MODUL 9
KONSEP DASAR POLITIK DAN PEMERINTAHAN
KB. 1 KONSEP DASAR POLITIK DAN PEMERINTAHAN
TATA ATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA
1. Indonesia merupakan Negara Hukum
Menurut B.R. Saragih negara hukum ialah negara dimana tindakan pemerint maupun
rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang dari
pihak pemerintah (penguasa) dan tindakan rakyat yang dilakukan menurut kehendaknya
sendiri.
Dalam negara hukum, pemerintah dan rakyat terikat oleh hukum, untuk menegah
agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dan rakyat tidak bertindak menurut
kehendaknya sendiri.
Demikian pula rakyat tidak memiliki kewenangan untuk menghukum sendiri terhadap
orang yang melakukan pelanggaran hukum. Karena yang berwenang menjatuhkan hukuman
adalah hakim di pengadilan.
Seorang atau kelompok orang yang menganiaya atau membunuh pencuri yang
tertangkap basah, akan mendapat sanksi hukuman karena telah bertindak main hakim
sendiri.
Para pendiri negara (the founding fathers) ternyata sudah memikirkan gagasan konsep
negara hukum sebelum kemerdekaan, yang kemudian dirumuskan dengan tegas dalam
Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950.
Beberapa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945, antara lain sebagai berikut.
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat (3)).
2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(pasal 27 ayat (1)).
3. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
(pasal 4 ayat (1)).
Para ahli hukum menggunakan istilah negara hukum yang berbeda-beda. Para ahli hukum eropa
kontinental (antara lain Jerman) menggunakan istilah Rechsstaat, sedangkan di negara Anglo Saxon
(antara lain Inggris) menggunakan istilah The Rule of Law. Istilah Rechsstaat mulai populer di Eropa
sejak Abad XIX; sedangkan istilah The Rule of Law mulai populer dengan terbitnya sebuah buku
Introduction to the study of the law of the constitution yang ditulis A.V. Dicey (1885).
2. Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Menurut Kaelan (2001) Konvensi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi
ketatanegaraan di negara kita , yaitu pidato kenegaraan Presiden RI setiap tanggal 16 Agustus
di depan sidang DPR.
Dalam membahas hierarki peraturan perundang-undangan yang mesti dijadikan rujukan
adalah undang-undang RI No. 10 Tahun 2004 tentang “Pembentukan peraturan perundang-
undangan”. Di negara kita pernah berlaku beberapa produk hukum yang mengatur tata urutan
perundang-udangan, yaitu : Ketetapan MPRS nomor XX/MPRS/1966 mengenai
“Memorandum DPR-GR tentang Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia”. Kemudian, di
era reformasi, MPR telah mengeluarkan produknya yang berupa ketetapan MPR Nomor
III/MPR/2000 tentang “Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan”.
Tata urutan peraturan perundang-undangan yang sekarang berlaku diatur dalam pasal 7
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, seperti dibawah ini.
a. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1) UUD NKRI 1945
2) UU/PERPU
3) Peraturan Pemerintahan
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
b. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :
1) Perda Provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama dengan Gubernur.
2) Perda Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kab/Kota bersama bupati/walikota.
3) Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau
nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
4) Ketentuan mengenai tata cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan yang
setingkat diatur oleh peraturan daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
5) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diakui keberaadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
6) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Tata urutan yang berjenjang tersebut oleh Han Kelsen disebut Stufen theorie atau teori berjenjang.
Grundnorm
G
Norm
Norm
Dalam teori berjenjang, norma yang satu berlaku atas dasar dan bersumber pada norma lain yang
lebih tinggi sehingga norma yang berada di bawah tidak boleh bertentangan dengan norma yang ada
diatasnya, demikian seterusnya keatas sampai pada satu norma yang disebut norma dasar
(Grundnorm).
Nawiasky sebagai murid Hans Kelsen mengembangkan teori berjenjang dengan menyebut Theorie
stufenaufbau de Rechstordnung dengan mengelompokkan 4 norma hukum.
a. Staatfundamental Norm merupakan norma yang tertinggi yang tidak dapat ditelusuri lebih
lanjut sumbernya.
b. Staatsgrundgesetze, yaitu aturan-aturan dasar negara atau aturan-aturan negara yang masih
bersifat pokok, masih bersifat umum dan belum mengandung suatu sanksi, serta merupakan
landasan bagi peraturan perundang-undangan lainnya yaitu berlaku dalam negara itu.
c. Formelle Gesetze, yaitu merupakan undang-undang dalalm arti formal yang sudah ada sanksi
dan pemaksa.
d. Verordnungen & Autonome Satzungen, yaitu peraturan pelaksanaan dan peraturan-peraturan
otonom yang sifatnya delegasian.
3. Undang-Undang Dasar 1945
Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut Miriam Budiardjo
(1981:106-107) Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai kedudukan yang istimewa
dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan :
a. UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan pembentukan UU biasa
b. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur
c. UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan dasar
organisasi kenegaraan suatu bangsa
d. UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara.
4. Undang-undang / Perpu
a. Undang-undang
Undang-undang merupakan peraturan yang dibentuk untuk mengatur lebih lanjut
ketentuan UUD 1945 dan melaksanakan perintah undang-undang lainnya. Lembaga yang
memegang kekuasaan membentuk undang-undang adalah DPR (UUD 1945 Pasal 10 ayat
(1)), namun dalam pasal 5 ayat (1) di tegaskan bahwa Presiden berhak mengajukan
rancangan undang-undang kepada DPR. Dengan demikian memebentuk undang-undang
merupakan kewenangan DPR dan Presiden.
Pasal 8 undang-undang No. 10 Tahun 2004 ditegaskan bahwa materi muatan yang harus
diatur dengan undang-undang berisi hal-hal yang :
1) Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945, yang meliptuti :
a) Hak asasi manusia;
b) Hak dan kewajiban warga negara;
c) Pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan Negara serta pembagian
Kekuasaan Negara;
d) Wilayah negara dan pembagian daerah;
e) Kewarganegraan dan kependudukan;
f) Keuangan negara
2) Diperintahkan oleh suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Adapun kriteria untuk dikeluarkannya Peraturan pemerintah adalah sebagai berikut.
PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya
PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana, jika UU induknya tidak
mencantumkan sanksi pidana
PP tidak dapat meperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya
PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebutkan secara
tegas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU
Tidak ada PP untuk melaksanakan UUD 1945 atau TAP MPR
c. Peraturan Presidens
Peraturan Presiden adaalah peraturan yang dibuat oleh Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Materi muatan
Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang atau materi
untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.
d. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh Pemerintahan daerah (DPRD
bersama pemerintah Daerah) Provinsi atau daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota.
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus
daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ada beberapa prinsip yang biasanya
dijadikan landasan, yaitu sebagai berikut.
1) Dasar peraturan perundang-undangan selalu peraturan perundang-undangan.
2) Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan
yuridis.
3) Peraturan perundang-undangan yang masih berlaku hanya dapat dihapus, dicabut,
atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih
tinggi.
4) Peraturan perundang-undangan baru mengesamping peraturan perundang-undangan
lama (lex posteriori derogat lex priori)
5) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah, misalnya Peraturan Pemerintah (PP) dapat
mengesampingkan Peraturan Menteri, demikian pula undang-undang dapat
mengesampingakn PP.
6) Peraturan Perundang-undangan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang bersifat umum (Lex specialis derogat lex generalis).
7) Setiap jenis peraturan perundang-undangan materinya berbeda.
KB. 3 HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MENURUT UUD 1945 SEBAGAI
WUJUD BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
A. HAK ATAS KEDUDUKAN YANG SAMA DALAM HUKUM DAN PEMERINTAHAN
Hak tersebut diatur dalam Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi : “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu tidak ada kecualinya.”
B. HAK ATAS PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK
Pasal 27 ayat (2) berbunyi : “tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”
C. HAK ATAS KEMERDEKAAN BERSERIKAT DAN BERKUMPUL
Hak ini diatur dalam Pasal 28 yang berbunyi : “ kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang –
undang.”
D. HAK ATAS KEBEBASAN MEMELUK BERAGAMA DAN BERIBADAT
Hak ini diatur dalam Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi : “Negara menjamin yang kemerdekaan
tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing – masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
E. HAK IKUT SERTA DALAM UPAYA PEMBELAAN NEGARA DAM PERTAHANAN
DAN KEAMANAN
Hak ikut serta dalam upaya membela negara diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) yang
berbunyi : “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
F. HAK MENDAPAT PENGAJARAN
Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa : “Tiap – tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran.”
G. HAK DIPELIHARA OLEH NEGARA
Pasal 34 UUD 1945 menegaskan bahwa : “Fakir miskin dan anak – anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.”
Kewajiban-kewajiban warga negara penduduk Indonesia yang secara tegas disebutkan dalam UUD
1945 adalah :
1. Kewajiban Menjunjung Hukum dan Pemerintahan
Dalam Pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung ukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Kewajiban Ikut Serta dalam Upaya Membela Negara
Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UUD 1945, ikut serta dalam upaya pembelaan negara
merupakan kewajiban di samping hak setiap warga negara.
Contoh-contoh penerapan jaminan hukum tersebut, ialah sebagai berikut.
a. Penerapan hak dan kewajiban dalam hukum
b. Penerapan hak dan kewajiban dalam politik
c. Penerapan hak dan kewajiban dalam pendidikan
d. Penerapan hak dan kewajiban atas pekerjaan
e. Penerapan hak dan kewajiban beragama
Secara umum, kewajiban – kewajiban warga negara dapat dibedakan atas :
Kewajiban terhadap Tuhan, misalnya bertakwa kepada Tuhan YME;
Kewajiban terhadap dirinya sendiri, misalnya percaya pada diri sendiri, menjaga kesehatan
badan pribadi, menambah ilmu pengetahuan;
Kewajiban terhadap masyarakat / kampung tempat tinggalnya, misalnya mencintai sesama
manusia, hidup toleransi, gotong royong, menjaga keamanan kampung, membuang sampah
pada tempatnya;
Kewajiban terhadap negara, misalnya mentaati dan menjalankan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, patuh kepada penguasa pemerintah, ikut serta dalam pembelaan
negara, membayar pajak dan iuran lainnya, memupuk rasa persatuan dan kesatuan
berdasarkan Pancasila.
MODUL 1O
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
KB. 1 INFORMASI, PERUBAHAN SIKAP, DAN PERUBAHAN SOSIAL
A. INFORMASI DAN PEMBENTUKAN SIKAP
Informasi merupakan stimulus bagi pembentukan sikap seseorang dalam kehidupannya.
David Krech, Richard S Chrutchfield, dan Egerton L Ballachey (1962) menyatakan bahwa
“Informasi yang diperoleh seseorang atau kelompok dapat membentuk atau menentukan sikap
orang atau kelompoknya, informasi yang menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang
berhubungan dengan sikap – sikap lain.”
Dalam mengubah sikap yang baru seseorang atau kelompok maka informan/pemberi
informasi diharuskan menggunakan informasi yang sinkron dengan sikap sebelumnya.
1. FAKTA OBJEKTIF
Terbentuknya sikap oleh informasi terutama disebabkan karena respons yang
2. SUMBER FAKTA
Menurut para ahli psikologi sosial, sumber fakta dapat diklasifikasikan pada 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.
a. Otoritas sebagai sumber data
b. Penciptaan, penemuan dan distorsi fakta
c. Penampilan dan realita
3. AFILIASI KELOMPOK
Ada beberapa hal yang penting dalam perkembangan sikap seseorang dalam kelompok,
yaitu sebagai berikut.
a. Nilai - nilai kelompok
b. Norma – norma kelompok
c. Pengaruh kelompok terhadap pembentukan sikap
4. SIKAP INDIVIDU MENCERMINKAN KEPRIBADIAN
Pembentukan kepribadian seseorang merupakan usaha yang secara integral dari berbagai
sikap seseorang terhadap agama, suku, sikap politik dan internasionalnya.
a. Sikap keagamaan
b. Sikap sukuisme
c. Sikap politik
d. Sikap internasional
B. PERUBAHAN SIKAP
1. Jenis Perubahan Sikap
2. Kesanggupan berubahnya Sikap
3. Perubahan Sikap Dihasilkan oleh Informasi, Perubahan Afiliasi Kelompok, dan Dorongan
Modifikasi Tingkah Laku
C. PERUBAHAN SOSIAL
1. Makna Perubahan
2. Perubahan Sosial dan Perubahan Sikap
a. Auguste Comte
b. Herbert Spencer
c. Karl Marx
d. Ferdinand Tonnies
3. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
4. Hakikat Perubahan Sosial dan Perubahan Sikap