Hanya akan dibahas tiga model yaitu model overthrust, imbricate, dan Autochton. Hal tersebut
dikarenakan beberapa peneliti sebelumnya banyak menggunakan tipe model ini untuk menjelaskan
tektonik evolusi Timor.
1. 1. Overthrust model (Schematic cross-section of the overthrust model for Timor. Allochthonous
units are overthrust onto the folded Australian continental margin (from Richardson and Blundell,
1996)).
Overthrust model dikembangkan pada awal pekerjaan geologi permukaan dengan kondisi material
overthrust sheet of allochthonous terekspose dengan baik. Model ini menekankan begitu rumitnya
allochthonous sheet dari thrust sheet pada Pulau Timor ( Audley-Charles, 1968; Audley-Charles &
Carter, 1972; Carter Et al., 1976; Barber Et al., 1977). Mereka berargumentasi bahwa
allochthonous strata diperoleh dari pergerakan lempeng Eurasian ke utara yang mengangkat kerak
benua Australia sepanjang proses benturan atau kolisi. Perlipatan dan erosi dengan skala yang
besar pada cekungan benua Australia terjadi sebelum adanya thrust sheet dan tidak dipengaruhi
oleh lipatan.
Pertimbangan untuk model overthrust adalah perbandingan batuan berdasarkan asal dan jenisnya
yang sangat berbeda, meskipun seringkali merupakan batuan pada umur yang sama ( Bowin et al.,
1980). Bagaimanapun, Grady dan Berry ( 1977) dan yang lainnya, sering menanyakan kebenaran
dari model overthrust terutama kerna tidak adanya bukti-bukti yang cukup terutama mengenai
thrust fault yang pada kenyataannya merupakan dipping faults bertahap. Grady dan Berry ( 1977)
juga menyatakan bahwa material allochthonous dan autochthonous secara stratigrafi berhubungan
normal dan berdasarkan penelitian terbentuk dari deformasi yang sama.
2. 2. Imbricate model (Schematic cross section of the imbricate model for Timor. Imbricated sheets
of Australian and Eurasian affinity are thrust on top of one another during collision (from
Richardson and Blundell, 1996).
Model ini menekankan banyaknya perlipatan yang diakibatkan oleh adanya gaya akibat sesar naik.
Allochthonous dan para-autochthonous merupakan dasar atau basement dari kontinen Australia.
Susunan stratigrafi batuan baik beradasarkan jenis dan umur di wilayah ini sangat rumit dan
kompleks yang membentuk imbricated rock dan mélange (Richardson & Blundell, 1996; Linthout et
al., 1997; Hall, 2002).
Mikro continen dari Eurasia diperkirakan mempengaruhi susunan stratigrafi dan struktur dari
wilayah ini (Carter et al., 1976; Karig et al., 1987; Whittam et al., 1996). Pengaruh dari
mikrokontinen ini dimulai sejak 8 juta tahun yang lalu dan bersamaan waktunya dengan
pembentukan Formasi Aileu pada bagian utara pantai timur Timor( Biji& Grady, 1981; Biji&
Mcdougall, 1986). Data paleomagnetik juga sebagian membuktikan bahwa Pulau Timor merupakan
bagian dari benua Australia.
3. 3. Autochton Model (Schematic cross section for the autochthon model. Timor represents the
uplifted Australian continental margin. Uplift caused south-directed gravity sliding and decoupling
of the oceanic slab (from Richardson and Blundell, 1996).
Model ini menentang kedua model sebelumnya. Di dalam model ini, sedimen akresi hampir
seluruhnya diperoleh dari sekuen kraton Australia yang mengalami pengangkatan (Grady, 1975;
Grady& Biji, 1977; Chamalaun& Grady, 1978). Material berasal dari seberang batas lempeng pada
proses olistostrome dan berkumpul sebagai hasil pengangkutan (sedimen) dan menghasilkan unit
tunggal yang yang dikenal sebagai Bobonaro scaly clay (Chamalaun& Grady, 1978; Harris et al.,
1998). Model ini mengutip atau menjelaskan suatu ketiadaan bukti-bukti lapangan untuk
overthrust dan imbricate model. Model ini dikembangkan akibat adanya pengangkatan dan juga
dipengaruhi oleh daya apung (buyoancy) dari interaksi lempeng Indo-Australia dengan Eurasia
(Gambar 9).
Secara keseluruhan, penulis cenderung untuk memilih model yang terakhir. Hal tersebut
dikarenakan model tersebut didukung beberapa bukti di lapangan dan dapat menjelaskan
pembentukan Formasi Bobonaro yang terdiri dari litologi scaly clay. Selain itu di Timor hampir
secara keseluruhan ditutupi oleh zona akresi dengan komposisi yang berasal dari sekuen Kerak
Benua Australia. Pada dasarnya, perbedaan-perbedaan model yang diperlihatkan di atas, akan
memberikan interpretasi, kondisi dan pendapat yang berbeda-beda. Akan tetapi, semua itu
merujuk pada kesimpulan yang mirip secara deskripsi geologi yaitu Pulau Timor dibentuk dari
kontribusi gabungan antara lempeng kontinen Australia, mélange block, dan batuan ofiolit Banda
terrane.
Berdasarkan data seismic, Hamilton (1979 dan 1980) menyatakan pendapat bahwa prisma akresi
tebal berasal dari sedimen dan gelinciran batuan kraton tua Australia yang terbentuk di atas lantai
lempeng yang tersubduksi. Teori Hamilton tadi dapat menjadi benar, karena semestinya sekuen
Timor terdiri dari batuan mélange dari lantai continental slope dengan ketebalan lebih dari 4 km
dan ditutupi oleh gelinciran batuan kraton Australia akibat redistribusi mélange mass oleh gravity
sliding. Batuan mélange di Timor ditemui sekitar 60% dari keseluruhan pulau dengan 6 km
ketebalan dari batuan yang terimbrikasi pada umur lebih tua atau sama dengan Miosen.
GEOVANO OVAN