Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Dasar Medis

1. Pengertian
Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroid interior atau superior. (Kamus Saku
Kedokteran Dorland:2010).
Hemoroid (“wasir”) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna hanya
melibatkan jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A: 2004).
2. Etiologi
Menurut Sylvia Anderson P. (1994), Hemorroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemorroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus,
seperti
1.      Konstipasi/diare
2.      Sering mengejan pada buang air besar yang sulit.
3.      Kongesti pelvia pada kehamilan
4.      Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu
lama duduk, merokok)
5.      Pembesaran prostat
6.      Fibroama uteri
7.      Tumor rectum
8.      Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.
9.      Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat
(sayur dan buah)
10.  Kurang berolahraga/imobilisasi.
3. Klasifikasi
Hemorroid Interna
Hemoroid  interna dikelompokan dalam 4 derajat :
1.      Derajat satu
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi
biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti
penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan.
2.      Derajat dua
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid ini dapat mengecil
secara spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
3.      Derajat tiga
Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang keluar tidak dapat
masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja
varieses keluar dan harus didorong kembali tanpa perdarahan.
4.      Derajat empat
Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat defekasi tidak dapat
didorong masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat
trombus yang diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
Hemoroid Eksterna.
 
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1.      Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
– Sering rasa sakit dan nyeri
– Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
2.     Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

3. Patofisiologi
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari
vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan
mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis..
4.  Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali
ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang
mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yag keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat
hanya berupa gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi
merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif dipleksus hemoroidalis menyebabkan darah di
vena tetap merupakan ”darah arteri”.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi
dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut
hemoroid intern ini perlu didorong masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi
bentuk yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal
yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus
dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang.
Menurut Sudoyo Aru, dkk 2009, mengatakan bahwa Manifestasi Klinis hemorroid yaitu :
1.      Timbul rasa gatal dan nyeri
2.      Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi.
3.      Pembengkakan pada area anus.
4.      Nekrosis pada area sekitar anus.
5.      Perdarahan atau prolaps.

5. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan stranggulasi.
Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana
suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
6.   Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri.
b.      Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
c.       Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat yang lebih tinggi karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
d.      Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy

6.  Penatalaksanaan
1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Ø  Untuk derajat I dan II
  Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
  Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
  Anti biotik bila terjadi infeksi.
  Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis
dan hemoroid lalu mengecil).
  “ RubberBand Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I
minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
Ø  Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakukan sebagai berikut:
  Pembedahan
  Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
  Dapat dilakukan rendam duduk.
  Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk
mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar)
hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK
1/10.000 selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik
sehingga edema keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi
derajat III.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengakajian
Menurut Carpenito-Moyet dan Lynda Juall (2006), pengkajian keperawatan adalah langkah
awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio,psiko,sosial,spritual dan kultural serta
komprehensif.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Nasrul Efendy,1995). Maksud dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan
informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien( data primer ),data dari
keluarga (data sekunder), data dari catatan yang ada (data tersier), melalui wawancara,
observasi langsung dan melihat secara medis.
1.      Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no register/MR,
serta penanggung jawab.
2.      Riwayat kesehatan
  Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Pada umumnya klien mengeluh perih saat buang air besar, feses yang keluar keras,
saat BAB terdapat darah setelah feses keluar , dan rasa panas di sekitar rektum.
  Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Kaji penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid seperti (Sembelit, genetic
predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau episiotomi, hipertensi portal
(sirosis), gatal – gatal disekitar rektum.) Pasien pernah menderita penyakit hemoroid
sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan
terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali kambuh.

  Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Mengkaji apakah eluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama,
penyakit keturunan (seperti diabetes, hipertensi, asma, dll), penyakit menular
(seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC, dll)
1.      Pemeriksaan fisik
2.      Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
3.      Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien compos mentis coompertif.
4.      Berat badan : Biasanya berat badan pasien ada mengalami penurunan dan biasanya
juga mengalami kenaikan berat badan.
5.      Tekanan darah :  Biasanya tekanan darah pasien rendah/meningkat.
6.      Suhu : Biasanya suhu pasien meningkat  yaitu ± 39°C
7.      Pernafasan : Biasanya pernafasan pasien dengan frekuensi normal yaitu ± 20 x/i
8.      Nadi : Biasanya pasien mengalami frekuensi denyut nadi meningkat yaitu 120 x/i
2.      Kepala
3.      a) Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan
maupun lesi, tidak ada kelainan lain di kepala.
       b)    Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris, bulu mata ada, konjungtiva
anemis, reflek pupil normal, dibukti dengan cara memakai cahaya penlight didekatkan
pupil mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar. Pergerakan bola
mata pasien normal dibuktikan dengan cara saat mata pasien mengikuti arah jari
pemeriksa.
    c)    Telinga
Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak
ada lesi maupun massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien baik, terbukti saat
pemeriksa berbicara pelan / normal klien mendengar..
      d)     Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan maupun
sekret / kotoran, tidak ada massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien normal,
dibuktikan dengan cara klien dianjurkan mencium wewangian (parfum, kayu putih,
sabun) dan klien menjawab dengan tepat.
    e)      Mulut, Lidah, Gigi
Bibir simetris, warna bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada lesi, gigi utuh, warna
gigi putih, tidak ada karies, keadaan gigi bersih, tidak ada lesi di daerah gusi, tidak ada
pembengkakan atau stomatitis.
Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada kelainan di lidah. Saat dilakukan
palpasi di rongga mulut tidak ada pembengkakan maupun nyeri tekan.
Indra perasa klien masih normal, dibuktikan dengan cara saat pemeriksa memberikan
perasa dan klien menjawab dengan tepat. Saraf kranial hipoglosal klien normal, terbukti
saat klien dapat mengeluarkan dan menggerakan lidah. Gerak otot rahang klien masih
bekerja dengan baik.
2)      Leher
Bentuk leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa, reflek menelan klien
baik, saraf kranial asesori klien baik, dibuktikan  saat klien di minta untuk menengok ke
kiri / kanan kemudian ditahan oleh pemeriksa.
3)      Dada, Payudara, dan Ketiak
Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris, ekspansi dada seimbang,
terbukti saat pemeriksa merasakan getaran dan keseimbangan di punggung klien saat
klien bernafas. Traktil fremitus klien seimbang dibuktikan dengan cara saat pemeriksa
meletakan kedua tangan di punggung klien pada saat klien mengucapkan bilangan “tujuh
– tujuh”. Suara pernafasan jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas klien teratur dan
normal.
Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur dan normal.
Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara simetris, tidak ada massa dan lesi,
tidak ada keluaran di daerah putting.
Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak ada kelainan lain, tidak ada
nyeri tekan.
4)      Abdomen
Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, Nyeri tekan pada abdomen, bisa
terjadi konstipasi., bising usus klien normal yaitu 9x/menit, Posisi umbilikal normal,
tidak ada peradangan ataupun keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain
pada umbilikal.
5)    Genitalia dan anus
Alat genetalia pasien biasanya kotor, Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada
anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.
6)    Kulit dan Kuku
Kulit tidak ada lesi maupun edema, warna kuku merah muda, bentuk kuku normal, kuku
tebal, tekstur kuku lembut, turgor kulit normal..
7)    Ekstermitas
a)      Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain, reflek bisep dan trisep klien
normal, terbukti saat dilakukan ketukan di lekukan sikut dan di sikut menggunakan
reflek hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas. tingkat kekuatan otot
klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh dan dapat menahan
tahanan)
b)       Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek patella normal dibuktikan
dilakukan ketukan di lutut menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di
ujung ekstermitas. Tingkat kekuatan otot kaki klien yaitu 5 dari 5 (kekuatan
kontraksi penuh dan dapat menahan tahanan dengan baik)

Data sosial ekonomi


Hemoroid biasanya terjadi pada semua golongan masyarakat dan biasanya klien dan
keluarga mengelukan bahwa terjadi perubahan dalam penghasilan keluarga sehingga
menimbulkan masalah keuangan keluarga.
1.      Data psikososial
Penampilan, status emosi, konsep diri, dan kecemasan. Biasanya pasien dan keluarga
ditemui perasaan takut, cemas, marah, dan pasien terlihat gelisah.
2. Data spritual
     
Penatalaksanaan ibadah klien selama sebelum sakit selalu taat beribadah dan selama
dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk kesembuhannya.
1.      Pemeriksaan penunjang
2.      Pemeriksaan Hematologi (pemeriksaan darah lengkap) seperti Hb, Leukosit
3.      Pemeriksaan sigmoskopi
2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekan dan sensitifitas pada area rectal/anal
sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pasca operatif.
2.      Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi vena hemoroidalis
3.      Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri
selama eliminasi.
3.     Intervensi keperawatan NANDA NIC NOC
Diagnosa
No Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut v  Pain level  Pain Management
berhubungan dengan Kriteria hasil : –          Lakukan pengkajian
iritasi, tekan dan nyeri secara komprehensif
sensitifitas pada area v  Mampu mengontrol nyeri termasuk lokasi,
rectal/anal sekunder ( tahu penyebab nyeri, mampu karakteristik, durasi,
akibat penyakit menggunakan teknik non frekuensi, kualitas dan
anorektal dan spasme farmakologi untuk mengurangi faktor presifitas
sfingter pada pasca nteri, (mencari bantuan)
operatif. –          Observasi reaksi non
v  Melaporkan bahwa nyeri verbal dari
berkurang dengan menggunakan ketidaknyamanan
menajemen nyeri –          Gunakan teknik
v  Mampu mengenali nyeri komunikasi terpaeutik untuk
(skala, intensitas, frekuensi dan mengtahui pengalaman
tanda nyeri) nyeri pasien

v  Menyatakan rasa nyaman –          Kaji kultur yang


setelah nyeri berkurang. mempengaruhi respon nyeri
–          Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
–          Evaluasi brsama
pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidak
efektifan kontrol nyeri masa
lampau
–          Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
–          Kontrol ligkungan
yang dapat mmpengaruhi
nyeri sperti suhu ruangaan,
pencahayaan dan kebisingan
–          Kurangi faktor
presifitasi nyeri
–          Piih danlakukan
penanganan nyeri
( Farmakologi, non
Farmakologi, dan
interpesonal)
–          Kaji dan tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
–          Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
–          Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
–          Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
–          Tingkatkan istirahat
–          Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
–          Monitor penerimaan
pasien tentang managemen
nyeri
Analgesic Administration
–          Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
–          Cek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
–          Cek riwayat alergi
–          Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari anlgesic ketika
pemberin lebih dari satu
–          Tentukan piihan
analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
–          Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
–          Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk –
engubatan nyeri secara
teratur
–          Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
–          Pemberin analgesic
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
–          Evaluasi efektifitas
analgesis, tanda dan gejala

2 Resiko  infeksi v  Knowledge : infecton  Infection control (kontrol


berhubungan dengan control infeksi)
inflamasi vena Kriteria Hasil : –          Bersihkan
hemoroidalis lingkungan setelah di pakai
v  Klien bebas dari tanda gejala oleh pasien lain
infeksi
–          Pertahankan tekhnik
v  Mendeskripsikan proses isolasi
pengeluaran penyakit, faktor
yang mempengaruhi penularan –          Batasi pengunjung
serta penatalaksanaan bila perlu
v  Menunjukan kemampuan –          Instruksikan pada
untuk mencegah timbuhnya pengunjung untuk mencuci
infeksi tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
v  Jumlah leukosit dalam batas meninggalkan pasien
normal.
–          Gunakan sabun
v  Menunjukan perilaku hidup antimikrobia untuk cuci
sehat. tangan
–          Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
–          Gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat
pelindung
–          Pertahankan
lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
–          Ganti letak IV
perifer line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
–          Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
–          Tingkatkan intake
nutrisi
–          Berikan terapi
antibiotik bila perlu
infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
–          Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
–          Monitor kerentanan
terhadap infeksi
–          Hitung granulosit,
Wbc
–          Sering pengunjung
terhadap penyakit menular
–          Pertahankan tekhnik
aspesis pada pasien yang
berisiko
–          Pertahankan tehnik
isolasi k/p
–          Berikan perawatan
kulit pada area epiderma
–          Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, pansa, drainnase
–          Inspeksi kondisi
luka/ insis bedah
–          Dorong masukan
nutrisi yang cukup
–          Dorong masukan
cairan
–          Dorong istirahat
–          Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
–          Ajarkan pasien dan
kleuarga tanda dan grjala
infeksi
–          Ajarkan cara
menghidari infeksi
–          Laporkan kecurigaan
infeksi
–          Laporkan kultur
positif

3 Konstipasi Bowel elimination Hydration Constipation / impaction


berhubungan dengan Kriteria hasil : management
mengabaikan –          Monitor tnda dan
dorongan untuk v  Mempertahankan bentuk gejala konstipasi
defekasi akibat nyeri feses
selama eliminasi. –          monitor bising usus
v  Lunak setiap 1-3 hari
–          monitor  feses,
v  Bebas dari ketidaknyamanan frekuensi,  konsistensi dan
dan kostipasi volume
v  Mengidentifikasi indicator –          konsultasi dengan
untuk mencegah konstipasi dokter tentang penurunan
v  Feses lunak dan berbentuk dan peningkatan bising usus
–          monitor tanda dan
gejala ruptur usus/peritonitis
–          jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
–          indentifikasi faktor
penyebab dan kontribusi
konstipasi
–          dukung intake cairan
–          kolaborasi
pemberian laksative
–          pantau tanda tanda
gejala konstipasi
–          pantau tanda-tanda
gejala infeksi
–          memantau gerakan
usus, termasuk konsistensi,
frekuensi, bentuk, volume
dan warna
–          memantau bising
usus
–          konsultasikan
dengan dokter tentang
penurunan atau kenaikan
frekuensi bising usus
–          pantau tanda-tanda
dan gejala pecahnya usus
dan atau peritonitis
–          jelaskan etiologi
masalah dan pemikiran
untuk tindakan untuk pasien
–          menyusun jadwal ke
toilet
–          mendorong
meningkatkan asupan
cairan, kecuali di
kontraindikasi kan
–          evaluasi profil obat
untuk efek samping
gastrointestinal
–          anjurkan pasien atau
keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
–          ajarkan pasien atau
keluarga bagaimana
menjaga buku harian
makanan
–          anjurkan
pasien/keluarga untuk diet
tinggi serat
–          anjurkan
pasien/keluarga pada
penggunaan yang tepat dari
obat pencahar
–          anjurkan
pasien/keluarga  pada
hubungan asupan diet,
olahraga, dan cairan
sembelit atau infaksi
–          menyarankan pasien
berkonsultasi dengan dokter
jika sembelit atau infaksi
terus ada.
–          Menginformasikan
pasien prosedur
penghapusan manual dari
tinja, jika perlu
–          Timbang pasien
secara teratur
–          Ajarkan pasien atau
keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
–          Ajarkan
pasien/keluarga
tentangkerangka waktu
untuk resolus sembelit.

DAFTAR PUSTAKA

Askanda, Sumitro. 1989, Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Aksara

Dongoes Moorhouse Geissle, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC


Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2., FK UI,
Media Aesculapius, Jakarta
Nurarif Huda Amin, dkk. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan dignosa medis dan
NANDA NIC-NOC edisi revisi Jild 2. Jogjakarta : Penerbit Mediaction Jogja
Price, Sylvia Anderson. 1989. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

http://debyrahmad.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-hipertiroidisme.html ( Diakse
s pada tanggal 27 September 2016 )

http:// bumiirwan.blogspot.com/2013/09/lp-hemoroid.html
( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )

http://detikautik.blogspot.com/2013/07/askep-hemoroid.html
( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )

Anda mungkin juga menyukai