Anda di halaman 1dari 11

RESUME IPS MODUL 9 &10

MODUL 9
KONSEP DASAR POLITIK DAN PEMERINTAHAN
KB. 1 KONSEP DASAR POLITIK DAN PEMERINTAHAN
TATA ATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA
1. Indonesia merupakan Negara Hukum
Menurut B.R. Saragih negara hukum ialah negara dimana tindakan pemerint maupun
rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang dari
pihak pemerintah (penguasa) dan tindakan rakyat yang dilakukan menurut kehendaknya
sendiri.
Dalam negara hukum, pemerintah dan rakyat terikat oleh hukum, untuk menegah
agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dan rakyat tidak bertindak menurut
kehendaknya sendiri.
Demikian pula rakyat tidak memiliki kewenangan untuk menghukum sendiri terhadap
orang yang melakukan pelanggaran hukum. Karena yang berwenang menjatuhkan hukuman
adalah hakim di pengadilan.
Seorang atau kelompok orang yang menganiaya atau membunuh pencuri yang
tertangkap basah, akan mendapat sanksi hukuman karena telah bertindak main hakim
sendiri.
Para pendiri negara (the founding fathers) ternyata sudah memikirkan gagasan konsep
negara hukum sebelum kemerdekaan, yang kemudian dirumuskan dengan tegas dalam
Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950.
Beberapa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945, antara lain sebagai berikut.
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat (3)).
2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(pasal 27 ayat (1)).
3. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
(pasal 4 ayat (1)).
Para ahli hukum menggunakan istilah negara hukum yang berbeda-beda. Para ahli hukum eropa
kontinental (antara lain Jerman) menggunakan istilah Rechsstaat, sedangkan di negara Anglo Saxon
(antara lain Inggris) menggunakan istilah The Rule of Law. Istilah Rechsstaat mulai populer di Eropa
sejak Abad XIX; sedangkan istilah The Rule of Law mulai populer dengan terbitnya sebuah buku
Introduction to the study of the law of the constitution yang ditulis A.V. Dicey (1885).
2. Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Menurut Kaelan (2001) Konvensi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi
ketatanegaraan di negara kita , yaitu pidato kenegaraan Presiden RI setiap tanggal 16 Agustus
di depan sidang DPR.
Dalam membahas hierarki peraturan perundang-undangan yang mesti dijadikan rujukan
adalah undang-undang RI No. 10 Tahun 2004 tentang “Pembentukan peraturan perundang-
undangan”. Di negara kita pernah berlaku beberapa produk hukum yang mengatur tata urutan
perundang-udangan, yaitu : Ketetapan MPRS nomor XX/MPRS/1966 mengenai
“Memorandum DPR-GR tentang Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia”. Kemudian, di
era reformasi, MPR telah mengeluarkan produknya yang berupa ketetapan MPR Nomor
III/MPR/2000 tentang “Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan”.
Tata urutan peraturan perundang-undangan yang sekarang berlaku diatur dalam pasal 7
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, seperti dibawah ini.
a. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1) UUD NKRI 1945
2) UU/PERPU
3) Peraturan Pemerintahan
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
b. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :
1) Perda Provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama dengan Gubernur.
2) Perda Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kab/Kota bersama bupati/walikota.
3) Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau
nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
4) Ketentuan mengenai tata cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan yang
setingkat diatur oleh peraturan daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
5) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diakui keberaadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
6) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Tata urutan yang berjenjang tersebut oleh Han Kelsen disebut Stufen theorie atau teori berjenjang.

Grundnorm
G
Norm
Norm
Dalam teori berjenjang, norma yang satu berlaku atas dasar dan bersumber pada norma lain yang
lebih tinggi sehingga norma yang berada di bawah tidak boleh bertentangan dengan norma yang ada
diatasnya, demikian seterusnya keatas sampai pada satu norma yang disebut norma dasar
(Grundnorm).
Nawiasky sebagai murid Hans Kelsen mengembangkan teori berjenjang dengan menyebut Theorie
stufenaufbau de Rechstordnung dengan mengelompokkan 4 norma hukum.
a. Staatfundamental Norm merupakan norma yang tertinggi yang tidak dapat ditelusuri lebih
lanjut sumbernya.
b. Staatsgrundgesetze, yaitu aturan-aturan dasar negara atau aturan-aturan negara yang masih
bersifat pokok, masih bersifat umum dan belum mengandung suatu sanksi, serta merupakan
landasan bagi peraturan perundang-undangan lainnya yaitu berlaku dalam negara itu.
c. Formelle Gesetze, yaitu merupakan undang-undang dalalm arti formal yang sudah ada sanksi
dan pemaksa.
d. Verordnungen & Autonome Satzungen, yaitu peraturan pelaksanaan dan peraturan-peraturan
otonom yang sifatnya delegasian.
3. Undang-Undang Dasar 1945
Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut Miriam Budiardjo
(1981:106-107) Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai kedudukan yang istimewa
dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan :
a. UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan pembentukan UU biasa
b. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur
c. UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan dasar
organisasi kenegaraan suatu bangsa
d. UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara.
4. Undang-undang / Perpu
a. Undang-undang
Undang-undang merupakan peraturan yang dibentuk untuk mengatur lebih lanjut
ketentuan UUD 1945 dan melaksanakan perintah undang-undang lainnya. Lembaga yang
memegang kekuasaan membentuk undang-undang adalah DPR (UUD 1945 Pasal 10 ayat
(1)), namun dalam pasal 5 ayat (1) di tegaskan bahwa Presiden berhak mengajukan
rancangan undang-undang kepada DPR. Dengan demikian memebentuk undang-undang
merupakan kewenangan DPR dan Presiden.
Pasal 8 undang-undang No. 10 Tahun 2004 ditegaskan bahwa materi muatan yang harus
diatur dengan undang-undang berisi hal-hal yang :
1) Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945, yang meliptuti :
a) Hak asasi manusia;
b) Hak dan kewajiban warga negara;
c) Pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan Negara serta pembagian
Kekuasaan Negara;
d) Wilayah negara dan pembagian daerah;
e) Kewarganegraan dan kependudukan;
f) Keuangan negara
2) Diperintahkan oleh suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Adapun kriteria untuk dikeluarkannya Peraturan pemerintah adalah sebagai berikut.
 PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya
 PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana, jika UU induknya tidak
mencantumkan sanksi pidana
 PP tidak dapat meperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya
 PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebutkan secara
tegas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU
 Tidak ada PP untuk melaksanakan UUD 1945 atau TAP MPR
c. Peraturan Presidens
Peraturan Presiden adaalah peraturan yang dibuat oleh Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Materi muatan
Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang atau materi
untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.
d. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh Pemerintahan daerah (DPRD
bersama pemerintah Daerah) Provinsi atau daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota.
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus
daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ada beberapa prinsip yang biasanya
dijadikan landasan, yaitu sebagai berikut.
1) Dasar peraturan perundang-undangan selalu peraturan perundang-undangan.
2) Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan
yuridis.
3) Peraturan perundang-undangan yang masih berlaku hanya dapat dihapus, dicabut,
atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih
tinggi.
4) Peraturan perundang-undangan baru mengesamping peraturan perundang-undangan
lama (lex posteriori derogat lex priori)
5) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah, misalnya Peraturan Pemerintah (PP) dapat
mengesampingkan Peraturan Menteri, demikian pula undang-undang dapat
mengesampingakn PP.
6) Peraturan Perundang-undangan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang bersifat umum (Lex specialis derogat lex generalis).
7) Setiap jenis peraturan perundang-undangan materinya berbeda.

KB. 2 PRINSIP – PRINSIP DASAR PEMERINTAHAN


A. PRINSIP-PRNSIP PENYELENGGARAAN NEGARA
Menurut pandangan Jimly Asshidiqie (2006) terdapat sembilan prinsip penyelenggaraan
negara, yaitu :
1. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam paham kedaulatan rakyat dan
sekaligus dalam kedaulatan hukum yang saling berjalin satu sama lain. Keduanya
diwujudkaan dalam pelembagaan sistem demokrasi yang berdasarkan atas hukum dan
prinsip negara hukum yang demokratis (democratische rechsstaat).
2. Prinsip Cita Negara Hukum dan The Rule of Law
Dalam paham negara hukum, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam
penyelenggaraan negara itu adalah hukum itu sendiri selesai dengan prinsip the rule of
law, and not of man, yang sejalan dengan pengertian nomokrasi, yaitu kekuasaan yang
dijalankan oleh hukum. Dalam negara hukum yang demokratis, hukum tidak boleh
dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditetapkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan
belaka (Machtsstaat), tetapi hukum harus dibuat dengan memperhatikan dan
mendasarkan pada demokrasi, yaitu aspirasi dan kepentingan rakyat.
3. Prinisp Paham Kedaulatan Rakyat
Selain menganut paham negara hukum, negara kita juga menganut paham kedaulatan
rakyat atau demokrasi, yaitu demokrasi Pancasila. Pemilik kekuasaan tertinggi yang
sesungguhnya dalam negara adalah rakyat sehingga kekuasaan negara hendaknya
diselenggarakan bersama – sama dengan rakyat.
4. Prinsip Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan
Demokrasi perwakilan dijalankan lembaga perwakilan rakyat, yaitu DPR, DPD, dan
DPRD di Provinsi atau Kabupaten/Kota untuk mewakili rakyat dalam melaksanakan
fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan fungsi anggaran, serta menjalankan kewenangan
lain yang berkaitan atau menyangkut kepentingan rakyat yang diwakilinya
5. Prinsip Pemisahan Kekuasaan dengan sistem Check and Balances
Menurut UUD 1945, kedaulatan rakyat itu dibagikan secara horizontal dengan cara
memisahkannya (separation of power) menjadi kekuasaaan – kekuasaan yang dijalankan
lembaga – lembaga negara yang sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain
berdasarkan prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balancess).
6. Prinsip Sistem Pemerintahan Presidensial
Dalam sistem ini presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi bertanggung
jawab langsung kepada rakyat yang memilihnya. Salah satu keuntungan sistem
presidensial ini adalah lebih menjamin stabilitas pemerintahan.
Jimly Asshidiqie menjelaskan mengenai sistem presidensial yang dilaksanakan di negara
kita, yaitu sebagai berikut.
Pertama, dalam sistem pemerintahan presidensial ini presiden dan wakil Presiden
merupakan satu intuisi penyelenggaraan kekuasaan eksekutif negara tertinggi dibawah
UUD. Kedua, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dan
karena itu secara politik tidak bertanggung jawab kepada MPR atau parlemen melainkan
bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang memilihnya. Ketiga, Presiden dan/atau
Wakil Presiden dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum apabila
melakukan pelanggaran hukum dan konstitusi. Keempat, dalam hal terjadi kekosongan
dalam jabatan Presiden atau Wakil Presiden pengisiannya dapat dilakukan melalui
pemilihan dalam sidang MPR. Kelima, para menteri merupakan pembantu Presiden dan
Wakil Presiden. Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, dan karena itu
bertanggung jawab kepada Presiden bukan kepada parlemen. Keenam, masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden dibatasi hanya lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
7. Prinsip Persatuan dan Keragaman
Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan negara persatuan dalam arti sebagai
negara yang warga negaranya erat bersatu, yang mengatasi segala paham perseorangan
atau golongan, yang menjamin persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
tanpa kecuali.
8. Prinsip Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi Pasar Sosial
Paham demokrasi ekonomi dan ekonomi pasar sosial di negara kita tercermin dalam BAB
XIV yang meliputi Pasal 33 dan 34 UUD 1945 tentang perekonomian nasional dan
kesejahteraan sosial
9. Prinsip Cita Masyarakat Madani
Prinsip Cita masyarakat madani atau civil society yang berkembang menjelang
berakhirnya abad ke-20 membawa misi pemberdayaan masyarakat.
B. KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Lembaga-lembaga negara yang memiliki kewenangan yang diatur dalam UUD 1945,
diantaranya ialah sebagai berikut.
1. Kedudukan dan Wewenang MPR
Sebelum perubahan UUD 1945 MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara dan
sebagai pelaksana kedaulatan rakyat sepenuhnya. Namun, setelah perubahan UUD 1945
MPR merupakan lembaga negara yang sejajar dengan lembaga-lembaga negara lainnya,
seperti Presiden, DPR, MK, MA, DPD, dan BPK.
Adapun kewenangan MPR sebagaimana diatur dalam UUD 1945, yaitu :
a. Menambah dan menetapkan UUD (Pasal 3 ayat (1));
b. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden (Pasal 3 ayat (2))
c. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD (Pasal 3 ayat (3));
d. Memilih Wakil Presiden dan dua calon yang diusulkan oleh Presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya (Pasal 8 ayat
(2));
e. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya dari dua pasangan calon Presiden dan calon
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa
jabatannya (Pasal 8 ayat (3)).
2. Kedudukan, Fungsi, dan Wewenang DPR
Sebagai lembaga negara yang merupakan perwakilan (representation) dari rakyat, DPR
memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan (control) jalannya pemerintahan
negara. Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945, DPR memiliki kewenangan, antara lain
:
a. Membentuk undang – undang;
b. Membahas setiap RULE bersama Presiden untuk mendapat persetujuan bersama;
c. Membahas dan memberikan peretujuan terhadap peraturan pemerintah pengganti
undang – undang yang telah dikeluarkan Presiden;
d. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu;
e. Memperhatikan pertiimbangan DPD atas rancangan undang – undang APBN dan
rancangan yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
f. Menetakan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
g. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan
DPD, yang kemudian diresmikan oleh Presiden;
h. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian
anggota Komisi Yudisial;
i. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim agung;
j. Mengajukan tiga orang calon anggota hakim konstitusi kepada Presiden untuk
ditetapkan;
k. Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima
penempata duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pembberian
amnesti dan abolisi;
l. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain, serta membual perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau pembentukan undang-undang.
3. Kedudukan, Fungsi, dan Wewenang DPD
Keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan, antara lain dimaksudkan untuk :
a. Memperkuat ikatan daerah – daerah dalam wadah ngara Kesatuan Republik Indonesia
dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah;
b. Meningkatkan agresi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah – daerah dalam
perumusan kebijakan nasional berkaitan dengna negara dan daerah;
c. Mendorong percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah secara serasi
dan seimbang (Setjen MPR, 2405).
Dilihat lingkupnya, tentu saja fungsi DPD berbeda dengan DPR karena DPD merupakan
perwakilan dari tiap daerah (provinsi), sedangkan DPR merupakan perwakilan dari partai-
partai politik yang bersifat yang bersifat nasional. Oleh karena itu, DPD memiliki fungsi
yang terbatas di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan.
Kewenangan DPD sebagaimana diatur UUD 1945 diantaranya;
a. Dapat mengajukan RUU kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah; pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
daerah (Pasal 22D ayat (1));
b. Ikut membahas RUU yang bekaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan pemekaran, dan penggabungan daerah pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada DPR
atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak pendidikan dan
agama (Pasal 22D ayat (2));
c. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN. (Pasal 23 ayat
(2));
d. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan
Pemeriksa Keuangan (Pasal 23F ayat (1)).
4. Kedudukan dan Wewenang Presiden
Kedudukan Presiden adalah sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan (pasal 4 ayat (1))
atau lembaga eksekutif mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan pemerintah
(pouvoir reglement). Kewenangan Presiden bukan hanya dalam bidang eksekutif, tetapi
juga memiliki kewenangan tertentu dalam bidang legislatif dan yudikatif. Menurut UUD
1945 Presiden memiliki wewenang diantaranya :
a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 14 ayat (1));
b. Mengaitkan rancangan undang – undang ke-DPR (Pasal 5 ayat (1));
c. Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang - undang sebagaimana
mestinya (Pasal 5 ayat (2))
d. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara (Pasal 10)
e. Dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
internasional dengan negara lain (Pasal 11 ayat (1));
f. Presiden dapat menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
g. Presiden mengangkat data dan konsul serta menerima data dari negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat (1,2,3));
h. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA
(Pasal 14 ayat (1));
i. Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(Pasal 14 ayat (2));
j. Membrikan gelar, tanda jasa, dan lain – lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang – undang, (Pasal 15);
k. Mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama DPR menjadi UU (Pasal 20 ayat
(5)).
5. Kedudukan dan Wewenang Lembaga Yudikatif
Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman (yudikatif) adalah Mahkamah
Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK). Mahkamah Agung memiliki kedudukan
sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman bersama – sama dengan MK. MA memiliki
kewenangan mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang – undangan
dibawah undang – undang terhadap undang – undang; dan memiliki wewenang kainnya
yang diberikan undang – undang (UUD 1945 Pasal 24A ayat (1)).
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 24C ayat (1), MK memiliki kewenangan mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk :
a. Menguji undang – undang terhadap Undang – Undang Dasar;
b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang – undanh dasar;
c. Memutuskan pembubaran partai politik;
d. Memutus perselisihan hasil pemilu.
6. Kedudukan dan Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan
BPK berkedudukan sebagai lembaga negara yang berfungsi memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang bebas dan mandiri. Adapun wewenang BPK
menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.
a. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Pasal 23E ayat 1);
b. Menyerahkan hasil pemeriksaan keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD
sesuai dengan kewenangannya (Pasal 23E ayat 2).
C. KONSEP DAERAH OTONOM
1. Kebijakan Pemberian Otonomi Daerah
Prinsip otonomi yang nyata memiliki makna bahwa untuk menangani urusan
pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan
potensi dan kekhasan daerah. Hal ini mengandung arti bahwa isi dan jenis otonomi bagi
setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Sedangkan prinsip bertanggung
jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan
tujuan dan maksud pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memperdayakan daerah
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dan tujuan
nasional.
2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
a. Asas Otonomi (Desentralisasi)
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara
kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004).
b. Asas tugas pembantuan
Dalam Pasal 1 ayat (9) Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut ditegaskan
bahwa Tugas Pembantuan adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.
3. Pembentukan Daerah
Perlu diingat bahwa pembentukan suatu daerah memerlukan perjuangan, waktu, dan
persyarata tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembentukan daerah meliputi
persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

KB. 3 HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MENURUT UUD 1945 SEBAGAI
WUJUD BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
A. HAK ATAS KEDUDUKAN YANG SAMA DALAM HUKUM DAN PEMERINTAHAN
Hak tersebut diatur dalam Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi : “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu tidak ada kecualinya.”
B. HAK ATAS PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK
Pasal 27 ayat (2) berbunyi : “tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”
C. HAK ATAS KEMERDEKAAN BERSERIKAT DAN BERKUMPUL
Hak ini diatur dalam Pasal 28 yang berbunyi : “ kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang –
undang.”
D. HAK ATAS KEBEBASAN MEMELUK BERAGAMA DAN BERIBADAT
Hak ini diatur dalam Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi : “Negara menjamin yang kemerdekaan
tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing – masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
E. HAK IKUT SERTA DALAM UPAYA PEMBELAAN NEGARA DAM PERTAHANAN
DAN KEAMANAN
Hak ikut serta dalam upaya membela negara diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) yang
berbunyi : “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
F. HAK MENDAPAT PENGAJARAN
Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa : “Tiap – tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran.”
G. HAK DIPELIHARA OLEH NEGARA
Pasal 34 UUD 1945 menegaskan bahwa : “Fakir miskin dan anak – anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.”
Kewajiban-kewajiban warga negara penduduk Indonesia yang secara tegas disebutkan dalam UUD
1945 adalah :
1. Kewajiban Menjunjung Hukum dan Pemerintahan
Dalam Pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung ukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Kewajiban Ikut Serta dalam Upaya Membela Negara
Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UUD 1945, ikut serta dalam upaya pembelaan negara
merupakan kewajiban di samping hak setiap warga negara.
Contoh-contoh penerapan jaminan hukum tersebut, ialah sebagai berikut.
a. Penerapan hak dan kewajiban dalam hukum
b. Penerapan hak dan kewajiban dalam politik
c. Penerapan hak dan kewajiban dalam pendidikan
d. Penerapan hak dan kewajiban atas pekerjaan
e. Penerapan hak dan kewajiban beragama
Secara umum, kewajiban – kewajiban warga negara dapat dibedakan atas :
 Kewajiban terhadap Tuhan, misalnya bertakwa kepada Tuhan YME;
 Kewajiban terhadap dirinya sendiri, misalnya percaya pada diri sendiri, menjaga kesehatan
badan pribadi, menambah ilmu pengetahuan;
 Kewajiban terhadap masyarakat / kampung tempat tinggalnya, misalnya mencintai sesama
manusia, hidup toleransi, gotong royong, menjaga keamanan kampung, membuang sampah
pada tempatnya;
 Kewajiban terhadap negara, misalnya mentaati dan menjalankan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, patuh kepada penguasa pemerintah, ikut serta dalam pembelaan
negara, membayar pajak dan iuran lainnya, memupuk rasa persatuan dan kesatuan
berdasarkan Pancasila.

MODUL 1O
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
KB. 1 INFORMASI, PERUBAHAN SIKAP, DAN PERUBAHAN SOSIAL
A. INFORMASI DAN PEMBENTUKAN SIKAP
Informasi merupakan stimulus bagi pembentukan sikap seseorang dalam kehidupannya.
David Krech, Richard S Chrutchfield, dan Egerton L Ballachey (1962) menyatakan bahwa
“Informasi yang diperoleh seseorang atau kelompok dapat membentuk atau menentukan sikap
orang atau kelompoknya, informasi yang menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang
berhubungan dengan sikap – sikap lain.”
Dalam mengubah sikap yang baru seseorang atau kelompok maka informan/pemberi
informasi diharuskan menggunakan informasi yang sinkron dengan sikap sebelumnya.
1. FAKTA OBJEKTIF
Terbentuknya sikap oleh informasi terutama disebabkan karena respons yang
2. SUMBER FAKTA
Menurut para ahli psikologi sosial, sumber fakta dapat diklasifikasikan pada 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.
a. Otoritas sebagai sumber data
b. Penciptaan, penemuan dan distorsi fakta
c. Penampilan dan realita
3. AFILIASI KELOMPOK
Ada beberapa hal yang penting dalam perkembangan sikap seseorang dalam kelompok,
yaitu sebagai berikut.
a. Nilai - nilai kelompok
b. Norma – norma kelompok
c. Pengaruh kelompok terhadap pembentukan sikap
4. SIKAP INDIVIDU MENCERMINKAN KEPRIBADIAN
Pembentukan kepribadian seseorang merupakan usaha yang secara integral dari berbagai
sikap seseorang terhadap agama, suku, sikap politik dan internasionalnya.
a. Sikap keagamaan
b. Sikap sukuisme
c. Sikap politik
d. Sikap internasional
B. PERUBAHAN SIKAP
1. Jenis Perubahan Sikap
2. Kesanggupan berubahnya Sikap
3. Perubahan Sikap Dihasilkan oleh Informasi, Perubahan Afiliasi Kelompok, dan Dorongan
Modifikasi Tingkah Laku
C. PERUBAHAN SOSIAL
1. Makna Perubahan
2. Perubahan Sosial dan Perubahan Sikap
a. Auguste Comte
b. Herbert Spencer
c. Karl Marx
d. Ferdinand Tonnies
3. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
4. Hakikat Perubahan Sosial dan Perubahan Sikap

KB. 2 KONTROL SOSIAL


A. PENGERTIAN KONTROL SOSIAL
B. SUMBER KONTROL SOSIAL
1. Sosialisasi
2. Group Pressure
3. Social Sanction
C. BENTUK KONTROL SOSIAL
1. Crowd
2. Media Massa
a. Rumor
b. Public Opinion (pendapat umum)
c. Pemerintah / pejabat yang berwenang
d. Organisasi sosial dan Politik
Partisipasi sosial yang dilakukan masyarakat dalam pelaksanaan kebijiakan publik oleh pemerintah
atau organisasi politik, dapat terwujud dalam berbagai aspek kegiatan, mulai dari perumusan
perencanaan program, pelaksanaan program, dan penilaian atau pelaporan. Demikian juga bentuk
pastisipasi warga terhadap kegiatan itu bisa berbentuk pemikiran, pandangan, saran/pendapat, tenaga,
dan materi (uang).
1. Partisipasi dalam Perencanaan Program
2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Program
3. Partisipasi dalam Pengawasan Program

Anda mungkin juga menyukai