Anda di halaman 1dari 64

Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)

Ami Royyani (201410340311266)


BAB I
Dasar Teori

 Pengertian Struktur Baja


Baja merupakan kreasi manusia modern ( Pra-sejarah alat batu, kayu dan tulang ). Baja
ditemukan pertama kali di Cina pada abad IV sebelum masehi berupa besi cetak ( Cast Iron )
dan besi tempa ( Wrought Iron ) dipakai untuk rangka gedung dan jembatan.
Amerika serikat baru mulai dibuat tahun 1856 Jembatan Eads
o Di St Louis, Missouri ( 1868 – 1874 )
o Home Insurance Company Building di Chicago ( 1884 ) 12 lantai. Dan di ikuti
oleh Jembatan Gantung Humber Estuary – Inggris ( bentang 4626 f ), menara
radio Polandia ( 2121 f )
o Sears Tower Chicago ( 109 tingkat = 1454 ft )
Baja Konstruksi = Alloy Steels ( baja paduan ), yang terdiri dari
58 % besi dan ± 1 % carbon
Unsur – unsur yang lain sangat beragam, menyesuaikan sifat baja yang diinginkan
Carbon Steels Terdiri dari unsur – unsur penyusun :
 1,7 % Carbon
Meniggikan
 1,65 % Marganese tegangan/
 0,6 % Silicon strenght dari baja
 0,6 % Copper murni

Berdasarkan Kandungan Baja di bagi menjadi 4 ketegori :


1. Low Carbon (C < 0,15 % )


2. Mild Carbon (C  0,15 – 0.29 % ) semakin getas
3. Medium Carbon ( C  0,30 – 0,59 % )
4. High Carbon (C  0,60 – 1,70 % )

 C >> Penambahan prosentase carbon mempertinggi yield stress


tetapi akan mengurangi daktilitas ( ductilidy ). Pengurangan
ductility / baja keras  sulitdilas

Kandungan C yang baik 0,30 %



Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Di Indonesia  Bj 37  u = 3700 kg/cm2

3700 Kg/cm
= 37 kg/mm2

 u
3700 Kg/cm

 1

Stress – Strain Curve

Lmx

Yield
point

Strain Hardering

Ø=diameter

F F

panjang pengukuran
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)

 Jika sampai   beban σ dilepas maka


C batang akan kembali ke bentuk awal (
keadaan elastis )
A E  diberi beban sampai A – dilepas tidak ke
bentuk awal tapi merenggang sampai B.
 Diberi beban sampai C – dilepas
merenggang sampai D
 E putus
 DF–Strain Hardening mamanjang dan
0 B D F
balik kembali

el ast ic pl ast ic st rain hardening


rarge rarge rarge

 Perencanaan Batang Tarik

Umum : Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik
Batang tarik : Komponen struktur yang memikul / mentrasfer gaya tarik antara dua titik
pada struktur

) (-
(- )

(+)
Baja
(+) (+)

 Kuat Tarik Rencana


Komponen struktur yang memikul gaya aksial terfaktor , Nu harus memenuhi :
Nu ≤ Ø Nn
Nu = Gaya akibat beban luar ( u = ultimate )
Nn = Gaya Nominal = Kekuatan yang disumbangkan oleh baja
Kuat tarik rencanaØ Nn , ditentukan oleh kondisi batas yang mungkin di alami batang
tarik.
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
a. Kondisi leleh : Ø Nn = 0,9 Ag . fy .
b.Kondisi Fraktur : Ø Nn = 0,75 Ae . fu .

Kondisi fraktur


Ag = Luas penampang kotor
Ae = Luas efektif penampang

Kondisi leleh
fy = Tegangan leleh yang digunakan dalam desain
fu = Kekuatan ( batas ) tarik yang digunakan dalam
desain

Penampang Efektif , Ae

Ø Nn = Ae . fu .
Ae = A. U

U = 1 - x ≤ 0,9
L Nu
ØNn
Kuat Nominal

ada kehilangan tagangan


akibat lubang pada plat baja

L
P P

x = Eksentrisitas Sambungan

L = Panjang sambungan arah gaya, jarak terjauh antara dua baut pada sambungan
A = harga luas penampangan yang ditentukan menurut kondisi elemen tarik yang
disambung
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
a). Penampang berlubang ( Gaya tarik disalurkan oleh baut)
A = Anet = Luas penampang bersih terkecil antara pot 1 – 3 dan 1 – 2 – 3

1
U
P 2 P
U
3

Pot 1 – 3 = Ant = Ag – n . d . t
S 2 .t
Pot 1 – 2 – 3 = Ant = Ag – n . d . t +  4U

Dimana, Ag = Luas penampang kotor


t = tebal penampang
d = diameter lubang
S = jarak antar sumbu lubang sejajar komponen
U = jarak antar sumbu lubang pada arah tegak sumbu

b). Penampang tidak berlubang (Gaya tarik disalurkan oleh Las)

las

P P t
h

A = Ag las
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
c). Gaya tarik disalurkan oleh las melintang.

A = Luas penampang yangdisambung las


U = 1, bila seluruh tepi luar penampang di las

d). Gaya tarik disalurkan oleh las memanjang kedua sisi bagian ujung elemen.

A = A plat

l l>2  U=1
2  > l >1,5   U = 0,87

w 1,5  ≥ l ≥   U = 0,75

 = lebar plat ( jarak antar garis las )


l = panjang las memanjang

Ketentuan tambahan :
a).Penampang I atau T di b / h ≥ 2/3 sambungan pada sayap dengan n baut ≥ 3 perbaris (
arah gaya )
U = 0,9
b). Seperti (a) tetapi b / h < 2 / 3  termasuk plat tersusun
U = 0,85
c). Semua penampang di - n baut = 2 perbaris ( arah gaya )
U = 0,75
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Kelangsingan Batang Tarik
Untuk menghindari bahaya yang timbul akibat getaran pada batang tarik maka batang
harus didesain cukup kaku dengan memperhatikan kelangsingan batang, 
 ≤ 240 , untuk komponen utama
 ≤ 300 , untuk komponen sekunder

 = L
, L = panjang batang tarik
i

I min
I = ; Imin = Inersia
A
A = luas penampang
Untuk batang bulat dibatasi l / d ≤ 500
 Keruntuhan Block Geser ( BLOCK SHEAR )
► Selain diperiksa terhadap kegagalan akibat tarik ( leleh maupun fraktur ), maka
komponen tarik juga harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan akibat geser
( daerah sambungan ).
↔ Kegagalan geser ini disebut “ Block Shear Rupture ”

geser/
shear

Runtuhnya block geser akibat tarik di sekitar baut dapat disebabkan leleh geser,
fraktur geser dan fraktur tarik.

Terdapat 2 kondisi kerunruhan blok geser, yaitu :


1. Perlelehan geser – retakan tarik
Bila, fu Ant> 0,6 fu Ans
Ø Nn = Ø t ( fu . Ant + 0,6 fy Ags )
2. Retakan geser – Pelelehan tarik
Bila, 0,6 fu Ans >fu Ant
Maka Ø t Nn = Ø t ( fy Agt + 0,6 fu Ans )
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Ags = Luas bruto yang mengalami pelelehan geser
Agt = Luas bruto yang mengalami pelelehan tarik
Ans = Luas bersih yang mengalami retakan geser
Ant = Luas bersih yang mengalami retakan tarik

P P
s

s
S2 S1
S2 S1

 Bidang Tarik
Agt = S t + S t = 2 S t
Ant = ( S t – d/2 t) + ( S t – d/2 t )
=2St–dt
 Bidang Geser
Ags = ( S1 + S2 ) . t + ( S1 + S2 ). t
= 2 ( S1 + S2 ). t
Ans = ( S1 + S2 – 1 1 d)t+
2

( S1 + S 2 - 1 1 d ).t
2

Perlu pula diperiksa terhadap kuat balok plat ujung terhadap geser pada baut
Ø t Tn = Ø t ( 0,6 fu ) Ans

 Perencanaan Batang Tekan (Compression Members)


Batang tekan adalah elemen struktur yang hanya menerima aksial gaya tekan saja,
dimana gaya bekerja pada arah longitudinal sumbu bahan.

h/2
N sumbu bahan longitudinal
sumbu bahan

h/2
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Sehingga dalam penyambungan harus bertemu pada satu titik joint.

joint
joint

joint
joint

Kuat tekan komponen struktural yang memikul gaya tekan ditentukan :


1. Bahan - Tegangan leleh
- Tegangan sisa
- Modulus elastisitas
2. Geometri - Penampang
- Panjang komponen, l
-Kondisi ujung dan penopang

(sendi - sendi,jepit-jepit dan seterusnya).

I WF siku

Kondisi Batas ( kekuatan maksimal )


- Tercapainya batas kekuatan
- Tercapainya batas kestabilan
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Batas kekuatan (LRFD)
Nu  Nn ;  = 0,85
Nn = Ag . fcr

= Ag . fy

 = Faktor tekuk
 = 1, untuk c < 0,25

1 lk fy
dimana c =
 Lmin E

 = 1,25 c2, untuk c  1,2

1
lk fy
dimana c =
 Lmin E

Ag
 = 1,25 . . fy
Pevler

1
Nn = Pevler
1,25
 Untuk kondisi tekuk elastis : c  1,5
0,877 Pevler
Fcr = . Fy = 0,877 .
c 2 Ag
Pevler
Nn = Ag . fcr = Ag . 0,877
Ag
1
Nn = Pevler
1,15
1,43
  = , untuk 0,25 c  1,2
1,6  0,67 
fy
Nu  Nn;  = 0,85 Nn = Ag . fcr = Ag .

Faktor Panjang Tekuk
Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya merupakan komponen pada
struktur segitiga (rangka batang) atau merupakan komponen struktural dengan kedua ujung
sendi.
Lk = kc . , l  l
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Batas Kelangsingan
Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan
kelangsingan dibatasi
Lk
 200
rim
Tekuk Lokal

- Tekuk lokal terjadi apabila tegangan pada elemen penampang mencapai tegangan kritis
plat.

- Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dan lebar panjang dan tebal, kondisi
tumpuan sifat material.
- Batas kelangsingan elemen penampang komponen struktur tekan

 = b <r
t
r = tabel 7.5-1 (peraturan SNI hal 30)

N
lk

t
lk

PanjangMajemuk (Penampang Gabungan)


klx
- Kelangsingan arah sumbu bahan x =
ix

klky
- Kelangsingan arah sumbu bebas bahan y =
iy

m 2
- Kelangsingan ideal xy = y 2   l
2
Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
iy x
 1,2  1,2 l  50
l l
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Sambungan Baja
Pada konstruksi baja dipakai beberapa macam alat sambung yaitu :
a. Paku keeling ( Rivet )
b. Baut ( Bolt )
c. Hight Strength Bolt ( baut mutu tinggi )
d. Las
a. Paku Keling (Rivet)

Sebenarnya pemakain paku keling ( rivet ) sudah mulai ditinggalkan di ganti dengan baut
mutu tinggi, mengingat proses pelaksanaan dilapangan terlalu rumit.
di parask

Paku keling dapt membuat sambungan menjadi kaku karena memiliki tahanan geser yang
tinggi ( Shear Resistance ), tetapi karena melalui pemanasan & didinginkan , paku keeling
tidak dapat diukur langsung sehingga tidak dapat di masukkan kedalam hitungan untuk kuat
gesernya / shear resistance

Perhitungan sambungan dengan paku keeling ada dua macam sambungan ;


- Sambungan beririsan satu / tunggal
- Sambungan beririsan ganda

1
2P

1
2P

1
2P
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Kemampuan Sambungan-----a). Terhadap Geser
b). Terhadap Tumpu
a). Terhadap Geser (  )

Untuk irisan tunggal =  = ¼ .. d2 . 


Untuk irisan ganda =  = 2. 1/4 d2. 

b). Terhadap Tumpu (  tu ).

Bidang tumpu =  .d ;

 =  .d. t u

 = tebal plat yang disambung


d = diameter paku keling

 = beban yang diizinkan yang dipikul dinding lubang

 tu  = 2. untuk S1 ≥ 2 d

 = 1,6
tu untuk 1,5 d ≤ S1< 2 d
S1 = jarak paku keeling

 i   2  1,56 2

Menentukan Kekuatan Dukung Paku Keling


a). Untuk Irisan Tunggal.

>geser :  = ¼ d2  diambil yang terkecil

>tumpu :  =  . d.  tu
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
b). Untuk Irisan Ganda.

>geser :  = 1/2  d2 
>tumpu :  =  . d.  tu
C). Jika bekerja gaya geser dan gaya aksial maka :

i =  2 1,56 2
 i = Tegangan Ideal

a. Sambungan Baut
Kekuatan nominal dari penyambung individual

Sambungan Irisan tunggal Sambungan Irisan Ganda


( Sambungan berimpit ) ( Sambungan menumpu )

a). Sambungan Geser


e

profil WF

profil T

b). Sambungan Geser eksentris


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
c). Sambungan Tarik

d). Sambungan kombinasi Geser – Tarik

Beban ditransfer dari satu batang ke batang yang lain melalui sambungan diantara
mereka
Alat yang sederhana untuk mentransfer beban dari satu batang ke batang yang lain
adalah sebuah pen ( baja silindris ) / baut
Kekuatan nominal pada sambungan tarik

Rn = fub . An

fub = kekuatan tarik bahan baut


An = luas tegangan tarik baut pada bagian berulir
An = ( 0,75 – 0,79 ). Ab ; sering dipakai 0,75 Ab
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Persamaan menjadi : Rn = Fub ( 0,75. Ab )

LRFD – Penyambung
Umum : Ø Rn ≥   i Qi
Ø = factor reduksi
Rn = Resistensi Nominal
 i = factor kelebihan beban
Qi = beban yang bekerja

Untuk sambungan : Ø Rn ≥ Pu
Ø = 0,75 untuk retakan dalam tarik & tumpu terhadap sisi lubang
Ø = 0,65 untuk geser pada baut mutu tinggi
Pu = beban terfaktor
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Kekuatan Geser Desain - Tanpa ulir pada bidang geser
Ø Rn = Ø ( 0,6 Fub ) m Ab
Ø Rn = 0,65 ( 0,6 Fub ) m Ab
m = banyaknya bidang geser ;
m = 1 irisan tunggal
m = 2 irisan ganda

 Kekuatan Geser – Desain – Ada ulir pada bidang geser


Ø Rn = Ø ( 0,45. Fub). m. Ab
= 0,65 ( 0,45 Fub ) m. Ab
 Kekuatan Tarik Desain
Ø Rn = Ø Fub ( 0,75. Ab ) Ø = 0,75

 Kekuatan Tumpu Desain

1. Ø Rn = Ø ( 2,4. dt. Fu ) Ø = 0,75


- jarak ujung tidak kurang 1,5 d
- jarak pusat ke pusat baut tidak kurang 3 d
S2 >3d
d= diameter lubang

S1>1,5 d
t = tebal plat

2. Untuk lubang beralur pendek tegak lurus pada arah


transmisi beban
Ø Rn = Ø ( 2. d. t. Fu ). Ø = 0,75

3. Untuk baut yang paling berdekatan di pinggir


Ø Rn = Ø ( L. t. Fu ) Ø = 0,75
L = jarak ujung
4. Untuk baut di lubang yang berjarak lebih 0,25
Ø Rn = Ø ( 0,3 . d. t. Fu ) Ø = 0,75
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
BAB II
ANALISA DAN PERHITUNGAN

7.76 m

15°
Crane

5 ton

6m

15 m

Direncanakan Bangunan gedung berikut sambungan serta gambar kerjanya dengan data - data
sebagai berikut :
1. Beban (P) Crane = 5 ton = 5000 kg
2. Profil kuda-kuda = Wide Flange
3. Bentang kuda – kuda = 15 meter
4. Jumlah kuda – kuda (n) = 7 kuda - kuda
5. Jarak antar kuda – kuda (L) = 7.00 m
6. H1 = 6.00 m
7. Sudut kemiringan = 15°
8. Beban Angin = 35 kg/m2
9. Jenis Atap = Zincalum
10. Dinding Samping = Tertutup ( Zincalum )
11. Ikatan Angin Atap = Profil Pipa
12. Ikatan Angin Dinding = Rangka Tersusun tinggi 1,5 meter
13. Mutu Baja = A572
14. Jenis Sambungan = Baut (A325)
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Menghitung Tinggi dan Sisi Miring Kuda-Kuda
 Panjang Sisi Miring
7,5
= = 7,76 𝑚
cos 15 °
 Tinggi Kuda-Kuda
𝑥
w.sin
tan 15° = = 2,01 𝑚
7,5 w w.cos
 Jarak Antar Gording
Direncanakan jumlah gording (n) = 7
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑖𝑠𝑖 𝑀𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
=
𝑛−1
7,76 𝑚
= = 1,29 𝑚 ≈ 1,3 𝑚
7−1
 Perhitungan Beban Pada Atap

1. Beban Mati
Jarak antar gording : 1,3 m
Berat penutup atap ( zincalum ) : 4,1 kg/m2
Berat gording ditaksir : 6 kg/m
Berat atap (1,3) x (4,1) = 5,33 kg/m
Berat gording rencana = 6,00 kg/m +
qD = 11,33 kg/m

Jarak bentang dalam dan jarak sisa


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)

Jarak antar kuda-kuda


𝑘𝑔
𝑞𝐷 = 11,33
𝑚

𝑞𝐷𝑥 = (11,33) ∙ 𝑐𝑜𝑠15° = 10,944 𝑘𝑔

1 1 𝑘𝑔
𝑅𝐷𝑥 = 2 ∙ 𝑞𝐷𝑥 ∙ 𝐿 = 2 ∙ 10,944 𝑚 ∙ 7 𝑚 = 38,304 𝑘𝑔

1 1 𝑘𝑔
𝑀𝐷𝑥 = ∙ 𝑞𝐷𝑥 ∙ 𝐿2 = ∙ (10,944 ) ∙ (7 𝑚)2 = 67,032 𝑘𝑔𝑚
8 8 𝑚

𝑞𝐷𝑦 = (11,33) ∙ 𝑠𝑖𝑛15° = 2,932 𝑘𝑔

1 1 𝑘𝑔
𝑅𝐷𝑦 = 2 ∙ 𝑞𝐷𝑦 ∙ 𝐿 = 2 ∙ 2,932 𝑚 ∙ 7 𝑚 = 10,262 𝑘𝑔

1 1 𝑘𝑔
𝑀𝐷𝑥 = 8 ∙ 𝑞𝐷𝑥 ∙ 𝐿2 = 8 ∙ (2,932 𝑚 ) ∙ (7 𝑚)2 = 17,959 𝑘𝑔𝑚

1. Beban Hidup
Berat pekerja = 100 kg (PPIUG ’83 hal13)

w.sin
w w.cos

15°
Detail Jarak antar kuda-kuda
𝑃𝐿 = 100 𝑘𝑔

𝑃𝐿𝑥 = (100) ∙ 𝑐𝑜𝑠 15° = 96,593 𝑘𝑔

1 1
𝑅𝐿𝑥 = 2 ∙ 𝑃𝐿𝑥 = 2 ∙ (96,593 𝑘𝑔) = 48,297 𝑘𝑔

1 1
𝑀𝐿𝑥 = 4 ∙ 𝑃𝐿𝑥 ∙ 𝐿 = 4 ∙ (96,593𝑘𝑔) ∙ (7 𝑚) = 169,038 𝑘𝑔𝑚

𝑃𝐿𝑦 = (100) ∙ 𝑠𝑖𝑛 15° = 25,882 𝑘𝑔

1 1
𝑅𝐿𝑦 = 2 ∙ 𝑃𝐿𝑦 = 2 ∙ (25,882 𝑘𝑔) = 12,941 𝑘𝑔

1 1
𝑀𝐿𝑦 = 4 ∙ 𝑃𝐿𝑦 ∙ 𝐿 = 4 ∙ (25,882𝑘𝑔) ∙ (7 𝑚) = 45,294 𝑘𝑔𝑚
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
2. Beban Angin

isap
in H
Ang

Angin Kanan

Ang
in H
isap

Angin Kanan

1
𝐻 = 𝐻1 + ( × ℎ𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎 )
3
1
= 6 + (3 × 2,01 𝑚)

= 6,67 𝑚
𝐻 6,67 𝑚
= = 0,16
𝐿 42 𝑚
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Digunakan Cp (-0,5) untuk angin tekan dan Cp (-0,5) untuk angin hisap (SNI 1727:2013)

Angin Tekan q = (qw).(G).(Cptekan).(jarak gording)

= (35).(0,85).(-0,5).(1,3)

= -19,338 kg/m

𝑘𝑔 1 1 𝑘𝑔
𝑞 = −19,338 → 𝑅𝑤 = ∙ 𝑞 ∙ 𝐿 = ∙ (−19,338 ) ∙ (7 𝑚) = −67,683 𝑘𝑔
𝑚 2 2 𝑚
1 1
𝑀𝑤 = 8 ∙ 𝑞 ∙ 𝐿2 = 8 ∙ (−19,338 𝑘𝑔/𝑚) ∙ (7 𝑚)2 = −118,445 𝑘𝑔𝑚

Angin Hisap q = (qw).(G).(Cptekan).(jarak gording)

= (35).(0,85).(-0,5).(1,3)

= -19,338 kg/m

𝑘𝑔 1 1 𝑘𝑔
𝑞 = −19,338 → 𝑅𝑤 = ∙ 𝑞 ∙ 𝐿 = ∙ (−19,338 ) ∙ (7 𝑚) = −67,683 𝑘𝑔
𝑚 2 2 𝑚
1 1
𝑀𝑤 = 8 ∙ 𝑞 ∙ 𝐿2 = 8 ∙ (−19,338 𝑘𝑔/𝑚) ∙ (7 𝑚)2 = −118,445 𝑘𝑔𝑚
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Kombinasi Pembebanan
A. Pembebanan Tetap
1. Arah Tegak Lurus Bidang Atap
RUx = (1,2).(RDx) + (0,5).(RLx)
= (1,2).(38,304) + (0,5).(48,297)
= 70,113 Kg
2. Arah Sejajar Bidang Atap
RUy = (1,2).(RDy) + (0,5).(RLy)
= (1,2).(10,262) + (0,5).(12,941)
= 18,785 Kg

B. Pembebanan Sementara 1
1. Arah Tegak Lurus Bidang Atap
Ru = 1,2RDx + 0,5 RLx + 1,0 Rw
RUX = 1,2 (38,304 kg) + 0,5 (48,297 kg) + 1,0 (−67,683)
= 2,43 kg
2. Arah Sejajar Bidang Atap
RUy = (1,2).(RDy) + (0,5).(RLy)
= (1,2).(10,262) + (0,5).(12,941)
= 18,785 Kg

C. Pembebanan Sementara 2
1. Arah Tegak Lurus Bidang Atap
Ru = 1,2RDx + 0,5 RLx - 1,0 Rw
RUX = 1,2 (38,304 kg) + 0,5 (48,297 kg)
= 70,113 kg

2. Arah Sejajar Bidang Atap


RUy = (1,2).(RDy) + (0,5).(RLy)
= (1,2).(10,262) + (0,5).(12,941)
= 18,785 Kg
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Kombinasi Momen
A. Momen Akibat Beban Tetap
1. Arah Tegak Lurus Bidang Atap
Mu  1,2MD  0,5ML

MUx = (1,2).(MDx) + (0,5).(MLx)

= (1,2).(67,032) + (0,5).(169,038)

= 164,957 kgm

2. Arah Sejajar Bidang Atap


Mu  1,2MD  0,5ML

MUy = (1,2).(MDx) + (0,5).(MLx)

= (1,2).(17,959) + (0,5).(45,294)

= 44,198 kgm

B. Momen Akibat Beban Sementara 1


1. Arah Tegak Lurus Bidang Atap
Mu  1,2MD  0,5ML  1,3Mw

MUx = (1,2).(MDx) + (0,5).(MLx) + (1,3).(Mw)

= (1,2).(67,032) + (0,5).(169,038) + (1,3).(-118,445)

= 62,392 kgm

2. Arah Sejajar Bidang Atap


Mu  1,2MD  0,5ML

MUy = (1,2).(MDy) + (0,5).(MLy)

= (1,2).(17,959) + (0,5).(45,294)

= 44,198 kgm
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
C. Momen Akibat Beban Sementara 2
3. Arah Tegak Lurus Bidang Atap
Mu  1,2MD  0,5ML  1,3Mw

MUx = (1,2).(MDx) + (0,5).(MLx) - (1,3).(Mw)

= (1,2).(67,032) + (0,5).(169,038)

= 164,957 kgm

4. Arah Sejajar Bidang Atap


Mu  1,2MD  0,5ML

MUy = (1,2).(MDy) + (0,5).(MLy)

= (1,2).(17,959) + (0,5).(45,294)

= 44,198 kgm

Dipasang sagrod di tengah bentang sehingga,

1
MUy = × (44,198)
2

= 22,099 𝑘𝑔𝑚
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)

Tabel hasil perhitungan kombinasi momen dan reaksi

Komb. Beban Rx Ry Mx My

U = 1,2D +0,5L 70,113 Kg 18,785 Kg 164,957 kgm 44,198 kgm

18,785 Kg
U = 1,2D +0,5L+1W 2,43 kg 62,392 kgm 44,198 kgm

U = 1,2D +0,5L−1W 70,113 kg 18,785 Kg 164,957 kgm 44,198 kgm

Max 70,113 kg 18,785 Kg 164,957 kgm 44,198 kgm


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perencanaan Gording Atap
Diambil profil C-Channel 150x50x20 dengan tebal 2,0 mm

Y t = 2,0 mm Cy = 1,55 cm

A = 5,54 cm2 Xo = 3,86 cm

Ix = 185 cm4 J = 738 cm4


X
Iy = 19 cm4 Cw = 971 cm6

Zx = 24,7 cm3 rx = 5,79 cm

Zy = 5,6 cm3 ry = 1,87 cm

Tegangan Pada Profil C

Zx = 1 .ht.t 2  a.t.(ht  a)  t.(b  2t ).( ht  t )


4
1
= .15.0,2 2  2.0,2.(15  2)  0,2.(5,0  2.0,2).(15  0,2)
4
= 10,086 cm3

Zy = ht.t (c  1 t )  2.a.t (b  c  1 t )  t.(c  t ) 2  t.(b  t  c) 2


2 2
1 1
15.0,2.(1,55  0,2)  2.2.0,2.(5,0  1,55  0,2)  0,2.(1,55  0,2) 2 
= 2 2
0,2.(5,0  0,2  1,55) 2

= 9,573 cm3

Momen nominal penampang C-channel

Mutu Baja A572 ksi = 60 x 6,875 = 412,5Mpa = 4125 kg/cm2

Mnx = Zxfy = (10,086).(4125 kg/cm2 ) = 41604,75 kgcm

Mny = Zyfy = (9,573).(4125 kg/cm2) = 39488,625 kgcm


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Momen Biaxial

M Ux M Uy
  1,0
.Z x .Fy .Z y .Fy

(164,957 ) . (100) (44,198).(100)


  1,0
(0,9).(10,086).(4125) (0,9).(9,573).(4125)

0,565 < 1,0

Lendutan Pada Profil C

𝐿 700
∆𝑚𝑎𝑥 = 240 = 240 = 2,92 𝑚

𝑘𝑔
𝑞𝐷 = 11,33 𝑚 → 𝑞𝐷𝑥 = (11,33) ∙ 𝑐𝑜𝑠15° = 10,94 𝑘𝑔/𝑚

𝑞𝐷𝑦 = (11,33 ) ∙ 𝑠𝑖𝑛15° = 2,93 𝑘𝑔/𝑚

𝑃𝐷 = 100 𝑘𝑔 → 𝑃𝐷𝑥 = (100) ∙ 𝑐𝑜𝑠15° = 96,59 𝑘𝑔

𝑃𝐷𝑦 = (100) ∙ 𝑠𝑖𝑛15° = 25,88 𝑘𝑔

Lendutan terhadap sumbu x

qx = 10,94 kg/m = 0,1094 kg/cm

Px = 96,59 kg
3
5 q x .L4 1 Px .L
∆x = . + .
384 E.I x 48 E.I x

5 (0,1094).(700 4 ) 1 (96,59).(700 3 )
= .  .
384 (2000000 ).(185) 48 (2000000 ).(185)
= 2,79 cm = 27,9 mm
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Lendutan terhadap sumbu y

qy = 2,93 kg/m = 0,0293 kg/cm

Py = 25,88 kg
5 q y .L
4
P .L3
∆y = . + 1 . y
384 E.I y 48 E.I y

5 (0,0293).(350 4 ) 1 (25,88).(350 3 )
= .  .
384 (2000000 ).(19) 48 (2000000 ).(19)
= 0,759 cm = 7,57 mm

∆ = ( x ) 2  ( y ) 2

= (2,79 ) 2  (0,759) 2

= 2,89 cm < ∆max = 2,92 cm


Jadi gording dengan profil C 150x50x20, dengan tebal 2,0 mm dapat digunakan karena telah
memenuhi persyaratan.
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perencanaan Sagrod
a) Perencanaan Track Stang/Sag Rod
Digunakan Profil Rod dengan fy = 240 Mpa
Kontrol Stabilitas Profil Gording
𝐿𝑘 7m
𝜆= < 𝑓𝑦
𝑟𝑚𝑖𝑛
350
𝜆= < 240 1,3 m
1,87
𝜆 = 187,166 <
240 → OK

Sag-rod dipasang pada ½ bentang gording maka stabilitas gording

b) Gaya Yang Bekerja Sagrod


PU = jumlah gording × RUy
= 7 × 18,785
= 131,495 kg

131,495 kg

131,495 kg

Mencari Luas Tulangan


𝜙Pn ≥ Pu
𝐴𝑔.𝐹𝑦 𝑃𝑢
=
1,67 0,9
𝐴𝑔.4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 131,495 𝑘𝑔
=
1,67 0,9
𝐴𝑔.4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
= 146,106 kg
1,67
243,997 𝑘𝑔
Ag =
4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

Ag = 0,059 cm2
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Mencari Jari-Jari Tulangan
1
Ag = 4 × 𝜋 × 𝑑2
1
0,059 cm2 = 4 × 𝜋 × 𝑑2
4×0,059 𝑐𝑚2
= d2
𝜋

0,027 cm =d
0,27 mm =d

Maka dipakai tulangan 𝜙6 mm


Ag = 0,283 cm2
An = 85% Ag
= 0,85 . 0,283 cm2
= 0,241 cm2
Ae = U . An
= 0,9 . 0,241 cm2
= 0,217 cm2

Kondisi Leleh
𝜙𝐴𝑔 .𝐹𝑦
𝜙Pn = 1,67
0,90(0,283)(4125)
= 1,67

= 629,124 kg > 131,495 kg (Ok) >> SNI 2015

Kondisi Fraktur

𝜙𝐴𝑒 .𝐹𝑢
𝜙Pn =
2
0,75(0,217)(5500)
= 2

= 447,563 kg > 131,495 kg (Ok) >> SNI 2015


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (BRACING)
1. Beban Angin Samping (Bagian Atap)

7.76 m

15°
Crane

5 ton

6m

15 m

7.76

6.00

6.00

7.00 7.00 7.00


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Beban Angin Samping (Bagian Atap)
𝑊𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛 = 𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐴𝑡𝑎𝑝
= (0,5) ∙ (15) ∙ (2,01)
= 15,075 𝑚2
𝑃𝑊 = 𝜙 × 𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 × 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛
𝑃𝑊 = 0,9 × 15,075 × 35
𝑃𝑊 = 474,863 𝑘𝑔
 Untuk beban setengah atap
𝑃𝑊 474,863
𝑃𝑊(1 𝑎𝑡𝑎𝑝) = = = 237,432 𝑘𝑔
2 2 2

Titik Tiap Simpul


 Titik A
1 1
𝑃𝑊(1 𝑎𝑡𝑎𝑝) = × 237,432 = 59,358 𝑘𝑔
4 2 4
 Titik B
1 1
𝑃𝑊(1 𝑎𝑡𝑎𝑝) = × 237,432 = 118,716 𝑘𝑔
2 2 2
 Titik C
1 1
𝑃𝑊(1 𝑎𝑡𝑎𝑝) = × 237,432 = 59,358 𝑘𝑔
4 2 4
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
∑H=0
𝑃 − 𝑆 𝑐𝑜𝑠𝛼 = 0
𝑃 59,358
𝑆= = = 67,858 𝑘𝑔
𝑐𝑜𝑠𝛼 cos 28,986
3,88
tan 𝛼 = = 0,554
7
𝛼 = 𝐴𝑟𝑐 tan 0,554 = 28,986°
𝑅 × 7 = 59,458 × 3,88
𝑅 = 32,957 𝑘𝑔

Cek kelangsingan Bracing

Panjang bresing atap lk = (7) 2  (3,88) 2

=8m
800
d = 1/4.𝑑 < 300

d = 10,67 cm
dicoba bracing pipa diameter 3"
OD = 89,1 mm
T = 2,8 mm
ID = 86,3 mm
A = 7,591mm2
I = 70,700 mm4

=> imin = √𝐼/𝐴 = √70,700/7,591 = 3,052 cm


lk
 = < 300
imin

800
< 300
3,052
262,123 < 300
Cek kekuatan penampang
PU = (1,3) x (32,957)
= 42,844 kg

Pu = 42,844 kg ≤ ᴓPn = 0.9 x A x Fy


Pu = 42,844 kg ≤ ᴓPn = 0.9 x 7,591 x 4125
Pu = 42,844 kg ≤ ᴓPn = 28181,588 kg ( OK)
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Pembebanan Pada Dinding
1. Beban Mati
Jarak antar gording :2m
Berat penutup dinding ( zincalum ) : 4,1 kg/m2
Berat gording ditaksir : 6 kg/m
Berat atap (1) x (4,1) = 4,1 kg/m
Berat gording rencana = 6,00 kg/m +
qD = 10,1 kg/m
𝑘𝑔
𝑞𝐷 = 10,1 𝑚
𝑘𝑔
𝑞𝐷𝑥 = (10,1) 𝑚
1 1 𝑘𝑔
𝑅𝐷𝑥 = 2 ∙ 𝑞𝐷𝑥 ∙ 𝐿 = 2 ∙ 10,1 𝑚 ∙ 7 𝑚 = 35,35 𝑘𝑔

𝑀𝐷𝑥 = 0
𝑘𝑔
𝑞𝐷𝑦 = (10,1) 𝑚

𝑅𝐷𝑦 = 0
𝑀𝐷𝑦 = 0

2. Beban Angin

𝐿 42
= = 2,8
𝐵 15
𝐿
 = 2 → 𝐶𝑝 = −0,3
𝐵
𝐿
 = 4 → 𝐶𝑝 = −0,2
𝐵

Didapat : - Cp = 0,8 untuk angina tekan


- Cp = −0,34 untuk angin hisap
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Angin tekan, q = qw x G x Cp x (jarak gording)

= 35 x 0,85 x 0,8 x 2

= 59,5 kg/m

q = 23,8 kg/m => Mx = 0 kgm

1 1
My = .q D .L2 = .(59,5).(7 2 ) = 364,438 kgm
8 8

Angin hisap, q = qw x G x Cp x (jarak gording)

= 35 x 0,85 x (- 0,34) x 2

= - 20,23 kg/m

q = - 10,115 kg/m => Mx = 0 kgm

1 1
My = .q D .L2 = .(20,23).(7 2 ) = - 123,909 kgm
8 8

A. Momen Akibat Beban Tetap


1. Arah Tegak Lurus Bidang Dinding
MUy = (1,3).(My) MUx = (1,2).(Mx)

= (1,3).(364,438) = (1,2).(0)

= 473,769 kgm = 0 kgm


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perencanaan Gording Dinding
Diambil profil C-Channel 200x75x20 dengan tebal 2,8 mm

q = 8,17 kg/m
Y
t = 2,8 mm Cy = 2,20 cm
A = 10,40 cm2 Xo = 5,42 cm
Ix = 636 cm4 J = 2719 cm4
X Iy = 75 cm4 Cw = 6085 cm6
Zx = 63,6 cm3 
Zy = 14,2 cm3
ix = 7,82 cm
iy = 2,69 cm

Mutu Baja A572 ksi = 60 x 6,875 = 412,5 Mpa = 4125 kg/cm2

Tegangan Pada Profil C

Zx = 1 .ht.t 2  a.t.(ht  a)  t.(b  2t ).( ht  t )


4
1
= .15.0,3 2  2.0,3.(15  2)  0,3.(5  2.0,3).(15  0,3)
4
= 27,542 cm3

Zy = ht.t (c  1 t )  2.a.t (b  c  1 t )  t.(c  t ) 2  t.(b  t  c) 2


2 2
1 1
15.0,3.(1,54  0,3)  2.2.0,3.(5  1,54  0,3)  0,2.(1,54  0,3) 2 
= 2 2
0,3.(5  0,3  1,54) 2

= 13,530 cm3

Lendutan Pada Profil C


L
∆max =
240
700
=
240
= 2,92 cm
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Lendutan terhadap sumbu y,
4
5 q y .L P .L3
∆y = . + 1 . y
384 E.I y 48 E.I y

5 (0,101).(700 4 ) 1 (0).(700 3 )
= .  .
384 (2000000 ).(75) 48 (2000000 ).(75)
= 2,105 + 0
= 2,105 cm = 21,05 mm

Asumsikan Penampang Kompak

Mny = Zy x fy = 13,530 x 4125 kg/cm2 = 55811,25 kgcm


𝑀𝑅 = ∅𝑀𝑛
𝑀𝑅 = 0,9 × 55811,25
= 50230,125 𝑘𝑔𝑐𝑚
= 502,301𝑘𝑔𝑚 > 𝑀𝑢 (473,769 𝑘𝑔𝑚) → 𝑂𝐾

Cek Puntir
Mux Muy
 < 1,0
Ø x Mnx Ø x Mny
473,769
0+ = 0,94 < 1,0
0,9 x558,113

Jadi gording dengan profil C 200x75x20, dengan tebal 2,8 mm dapat digunakan karena telah
memenuhi persyaratan.
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perencanaan Ikatan Angin (Bracing) Pada dinding
 Beban angin samping (bagian dinding)
Dipakaai Rangka Tersusun Setinggi 1,5 meter
Luas bidang A=7x6
= 42 m2
Tekanan angin P = 35 kg/m2
W = 0,9 x 42 x 35
= 1323 kg
Tiap titik simpul Wa = 1/2 x 1323
= 661,5 kg

Diasumsikan rangka tersusun WF 300.300.10.15 dan truss-bracing L 100.100.10


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)

PERHITUNGAN PEMBEBANAN CRANE

Model : 5 D.T11
Hoist type :5D
Trolley type : 5 DT
Capacity : 5 ton
Dimension :
L : 8000 mm
W : 850 mm
H : 560 mm
K : 500 mm
R : 900 mm
F : 530 mm
E : 550 mm
ØN : 190 mm
Weight : 680 kg
Pcrane : 680 kg
Pcropcrane : 5000 kg
Pfootwalk : 100 kg +
5780 kg
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perhitungan Pembebanan

85 cm = 0,85 m

7m
14 m

λ = 0,85 m’ (Lihat Tabel Hoist Crane)


λ < 0,586 × L
λ < 0,586 × 14
λ < 8,204 m’
Mmax = P/2L (L – λ/2)2
(2,89) 0,85 2
𝑀∗ max = × (14 − )
2(14) 2
= 19,02 tm’ (belom termasuk Qbs)
𝑃𝐿 2,89 × 14
𝑀= = = 10,115
4 4
λ
V = P × (2 − L)
0.85
= 2,89 × (2 − )
14

= 5,60 ton

 Pra-Desain penampang
𝐿⁄ < 25 14⁄ < 25 ∶ ℎ > 56 𝑐𝑚
ℎ ℎ
𝐿⁄ < 65 14⁄ < 65 ∶ 𝑏 > 21,54 𝑐𝑚 ≈ 22 𝑐𝑚
𝑏 𝑏
Berdasarkan nilai R = 900 mm, maka direncanakan lebar penampang (b) = 1000 mm
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Syarat tw dan tf
𝑃
≤ 𝐹𝑇𝑎𝑟𝑖𝑘 = 𝐹𝑦
7𝑡𝑤
5780 𝑘𝑔
≤ 4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
7𝑡𝑤
𝑡𝑤 ≥ 0,2 𝑐𝑚
0,75 𝑃
≤ 𝐹𝐿𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 = 0,6 𝐹𝑦
𝑡𝑓 2
0,75 × 5780 𝑘𝑔 𝑘𝑔
2
≤ 0,6 × 4125 2
𝑡𝑓 𝑐𝑚
𝑡𝑓 ≥ 1,3 𝑐𝑚
 Penampang Kompak

𝑏 𝐸
≤ 1,12√
𝑡𝑓 𝐹𝑦

40 200000
≤ 1,12√
2 412,5

20 ≤ 24,66 → 𝑂𝐾

ℎ 𝐸
≤ 2,42√
𝑡𝑤 𝐹𝑦

100 − 2 − 2 200000
≤ 2,42√
2 412,5

48 ≤ 53,29 → 𝑂𝐾
Dari syarat pendimensian penampang di atas diperoleh :
H = 100 cm
B = 100 cm
tf = 2 cm
tw = 2 cm
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perencanaan Penampang Balok

 Luas Profil
FI = FII = 100 x 2 = 200 cm2
FIII = FIV = FV = 96 x 2 = 192 cm2
 Luas Penampang
A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5
= (200 x 2) + (192 x 3)
= 976 cm2
 Garis Berat Penampang
Y = 1⁄2 × 100 = 50 𝑐𝑚
X = 1⁄2 × 100 = 50 𝑐𝑚

 Momen Inersia
1 1
yc = yt = (2 𝐻 − 2 𝑡𝑓) = 50 − 1 = 49 𝑐𝑚

Ix = ∑ (Ixo + Ao y2)
1
= ((100 × 2) × 492 ) × 2 + (12 × 2 × 963 ) × 3
= 1402768 cm4
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Zx = Acyc + Atyt
= ((100 x 2) x (50 – 1)) x 2
= 19600 cm3

∅𝑀𝑛 = ∅ × 𝑍𝑥 × 𝐹𝑦
1
∅𝑀𝑛 = 0,9 × 19600 × 4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 ×
105
∅𝑀𝑛 = 727,65 𝑡𝑚′

14 m
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
𝑡
Q bs (profil) = A × σbaja = 0,0976 𝑚2 × 7,850 𝑚3

= 0,766 t/m’
14 m
1
Mmax = 𝑀∗ max + × 𝑄𝑏𝑠 × 𝐿2
2
1
= 19,02 + 2 × 0,766 × 142
= 94,09 tm’
Mdynamic = 94,09 x 1,15 ( factor impact)
= 108,20 tm’ < ∅𝑀𝑛 = 727,65 𝑡𝑚′ → 𝑂𝐾

Cek Lendutan pada Profil


𝐿 1400
Λijin = = 600 = 2,33 𝑐𝑚 = 23,3 𝑚𝑚
600

Lendutan akibat beban merata


𝑘𝑔
5 𝑤𝐿4 5 𝑥(7,66 ) 𝑥(1400 𝑐𝑚)4
Λ = = 384 𝑥(2 𝑥 106𝑐𝑚𝑘𝑔/𝑐𝑚2 ) 𝑥 1402768 = 0,137 𝑐𝑚
384 𝐸𝐼
Lendutan akibat beban terpusat
𝑃×𝜆
Λ = × (3𝐿2 − 4𝜆2 )
24 𝐸𝐼
5780 𝑘𝑔×85 𝑐𝑚
= × (3 × 14002 − 4 × 852 )
24×(2 𝑥 106 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 ) 𝑥 1402768
= 0,043

Λtotal = 0,137 𝑐𝑚 + 0,043 𝑐𝑚


= 0,180 𝑐𝑚 < 2,33 𝑐𝑚 → 𝐴𝑚𝑎𝑛

Perencanaan Dimensi Balok Crane Memanjang


𝐿 7
< 25 < 25 ; h > 28 cm
ℎ ℎ
𝐿 7
< 65 < 65 ; b > 11 cm
𝑏 𝑏

Reaksi Perletakan
1 1 1
R = (2 × 𝑞𝑏𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 × 𝐿) + (2 × 𝑞𝑏𝑠 × 𝐿) + (2 × 𝑃𝑐𝑟𝑎𝑛𝑒 )
1 1 1
= (2 × 0,766 × 14) + (2 × 0,137 × 7) + (2 × 5,780)
= 8,7315 ton
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Dicoba dengan profil WF 350 x 350 x 12 x 19
t1 : 12 mm
t2
t2 : 19 mm
r : 20 mm r

A : 173,9 cm2 t1 H

q : 137 kg/m
r
Ix : 40300 cm4 t2

Iy : 13600 cm4
B
ix : 15,2 cm
iy : 8,84 cm
zx : 2300 cm3
zy : 776 cm3
Dari perhitungan StaadPro diperoleh:
Mmax = 12,896 tm
Vmax = 5,980 ton

Cek Stabilitas
Tekuk local pada sayap (flens)
𝐵𝑓 350
𝜆 = = 2 𝑥 19 = 9,21
2 𝑥 𝑡𝑓
𝐸 200000
𝜆𝑝 = 0,38 √𝑓 = 0,38√ = 8,37 (𝜆 ≥ 𝜆𝑝 )
𝑦 412,5

𝐸 200000
𝜆𝑟 = 1,0 √𝑓 = 1,0√ = 22,02 (𝜆 ≤ 𝜆𝑟 )
𝑦 412,5

Tekuk local pada badan (web)


𝐻 350
𝜆 = = = 29,167
𝑡 12
𝐸 200000
𝜆𝑝 = 3,76 √𝑓 = 3,76 √ = 82,79 (𝜆 ≤ 𝜆𝑝 )
𝑦 412,5

→ 𝑷𝒆𝒏𝒂𝒎𝒑𝒂𝒏𝒈 𝑵𝒐𝒏 − 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒂𝒌

Kapasitas Penampang
Statis Momen Penampang Terhadap Titik Berat Balok
S = {(35)𝑥 (1,9)𝑥 (16,55)} + {1⁄2 𝑥 (35,0 − 3,8)2 𝑥 (1,2)}
= 1684,64 cm3
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Tegangan Geser Balok
Vxs 5980 × 1684,64 𝑘𝑔⁄ 𝑘𝑔⁄
𝜏 = ϕ x b x I = 0,85 x 1,2 x40300 = 245,077 𝑐𝑚2 ≤ 0,56 𝑥 𝑓𝑦 = 2310 𝑐𝑚2

Tegangan Kombinasi Lentur dan Aksial Balok


𝑀 𝑁 (12,896 × 105 𝑘𝑔. 𝑐𝑚) 0
𝜎= ± = ±
𝜙 𝑥 𝑧𝑥 𝜙 𝑥 𝐴 0,85 𝑥 2300 0,90 𝑥 173,5
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 659,642 ⁄𝑐𝑚2 ≤ 𝑓𝑦 = 4125 ⁄𝑐𝑚2
Penampang balok WF cukup aman menerima gaya-gaya kombinasi.

Cek kelangsingan kolom dan tegangan yang bekerja


𝐾𝑥𝐿 1 𝑥 350
𝜆 = = = 39,59 < 300
𝑖𝑚𝑖𝑛 8,84
𝜆 𝑓 39,59 412,5
𝜆𝑐 = √𝑦= √ = 0,572 ≤ 1,20
𝜋 𝐸 𝜋 200000
1,43 1,43
𝜔 = = = 1,175
1,6 − 0,67𝜆𝑐 1,6 − 0,67 (0,572)
𝑁 𝑀 0 (12,896×105 𝑘𝑔.𝑐𝑚)
𝜎= 𝜔 × + = 1,175 × +
𝜙×𝐴 𝜙 × 𝑧𝑥 0,85 × 173,5 0,9 ×2300

= 732,019 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 < 4125 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2


Penampang balok WF cukup aman menerima gaya kombinasi dan tidak terjadi tekuk lentur.

 Untuk Penampang Non – Kompak


𝜆−𝜆𝑝
Mn = 𝑀𝑝 − {(𝑀𝑝 − 0,7𝐹𝑦 × 𝑆𝑥) × (𝜆𝑟−𝜆𝑝)
𝐼𝑥 40300
Sx = = = 2302,86 𝑐𝑚3
𝑌 17,5

Zx = bf . tf . (d-tf) + ¼ . tw . (d-2tf)2
= 35 x 1,9 x (35-1,9) + ¼ x 1,2 x (35 – 2 x 1,9)2
= 2493,182 cm3
Mp = Zx . fy
= 2493,182 x 4125
= 10284375,75 kg.cm = 102,84 tm
1 9,21−8,37
Mn = 102,84 − {(102,84 − 0,7 × 4125 × 2302,86 × 105 ) × (22,02−8,37)}

= 100,603 tm’
Mu ≤ Ø Mn
12,896 tm ≤ 0,9 x 100,603 tm
12,896 tm ≤ 90,54 tm OK
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Cek lendutan pada profil
Kontrol Terhadap Lendutan
𝐿 7000
Δijin = 600 = = 11,67 mm = 1,167 cm
600

Lendutan akibat beban merata


5 𝑤 𝐿4 5 𝑥 1,37 𝑥 7004
Δ = = = 0,053 cm
384 𝐸𝐼 384 𝑥 2000000 𝑥 40300
Lendutan akibat beban terpusat
1 P.L3
∆ = x
48 E.I x

1 (8731,5).x.(700 3 )
= x
48 (2000000 ).x.(40300 )
= 0,774 cm
Δtotal = 0,053 + 0,774
= 0,827 cm
= 0,827 cm < 1,167 cm .............. AMAN !
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Pembebanan Pada Kuda-kuda
a) Beban mati
 Berat gording
Jarak antar kuda-kuda =7m
Berat sendiri gording = 6 kg/m’
Beban akibat gording = 7 m × 6 kg/m’
= 42 kg
 Berat penutup atap (zincalum) P = 4,10 kg/m2
= 4,10 kg/m2 × 7m × 1,3 m
= 37,31 kg
 Total beban mati (P)
Beban akibat gording = 42 kg
Beban akibat penutup atap = 37,31 kg
PDL = 79,31 kg
½ PDL = 39,655 kg
b) Beban angin Pada Dinding
Beban angin (P) = 35 kg/m2
Angin Tekan (q) = 𝑞 × 𝐺 × 𝐶𝑝 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑢𝑑𝑎 − 𝑘𝑢𝑑𝑎
𝑘𝑔
= 35 𝑚2 × 0,85 × 0,8 × 7 𝑚

= 166,6 kg/m

Angin Hisap (q) = 𝑞 × 𝐺 × 𝐶𝑝 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑢𝑑𝑎 − 𝑘𝑢𝑑𝑎


𝑘𝑔
= 35 𝑚2 × 0,85 × 0,34 × 7 𝑚

= 70,805 kg/m
c) Beban Angin Pada Atap
Angin Tekan (q) = 𝑞 × 𝐺 × 𝐶𝑝 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑢𝑑𝑎 − 𝑘𝑢𝑑𝑎
𝑘𝑔
= 35 𝑚2 × 0,85 × (−0,5) × 1,3 𝑚 × 7𝑚

= -135,363 kg

Angin Hisap (q) = 𝑞 × 𝐺 × 𝐶𝑝 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔


𝑘𝑔
= 35 𝑚2 × 0,85 × (−0,5) × 1,3 𝑚

= -135,363 kg
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
d) Beban Crane = P crane + P ( balok crane melintang) + P (balok crane memanjang)
1 1 1
= 2 × 5780 𝑘𝑔 + (2 × 766 × 14) + (2 × 137 × 7)

= 8731,5 𝑘𝑔
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Gaya-gaya yang bekerja pada perencanaan dimensi
 Kombinasi 1 (1,4D)
Gaya-gaya yang bekerja
Dimensi M max N max V max
(kgm’) (kg) (kg)
Kuda-kuda 3250 3020 1830
Corbel 6140 0 12300
Kolom 6950 16500 2440

 Kombinasi 2 (1,2D + 0,5 W)


Gaya-gaya yang bekerja
Dimensi M max N max V max
(kgm’) (kg) (kg)
Kuda-kuda 2240 2310 1250
Corbel 5270 0 10600
Kolom 5570 13700 2130

 Kombinasi 3 (1,2D + 1,0 W)


Gaya-gaya yang bekerja
Dimensi M max N max V max
(kgm’) (kg) (kg)
Kuda-kuda 1700 2030 951,986
Corbel 5270 0 10600
Kolom 5190 13300 2170

 Kombinasi 4 (0,9D + 1,0 W)


Gaya-gaya yang bekerja
Dimensi M max N max V max
(kgm’) (kg) (kg)
Kuda-kuda 1010 1390 565,118
Corbel 3950 0 7940
Kolom 3700 9730 1650

(Dari kombinasi diatas, digunakan kombinasi 1 karena gaya yang bekerja paling maksimum)
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Perencanaan Kuda-kuda
Dari hasil perhitungan staad pro pada kuda-kuda didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:

Mmax = 3250 kg.m

Nmax = 3020 kg

Vmax = 1830 kg

Dari tabel baja diambil profil IWF 200.150.6.9

t1 = 6 mm
t2
t2 = 9 mm
r
r = 12 mm
t1 H
2
A = 38,8 cm
t2 r
q = 30,60 kg/m
B
Ix = 2675 cm4
Iy = 507 cm4
ix = 8,30 cm
iy = 3,60 cm
Zx = 275,8 cm3
Zy =67,6 cm3

 Cek Stabilitas Penampang


Tekuk Lokal pada Sayap

B 150
λ = 2.tf = 2x9 = 8,33
f

E 2x105
λp = 0.38. √fy = (0.38).√ 412,5 = 8,367 (λ ≤ λp )

Tekuk Lokal Pada Badan

H 200−(2×9)−(2×12)
λ = tw = = 26,33
6

E 2x105
λp = 3.76. √fy = (3.76).√ 412,5 = 82,792 (λ ≤ λp )

balok kompak dan tidak membutuhkan pengaku


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Cek Kekuatan Penampang

Mn = (Zx) x (Fy)
1
Zx = bf.tf(d-tf) + 4 tw(d − 2. tf)2

1
Zx = 15× 0,9 × (20 − 0,9) + × 0,6 × (20 − 2 × 0,9)2
4

Zx = 307,536 cm3

Mnx = (Zx) x (Fy)


1
= 307,536x 4125 x 105

= 12,686 tm’

Mu <∅ Mn

3,250 tm < 0,9 (12,686)

3,250 tm < 11,417 tm’ OK

Cek Kombinasi beban

Kelangsingan terhadap sumbu y

lk 776
λy = i = 3,75 = 215,556 < 300
y

dari rasio kelangsingan, tekuk terjadi pada sumbu y = sumbu lemah

Menentukan c

1 lk Fy 1 412,5
c = π × i × √ E = π × 215,556 × √200000
y

= 3,116

Untuk λc < 0. 25 ω=1

1,43
0.25 < λc < 1,2 ω = 1,6−0,67λc

c>1,2 ω = 1,25λc 2

karena c = 2,991 berada pada λc > 1,2


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
maka :

𝜔 = 1,25𝜆𝑐 2

𝜔 = 1,25 × (3,116)2

= 12,137

𝐹𝑦
Pn = 𝐴𝑔 × 𝜔

4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 1
= 30,60 cm2× × 103
12,137

= 10,400 ton

Mny= (Zy) x (Fy)


1 1
Zy =2tf .bf2 + 4 (𝑑 − 2. 𝑡𝑓)tw2

1 1
Zy =2 . 0,92.152+ 4 (20- 2. 0,9).0,62

Zy = 92,763 cm3

Mny = (Zy) x (Fy)


1
= 92,763x 4125 x 105

= 3,826 tm’

𝑃𝑢 3,020 𝑡𝑜𝑛
=
∅𝑃𝑛 0,85 × 10,400

= 0,342 > 0,2

𝑃𝑢 8 𝑀𝑢
+( × ) ≤ 1,0
∅𝑐 × 𝑃𝑛 9 ∅𝑏 × 𝑀𝑛𝑥
3,020 8 3,250
= +( × ) ≤ 1,0
0,85 × 10,400 9 0,9 × 12,686

= 0,595 ≤ 1,0 Aman terhadap kombinasi tekan dan lentur


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Cek Terhadap Geser
ℎ 𝐸
< 2,24√𝐹𝑦
𝑡𝑤

15−(2×0,9)−(2×1,2) 200000
= < 2,24√
0,6 412,5

= 26,33 < 49,323

maka, digunakan Cv = 1,0


Vu ≤ ∅ Vn

1,830 ton ≤ 1,0 x 0,6 x Fy x Aw x Cv

1,830 ton ≤ 1,0 x 0,6 x 4125 x ((20 – 1,8).0,6) x 1,0

1,830 ton ≤ 27027 kg = 27,027 ton OK

Penampang balok WF cukup aman menerima gaya-gaya kombinasi.

 Kontrol terhadap Lendutan


15,00 15000
Δijin = =
360 360

= 41,67 mm

Δmax= 5,357 mm < 41,67 mm

Penampang balok WF cukup aman terhadap lendutan.


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Perencanaan Dimensi Corbel

Dari hasil perhitungan staad pro pada corbel didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :

Mmax = 6140 kgm’

Nmax = 0 kg

Vmax = 12300 kg

Dari tabel baja diambil profil IWF 150.150.7.10

t1 = 7 mm
t2
t2 = 10 mm
r
r = 11 mm t1 H

r
A = 40,14 cm2 t2
B
q = 31.50 kg/m

Ix = 1640 cm4

Iy = 563 cm4

ix = 8,62 cm

iy = 3,75 cm

Zx = 219 cm3

Zy =75,1 cm3

 Cek Stabilitas Penampang


Tekuk Lokal pada Sayap

B 150
λ = 2.tf = 2x10 = 7,5
f

E 2x105
λp = 0.38. √fy = (0.38).√ 412,5 = 8,367 (λ ≤ λp )

Tekuk Lokal Pada Badan

H 150−(2×10)−(2×11)
λ = tw = = 15,429
7
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)

𝐸 2𝑥105
𝜆𝑝 = 3.76. √𝑓𝑦 = (3.76.√ 412,5 = 82,792 (𝜆 ≤ 𝜆𝑝 )

balok kompak dan tidak membutuhkan pengaku

 Cek Kekuatan Penampang

Mn= Zx x Fy
1
Zx = bf.tf(d-tf) + 4 𝑡𝑤(𝑑 − 2. 𝑡𝑓)2
1
Zx = 15× 1,0 × (15 − 1,0) + × 0,7 × (15 − 2 × 1,0)2
4

Zx= 239,58 cm3

Mn = Zx Fy
1
= 239,58 x 4125 x 105

= 9,883 tm’

Mu <∅ Mn

6,140 tm < 0.9 (9,883)

6,140 tm < 8,895 tm’ OK

 Cek Terhadap Geser


ℎ 𝐸
= 𝑡𝑤< 2,24√𝐹𝑦

15−(2×1)−(2×1,1) 200000
= < 2,24√
0,7 412,5

= 15,429 < 49,323

maka, digunakan Cv = 1,0

Vu ≤ ∅ Vn

12,300 ton ≤ 1,0 x 0,6 x Fy x Aw x Cv

12,300 ton ≤ 1,0 x 0,6 x 4125 x ((15 – 2,0).0,7) x 1,0

12,300 ton ≤ 22522,5 kg = 22,523 ton OK

Penampang balok WF cukup aman menerima gaya-gaya kombinasi.


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Kontrol terhadap Lendutan
2L 2 x 500
Δijin = 360 = 360

= 5,56 mm

Δmax = 1,927 mm < 5,56 mm OK


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
Perencanaan Dimensi Kolom

Dari hasil perhitungan staad pro pada kolom didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:

Mmax = 6950 kgm’

Nmax = 16500 kg

Vmax = 2440 kg

Dari tabel baja diambil profil IWF 200.200.8.12

t1 = 8 mm
t2
t2 = 12 mm
r
r = 13 mm t1 H

r
A = 63,53 cm2 t2
B
q = 49,90 kg/m

Ix = 4720 cm4

Iy = 1600 cm4

ix = 8,62 cm

iy = 5,05 cm

Zx = 472 cm3

Zy = 112 cm3

 Cek stabilitas penampang


Tekuk lokal pada sayap

B 200
λ = 2×tf = 2×12 = 8,33 mm
f

E 200000
λp = 0,38 × √Fy = 0,38 × √ = 8,367 mm (λ ≤ λp )
412,5

Tekuk lokal pada badan

h 200−(2×12)−(2×13)
λ = = = 18,75
tw 8
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)

E 200000
λp =3,76 × √Fy = 3,76 × √ = 82,792 (λ ≤ λp )
12,5

Profil WF cukup aman dan stabil terhadap terjadinya tekuk lokal

Cek kelangsingan kolom dan tegangan yang bekerja

Kelangsingan terhadap sumbu y

𝑙𝑘 1,2×𝐿 1,2×600
𝜆𝑦 = = = = 143,426 < 300
𝑖𝑦 5,02 5,02

dari rasio kelangsingan, tekuk terjadi pada sumbu y = sumbu lemah


Menentukan c

1 𝑙𝑘 𝐹𝑦 1 412,5
c = 𝜋 × 𝑖 × √ 𝐸 = 𝜋 × 143,426 × √200000 = 2,073
𝑦

Untuk λc < 0. 25 ω=1

1,43
0.25 < λc < 1,2 𝜔 = 1,6−0,67𝜆𝑐

c>1,2 𝜔 = 1,25𝜆𝑐 2

karena c = 2,073 berada pada λc > 1,2

maka :

𝜔 = 1,25𝜆𝑐 2

𝜔 = 1,25 × (2,073)2

= 5,372

𝐹𝑦
Pn = 𝐴𝑔 × 𝜔

4125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 1
= 63,53 cm2× 5,372 103

= 48,783 ton
Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
 Cek Kekuatan Penampang

Mn = Zx × Fy

1
Zx = bf.tf(d-tf) + 4 𝑡𝑤(𝑑 − 2. 𝑡𝑓)2

1
Zx = 20× 1,2 × (20 − 1,2) + × 0,8 × (20 − 2 × 1,2)2
4

= 513,15 cm3

Mn = Zx × Fy

1
= 513,15× 4125× 105

= 21,167 tm1

Mu < ∅ Mn

6,950 tm < 0,9 × 21,167

6,950 tm < 19,05 tm’ OK

Mny= (Zy) x (Fy)


1 1
Zy =2tf .bf2 + 4 (𝑑 − 2. 𝑡𝑓)tw2

1 1
Zy =21,22.202+ 4 (20- 2. 1,2).0,82

Zy = 290,82 cm3

Mny = (Zy) x (Fy)


1
= 290,82 x 4125 x 105

= 11,996 tm’

Pu < ∅Pn

16,500 tm < 0,85 . 48,783

16,500 tm < 41,466 tm OK


Setyo Ilham Romadhon (201410340311235)
Ami Royyani (201410340311266)
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + ) ≤ 1,0
2 × ∅𝑐 × 𝑃𝑛 ∅𝑏 × 𝑀𝑛𝑥 ∅𝑏 × 𝑀𝑛𝑦

16,500 6,950 0
= +( + ) ≤ 1,0
2 × 0,85 × 48,783 0,9 × 21,167 0,9 × 11,996

= 0,564 ≤ 1,0 Aman terhadap kombinasi tekan dan lentur

 Cek Terhadap Geser


ℎ 𝐸
< 2,24√𝐹𝑦
𝑡𝑤

20−(2×1,2)−(2×1,3) 200000
= < 2,24√
0,8 412,5

= 18,75 < 49,323

maka, digunakan Cv = 1,0

Vu ≤ ∅ Vn

2,440 ton ≤ 1,0 x 0,6 x Fy x Aw x Cv

2,440 ton ≤ 1,0 x 0,6 x 4125 x ((20 – 2,4).0,8) x 1,0

2,440 ton ≤ 34848 kg = 34,848 ton OK

Penampang balok WF aman terhadap geser.

 Kontrol terhadap Lendutan


6,00 6000
Δijin = =
360 360

= 16,67 mm

Δmax= 1,952 mm < 16,67 mm

Penampang balok WF cukup aman terhadap lendutan

Anda mungkin juga menyukai