Anda di halaman 1dari 29

BAB V

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA

1. Perhitungan Beban Yang bekerja


A. Beban Kerja Pelat Atap
1. Beban mati
 Plat atap (t= 120 mm) = (120 : 1000) x 23,54 = 2,82 kN/m2
 Plafond + Rangka hollow : = 0,11 kN/m2
Mati total atap 2,93 kN/m2
2. Beban hidup
Peruntukan bangunan untuk Rumah Sakit maka beban hidup diambil :
 250.9,81 
 
LL = 250 kg/m2 =  1000  = 2,45 kN/m2

B. Beban Kerja Pelat Lantai


1. Beban mati
 Plat lantai ( t= 120 mm) = (120 : 1000) x 23,54 = 2,82 kN/m2
 Urugan pasir (t= 3 cm) = (3: 100) x 17,66 = 0,53 kN/m2
 Adukan (t=3cm) = 3 x 0,21 = 0,63 kN/m2
 Keramik (t=1cm) = 1 x 0,24 = 0,24 kN/m2
 Plafond + Rangka hollow = 0,11kN/m2
Mati total lantai 4,33 kN/m2
2. Beban hidup
Peruntukan bangunan untuk Rumah Sakit maka beban hidup diambil :
100.9,81 
 
LL = 100 kg/m2 =  1000  = 0,98 kN/m2
37

C. Perhitungan Berat Bangunan Keseluruhan


a. Berat Lantai 3 (Atap)
- Beban Mati
Lantai = 13,30 x 23,40 x 2,93 = 911,875 kN
Balok Induk
Sumbu x = 0,20 x (0,3-0,12) x 13,30 x 4 x 23,54 = 45,084 kN
Sumbu y = 0,30 x (0,4-0,12) x 16,70 x 4 x 23,54 = 132,088 kN
Balok Anak = 0,20 x (0,3-0,12) x 13,30 x 2 x 23,54 = 22,542 kN
Kolom = 0,40 x 0,40 x 1,95 x 16 x 23,54 = 117,512 kN
Beban Mati Total Lantai 3, WD3 = 1229,101 kN
- Beban Hidup

Koefisien Reduksi Beban Hidup = 0,75 (table 4 PPIUG 1989)


38

Beban Hidup Lantai 3,WL3 = 0,75 x 13,30 x 16,70 x 0,98 = 163,251 kN


- Beban Total
Beban Lantai 3, W3 = 1229,101 + 163,251 = 1392,352 kN
b. Berat Lantai 2
- Beban Mati
Lantai = 13,30 x 23,40 x 2,93 = 911,875 kN
Balok Induk
Sumbu x = 0,20 x (0,3-0,12) x 13,30 x 4 x 23,54 = 45,084 kN
Sumbu y = 0,30 x (0,4-0,12) x 16,70 x 4 x 23,54 = 132,088 kN
Balok Anak = 0,20 x (0,3-0,12) x 13,30 x 2 x 23,54 = 22,542 kN
Kolom = 0,40 x 0,40 x 3,9 x 16 x 23,54 = 235,023 kN
Dinding
Sumbu x = 13,30 x (3,9-0,60) x 2 x 0,98 = 86,024 kN
Sumbu y = 16,70 x (3,9-0,60) x 2 x 0,98 = 117,835 kN
Beban Mati Total Lantai 2, WD2 = 1550,471 kN
39

- Beban Hidup

Koefesien Reduksi Beban Hidup = 0,75 (table 4 PPIUG 1989)


Beban Hidup Lantai 2, WL2 = 0,75 x 13,30 x 16,70 x 2,45 = 408,127
kN
- Beban Total
Beban Lantai 2, W2 = 1550,471 + 408,127 = 1958,598 kN
40

c. Berat Lantai 1
- Beban Mati
Lantai = 13,30 x 23,40 x 2,93 = 911,875 kN
Balok Induk
Sumbu x = 0,20 x (0,3-0,12) x 13,30 x 4 x 23,54 = 45,084 kN
Sumbu y = 0,30 x (0,4-0,12) x 16,70 x 4 x 23,54 = 132,088 kN
Balok Anak = 0,20 x (0,3-0,12) x 13,30 x 2 x 23,54 = 22,542 kN
Kolom = 0,40 x 0,40 x 3,9 x 16 x 23,54 = 235,023 kN
Dinding
Sumbu x = 13,30 x (3,9-0,60) x 2 x 0,98 = 86,024 kN
Sumbu y = 16,70 x (3,9-0,60) x 2 x 0,98 = 117,835 kN
Beban Mati Total Lantai 1, WD1 = 1550,471 kN
41

- Beban Hidup

Koefesien Reduksi Beban Hidup = 0,75 (table 4 PPIUG 1989)


Beban Hidup Lantai 1, WL1 = 0,75 x 13,30 x 16,70 x 2,45 = 408,127
kN
- Beban Total
Beban Lantai 1, W1 = 1550,471 + 408,127 = 1958,598 kN

d. Berat Bangunan Total


WT = W3 + W2 + W1
= 1392,352 + 1958,598 + 1958,598
= 5309,548 kN
42
43

D. Perhitungan Berat Bangunan Setiap Portal

Tabel Perhitungan Berat Bangunan Setiap Portal


Berat Bangunan Total
Portal Total Ket
Lantai Atap Lantai 2 Lantai 1
Portal Arah Y
W2 1958,59 1958,59 1327,38
Portal Watap= 1/4 x 1392,352 1/4 x W1= 1/4 x Eksterior
= 8 8 8
1
= 348,088 = 489,65 = 489,65
W2 1958,59 1958,59 2654,77
Portal Watap= 1/2 X 1392,352 1/2 X W1= 1/2 X Interior
= 8 8 4
2
= 696,176 = 979,299 = 979,299
W2 1958,59 1958,59
Watap= 1/2 X 1392,352 1/2 X W1= 1/2 X
Portal = 8 8 2654,77
Interior
3 696,17 979,29 979,29 4
= = =
6 9 9
W2 1958,59 1958,59 1327,38
Portal Watap= 1/4 X 1392,352 1/4 X W1= 1/4 X Eksterior
= 8 8 8
4
= 348,088 = 489,65 = 489,65
TOTAL 7964,324
44

Portal Arah X
W2 1958,59 1958,59
Portal Watap= 1/6 x 1392,352 1/6 X W1= 1/6 X 884,925 Eksterior
= 8 8
A
= 232,059 = 326,433 = 326,433
W2 1958,59 1958,59 1869,84
Portal Watap= 1/3 X 1392,352 1/3 X W1= 1/3 X Interior
= 8 8 9
B
= 464,117 = 652,866 = 652,866
W2 1958,59 1958,59 1869,84
Portal Watap= 1/3 X 1392,352 1/3 X W1= 1/3 X Interior
= 8 8 9
C
= 464,117 = 652,866 = 652,866
W2 1958,59 1958,59
Portal Watap= 1/6 X 1392,352 1/6 X W1= 1/6 X 884,925 Eksterior
= 8 8
D
= 232,059 = 326,433 = 326,433
TOTAL 5309,548
45

Portal yang di tinjau :


PORTAL YANG DITINJAU YAITU
Portal Arah X Adalah Portal AS 2
W1 1958,598 kN
W2 1958,598 kN
Watap 1392,352 kN
WT 1869,849 kN

E. Penentuan Wilayah Gempa


Berdasarkan peta wilayah gempa kota Purwoketo,Jawa Tengah berada pada
wilayah gempa 3.

Gambar 5.1 Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak


batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun
46

F. Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental


1) Metode Sederhana
Untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat dan tinggi tingkat
paling sedikit 3 m maka periode alami pendekatan dapat dihitung dengan
persamaan :
T = N / 10 (untuk portal beton bertulang)
T = N / 20 (untuk dinding geser beton bertulang)
Dengan N adalah jumlah tingkat gedung.
Maka, T = 3 / 10 = 0,30 detik
2) Metode UBC (Uniform Building Code 1997)
T = Ct . hnˣ
Hn = Tinggi Gedung
Ct = Koefesien

(Sumber : SNI-1726 – 2019)


Ct = 0,0466
x = 0,9
Maka,
T = 0,0466 . 11,400,9
T = 0,42 detik

G. Perhitungan Waktu Getar Fundamental Maksimum


T <  N (N = Jumlah Tingkat)
 = 0,18 (Dari Tabel 2. Koefisien  yang membatasi waktu getar alami
fundamental struktur gedung. SNI-1726 – 2002).
47

M
aka,
T < 0,18 * 3
0,42 < 0,54 detik ... OK

H. Penentuan Spektrum Respons Gempa Rencana


Dengan menggunakan Tabel 6 pada SNI - 1726 – 2002 maka didapatkan,
Percepatan respons maksimum, Am = 0,45
Spektrum respons gempa rencana, Ar = 0,23
Waktu getar alami sudut, Tc = 0,5 detik

I. Faktor Respon Gempa (C)


SNI – 1726-2002 Pasal 4.7.6 Menetapkan Bahwa,
Untuk T < Tc Maka C = Am
Untuk T > Tc Maka C = Ar/T
Karena, T < TC
0,42 < 0,50 detik.......OK
Maka, C = Am = 0,45
48

Sumber : SNI 1726 - 2019


Dengan nilai T = 0,42 detik untuk kondisi tanah keras dari grafik didapatkan
faktor respon gempa C = 0,45
49

J. Penentuan Faktor Keutamaan Struktur (I)


Faktor keutamaan struktur (I) ditentukan dengan Tabel 3 SNI-1726-2019

Peruntukan gedung untuk fasilitas yang penting tetapi tidak dibatasi, maka faktor
keutamaan struktur (I) = 1,5
50

K. Penentuan Faktor Modifikasi Respon Gempa (R)


Faktor modifikasi respon gempa (R) ditentukan dengan Tabel 2 pada SNI – 1726 –
2002.

Berdasarkan idealisasi sistem struktur gedung dapat disimpulkan bahwa sistem


struktur tersebut memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.
Beban lateral akibat gempa dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur, sehingga masuk kategori sistem struktur gedung nomor 3.
51

SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus), yaitu sistem rangka ruang
dimana komponen-komponen struktur dan joint-jointnya menahan gaya yang
bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial. Sistem ini pada dasarnya memiliki
daktilitas penuh dan harus digunakan di wilayah yang resiko gempanya tinggi yaitu
di wilayah gempa 5 hingga 6. Struktur direncanakan menggunakan sistem penahan
beban lateral yang memenuhi persyaratan detailing yang khusus dan mempunyai
daktilitas penuh.
SRPMM ( Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah), yaitu sistem rangka ruang
dimana komponen-komponen strukturnya dan joint-jointnya menahan gaya yang
bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial. Sistem ini pada dasarnya memiliki
daktilitas sedang dan cocok digunakan di zona wilayah gempa 3 hingga 4.
Untuk bangunan gedung yang terletak diwilayah Purwokerto (masuk wilayah
gempa 3) lebih tepat menggunakan perencanaan SRPMM (Sistem Rangka Pemikul
Momen Menengah).
Sehingga dari Tabel 3 SNI 03-1726-2002 didapatkan Nilai Rm = 5,5, dan dari
Tabel 2 SNI 03-1726-2002 di dapatkan nilai R dalam range 2,4 sampai 8 (untuk
taraf kinerja struktur gedung daktail parsial).
Maka dari batasan-batasan tersebut diambil nilai R = 5,5.

L. Perhitungan Gaya Geser Dasar Nominal (V)


Pada soal hanya meninjau dalam arah sumbu x, dengan persamaan berikut :
Cx . I
Vx = . Wtx
R
Dengan :
Cx = 0,45
I = 1,5
R = 5,5

Wtx = 1869,849 kN
0,45 . 1,5
Vx = . 1869,849
5,5

Vx = 229,481 kN
52

M.Perhitungan Distribusi Beban Gempa per Lantai (Fi)


Dihitung Dengan Persamaan,
Wi . ℎi
Fi= .V
∑Wi . ℎi
Apabila H/B ≥ 3,00
Maka,
Wi . ℎi
Fi= .0,9 V +0,1V Untuk Lantai Atap
∑ Wi . ℎi
Wi . ℎi
Fi= .0,9 V Untuk Lantai Lainnya,
∑Wi . ℎi
Dalam Arah Sumbu y, H/By = 11,70/16,70 = 0,7 < 3,00
Maka Persamaan Yang Di gunakan,
Wi . ℎi
Fi= .V
∑Wi . ℎi
Tabel Perhitungan Distribusi Beban Gempa (Interior)
Lantai hi (m) Wi (kN) Wi * hi (kN.m) V (kN) Fi (kN)
Dalam Arah Sumbu x
1958,59
1 3,90 7638,532 44,71
8
1958,59
2 7,80 15277,064 229,481 89,42
8
1392,35
3 11,70 16290,518 95,352
2
 39206,114
53

N. Modelisasi Struktur Gedung dengan Beban Gempa

Gambar Pembebanan Struktur Portal Akibat Beban Gempa pada Portal Sumbu Y
54

O. Analisis Struktur Akibat Beban Gempa (SAP 2000)


Pada soal ditinjau simpangan pada Portal Sumbu x :

Gambar 1. Simpangan pada Lantai 1 (dy1 = 10,42689 mm)

Gambar 2. Simpangan pada Lantai 2 (dy2 = 21,65218 mm)


55

Gambar 3. Simpangan pada Atap (dy3 = 27,71003 mm)


56

P. Kontrol Waktu Getar Alami dengan Cara Rayleigh


Waktu getar alami fundamental cara pendekatan (empiris) dicek dengan waktu
getar alami
fundamental Rayleigh menurut persamaan,

di(mm) di^2 Wi Wi d1^2 Fi Fi di g T


LANTA
I (kNmm (mm/det2
(mm) (mm2) (kN) (kNmm2) (kN) (det)
) )
DALAM ARAH SUMBU X  
1106,0 48,2
1 6,76278 45,74 50585,73 326,57
6 9
13,5797 1106,0 96,5
2 184,41 203967,54 1311,53 9810 0,73
5 6 8
17,1624 96,2
3 294,55 734,77 216426,11 1651,69
9 4
 650817,42  3289,80  
Tabel Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental Rayleigh

Sehingga, waktu getar alami dalam arah sumbu x, Tx = 0,73 detik


57

Q. Modelisasi Struktur Gedung dengan Beban Gempa

Gambar Pembebanan Struktur Portal Akibat Beban Gempa pada Portal Sumbu Y
58

R. Analisis Struktur Akibat Gempa, Mati dan Hidup (SAP2000)


Analisis struktur pada tahap ini (akibat beban gempa, mati dan hidup) adalah untuk
mengetahui gaya-gaya dalam (momen, gaya lintang dan gaya normal) untuk
perencanaan struktur (fondasi, kolom dan balok). Pada soal ditinjau simpangan
pada Portal Sumbu Y :
1. Input (Pembebanan)

Gambar 1.1. Pembebanan struktur akibat beban gempa (Portal Y)

Gambar 1.2. Pembebanan struktur akibat beban mati (Portal Y)


59

Gambar 1.3. Pembebanan struktur akibat beban hidup (Portal Y)

Gambar 1.4. Pembebanan struktur akibat beban hidup atap (Portal Y)


60

2. Hasil Output

Gambar 2.1. Hasil analisa didapat simpangan pada lantai 1 dy1 = 8,96238 mm
(Portal Y)

Gambar 2.2. Hasil analisa didapat simpangan pada lantai 1 dy2 = 17,99682 mm
(Portal Y)
61

Gambar 2.3. Hasil analisa didapat simpangan pada lantai 1 dy3 = 26,23169 mm
(Portal Y)
62

BAB VI
ANALISIS STRUKTUR
1. Beban Kerja
Di tinjau pada struktur balok induk sumbu Y. Di antara hasil perhitungan
pembebanan Portal Tepi dan Portal Tengah pada sumbu Y, digunakan pembebanan
yang paling besar yaitu pada hasil perhitungan pembebanan Portal Tengah, beserta
hasil pembebanan akibat gempa didapatkan hasil seperti gambar di bawah ini :

Catatan : Berat sendiri Balok Induk dan Kolom dihitung dengan SAP 2000.
Tabel Rekapitulasi Pembebanan Mati, Hidup, dan Gempa
63

2. Analisis Struktur dan Kombinasi Pembebanan


Analisis struktur dilakukan dengan bantuan software SAP 2000 dengan kombinasi
pembebanan sesuai dengan SNI 03 - 2847 - 2002 sbb :
1. U1 = 1,4 D
2. U2 = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 La
3. U3 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
4. U4 = 0,9 D + 1,0 E
3. Hasil Analisis Struktur
3.1. Tabel 1. Reaksi Tumpuan (Pada Bagian Lampiran)
3.2. Tabel 2. Gaya dalam Balok (Pada Bagian Lampiran)
3.3. Tabel 3. Gaya dalam Kolom (Pada Bagian Lampiran)
64

Anda mungkin juga menyukai