Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASKEP TUMOR OTAK

Dosen pengampu : Ns. Widyaningsih, MAN


Mata kuliah : keperawatan Medikal Bedah III

Disusun oleh :

1. Nike Susilowati (1903040)


2. Rizkyani Awalina P (1903052)
3. Sandra Yustiana P (1903054)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG 2021/2022
DAFTAR ISI
E. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................................9
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................................................10
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupaun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak (Sylvia.A.
1995:1030). Tumor otak dapat disebabkan oleh bebrapa faktor yaitu herediter, sisa sisa
sel embrional, radiasi, virus, subtansi-subtansi karsiogenik. Tumor otak menyebaban
gangguan neurologis progesif. Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya
gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi
bila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invansi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Tumor otak merupakan penyebabkan kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang
terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selama periode 2009-2013 terdapat 173 kasus. Dari
173 kasus secara keseluruhan diketahui bahwa wanita lebih banyak terkena tumor otak
dibanding pria dengan perbandingan 1,8:1. Selain itu diketahui bahwa meningioma
merupakan tumor terbanyak dengan 100 kasus dari 173 kasus (57,8%) diikiti oleh
astrositoma dengan 50 kasus (28,9%) dengan lokasi tumor otak terbanyak pada frontal
(30,1%).

Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan antiedma otak
tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang meliputi radioterapi,
kemoterapi dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan untuk menghancuran tumor dengan
dosis yang masih dapat diteleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Kemoterapi
digunakan untuk tumor astrositoma, glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta
variannya. Imunoterapi digunakan jika terdapat gangguan fungsi imunologi tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tumor otak?
2. Apa klasifikasi dari tumor otak?
3. Apa etiologi dari tumor otak?
4. Apa patofisiologi Tumor otak ?
5. Apa Manifestasi Klinis Tumor Otak?
6. Apa pemeriksaan diagnostik Tumor Otak ?
7. Apa konsep Asuhan Keperawatan Tumor Otak?
C. Tujuan
1. Dapat Mengetahui pengertian dari tumor otak?
2. Dapat Mengetahui Apa klasifikasi dari tumor otak?
3. Dapat Mengetahui Apa etiologi dari tumor otak?
4. Dapat Mengetahui Apa patofisiologi Tumor otak ?
5. Dapat Mengetahui Apa Manifestasi Klinis Tumor Otak?
6. Dapat Mengetahui Apa pemeriksaan diagnostik Tumor Otak ?
7. Dapat Mengetahui Apa konsep Asuhan Keperawatan Tumor Otak?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tumor Otak
Tumor otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor yang
berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa tumor
otak lainnya

B. Klasifikasi Tumor Otak


Berdasarkan jenis tumor :
a. Jinak
1. Acoustic neuroma
2. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan
sekitarnya tetapi menekan struktur yang berbeda di bawahnya. Pasien usia tua
sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini
sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop
radioaktif saat dilakukan CT scan otak.
b. Malignant
1. Astrocytoma (grade 2,3,4)
2. Oligodendrogliom
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secaraklinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi
bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada
manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3. Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim
yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat
terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering erjadi pada anak-
anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan
letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.

C. Etiologi Tumor Otak


Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu di tinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pola
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familia yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat neoplasma.
b. Sisa-sisa sel embrional
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya. Perembangan abnormal itu dapat terdaji pola
kraniofaringioma teratomaintrakarinal dan kodoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma perah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Subtansi-subtansi karsinogenik
Penyelidikan tentang subtansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada subtansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma kepala

D. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan progesif. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya
dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan
fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakarinal.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi
langusng pada parenkin otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumna
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan itak. Bebrapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal.

E. Manifestasi Klinis
Tumor otak menyebabkan manifestasi klinis terbesar disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang
mengganggu bagian spesifik dari otak.
Gejala yang umumnya timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial adalah sakit
kepala, muntah dan papiledena. Nyeri kepala barangkali nyeri kepala merupakan gejala
yang paling sering dijumpai pada penderita otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat
dalam, terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
pada waktu pagi hari dan menjadi lebih berat oleh aktivitas yang biasanya dapat
meningkatkan tekanan intacranial seperti membungkuk, batu, atau mengejan sewaktu
buang air besar (bab).

Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan
pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intracranial. Struktur ini termasuk arteri,
vena, sinus-sinus vena dan saraf otak. Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pada
pusat muntah pada medulla oblongata akibat terjadinya peningkatan TIK. Muntah dapat
terjadi tanpa didahuluhi mual dan dapat proyektil. Papiledema disebabkanoleh statis vena
yang menimbulkan pembengkakan papiladaraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, hal ini mengisyaratkan peningkatan TIK. Menyertai papiladema dapat terjadi
gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik mata dan amaurosis fugaks( saat
dimana penglihatan berkurang)gejala terlokalisasi tanda dan gejala lain dari tumor otak
cenderung mempunyai nilai lokasi dimanatumor tersebut yang dapat mengganggu
fungsidari bagian-bagian tersebut.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukna gejala yang progesif atau tanda-tanda penyakit otak
yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran modul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor danjuga marker tumor. Terapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan masa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dan proses-proses infeksi.
4. Biopis stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Anginografi serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevalusai lobus temporal pada waktu kejang

G. Penatalaksanaan
Faktor-faktor prognostik sebagai pertimbangan penaalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran tumor
4. Lokasi tumor
5. Jenis tumor
Penatalaksanaan tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan
penghilangan atau mengurangi simtomalogi serius. Pendekatan terapeutik ini mencakup
radiasi, yang menjadi dasar pengobatan, pembedahan(biasanya pada metastase
intracranial tunggal).kemoterapi
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksanaanya :
1. Surgery
2. Radiotherapy
Radiotherapy merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
3. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat digunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau
dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor
pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini
diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang
singkat, diikiti waktu istirahat dan pemulihan.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor
kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran.

i. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per
system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing),
B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : normal
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : irregular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat
e. Nadi : Bradikardi
f. Tekanana darah Meningkat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
e. Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau
berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6


tergantung responnya yaitu :

Eye (respon membuka mata)

(4) : Spontan

(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)

(1) : Tidak ada respon


Verbal (respon verbal)

(5) : Orientasi baik

(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi


tempat dan waktu.

(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : Suara tanpa arti (mengerang)

(1) : Tidak ada respon

Motor (respon motorik)

(6) : Mengikuti perintah

(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)

(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus


saat diberi rangsang nyeri)

(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : Tidak ada respon

4. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada
ekspresi atau interpretasi.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan
traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi

C. Intervensi
i. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan
arteri rata-rata 80-100mmHg
b. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
c. Orientasi pasien baik
d. RR 16-20x/menit
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi

Intervensi Rasional

1. Monitor secara berkala tanda dan


gejala peningkatan TIK
- Kaji perubahan tingkat kesadaran,
orientasi, memori, periksa nilai GCS - Mengetahui fungsi retikuler aktivasi
sistem dalam batang otak, tingkat
kesadaran memberikan gambaran
adanya perubahan TIK
- Kaji tanda vital dan bandingkan - Mengetahui keadaan umum pasien,
dengan keadaan sebelumnya karena pada stadium awal tanda vital
tidak berkolerasi langsung dengan
kemunduran status neurologi
- Respon pupil dapat melihat keutuhan
- Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola fungsi batang otak dan pons
pernapasan, ukuran dan reaksi pupil,
pergerakan otot
- Kaji adanya nyeri kepala, mual, - Merupakan tanda peningkatan TIK
muntah, papila edema, diplopia kejang

2. Ukur, cegah, dan turunkan TIK


- Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala 15-300, - Peninggian bagian kepala akan
hindari posisi telungkup atau fleksi mempercepat aliran darah balik dari
tungkai secara berlebihan otak, posisi fleksi tungkai akan
meninggikan tekanan intraabomen
atau intratorakal yang akan
mempengaruhi aliran darah balik dari
- Monitor analisa gas darah, otak
pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, - Menurunnya CO2 menyebabkan
PaO2 >80mmHg vasokonstriksi pembuluh darah
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen

3. Hindari faktor yang dapat


meningkatkan TIK
- Istirahatkan pasien, hindari
tindakan keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien - Memenuhi kebutuhan oksigen
- Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.

- Keadaan istirahat mengurangi


kebutuhan oksigen
- Mengurangi peningkatan TIK

ii. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan medula oblongata.


Tujuan :

Kriteria Hasil :

iii. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.


Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
b. Klien tidak merasa kesakitan.

Intervensi Rasional

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, 1. Nyeri merupakan pengalaman


karakteristik, lokasi, lamanya, faktor subjektif dan harus dijelaskan oleh
yang memperburuk dan meredakan. pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi yang cocok
dan untuk mengevaluasi keefektifan
dari terapi yang diberikan.
2. Pengenalan segera meningkatkan
intervensi dini dan dapat mengurangi
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk beratnya serangan.
melaporkan nyeri dengan segera jika 3. Meningkatkan rasa nyaman dengan
nyeri timbul. menurunkan vasodilatasi.
3. Berikan kompres dingin pada 4. Akan melancarkan peredaran darah,
kepala. dan dapat mengalihkan perhatian
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan nyerinya ke hal-hal yang
metode distraksi menyenangkan
5. Analgesik memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri berkurang
6. Merupakan indikator/derajat nyeri
yang tidak langsung yang dialami.
5. Kolaborasi analgesic

6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri


non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan
tanda vital.

iv. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual

Kriteria hasil :

a. Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang menyebabkan vertigo


b. Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-
tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
c. Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di
otak yang tiba-tiba.
d. Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.

Intervensi Rasional

1. Kaji tekanan darah 1. Untuk mengetahui pasien


pasien saat pasien mengadakan mengakami hipotensi ortostatik
perubahan posisi tubuh. ataukah tidak.
2. Untuk menambah pengetahuan klien
tentang hipotensi ortostatik.
2. Diskusikan dengan
klien tentang fisiologi hipotensi
ortostatik. 3. Melatih kemampuan klien dan
memberikan rasa nyaman ketika
mengalami hipotensi ortostatik.
3. Ajarkan teknik-
teknik untuk mengurangi hipotensi
ortostatik
v. Kerusakan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau intepretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan
menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain
dengan cara yang dapat di terima.

Kriteria Hasil :

a. Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.


b. Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
c. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat

Intervensi Rasional

1. Perhatikan kesalahan dalam 1. Pasien mungkin


komunikasi dan berikan umpan balik. kehilangan kemampuan untuk
memantau ucapan yang keluar dan
tidak menyadari bahwa komunikasi
yang diucapkannya tidak nyata.

2. Menilai kemampuan

2. Minta pasien untuk menulis nama menulis dan kekurangan dalam

atau kalimat yang pendek. Jika tidak membaca yang benar yang juga

dapat menulis, mintalah pasien untuk merupakan bagian dari afasia sensorik

membaca kalimat yang pendek. dan afasia motorik.

3. Berika metode komunikasi 3. Memberikan

alternative, seperti menulis di papan komunikasi tentang kebutuhan

tulis, gambar. Berikan petunjuk visual berdasarkan keadaan/ deficit yang

(gerakan tangan, gambar-gambar, mendasarinya.

daftar kebutuhan, demonstrasi).


4. Katakan secara langsung dengan
pasien, bicara perlahan, dan dengan
tenang. Gunakan pertanyaan terbuka
dengan jawaban “ya/tidak” selanjutnya 4. Menurunkan

kembangkan pada pertanyaan yang kebingungan/ansietas selama proses

lebih komplek sesuai dengan respon komunikasi dan berespons pada

pasien. informasi yang lebih banyak pada satu


waktu tertentu.

vi. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori
dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan : Pasien mampu menetapkan dan menguji realitas serta
menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.

Kriteria hasil :

a. Pasien dapat mengenali kerusakan sensori


b. Pasien dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat mengkompensasi kekurangan
c. Pasien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan sensori dan potensial
terhadap penyimpangan.

Intervensi Rasional

1. Bantu pasien 1. Dapat membantu menurunkan ansietas


mengenali dan mengkompensasi tentang ketidaktahuan dan mencegah
perubahan sensasi. cedera.
2. Menyentuh menyampaikan perhatian
dan memenuhi kenutuhan fisiologis
2. Berikan rangsang
dan psikologis normal.
taktil, sentuh pasien pada area dengan
sensori utuh, missal : bahu, wajah,
kepala. 3. Menurunkan kelebihan beban sensori,
meningkatkan orientasi dan
kemampuan koping, dan membantu
3. Berikan tidur tanpa
dalam menciptakan kembali pola tidur
gangguan dan periode istirahat.
alamiah.
4. Indikasi kerusakan traktus sensori dan
stress psikologis, memerlukan
pengkajian dan intervensi lebih lanjut.

4. Pertahankan adanya
respons emosional berlebihan,
perubahan proses berpikir, misal :
disorientasi, berpikir kacau.

vii. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :
a. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
b. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
c. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah
d. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah

Intervensi Rasional

1. Kaji tanda dan gejala kekurangan 1. Menentukan adanya


nutrisi: penurunan berat badan, tanda- kekurangan nutrisi pasien
tanda anemia, tanda vital
2. Monitor intake nutrisi pasien

2. Salah satu efek


kemoterapi dan radioterapi adalah tidak
nafsu makan
3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
3. Mengurangi mual
dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
4. Timbang berat badan 3 hari sekali

4. Berat badan salah


satu indikator kebutuhan nutrisi.
5. Monitor hasil laboratorium: Hb,
albumin
5. Menentukan status
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
nutrisi
antiemetik

6. Mengurangi mual
dan muntah untuk meningkatkan intake
makanan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc
atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron.
Metabolisme otak digunakan kira-kira 18%dari total konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat
otak hanya 2,5% dari berat badan sluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling
banyak menerima darah dari jantung yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke
seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001)

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Penyebab tumor hingga saat ini belum diketahui, tetapi sekarang telah diadakan
penelitian mengenai herediter, sisa0sisa embrional, radiasi, virus, subtansi-subtansi zat
karsinogenik, traumakepala. Penatalksannanya pasien dengan tumor otak dapat dilakukan
pembedahan,kemoterapi, dan radioterapi.

B. Saran
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara holistik
didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Baughman,Diace C dan Joann C . Hackley.2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Price,Sylvia A dan Lorrane M, Wilson.2006. patofisiologi Konsep Klins Proses Proses Penyakit
Vol 2. Jakarta : EGC
Judh,Mohamad.2011.Sistem Persarafan dalam asuhan keperawatan. Yogyakarta : Gosyen
Publishing

Anda mungkin juga menyukai