Negara ribuan pulau yang tersebar luas seperti Indonesia, tak pelak lagi akan menghadapi masalah distribusi atau penyebaran dan masalah disparitas atau perbedaan. Tak kecuali dalam sistem pendidikan kita. Dalam masalah distribusi guru misalnya, kita belum mampu untuk menyebarkan guru SD secara merata hingga ke pelosok tanah air. Padahal, jumlah guru SD secara keseluruhan tidaklah termasuk kurang. Akibatnya, terjadilah kekurangan guru secara lokal dimana-mana, khususnya di daerah kecil, sulit dan terpencil. Dalam masalah disparitas kualitas, hasil belajar rata-rata murid SD di kota-kota umumnya jauh lebih tinggi dari pada rekan-rekan mereka di daerah terpencil. Mengajar lebih dari 2 kelas akibat kekurangan guru, semakin memperburuk disparitas ini. Akan tetapi, perangkapan kelas bukanlah alasan yang selalu pantas untuk sealu di tuding. Mungkin yang lebih tepat dituding adalah karena kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan PKR. Pembelajaran kelas rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas di gabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas yang berbeda dengan program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing- masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan di ajarkan program yang berbeda oleh satu guru. Pembelajaran kelas rangkap adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid- murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda. B. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) di Perlukan Ada beberapa alasan penting yang menyebabkan perlunya pembelajaran kelas rangkap di laksanakan, yaitu : 1. Alasan Geografis Lokasi pembelajran yang sulit di jangkau, terbatasnya sarana transportasi, dan pemukiman penduduk yang jaraknya berjauhan, serta adanya ragam mata pencaharian penduduk misalnya berladang, mencari ikan bahkan menebang kayu atau mencari sesuatu di hutan, maka hal ini dapat mendorong penggunaan PKR. 2. Alasan Demografis Mengajar murid dengan jumlah yang kecil, atau murid yang tinggal di pemukiman yang jarang penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang tepat dan praktis. 3. Kekurangan Guru Meskipun jumlah guru secara keseluruhan bisa di katakan cukup, namun pada kenyataannya masih ada keluhan kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil. Apalagi bila secara geografis daerah tersebut sulit untuk di jangkau, maka akan membuat guru takut ditugaskan di derah itu. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib di daerah terpencil, juga di sebabkan beberapa faktor. Misalnya mahalnya harga keperluan sehari-hari, sulitnya alat transportasi, gaji yang lambat, bahkan ternatas peluang untuk mendapatkan pengembangan karirnya. Oleh karena itu untuk menjadi guru di daerah seperti itu perlu adanya keikhlasan dan penuh suka cita, dan kesiapan mental dari guru tersebut. 4. Keterbatasan Ruang Kelas Di daerah yang muridnya sangat sedikit, tidak memerlukan ruang kelas lebih banyak. Tetapi, di daerah lain meskipun sudah mempunyai ruang kelassesuai dengan jumlah tingkatan kelas, masih belum cukup karena jumlah rombongan belajar lebih besar. Maka dari itu di perlukan PKR. 5. Kehadiran Guru Ketidakhadiran guru, bukan saja di alami oleh sekolah di derah terpencil, di kota beser pun juga mengalaminya. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat kehadiran guru untuk melaksanakan tugasnya. Guru yang tidak terkena musibah harus mengajar kelas yang tidak ada gurunya. Belum lagi alasan lain misalnya sakit, cuti, atau ada kegiatan berkaitan meningkatkan profesional dan kualifikasi guru. Katz (1992) menegaskan bahwa kelas rangkap tidak hanya alasan-alasan letak geografis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitas yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran, yaitu : a. Combine grades Combine grades atau combined classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda. b. Continuous Progrees Model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembanga anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama. c. Mixedage/Multiage Grouping Dimana proses pembelajaran praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerja sama dari beragam umur. Dalam model ini grup di buat secara fleksibel atau proses re grouping anak di buat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun. Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini adalah : 1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah. 2. Siswa di sediakan kegiatan dengan berbagai jenis. 3. Dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek sosial, pemahaman tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan. 4. Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur.
C. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Tujuan, fungsi dan manfaat pembelajaran kelas rangkap dapat di kaji dari beberapa aspek berikut : 1. Quantity dan Equity Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan untuk memenuhi asas Quantity (jumlah) dan Equity (pemerataan). Dengan jumlah guru yang dimiliki dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, di samping itu juga mampu memberikan layanan yang lebih merata. 2. Ekonomis PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan. Betapa tidak, dengan seeorang guru atau beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung. Dengan demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang di tanggung oleh pemerintahdan masyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan dapat di berikan hingga ke daerah yang sulit, dan terpencil sekalipun. 3. Pedagogis Strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid, karena seorang guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri. 4. Keamanan Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah di jangkau oleh anak. Dengan demikian kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebabkan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan pada saat murid pergi atau pulang sekolah. D. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari PKR Pembelajaran kelas rangkap (PKR) merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu di kuasai oleh guru SD. Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum. Pembelajaran mengandung makna bahwa kegiatan belajar dapat terjadi dengan atau tanpa guru. Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa tergantung pada guru. Misalnya, murid dapat belajar dari buku, berdiskusi dengan teman atau mengamati sesuatu. Tetapi perlu di ingat bahwa dalam pembelajaran peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan, atau akhir kegiatan. Disamping prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut : 1. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang terjadi secara serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan dikelola dengan benar. Dengan demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan murid hanya untuk mengisi kekosongan saja, maka bukan PKR yang di harapkan. 2. Kadar Tinggi Waktu Keaktifan Akademik (WKA) Selam PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu. Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA. Namun perlu di ingat, bahwa WKA tinggi tidak selalu berkadar tinggi. Kualitas pengalaman belajar yang di hayati murid sangat menentukan WKA. Kualitas dan lamanya kegiatan berlangsung menentukan tinggi rendahnya kadar WKA. 3. Kontak Psikologis Guru dan murid yang berkelanjutan dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan murid bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan intruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat. Tindakan intruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur murid.
4. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan atau sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis sumber harus di manfaatkan secaraefisien. Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat di gunakan oleh guru PKR. Demikian dengan orang dan waktu. Murid yang pandai dapat di manfaatkan sebagai turor. Waktu harus di kelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi. 5. Kebiasaan Untuk Mandiri Apabila guru dapat mnerapkan keempat prinsip tersebut, maka murid akan terbiasa mandiri. Kemampuan murid untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi. E. Gambaran PKR yang Ideal dan Peranan Guru PKR Gambaran PKR yang ideal ada beberapa unsur penting dalam PKR adalah: 1. Kelas tampak hidup, murid tanpak ceria. Di awal pembelajaran pak dan buk guru bertanya, tetapi hampir tidak ada kaitannya dengan hari ini. Pertanyaan seperti itu dengan tujuan agar murid termotivasi dan secara mental siap menerima pelajaran hari ini. 2. Proses belajar berlangsung serempak, apalagi murid yang berbeda tingkat kelas ada dalam satu ruang. Gangguan yang muncul tidak terlalu serius, sebab ketika guru menerangkan murid dari kelas lain berada di sudut ruang yang lain. Tidak ada pembosanan waktu karena guru tidak mondar-mandir pindah kelas. 3. Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar. Sudut sumber belajar dapat memberi peluang bagi murid, tanpa pengawasan guru murid dapat mempraktikkan konsep belajar menemukan sendiri dan pemecahan masalah. 4. Murid aktif, konsep CBSA sebenarnya nampak. Murid tidak hanya aktif individual tetapi juga kelompok dan berpasangan. Murid yang lebih dahulu dimanfaatkan untuk membantu temannya (tutor sebaya) atau membantu kelas di bawahnya (tutor kakak). 5. Adanya asas koperatif-kompetitif, murid bersemangat mengerjakan tugas, apalagi ketika guru menanyakan siapa yang sudah selesai lebih dulu akan mendapat nilai tambahan, gambar yang baik akan di pajang atau siapa yang selesai duluan boleh membaca buku-buku bacaan, dan sebagainya. 6. Belajar dengan pendekatan PKR yang benar sangat menyenangkan. Belajar sambil bermain, main sambil belajat dapat diperagakan khususnya bila kita sedang mengajar kelas rendah. Hal itu nampak saat anak mengambil gulungan kertas dan membaca apa yang menjadi tugas mereka masing-masing. 7. Ada perhatian khusus bagi murid yang lambat dan yang cepat.pada yang lambat guru membantu murid yang mengalami kesulitan, bahkan guru menjelaskan lagi bagian- bagian yang tidak di pahami. Bagi murid yang cepat guru memberikan tugas ekstra, misalnya murid di minta untuk mengambil gulungan kertas yang berisi soal-soal baik mata pelajaran yang baru saja dijelaskan maupun mata pelajaran lain. 8. Sumber belajar murid bukan saja berasal dari Depdikbud atau Dinas, guru PKR dapat melengkapi sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Sudut ruangan menjadi lengkap dengan sumber belajar. Bahkan dapat memupuk tanggung jawab murid dan cara memiliki terhadap kelas dan sekolah mereka. 9. Prinsip perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau lebih dalam satu ruangan kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi perangkapan kelas juga berarti dalam bentuk mengajar dua bidang studi atau lebih dalam satu wacana atau topik. Inilah yang di sebut dengan tematik terpadu (integrated). 10. Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan murid. Misalnya ketika guru menjelaskan tentang bagaiman menangkap ikan, murid-murid menjawab dengan menyebut beberapa alat menangkap ikan yang biasa di gunakan di lingkungan sekitar, kemudian murid di minta menggambar alat tersebut. Peranan guru PKR antara lain : 1. Sebagai perancang kurikulum, hal ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba kurang, tidak semua butir tercantum dalam kurikulum mungkin di laksanakan dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutanpun mengalami kesulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang memerlukan penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan konsep-konsep dan fakta yang akan di ajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan intruksionan yang ingin dicapainya berdasarkan kelas. 2. Sebagai sumber informasi yang kreatif, guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi sumber informasi tetapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan masalahkeadaan yang serba kurang. Ia harus memberi arahan kepada muridnya agar mereka tidak membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala macam kegiatan. 3. Sebagai administrator. Agar mendapat hasil yang yang maksimal, guru PKR harus merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal pelajaran dengan seksama. Hasil maksimal dapat dicapai jika guru PKR dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar teman-temannya yang tertinggal. Guru PKR juga harus mampu memanfaatkan segenap sumber daya yang ada di lingkungan sekolah. 4. Sebagai seorang profesional. Guru PKR senantiasa berusaha untuk meningkatkan gaya mengajarnya. Walaupun kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian guru yang ada di daerah terpencil sulit diwujudkan, tepat niat profesional harus tetap di pelihara dan yang penting itu semangat itu selalu ada. Salah satu ciri guru profesional adalah juga tidak cepat putus asa. Manusia dapat mencapai apa saja bila tidak cepat putus asa. 5. Sebagai agen pembawa perubahan. Guru sebagai pengayon dan juga sebagai sosok yang mewakili misi moral dan nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus berusaha keras untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan dengan interaksi dengan anggota masyarakat setempat. Pendek kata, guru harus mencari, mendatangkan, dan mengajarkan perubahan yang berguna bagi anak-anak didik, orang tua dan masyarakat. Daftar Pustaka Djalil, A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka.