YANG BERBEDA.
Oleh:
SALATIGA
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. LANDASAN TEORI
II. TUJUAN
III. METODOLOGI
4.2 PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. DASAR TEORI
Organisasi dan fungsi suatu sel hidup tumbuhan bergantung pada persediaan energi yang tak
ada hentinya, sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat.
Energi yang didapat sebagaimana tumbuhan diperoleh salah satunya dari sumber energi berupa
cahaya, diantaranya cahaya matahari dari alam dan cahaya lampu yang dibuat manusia untuk dasar
sumber molekul bahan bakar tempat bergantung seluruh kehidupan yaitu fotosintesis. Fotosintesis
adalah proses pembuatan molekul makanan berenergi tinggi dari komponen yang lebih sederhana,
yang dilakukan oleh tumbuhan autotrof yaitu tumbuhan yang dapat membuat makanannya sendiri.
Fotosintesis berasal dari kata foton yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya penyusun.
Tumbuhan dan ganggang hijau bersifat autotrof; artinya, keduanya mampu menangkap energi
matahari untuk sintesis molekul-molekul organik kaya energi dari prekursor anorganik H2O dan
CO2 ( Kimball, 1983).
Fotosintesis sebagai proses redoks berkaitan dengan respirasi sel, selama respirasi seluler,
energi dilepaskan dari gula ketika elektron yang berasosiasi dengan hidrogen ditranspor oleh
molekul pembawa ke oksigen, membentuk air untuk produk sampingan. Elektron kehilangan energi
potensial saat jatuh menuruni rantai transpor elektron menuju oksigen yang elektronegatif, dan
mitokondria memanfaatkan energi tersebut untuk menyintesis ATP. Fotosintesis membalik arah
aliran elektron. Air dipecah, dan elektron ditransfer bersama-sama ion hidrogen dari air ke
karbondioksida, yang mereduksi menjadi gula. Proses ini membutuhkan energi, karena elektron
mengalami peningkatan energi potensial saat bergerak dari air ke gula, dengan kata lain bersifat
endergonik. Dorongan energi ini disediakan oleh cahaya matahari (Champbell, 2008).
Menurut D. Dwidjoseputro (1989) Sinar matahari terdiri atas berbagai sinar yang berlainan
gelombangnya. Sinar-sinar yang tampak oleh mata bergelombang 390 mµ sampai 760 mµ (1 mµ =
10 amstrom). Diurutkan dari yang bergelombang panjang maka sinar-sinar tersebut adalah
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar-sinar yang bergelombang lebih pendek
daripada sinar ungu adalah sinar ultra ungu, sinar X, sinar gamma dan sinar kosmik. Baik sinar-
sinar yang pendek gelombangnya maupun sinar yang panjang gelombangnya daripada sinar merah
yaitu sinar infra merah, semuanya tidak mempengaruhi dalam proses fotosintesis.
Tahap-tahap fotosintesis dibagi menjadi dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap
(siklus Calvin). Reaksi terang merupakan langkah-langkah fotosintesis yang mengubah energi
matahari menjadi energi kimiawi. Reaksi ini terjadi di salah satu ruang kosong pada kloroplas yang
disebut membran tilakoid. Cahaya yang diserap klorofil menggerakkan transfer elektron dan
hidrogen dari air ke penerima (akseptor) yang disebut NADP+ (nikotinamida adenin dinukletioda
fosfat), yang menyimpan elektron berenergi ini untuk sementara. Reaksi terang menggunakan
tenaga matahari untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH dengan cara menambahkan sepasang
elektron bersama dengan nukleus hidrogen, atau H+. Reaksi terang juga menghasilkan ATP dengan
memberi bagi penambahan gugus fosfat pada ADP, suatu proses yang disebut fotofosforilasi. Pada
intinya reaksi terang mengubah oksigen dan hidrogen menjadi karbondioksida dengan bantuan
cahaya matahari (Champbell, 2002).
Reaksi gelap atau disebut juga siklus calvin, diberi nama seperti itu karena sebagai
penghargaan untuk Melvin Calvin. Reaksi gelap tidak bergantung pada cahaya, proses terjadinya
reaksi gelap terjadi di stroma kloroplas. Siklus Calvin berawal dengan pemasukan CO2 dari udara
ke dalam molekul organik yang telah disiapkan dalam kloroplas. Pemasukkan awal karbon ini ke
dalam senyawa organik dikenal sebagai fiksasi karbon. Siklus calvin kemudian mereduksi karbon
terfiksasi ini menjadi karbohidrat melalui penambahan elektron. Tenaga pereduksian ini berasal dari
NADPH, yang memperoleh elektron berenergi dalam reaksi terang. Untuk mengubah CO2 menjadi
karbohidrat, siklus Calvin juga membutuhkan energi kimiawi dalam bentuk ATP, yang juga
dihasilkan oleh reaksi terang. Pada intinya reaksi gelap mengubah karbondioksida menjadi glukosa
tanpa bantuan cahaya matahari (Champbell, 2002).
Proses fotosintesis juga memerlukan suhu optimum. suhu yang digunakan untuk fotosintesi
yaitu 40-50oC, suhu tersebut adalah merupakan suhu optimum tanaman atau tumbuhan dapat
melakukan fotosintesis ketika cahaya matahari yang diterimanya kurang, sehingga tanaman tetap
dapat melakukan proses fotosintesis maksimal. Jika suhu air yang digunakan adalah suhu kamar
atau di bawah 40-50 °C tanpa bantuan cahaya matahari maka tanaman kurang maksimal melakukan
fotosintesis, sebaliknya jika suhu air yang digunakan di atas 40-50 °C maka tanaman tersebut akan
layu bahkan mati, karena pada suhu tinggi karbon dioksida kurang larut dalam air dan kloroplas
sehingga menurunkan laju fotosintesis. Hal ini terjadi karena ada cekaman kekeringan dan
penutupan stomata sehingga menghambat fotosintesis juga menyebabkan kerusakan sementara atau
permanen protoplasma yang mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis, semakin tinggi
suhu semakin cepat penurunan laju fotosintesis Oleh karenanya dibutuhkan suhu yang optimal.
Suhu optimal berpengaruh pada hidrolisis air dan difusi karbon dioksida ke dalam daun, tetapi akan
sangat berpengaruh terhadap reaksi- reaksi biokimia fiksasi dan reduksi karbon dioksida. Oleh
sebab itu, peningkatan suhu akan menurunkan laju fotosintesis sampai terjadinya denaturasi enzim
dan kerusakan pada fotosistem (Diana, 2020).
Pada perairan, yang menjadi bioremediator (yang meremediasi) umumnya adalah tanaman.
Salah satu tanaman air yang sering dijumpai adalah Hydrilla (Hydrilla verticillata). Tanaman
produktif ini, dalam air dapat tumbuh dengan cepat dan dapat berkembang dalam air dari beberapa
sentimeter sampai 20 meter (Rondonuwu 2014).
II. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan suhu, warna cahaya, intensitas cahaya dan kondisi
pH terhadap laju fotosintesis.
III. METODOLOGI
a. Alat b. Bahan
-Plastik Bening -Tanaman Hydrilla verticillata
-Kertas Warna Kuning, Biru dan Merah -Air
-Pipet dan Pilius -Es Batu
-Corong Kaca -Kertas PH
-Tabung Reaksi -Air Hangat
-Lampu -Larutan H2SO4 1 ml
-Gelas Beaker -Larutan NaOH 1 ml
-Hand Beaker
-Timbangan
1. 5 gram Hydrilla ditimbang untuk masing-masing perlakuan dan dibuat rangkaian ingenhouse.
2. Percobaan pertama yaitu perlakuan diberi perbedaan suhu pada air yaitu 40oC untuk air
hangat, 25oC untuk air biasa dan 10oC untuk air dingin.
3. Percobaan kedua yaitu perlakuan diberikan perbedaan warna yaitu lampu diberi lapisan
kertas dengan warna kuning, biru dan merah.
4. Percobaan ketiga yaitu perlakuan diberi perbedaan intensitas cahaya yaitu lampu diberi
lapisan ketebalan 3 plastik, 1 plastik dan tanpa plastik.
5. Percobaan keempat yaitu perlakuan diberi perbedaan kondisi pH yakni air diberi H2SO4 1 ml
hingga pH menjadi 2 (asam), air biasa dengan pH 7 (netral) dan air diberi NaOH 1 ml hingga
pH menjadi 11 (asam).
6. Masing – masing
7. perlakuan diamati proses fotosintesis selama 15 menit dengan menghitung jumlah
gelembung yang dihasilkan selama menit ke-5, ke-10 dan ke-15.
Pengamatan ke-
No Perlakuan Total
5 Menit 10 Menit 15 Menit
1. Suhu
a. Air hangat 40oC 16 20 24 60
b. Air biasa 25oC 35 49 43 127
c. Air dingin 10oC 0 0 0 0
2. Warna Cahaya
a. Kuning 3 5 9 17
b. Merah 7 15 11 33
c. Biru 4 8 15 27
3. Intensitas Cahaya
a. Tanpa Plastik 30 41 39 110
b. 1 plastik 16 24 10 50
c. 3 plastik 7 5 3 15
4. Kondisi pH
a. Asam pH 2 8 4 3 15
b. Netral pH 7 44 52 34 130
c. Basa pH 11 0 1 1 2
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai laju fotosintesis tanaman pada kondisi lingkungan (suhu,
warna cahaya, intensitas cahaya dan kondisis pH ) yang berbeda, dan bahan percobaan yang di
pakai yaitu tanaman hydrilla, air (hangat, dingin (es) dan kontrol), kertas pH, larutan HaOH dan
larutan H2SO4. Menurut kimball (1983) Fotosintesis adalah proses pembuatan molekul makanan
berenergi tinggi dari komponen yang lebih sederhana, yang dilakukan oleh tumbuhan autotrof yaitu
tumbuhan yang dapat membuat makanannya sendiri.
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada perlakuan suhu air biasa 25oC menunjukan hasil
yang paling tinggi yaitu 127 gelembung dengan waktu 15 menit, dari pada perlakuan air hangat
40oC dengan hasil 60 gelembung dan dingin 10oC dengan hasil 0 gelembung, hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Diana et al, (2020) Proses fotosintesis juga memerlukan suhu optimum. suhu yang
digunakan untuk fotosintesi yaitu 40-50oC, suhu tersebut adalah merupakan suhu optimum tanaman
atau tumbuhan dapat melakukan fotosintesis ketika cahaya matahari yang diterimanya kurang,
sehingga tanaman tetap dapat melakukan proses fotosintesis maksimal. Pendapat tersebut
menyatakan bahwa perlakuan dengan suhu air hangat lebih tinggi daripada air biasa dan dingin.
Lalu pada perlakuan warna cahaya, dapat dilihat dari ketiga perlakuan yang paling bagus adalah
perlakuan dengan spektrum cahaya merah dengan nilai 33 gelembung dengan waktu pengamatan 15
menit. Hal ini sesuai dengan pendapat D. Dwidjoseputro (1989), bahwa sinar-sinar yang pendek
gelombangnya maupun sinar yang panjang gelombangnya daripada sinar merah yaitu sinar infra
merah, semuanya tidak mempengaruhi dalam proses fotosintesis. Kemudian untuk hasil nilai
perlakuan dengan menggunakan warna kuning yaitu 17 gelembung dan biru yaitu 27 gelembung.
Menurut Champbell (2002), Cahaya yang diserap klorofil menggerakkan transfer elektron dan
hidrogen dari air ke penerima (akseptor) yang disebut NADP+ (nikotinamida adenin dinukletioda
fosfat), yang menyimpan elektron berenergi ini untuk sementara. Reaksi terang menggunakan
tenaga matahari untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH dengan cara menambahkan sepasang
elektron bersama dengan nukleus hidrogen, atau H+. Reaksi terang juga menghasilkan ATP dengan
memberi bagi penambahan gugus fosfat pada ADP, suatu proses yang disebut fotofosforilasi. Pada
intinya reaksi terang mengubah oksigen dan hidrogen menjadi karbondioksida dengan bantuan
cahaya matahari yang akan dipakai oleh tubuh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam
perlakuan intensitas cahaya dapat dilihat perlakuan lampu yang tidak diberi plastik menunjukan
hasil yang lebih tinggi yaitu 110 gelembung dalam waktu 15 menit, dari pada lampu yang ditutupi
oleh 1 dan 3 plastik, diperoleh nilai untuk lampu yang ditutup dengan 1 plastik yaitu 50 gelembung
dan untuk lampu ditutup dengan 3 plastik yaitu 15 gelembung. Hal tersebut menunjukan bahwa
fotosintesis memerlukan cahaya dengan intensitas yang cukup tanpa adanya hambatan agar tanaman
dapat menyerapnya dengan maksimal ke seluruh tubuh tumbuhan.
Lalu untuk perlakuan PH, perlakuan pH 7 netral menunjukan hasil yang lebih tinggi yaitu 130
gelembung dengan waktu 15 menit, kemudian untuk hasil pengamatan pada pH 2 asam menunjukan
nilai 15 gelembung dan pH 11 basa yaitu diperoleh nilai 2. Hal tersebut menunjukan bahwa jika
tanaman memiliki pH 2 asam dan pH 11 basa, maka tanaman pada saat melakukan fotosintesis tidak
berlangsung dengan baik karena tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik apabila PH
yang ada pada tanaman menjadi pH netral. Tumbuhan akan berfotosintesis dengan baik pada pH
netral yaitu sekitar pH 6-7 dan akan mengalami penurunan laju fotosintesis pada pH yang terlalu
asam atau terlalu basa.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN