karena peranan bulan lebih besar dari pada matahari dalam pembangkitan pasang, maka
keterlambatan ini akan sangat mempengaruhi keadaan pasang di bumi. Oleh karenanya waktu
pasang di suatu tempat akan terlambat 50 menit dari waktu pasang sebelumnya. Sama halnya
dengan bulan, matahari juga berperanan dalam pembangkitan pasang. Pasang yang
ditimbulkan oleh bulan sebanyak dua kali dalam satu hari disebabkan oleh komponen pasang
yang disebut M2 [M=moon:bulan,] 2=dua kali dalam sehari. Sedangkan komponen pasang
yang dibangkitkan oleh matahari dikenal dengan nama komponen S2 [S =sun:matahari].
Secara sederhana pasang yang terjadi merupakan penjumlahan antara penimbunan atau
gelombang yang ditimbulkan oleh bulan dan gelombang yang ditimbulkan oleh marahari.
Posisi bumi, bulan dan matahari selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini selalu
terjadi sebagai akibat dari pergerakan bulan yang selalu mengelilingi bumi,pergerakan bumi
mengelilingi matahari dengan anggapan bahwa matahari merupakan titik pusat dari perputaran
tersebut. Karena pasang merupakan penjumlahan dari gelombang yang disebabkan oleh gaya
tarik bulan dan matahari, maka setiap perubahan posisi bumi-bulan dan matahari akan sangat
mempengaruhi sifat pasang yang terjadi. Beberapa posisi penting untuk diketahui adalah:
1. Matahari–bumi–bulan terletak pada satu sumbu yang berupa garis lurus seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.2
Bulan
Bumi
Matahari
Gbr.5.2. Posisi Matahari-Bula-Bumi saat Pasut Bulan Baru
Pada posisi ini bumi menghadapi sisi bulan yang tidak terkena sinar matahari [sisi gelap],
jadi bulan ”tidak terlihat” dari bumi. Posisi seperti ini akan mengakibatkan adanya gaya
tarik bulan dan matahari terhadap bumi yang saling menguatkan sehingga terjadi pasang
tinggi. Kedaan ini disebut pasut bulan baru/bulan gelap.
3. Matahari-bumi-bulan terletak pada sumbu garis lurus, lihat Gambar 5.3.
Bulan
Bumi
Matahari
Pada posisi kedua ini, bulan sedang purnama. Karena bulan dapat dilihat penuh dari bumi,
dan memberikan akibat pada pembangkitan pasang yang sama dengan posisi pertama.
Akibatnya terjadilah pasang tinggi. Pasang seperti ini dikenal sebagai pasang purnama.
4. bulan terletak menyiku [membuat sudut 90o]. dari sumbu bersama-bumi.
Bulan
Bumi
Matahari
Gbr.5.4. Posisi Matahari-Bula-Bumi Saat Pasut Bulan Setengah
Dengan posisi seperti terlihat pada gambar 5.4 maka gaya tarik bulan akan diperkecil oleh
gaya tarik matahari terhadap massa air di bumi. Hasilnya terjadilah pasang yang kecil yang
disebut pasang perbani.
Tipe Pasang-Surut.
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini meliputi peralatan pengumpulan
data dan peralatan analisis, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
a. Pengamatan Suhu:
1. Ambil air laut menggunakan ember.
2. Siapkan alat yang akan digunakan.
3. Celupkan thermometer ke dalam air sampel selama 2-3 menit.
4. Angkat thermometer dan baca nilai pada skala.
5. Pengukuran dilakukan setiap 15 menit sekali sebanyak 3 kali ulangan.
6. Catat hasil pengamatan.
b. Pengamatan Salinitas :
1. Mengambil air laut mengunakan ember.
2. Siapkan alat yang akan digunakan.
3. Mengambil air laut mengunakan ember.
4. Siapkan alat yang akan digunakan.
5. Gunakan pipet tetes untuk mengambil air sampel dan teteskan diatas lensa
pada refractometer.
6. Kemudian, lensa ditutup dan amati tingkat salinitasnya
c. Pengamatan Arus:
1. Tancapkan papan skala pada daerah pasang surut yang masih terendam air
dengan surut terendah.
2. Catat tinggi permukaan air laut mula-mula dan tinggi permukaan air laut.
3. Pengukuran pasang surut dilakukan setiap 15 menit.
4. Catat hasil pengamatan.
Data-data hasil pengamatan suhu dan salinitas ditabulasi kemudian disajikan dalam
bentuk grafik yang menghubungkan suhu/salinitas dengan jam pengamatan selama 24 jam.
Adapun data hasil pengamatan kecepatan arus dihitung dengan rumus :
V = S/T
S = jarak yang di tempuh layangan arus [panjang tali layangan arus] [m]
T = waktu tempuh layangan arus hingga talinya terrentang sempurna [detik]
Data hasil pengukuran tinggi muka air selama 24 jam ditabilasi kemudian disajikan
dalam bentuk grafik fluktuasi tinggi muka air selama 24 jam untuk. Dari grafik tersebut
dihitung amplitudonya yang menggambarkan beda pasang surut yaitu selisih antara tinggi
muka air pada saat pasang tertinggi dan surut terrendah. Dari grafik itu pula ditentukan tipe
pasang surutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengukuran suhu perairan selama 24 jam di lokasi praktek disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran Suhu Permukaan Laut Selama 24 Jam dengan interval waktu 1
jam di lokasi Praktek
Jam (Wita) Suhu (oC) Jam (Wita) Suhu (oC)
10.00 29 22.00 28
11.00 30 23.00 27
12.00 30 24.00 28
13.00 29 01.00 25
14.00 30 02.00 25
15.00 29 03.00 24
16.00 29 04.00 26
17.00 28 05.00 27
18.00 29 06.00 26
19.00 28 07.00 29
20.00 28 08.00 30
21.00 29 09.00 30
Catatan: Data pada tabel di atas disajikan dalam bentuk grafik (pada Gambar 3)
Gambar 3. Grafik Fluktuasi Suhu Perairan di Lokasi Praktek Selama 24 Jam
Hasil pengukuran salinitas perairan di Lokasi Praktek setiap jam selama 24 jam
disajikan pada Tabel 2
Tabel 2. Hasil Pengukuran Salinitas di Lokasi Praktek Setiap 1 Jam Selama 24 jam
Jam (Wita) Salinitas (o/oo) Jam (Wita) Salinitas (o/oo)
10.00 31 22.00 31
11.00 32 23.00 32
12.00 31 24.00 31
13.00 30 01.00 31
14.00 33 02.00 33
15.00 35 03.00 32
16.00 30 04.00 32
17.00 31 05.00 31
18.00 32 06.00 32
19.00 32 07.00 31
20.00 35 08.00 31
21.00 32 09.00 31
Hasil pengamatan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek saat air dalam kondisi
pasang dan surut disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Lokasi Praktek saat air laut
dalam keadaan surut.
Stasiun Kecepatan Arus Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
(m/det)
I 0,046 Barat Barat Pasir, Landai
II 0,075 Barat Barat Pasir, Landai
III 1,078 Barat Barat Pasir, Landai
IV 0,037 Barat Laut Barat Pasir, Landai
V 0,067 Barat Laut Barat Pasir, Landai
VI 0,014 Barat Laut Barat Pasir, Landai
VII 0,096 Barat Laut Barat Pasir, Landai
VIII 0,013 Barat Laut Barat Pasir, Landai
Ket: Pengamatan pertama Pukul 15.00 : muka air bergerak surut, kedalaman 100-124 cm
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Lokasi Praktek saat air laut
dalam keadaan pasang
Stasiun Kecepatan Arus (m/det) Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
I 0,102 Tenggara Barat Pasir, Landai
II 0,031 Selatan Barat Pasir, Landai
III 1,078 Tenggara Barat Pasir, Landai
IV 0,083 Selatan Barat Pasir, Landai
V 0,067 Tenggara Barat Pasir, Landai
VI 0,040 Selatan Barat Pasir, Landai
VII 0,040 Selatan Barat Pasir, Landai
VIII 0,040 Tenggara Barat Pasir, Landai
Ket.: Pengamatan kedua Pukul 07.00 : muka air bergerak surut, kedalaman 100-124 cm
Tabel 5. Hasil Pengukuran Tinggi Permukaan Air di Lokasi Praktek Setiap 1 Jam Selama
24 Jam.
Jam (Wita) Tinggi (cm) Jam (Wita) Tinggi (cm)
17.00 55 05.00 56
18.00 66 06.00 46
19.00 86 07.00 85
20.00 112 08.00 130
21.00 136 09.00 123
22.00 134 10.00 117
23.00 115 11.00 117
24.00 115 12.00 95
01.00 111 13.00 74
02.00 106 14.00 65
03.00 102 15.00 65
04.00 56 16.00 60
Chart Title
136
126
116
106
96
86
76
66
56
46
Gambar 2.Salinitas
salinitas
35
34.5
34
33.5
33
32.5
32
31.5
31
30.5
30
4.2. Pembahasan
▪ Suhu
Pengukuran suhu dilakukan selama 24 jam dan alat yang digunakan/dibutuhkan untuk
mengukur suhu adalah thermometer. Awal dilakukannya praktikum pada pukul 10.00 dan
berakhir pada pukul 09.00 esok hari. Pada saat pengukuran, suhu air laut tidak mengalami
kenaikan dan penurunan suhu yang sangat signifikan pada setiap satu jam sekali. Suhu air laut
berkisar diantara 240C – 300C dimana suhu terendah terjadi pada pukul 03.00 dengan suhu
240C, dan suhu tertinggi dengan suhu 300C yang terjadi pada pukul 11.00-12.00, 14.00, dan
08.00-09.00. Dari hasil pengukuran tersebut, suhu yang didapatkan berbeda-beda. Namun ada
juga sebagian yang sama karena disebabkan oleh matahari yang menyinari perairan. Sehingga
suhu tersebut akan mengalami perubahan, baik itu dengan cepat maupun lambat tergantung
lama penyinaran matahari. Faktor yang menyebabkan adanya variasi suhu diperairan yaitu
disebabkan oleh proses-proses alam seperti proses biokimia, melalui mikroorganisme yang
dapat menghasilkan panas [reaksi endotermik dan eksotermik] dan proses mikrobiologis
[sumber panas bumi] [Simon,201 3].
Pada pukul 12 tengah hari tiba-tiba suhu air laut naik, sinar matahari yang sama akan
terkonsentrasi pada luas daerah yang lebih kecil. Saat siang hari atau tengah hari, bumi
mendapatkan energi dari matahari lebih banyak dari energi yang dilepaskan. Akibatnya, suhu
pada tengah hari lebih panas dari pada pagi ataupun pada sore hari.
▪ Salinitas
● Arus
Pengukuran arus laut dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat air laut dalam keadaan
surut dan dalam keadaan pasang. Alat yang digunakan adalah layangan arus. Pengukuran
pertama dilakukan pada saat air laut dalam keadaan surut pada pukul 15.00 dengan kedalaman
100-124 cm. Hasil pengamatan terdiri dari 8 stasiun yaitu pada stasiun I, II, dan III yang
berturut-turut berkisar pada 0,046 m/det, 0,075 m/det, dan 1,078 m/det dengan arah arus dan
arah angin menuju ke arah barat serta keadaan dasar perairan yang berpasir dan landai.
Kemudian pada stasiun IV hingga VIII yang arah arusnya menuju ke arah barat laut dan arah
angin yang mengarah ke barat dengan keadaan dasar laut yang berpasir dan landai, memiliki
kecepatan arus yang berbeda-beda yaitu berkisar pada kecepatan 0,037 m/det, 0,067 m/det,
0,014 m/det, 0,096 m/det, dan 0,013 m/det. Selanjutnya dilakukan pengamatan yang kedua
pada saat air laut sedang pasang pada pukul 07.00. Pada pengamatan kedua ini juga terdapat
8 stasiun dengan arah angin menuju arah barat dan keadaan dasar perairan yang berpasir dan
landai. Pada arah arus menuju Tenggara, kecepatan arus berturut-turut pada stasiun I dengan
kecepatan 0,102 m/det, stasiun III dengan kecepatan 1,078 m/det, Stasiun V dengan kecepatan
0,067 m/det, dan pada stasiun VIII dengan kecepatan 0,040 m/det. Kemudian pada stasiun II,
IV, VI, dan VII yang berturut-turut memiliki kecepatan sebesar 0,031 m/det, 0,083 m/det, dan
0,040 m/det yang arah arusnya mengarah ke Selatan.
Secara umum, arus laut yang mempengaruhi karakteristik perairan di Indonesia adalah
arus laut yang dibangkitkan oleh angin dan pasut. Pada musim barat, Samudera Hindia sebelah
barat Sumatera Barat bertiup angin dari barat ke timur. Sedangkan pada musim timur arus
laut sebaliknya. Arus-arus laut di kedalaman laut yang lebih dalam lebih banyak dipengaruhi
oleh keadaan pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti temperatur, salinitas dan tekanan
[illahude, 1999].
Mengetahui arah arus merupakan hal yang sangat penting, sebab arus memiliki
peranan yang sangat penting. Seperti misalnya dalam dunia perikanan tangkap, arus berperan
dalam menentukan letak strategis dimana ikan bergerombol. Hal ini tentunya sangat
bermanfaat sekali bagi para nelayan untuk mendapatkan hasil laut yang memuaskan. Cepat
lambatnya arus tentunya juga dipengaruhi oleh parameter yang lain seperti densitas air laut,
angin yang bertiup dipermukaan laut, dan pasang surut serta radiasi matahari. Radiasi matahari
ini menyebabkan terjadinya pemanasan udara. Makin panas udara di tempat tersebut maka
makin renggang udaranya dan tekanan udaranya akan semakin kecil. Perbedaan tekanan udara
menimbulkan angin yang berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah. Jika angin bertiup di permukaan laut, air laut akan terseret dan menimbulkan arus laut.
● Pasang Surut
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan setiap 1 jam selama 24 jam maka
diperoleh tinggi permukaan air yang berbeda-beda. Pengamatan dimulai pada pukul 17.00
dengan tinggi permukaan laut yaitu 55 cm kemudian terus menerus naik. Pada pukul 18.00
tinggi permukaan laut naik menjadi 66 cm, kemudian pada pukul 19.00 tinggi permukaan laut
menjadi 86 cm. Tinggi permukaan air laut terus mengalami kenaikan tinggi yang cukup
signifikan, tepat pukul 20.00 tinggi permukaan air laut menjadi 112 cm, kemudian pada pukul
21.00 mengalami kenaikan tingi menjadi 136 cm, selanjutnya pada pukul 22.00 tinggi
permukaan laut turun hingga 134 cm dan turun lagi menjadi 115 cm pada pukul 23.00 dan
tidak mengalami kenaikan maupun penurunan tinggi permukaan hingga pukul 00.00. Satu jam
berikutnya yaitu pada pukul 01.00 tinggi permukaan laut turun menjadi 111 cm dan terus
menerus turun.
Pada pukul 02.00 tinggi permukaan laut menjadi 106 cm, kemudian pada pukul 03.00
tinggi permukaan laut menjadi 102 cm. Tinggi permukaan laut turun sangat signifikan pada 1
jam berikutnya yaitu pada pukul 04.00 dengan tinggi 56 cm dan hingga pukul 05.00 tinggi
permukaan laut tidak mengalami perubahan. Pada pukul 06.00 tinggi permukaan laut turun
hingga berada pada titik terendah yaitu 46 cm. Pada jam berikutnya tinggi permukaan laut
berangsur naik menjadi 85 cm pada pukul 07.00. selanjutnya pada pukul 08.00 tinggi
permukaan laut naik hingga 130 cm, kemudian berangsur turun pada satu jam berikutnya yaitu
pada pukul 09.00 dengan tinggi permukaan air laut 123 cm, kemudian pada pukul 10.00-11.00
tinggi permukaan laut berada pada ketinggian 117 cm. Pada pukul 12.00 tinggi permukaan laut
turun menjadi 95 cm, kemudian turun lagi menjadi 74 cm pada pukul 13.00, tinggi permukaan
laut turun dan tetap pada tinggi permukaaan 65 cm pada pukul 14.00-15.00, dan pada pukul
16.00 tinggi permukaan laut turun menjadi 60 cm.
Pasang surut di lokasi praktek tentunya terdapat suatu perbedaan disebabkan adanya
gravitasi bulan dan matahari. Tinggi permukaan laut yang paling tinggi terjadi pada malam hari
yaitu pada pukul 21.00 dengan tinggi 136 cm tentunya ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi
bulan. Gaya gravitasi bulan lebih dominan pengaruhnya dibandingkan gaya gravitasi matahari
terhadap terjadinya pasang air laut ini, karena posisi bulan lebih dekat ke bumi dibandingkan
jarak bumi ke matahari [Soebyakto].
Berdasarkan hasil pengamatan, pasang surut yang terjadi adalah pasang surut tunggal
murni [diurnal tide] karena hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari.
KESIMPULAN
Ilahude, A.G. 1999. Pengantar Ke Oseanologi Fisika. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI, Jakarta. 240 hal.
Loupatty and Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi
Maluku. Journal Barekeng. Vol 7.
Laevastu, T and M.L. Hayes. 1988. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News
Book Ltd. Oxford. 199 pp.
Supangat, A. dan Susanna. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah laut dab Sumberdaya
Non-Hayati, Badan Risek Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta. Hal.49-63
Subyakta, Hj. Zulfah dan Mustaqim. Pasang Surut Air Laut Di Pantai Kota Te