ASUHAN KEBIDANAN
Disusun oleh:
TAHUN AJARAN
2017/2018
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang manfaat teknologi informasi untuk
mendokumentasikan asuhan kebidanan.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
dan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang manfaat teknologi informasi untuk
mendokumentasikan asuhan kebidanan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terhadap gugatan hukum. maupun dokumntasi elektronik yang menggambarkan layanan
kebidanan yang diberikan kepada klien, Perkembangan dan kemajuan dari teknologi informasi
dan komunikasi telah mempengaruhi aktivitas pengelolaan data dan informasi kebidanan
sehingga mempengaruhi perkembangan dalam proses pendokumentasian kebidanan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang dokumentasi asuhan kebidanan secara umum
2. Untuk mengetahui pengertian tentang dokumntasi elektronik
3. Untuk mengetahui hukum yang mengatur legalitas pemanfaatan teknologi dalam asuhan
kebidanan
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa paham tentang pengeritan dokumentasi asuhan kebidanan secara umum
2. Agar mahasiswa mengerti dan paham tentang dokumentasi elektronik
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang hukum yang mengatur legalitas pemanfaatan teknologi
dalam asuhan kebidanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Catatan informasi tentang pasian merupakan dokumntasi resmi dan mempunyai niali hukum jika
terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika atau moral profesi, dokumentasi
dapat merupakan barang bukti tentang tindakan yang telah dilakukan bidan sekaligus sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi.
3
keuntungan bagi para bidan, dalam hal waktu pendokumentasian yang lebih singkat keterbacaan
data dan kemudahan akses bila dibandingkan dengan dokumentasi dalam format kertas.
Pengembangan dokumentasi kebidanan berbasis teknologi informasi harus tetap memperhatikan
prinsip kerahasian, data klien komprehensif, akurat, tepat waktu, dan jelas mengidentifikasi
pemberi asuhan sehingga perlu adanya kebijakan dan pedoman yang jelas bagi tenaga bidan
dalam menjalankan system ini.
Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di Indonesia saat ini masih bervariasi. Sebagian
besar rumah sakit masih menggunakan sistem pendokumentasian dengan melakukan pencatatan
pada format kertas yang tersedia (paper based), sementara baru sebagian kecil yang sudah mulai
mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan dengan dukungan teknologi informasi
berbasis sistem komputer (electronic based).
Catatan atau dokumentasi kesehatan elektronik atau EHR (Electronic Health Record) adalah
catatan yang berisi informasi pasien secara umum yang diisi oleh satu atau Informasi yang
tercakup antara lain data demografi pasien, catatan perkembangan, masalah, pengobatan dan
obat-obatan, tandatanda vital, riwayat kesehatan masa lalu, data imunisasi, data laboratorium
dan catatan radiologi. Yang tercantum dalam UU no.11/2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik di jelaskan bahwa dokumen elektronik merupakan informasi elektronik yang di buat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat,ditampilkan, dan didengar melalui computer atau
system elektronik, namun terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
4
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi yang memiliki makna atau
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Komponen dalam mengintegrasikan data tergantung dari struktur data dan sistem untuk
mengimplementasikannya. Komponen sistem administrasi mulai pada saat registrasi, ijin masuk
perawatan, pindah rawat dan pemulangan merupakan komponen data yang harus masuk dalam
sistem EHR. Informasi vital yang tercakup didalamnya antara lain nama, data demografi,
pekerjaan dan data umum tentang pasien. Komponen sistem laboratorium umumnya mencakup
hasil dari pemeriksaan laboratorium, jadwal, biaya dan informasi administrasi lainnya.
Komponen sistem radiologi tercakup bila pasien melakukan pemeriksaan radiologi yang berisi
permintaan, interpretasi hasil, informasi identifikasi pasien dan hasil aslinya. Komponen sistem
farmasi secara otomatis masuk dalam EHR termasuk dari resep atau formula obat yang
diperlukan pasien. Penerapan EHR saat ini hanya terbatas pada perawatan pasien di rumah sakit
khususnya pada bagian-bagian tertentu seperti administrasi, farmasi, radiologi dan keuangan
yang sudah tersambungkan, sangat jarang sekali yang sudah eksis sampai pada bagian
perawatan pasien padahal pada bagian inilah pasien paling banyak berada. Setelah pasien pulang
data tersebut hanya milik RS yang bersangkakutan, jikapun suatu saat pasien dirawat di RS yang
sama maka kembali data tersebut yang diteruskan sebagai bagian dari riwayat masa lalu namun
jika pasien dirawat di RS lain data tersebut tidak bisa diteruskan itu lah salah kekurangan dari
EHR.
5
intervensi dan pengobatan serta respon pasien terhadap intervensi. Sebelum adanya teknik
lembar alur (flowsheet dan checklist), catatan naratif ini adalah satu-satunya teknik yang
digunakan untuk mendokumentasikan pemberian asuhan kebidanan. Teknik yang kedua
yaitu flowsheet atau checklist digunakan untuk mengumpulkan hasil pengkajian data dan
mendokumentasikan implementasi kebidanan. Jika lembar alur ini dipergunakan dengan tepat,
maka akan banyak menghemat waktu bidan untuk mencatat. Pendokumentasian hasil pengkajian
data dan asuhan yang bersifat rutin akan menghabiskan banyak waktu bidan. Data yang bersifat
rutin ini dapat didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan lembar alur. Penting di
sini untuk tidak menulis ulang data di dalam lembar alur ke dalam catatan perkembangan, karena
sama saja hal ini akan mengabaikan tujuan pembuatan lembar alur dan melakukan pekerjaan
yang sia-sia.
Source Oriented Record adalah catatan pasien yang berorientasi pada sumber, karena setiap
sumber data mempunyai catatan tersendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Sumber data
dalam catatan pasien, antara lain dokter, bidan, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya.
Catatan yang digunakan dalam model ini, umumnya berbentuk naratif dan masih bersifat
tradisional. Karena sifat catatan ini yang terpisah-pisah antara sumber satu dengan sumber
yang lain, maka perkembangan pasien dalam catatan ini menjadi sulit untuk diikuti. Pada
umumnya, catatan model Source Oriented Record ini mempunyai enam bagian. Enam bagian
dalam model dokumentasi SOR adalah: catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar
riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan/kebidanan dan laporan khusus lainnya.
6
Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem komputer yang berperan dalam
menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan
pelayanan kebidanan, penelitian clan pendidikan. Secara umum dokumentasi dengan sistem
komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan pada
pasien, meningkatkan pengembangan protokol, meningkatkan penatalaksanaan data dan
komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien
Model dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun 1983 oleh staf
perawat di St. Luke's Hospital di Midwaukee, Wisconsin. Model ini dianggap dapat
mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien menjadi lebih
nyata, menghemat waktu dan mengakomodir adanya informasi terbaru. Model ini dinilai lebih efektif
dan efisien untuk mengurangi adanya duplikasi dan pengulangan dalam memasukkan data.
Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya.
Dasar hukum tentang rekam medik yang mengacu pada pasal 46-47 UU no.29/2004 tentang
praktik kedokteran & Permenkes no269/2009 tentang Rekam Medik. Menurut UUPK
No.29/2009 Pasal 46, ayat (1) dan Permenkes No.290/2008 tentang Rekam Medik: Rekam
Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
7
Rekam Medik Elektronik (RME) tidak hanya mengubah bntuk Rekam Medis berbasis kertas
menjadi lembar folmulir elektronik, tetapi semua bentuk media yang digunakan dalam informasi
kesehatan, meliputi riwayat medis, hasil pemeriksaan penatalaksanaan, gambar, dan lain
sebagianya.
UU No.29/2004 sebenarnya diundangkan saat Electronic Health Record (EHR) telah banyak
digunakan namun tidak mengatur mengenai EHR. Sedangkan Permenkes No.269/2008 belum
mengatur mengenai EHR. Tetapi dengan adanya UU ITE. Secara umum penggunaan EHR
sebagai dokumen elektronik telah memiliki dasar hukum.
Pertama dimulai dari pencantuman nama, waktu, tanda tangan petugas yang memberikan
pelayanan kesehatan (pasal 46 (3) UU No. 29/2004), dapat dilakukan secara elektronik, diatur
oleh UU ITE dalam pasal 5-12, tercantum dalam penjelasan pasal 46 (3) UU No.29/2004. UU
ITE juga telah mengatur bahwa dokumen elektronik ( temasuk EHR) sah untuk digunakan
sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.
Kepemilikan dari HER tentap menjadi milik dokter/sarana pelayanan kesehatan seperti yang
tertera dalam pasal 47 (1) UU No.29/2004 bahwa dokumen rekam medik adalahmilik dokter
atau sarana pelayanan kesehatan. sama seperti rekam medik konvensional, EHR sebagai
dokumen elektronik sudah seharusnya disimpan di komputer milik dokter/sarana pelayanan
kesehatan. rekam medik berisi sesuai dengan pasal 47 (1) yang merupakan milik pasien dapat
diberikan salinannya dalam bentuk elektronik atu dicetak untuk diberikan pada pasien.
Aspek kerahasiaan dan keamanan dokumen rekam medikmenjadi kekawatiran banyak pihak
dalam pnggunaan EHR namun sebenarnya telah diatur di UU ITE dalam pasal 16.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan pelayanan
kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan praktik
bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Prof esi
Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi dan tata kerja
Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
8
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dokumen elektronik merupakan informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,
yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. DPR telah mengesahkan UU
Informasi Transaksi Elektronik (ITE) menjadi UU ITE (UU no.11/2008). Menurut UU
no.11/2008, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum.
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa agar mengerti dan paham tentang pendokumentasi
mengunakan system teknologi informasi dan juga memahami tentang hukum-hukum yang
terkait.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dan, Sikap, et al. Individu Dokumentasi Catatan Kesehatan Elektronik ( Ehr ) Dalam Keperawatan :
Oleh : Ni Luh Putu Ekarini. 2011, pp. 3–6.
Johnson, Maree, et al. “The Nursing and Midwifery Content Audit Tool (NMCAT): A Short Nursing
Documentation Audit Tool.” Journal of Nursing Management, vol. 18, no. 7, 2010, p. 835,
doi:10.1111/j.1365-2834.2010.01156.x.
Metode, Pengaruh, et al. Pengaruh Metode E-Learning Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mata Kuliah Dokumentasi Kebidanan. 2010.
https://sehatsehatiweb.wordpress.com/2017/02/21/makalah-dokumentasi-asuhan-kebidanan-berbasis-
elektronik-sistem-informasi-kesehatan/
11