Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH LEGAL ASPEK PEMANFAATAN TEKNOLOGI

INFORMASI UNTUK MENDOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN

Dosen pembimbing: Sulistyaningsih,S.KM.,MH.Kes

Disusun oleh:

Denok Pratiwi putri

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN

2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang manfaat teknologi informasi untuk
mendokumentasikan asuhan kebidanan.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
dan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang manfaat teknologi informasi untuk
mendokumentasikan asuhan kebidanan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Yogyakarta, 18 November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumus Masalah............................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dokumentasi secara umum ........................................................................................ 3
2.2 Pengertian Dokumentasi Elektronik ............................................................................................. 3
2.3 Tujuan Pendokumntasian .............................................................................................................. 4
2.4 Teknik Dokumentasi Kebidanan................................................................................................... 5
2.5 Model Dokumntasi Kebidanan ..................................................................................................... 6
2.3 Dasar Hukum Pemanfaatan Teknologi Informasi Di Bidang Kesehatan ...................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak ditetapkannya Indonesia Sehat 2010 sebagai visi kesehatan, maka Indonesia telah
menetapkan pembaharuan kebijakan dalam pembangunan kesehatan, yaitu paradigma sehat yang
inti pokoknya adalah menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan
sebagai investasi bangsa dan kesehatan sebagi titik sentral pembangunan nasional. Untuk
mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan tersebut telah disusun Sistem
Kesehatn Nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan
pembangunan kesehatan masa kini maupun yang akan datang. Dalam kaitannya dengan Sistem
Kesehatn ini, maka daerah pun perlu menetapkan system kesehatannya sebagai sub system dari
system pemerintah daerah, yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan aspirasi, potensi, serta
kebutuhan setempat dengan memperhatikan prioritas pembangunan kesehatan masing-masing.
Dalam rangka pengendalian system kesehatan yang bertujuan untuk memantau dan menilai
keberhasilan penyelenggaraan secara berjenjang dan berkelanjutan, digunakan indikator
pembangunan kesehaatn baik tingkat nasional maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini maka
perlu dikembangkan system informasi kesehatan nasional maupun daerah yang terpadu yang
mampu menghasilkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan lengkap, sehingga mampu
menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan. Meskipun kebutuhan pada data/informasi
yang akurat makin meningkat, namun ternyata sistem informasi yang ada saat ini masih belum
dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Berbagai masalah masih dihadapi
dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, diantaranya adalah belum adanya persepsi
yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama pennyelenggara sistem informasi
kesehatan tentang Sistem Informasi Kesehatan. Kemudian, pendokumentasian asuhan kebidanan
yang berlaku di beberapa rumah sakit atau BPS di Indonesia masih menggunakan
pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian tertulis ini sering membebani bidan karena harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan banyak waktu untuk
mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal
sehingga form pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual
juga mempunyai kelemahan yaitu sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis
juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika
sewaktu-waktu pendukomentasian tersebut diperlukan. Dokumentasian yang hilang atau terselip
di ruang penyimpanan akan merugikan bidan. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika
terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian bidan berada pada posisi yang lemah dan rentan

1
terhadap gugatan hukum. maupun dokumntasi elektronik yang menggambarkan layanan
kebidanan yang diberikan kepada klien, Perkembangan dan kemajuan dari teknologi informasi
dan komunikasi telah mempengaruhi aktivitas pengelolaan data dan informasi kebidanan
sehingga mempengaruhi perkembangan dalam proses pendokumentasian kebidanan.

1.2 Rumus Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan dokumentasi asuhan kebidanan secara umum?
2. Apa yang di maksud dengan dokumentasi elektronik?
3. Apa saja hukum yang mengatur legalitas pemanfaatan teknologi dalam asuhan kebidanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang dokumentasi asuhan kebidanan secara umum
2. Untuk mengetahui pengertian tentang dokumntasi elektronik
3. Untuk mengetahui hukum yang mengatur legalitas pemanfaatan teknologi dalam asuhan
kebidanan

1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa paham tentang pengeritan dokumentasi asuhan kebidanan secara umum
2. Agar mahasiswa mengerti dan paham tentang dokumentasi elektronik
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang hukum yang mengatur legalitas pemanfaatan teknologi
dalam asuhan kebidanan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dokumentasi secara umum


Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan
maupun rekaman seperti video, filem, gambar dan foto. Surat yang tertulis atau tercetak dapat
dipakai sebagai bukti keterangan seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian dan lain
sebagainya. Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua
surat asli yang dapat di buktikan. Catatan informasi tentang pasian merupakan dokumntasi resmi
dan mempunyai nilai hukum jika terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika
atau moral profesi, dokumentasi dapat merupakan barang bukti tentang tindakan yang telah
dilakukan bidan sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi. Standar
dokumentasi untuk pasien mencatat atau merekam kemajuan perkembangan pasian apakah ada
perubahan atau tidak pada setiap shift. Setiap perubahan pada pasien ditunjukan berbentuk
dokumentasi informasi yang obyektif, tidakan perawat atau bidan ketika menemukan perubahan
pada pasien harus di catat, pekerjaan atau tindakan yang di ambil perawat maupun bidan harus
sebenar-benarnya yang di catat dalam catatan. Perawat atau bidan juga menulis tentang masalah
pasien yang pasien katakan atau apa yang diamati oleh perawat, perawat mengamati tanda atau
gejala pasien tidak didasari pada ansumsi pasien disajikan secara logis dan berurutan.
Dokumentasi keprawatan adalah laporan kronologis pristiwa yang menggambarkan pengalam
pasien, dalam setiap dokumentasi terdapat tanggal dan waktu (Johnson et al.).

Catatan informasi tentang pasian merupakan dokumntasi resmi dan mempunyai niali hukum jika
terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika atau moral profesi, dokumentasi
dapat merupakan barang bukti tentang tindakan yang telah dilakukan bidan sekaligus sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi.

2.2 Pengertian Dokumentasi Elektronik


Dokumentasi kebidanan merupakan catatan baik tertulis maupun elektronik yang
menggambarkan layanan kebidanan yang diberikan kepada klien dan dapat digunakan sebagai
bukti bagi tenaga yang berwenang. Perkembangan dan kemajuan dari teknologi informasi dan
komunikasi telah mempengaruhi aktivitas pengelolaan data dan informasi kebidanan sehingga
mempengaruhi perkembangan dalam proses pendokumentasian kebidanan. Dokumentasi
kebidanan yang awalnya melakukan pencatatan dalam format kertas (paper based) dan
dikembangkan menjadi electronic based dengan dukungan teknologi informasi dan system
komputerisasi. Dengan adanya dokumentasi berbasis teknologi informasi ini memberikan

3
keuntungan bagi para bidan, dalam hal waktu pendokumentasian yang lebih singkat keterbacaan
data dan kemudahan akses bila dibandingkan dengan dokumentasi dalam format kertas.
Pengembangan dokumentasi kebidanan berbasis teknologi informasi harus tetap memperhatikan
prinsip kerahasian, data klien komprehensif, akurat, tepat waktu, dan jelas mengidentifikasi
pemberi asuhan sehingga perlu adanya kebijakan dan pedoman yang jelas bagi tenaga bidan
dalam menjalankan system ini.

Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi juga membawa pengaruh di


bidang keperawatan. Peluang penerapan kedua teknologi tersebut menjadi semakin luas
ditunjang dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap pemberian layanan kesehatan dan
keperawatan yang berkualitas sehingga mengharuskan perawat untuk lebih banyak
menyediakan waktu bagi pelaksanaan asuhan keperawatan langsung. Pemanfaatan teknologi
tersebut antara lain digunakan untuk mengembangkan sistem pendokumentasian yang berbasis
teknologi informasi dengan dukungan sistem komputerisasi.

Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di Indonesia saat ini masih bervariasi. Sebagian
besar rumah sakit masih menggunakan sistem pendokumentasian dengan melakukan pencatatan
pada format kertas yang tersedia (paper based), sementara baru sebagian kecil yang sudah mulai
mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan dengan dukungan teknologi informasi
berbasis sistem komputer (electronic based).

2.3 Tujuan Pendokumntasian


Tujuan pendokumentasian adalah untuk memfasilitasi proses komunikasi diantara tim
kesehatan. Melalui dokumentasi, perawat dapat berkomunikasi dengan perawat lain dan tim
kesehatan tentang penilaian terhadap status klien, intervensi keperawatan yang dilakukan dan
hasil dari intervensi (WHO, 1996).

Catatan atau dokumentasi kesehatan elektronik atau EHR (Electronic Health Record) adalah
catatan yang berisi informasi pasien secara umum yang diisi oleh satu atau Informasi yang
tercakup antara lain data demografi pasien, catatan perkembangan, masalah, pengobatan dan
obat-obatan, tandatanda vital, riwayat kesehatan masa lalu, data imunisasi, data laboratorium
dan catatan radiologi. Yang tercantum dalam UU no.11/2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik di jelaskan bahwa dokumen elektronik merupakan informasi elektronik yang di buat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat,ditampilkan, dan didengar melalui computer atau
system elektronik, namun terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau

4
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi yang memiliki makna atau
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

EHR (Electronic Health Record) mempunyai kemampuan menggeneralisasi catatan secara


lengkap tentang keadaan klinik pasien mulai dari baru masuk sampai penatalaksanaan apa yang
sudah dilakukan baik secara langsung dan tidak langsung. EHR didesain untuk
mengkombinasikan data dari beberapa bagian besar seperti farmasi, laboratorium dan radiologi
dengan beberapa komponen perawatan klinik seperti rencana keperawatan, catatan pemberian
obat.(Dan et al.)

Komponen dalam mengintegrasikan data tergantung dari struktur data dan sistem untuk
mengimplementasikannya. Komponen sistem administrasi mulai pada saat registrasi, ijin masuk
perawatan, pindah rawat dan pemulangan merupakan komponen data yang harus masuk dalam
sistem EHR. Informasi vital yang tercakup didalamnya antara lain nama, data demografi,
pekerjaan dan data umum tentang pasien. Komponen sistem laboratorium umumnya mencakup
hasil dari pemeriksaan laboratorium, jadwal, biaya dan informasi administrasi lainnya.

Komponen sistem radiologi tercakup bila pasien melakukan pemeriksaan radiologi yang berisi
permintaan, interpretasi hasil, informasi identifikasi pasien dan hasil aslinya. Komponen sistem
farmasi secara otomatis masuk dalam EHR termasuk dari resep atau formula obat yang
diperlukan pasien. Penerapan EHR saat ini hanya terbatas pada perawatan pasien di rumah sakit
khususnya pada bagian-bagian tertentu seperti administrasi, farmasi, radiologi dan keuangan
yang sudah tersambungkan, sangat jarang sekali yang sudah eksis sampai pada bagian
perawatan pasien padahal pada bagian inilah pasien paling banyak berada. Setelah pasien pulang
data tersebut hanya milik RS yang bersangkakutan, jikapun suatu saat pasien dirawat di RS yang
sama maka kembali data tersebut yang diteruskan sebagai bagian dari riwayat masa lalu namun
jika pasien dirawat di RS lain data tersebut tidak bisa diteruskan itu lah salah kekurangan dari
EHR.

2.4 Teknik Dokumentasi Kebidanan


Teknik dokumentasi kebidanan dibagi menjadi 2, yaitu teknik naratif (narrative progress notes)
dan teknik flowsheet atau checklist. Narrative progress notes merupakan bentuk dokumentasi
tradisional, paling lama digunakan (sejak dokumentasi pelayanan kesehatan dilembagakan) dan
paling fleksibel, Sering disebut sebagai dokumentasi yang berorientasi pada sumber (source
oriented documentation). Pencatatan naratif, adalah catatan harian atau format cerita yang
digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa asuhan kebidanan pada pasien yang terjadi
selama jam divas. Naratif, adalah paragraf sederhana yang menggambarkan status pasien,

5
intervensi dan pengobatan serta respon pasien terhadap intervensi. Sebelum adanya teknik
lembar alur (flowsheet dan checklist), catatan naratif ini adalah satu-satunya teknik yang
digunakan untuk mendokumentasikan pemberian asuhan kebidanan. Teknik yang kedua
yaitu flowsheet atau checklist digunakan untuk mengumpulkan hasil pengkajian data dan
mendokumentasikan implementasi kebidanan. Jika lembar alur ini dipergunakan dengan tepat,
maka akan banyak menghemat waktu bidan untuk mencatat. Pendokumentasian hasil pengkajian
data dan asuhan yang bersifat rutin akan menghabiskan banyak waktu bidan. Data yang bersifat
rutin ini dapat didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan lembar alur. Penting di
sini untuk tidak menulis ulang data di dalam lembar alur ke dalam catatan perkembangan, karena
sama saja hal ini akan mengabaikan tujuan pembuatan lembar alur dan melakukan pekerjaan
yang sia-sia.

2.5 Model Dokumntasi Kebidanan


Model dokumentasi kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu POR, SOR, CBE, kardeks dan computer.
Problem Oriented Record (POR) merupakan model pendokumentasian yang diperkenalkan
oleh Dr. Lawrence Weed at Case Wester Reserve University in Cleveland Introduced pada
tahun 1969, tujuannya adalah memperbaiki dokumentasi perawatan pasien di klinik dengan
memfokuskan semua merupakan model pendokumentasian yang diperkenalkan oleh Dr.
Lawrence Weed at Case Wester Reserve University in Cleveland Introduced pada tahun
1969, tujuannya adalah memperbaiki dokumentasi perawatan pasien di klinik dengan
memfokuskan semua pendokumentasian pada masalah pasien. Model pendokumentasian ini
mengembangkan model pencatatan dan pelaporan yang menekankan pada pasien dan segala
permasalahannya. Secara menyeluruh, model pencatatan dan pelaporan ini dikenal dengan
nama Problem Oriented Medical Record (POMR).

Source Oriented Record adalah catatan pasien yang berorientasi pada sumber, karena setiap
sumber data mempunyai catatan tersendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Sumber data
dalam catatan pasien, antara lain dokter, bidan, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya.
Catatan yang digunakan dalam model ini, umumnya berbentuk naratif dan masih bersifat
tradisional. Karena sifat catatan ini yang terpisah-pisah antara sumber satu dengan sumber
yang lain, maka perkembangan pasien dalam catatan ini menjadi sulit untuk diikuti. Pada
umumnya, catatan model Source Oriented Record ini mempunyai enam bagian. Enam bagian
dalam model dokumentasi SOR adalah: catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar
riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan/kebidanan dan laporan khusus lainnya.

Teknik pendokumentasian sistem Kardex merupakan sistem pendokumentasian pelayanan


kesehatan tradisional yang dipergunakan di berbagai sumber mengenai informasi pasien dan
disusun dalam suatu buku.

6
Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem komputer yang berperan dalam
menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan
pelayanan kebidanan, penelitian clan pendidikan. Secara umum dokumentasi dengan sistem
komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan pada
pasien, meningkatkan pengembangan protokol, meningkatkan penatalaksanaan data dan
komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien

Model dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun 1983 oleh staf
perawat di St. Luke's Hospital di Midwaukee, Wisconsin. Model ini dianggap dapat
mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien menjadi lebih
nyata, menghemat waktu dan mengakomodir adanya informasi terbaru. Model ini dinilai lebih efektif
dan efisien untuk mengurangi adanya duplikasi dan pengulangan dalam memasukkan data.
Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya.

2.3 Dasar Hukum Pemanfaatan Teknologi Informasi Di Bidang Kesehatan


Dari perkembangannya jaman yang sangat pesat dan menyebabkan kemajuan di dalam bidang
teknologi informasi, sehingga teknik pelayangan kesehatan pun sudah semeakin maju. Salah
satu penggunaan teknologi informasi dalam dunia kesehatan yang sering digunakan secara
gelobal adalah rekam medik elektonik atau EHR (Electronic Health Record), yang mulai banyak
di gunakan di kalangan pelayanan kesehatan indonesia termasuk bidan dalam
pendokumentasian asuhan kebidanan.
DPR telah mengesahkan UU Informasi Transaksi Elektronik (ITE) menjadi UU ITE (UU
no.11/2008). Menurut UU no.11/2008, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
Penggunaan teknologi informasi dalam mendokumntasi kebidanan merupakan cara baru untuk
merekam memberikan dan menerima informasi pasien, dengan adanya hal ini memberikan
tantangan bagi para bidan dalam memberikan asuhan trutama berkaitan dengan kerahasiaan dan
informasi pasien. Pendokumentasi dengan adanya dukungan teknologi informasi dan sistem
komputerisasi harus tetap menjaga dan memperhatikan prinsip-prinsip dokumntasi, akses,
penyimpanan, pengambilan dan pengiriman informasi sesuai yang berlaku dalam sistem
pendokumtasian yang berbasis kertas.

Dasar hukum tentang rekam medik yang mengacu pada pasal 46-47 UU no.29/2004 tentang
praktik kedokteran & Permenkes no269/2009 tentang Rekam Medik. Menurut UUPK
No.29/2009 Pasal 46, ayat (1) dan Permenkes No.290/2008 tentang Rekam Medik: Rekam
Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

7
Rekam Medik Elektronik (RME) tidak hanya mengubah bntuk Rekam Medis berbasis kertas
menjadi lembar folmulir elektronik, tetapi semua bentuk media yang digunakan dalam informasi
kesehatan, meliputi riwayat medis, hasil pemeriksaan penatalaksanaan, gambar, dan lain
sebagianya.
UU No.29/2004 sebenarnya diundangkan saat Electronic Health Record (EHR) telah banyak
digunakan namun tidak mengatur mengenai EHR. Sedangkan Permenkes No.269/2008 belum
mengatur mengenai EHR. Tetapi dengan adanya UU ITE. Secara umum penggunaan EHR
sebagai dokumen elektronik telah memiliki dasar hukum.

Pertama dimulai dari pencantuman nama, waktu, tanda tangan petugas yang memberikan
pelayanan kesehatan (pasal 46 (3) UU No. 29/2004), dapat dilakukan secara elektronik, diatur
oleh UU ITE dalam pasal 5-12, tercantum dalam penjelasan pasal 46 (3) UU No.29/2004. UU
ITE juga telah mengatur bahwa dokumen elektronik ( temasuk EHR) sah untuk digunakan
sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.
Kepemilikan dari HER tentap menjadi milik dokter/sarana pelayanan kesehatan seperti yang
tertera dalam pasal 47 (1) UU No.29/2004 bahwa dokumen rekam medik adalahmilik dokter
atau sarana pelayanan kesehatan. sama seperti rekam medik konvensional, EHR sebagai
dokumen elektronik sudah seharusnya disimpan di komputer milik dokter/sarana pelayanan
kesehatan. rekam medik berisi sesuai dengan pasal 47 (1) yang merupakan milik pasien dapat
diberikan salinannya dalam bentuk elektronik atu dicetak untuk diberikan pada pasien.

Aspek kerahasiaan dan keamanan dokumen rekam medikmenjadi kekawatiran banyak pihak
dalam pnggunaan EHR namun sebenarnya telah diatur di UU ITE dalam pasal 16.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan pelayanan
kebidana antara lain sebagai berikut:

1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan praktik
bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Prof esi
Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi dan tata kerja
Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

8
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dokumen elektronik merupakan informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,
yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. DPR telah mengesahkan UU
Informasi Transaksi Elektronik (ITE) menjadi UU ITE (UU no.11/2008). Menurut UU
no.11/2008, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum.

3.2 Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa agar mengerti dan paham tentang pendokumentasi
mengunakan system teknologi informasi dan juga memahami tentang hukum-hukum yang
terkait.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dan, Sikap, et al. Individu Dokumentasi Catatan Kesehatan Elektronik ( Ehr ) Dalam Keperawatan :
Oleh : Ni Luh Putu Ekarini. 2011, pp. 3–6.

Johnson, Maree, et al. “The Nursing and Midwifery Content Audit Tool (NMCAT): A Short Nursing
Documentation Audit Tool.” Journal of Nursing Management, vol. 18, no. 7, 2010, p. 835,
doi:10.1111/j.1365-2834.2010.01156.x.

Metode, Pengaruh, et al. Pengaruh Metode E-Learning Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mata Kuliah Dokumentasi Kebidanan. 2010.

https://sehatsehatiweb.wordpress.com/2017/02/21/makalah-dokumentasi-asuhan-kebidanan-berbasis-
elektronik-sistem-informasi-kesehatan/

11

Anda mungkin juga menyukai