I. DESKRIPSI SINGKAT
Pengambilan darah atau flebotomi adalah proses yang cukup kompleks dan penting untuk
menghasilkan mutu pemeriksaan yang baik. Pengambilan darah dapat dilakukan dengan
pengambilan darah vena dan kapiler. Darah harus segera diolah setelah diambil untuk
menghindari kerusakan. Penyimpanan sampel darah dapat dilakukan bila darah sudah
diolah menjadi serum atau plasma. Sebelum darah dikirim harus dilihat kondisi sampel
darah, jangan ada hemolisis, bekuan, atau lipemik. Pengiriman darah harus sesuai dengan
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, masing-masing jenis pemeriksaan memerlukan
kondisi suhu pengiriman yang berbeda-beda. Kualitas sampel yang diambil, diolah dan
dikirim harus baik agar menghasilkan hasil pemeriksaan yang baik pula.
Pembuatan sampel darah kering pada bayi untuk deteksi dini HIV pada bayi sangat penting
agar segera dapat diketahui status HIV bayi. Hal ini membutuhkan keterampilan dan
ketelitian, agar sampel yang dikirim memiliki kualitas yang baik.
A. Tujuan
Sebagai informasi dan acuan untuk dapat melakukan pengambilan, pengolahan,
penyimpanan dan pengiriman sampel darah vena dengan baik dan benar.
1
Wadah tahan tusukan
Wadah infeksius
Sentrifus
Tabung vakum berisi darah
Tabung sentrifus
Pipet Pasteur sekali pakai
Tabung penampung berlabel yang tahan pembekuan pada -20°C (cryotube
polypropylene)
Rak tabung
Parafilm
Lakban
Gunting
Icepack gel
Cool box/Styrofoam Box
Zip lock bag
Spidol
Label biohazard
Form Permintaan Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium HIV dan IMS
(Lampiran 1)
C. Prosedur
1. Pengambilan Sampel Darah Vena
a. Gunakan APD
b. Tentukan lokasi pengambilan. Pengambilan darah vena dapat dilakukan pada lokasi:
Vena antecubital, Vena median cubital, Vena cephalic dan Vena basilic (Gambar 1)
2
c. Siapkan alat dan bahan untuk pengambilan darah vena.
d. Siapkan tabung vakum SST (tutup kuning) atau Plain (tutup merah) atau tabung
EDTA (tutup ungu) dan beri kode sesuai nomor ID.
e. Siapkan jarum dan beri tahu pasien yang akan diambil darah sebelum membuka
jarum bahwa jarum baru dan steril.
f. Pasang jarum pada holder, taruh tutup di atas meja pengambilan darah. Letakkan
lengan pasien lurus di atas meja dengan telapak tangan menghadap ke atas.
g. Torniquet dipasang 7-10 cm di atas lipat siku pada bagian atas dari vena yang akan
diambil (jangan terlalu kencang).
h. Pasien diminta mengepal untuk mengisi pembuluh darah namun jangan memompa.
i. Dengan tangan pasien yang masih mengepal, ujung telunjuk kiri memeriksa/
mencari lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk.
j. Bersihkan lokasi dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering, kulit yang
telah dibersihkan jangan dipegang lagi (selama desinfeksi dengan alkohol
bendungan torniquet harus dilonggarkan.)
k. Pegang holder dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal jarum.
l. Torniquet dikencangkan lalu vena ditusuk perlahan dengan sudut 15-30o.
m. Bila jarum berhasil masuk vena, tekan tabung sehingga vakumnya bekerja dan
darah terisap kedalam tabung.
n. Bila darah sudah masuk, buka kepalan tangan.
o. Isi tabung vakum sampai tidak mengisap lagi atau sampai garis batas.
p. Setelah cukup darah yang diambil, torniquet dilepas, keluarkan tabung, letakkan
kasa steril tepat di atas tusukan, keluarkan jarum perlahan-lahan.
q. Homogenkan segera darah dengan cara membolak–balikan 5 kali secara perlahan.
r. Pasien diminta untuk menekan bekas tusukan dengan kapas steril selama 1-2 menit.
s. Tutup bekas tusukan dengan plester.
t. Buang bekas jarum ke dalam wadah tahan tusukan.
3
g. Kumpulkan tetes darah berikutnya ke dalam tabung mikrotainer yang mengandung
EDTA. Hindari tekanan yang berlebihan dengan memijat jari dapat menyebabkan
cairan jaringan masuk ke dalam tetesan darah yang dikumpulkan.
h. Homogenkan dengan mengoyang tabung selama pengambilan darah agar
terhomogenkan dengan EDTA untuk menghindari pembekuan darah.
i. Lakukan penampungan darah hingga 250-500μl.
j. Tutup bekas tusukan dengan kasa steril selama beberapa saat untuk menghentikan
perdarahan.
k. Buang bekas lancet ke wadah tahan tusukan dan limbah lainnya ke wadah infeksius.
l. Kirim segera ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
4
- Luka bakar: Jaringan rusak mudah mengalami infeksi sehingga jangan
melakukan penusukan di daerah ini karena pasien sangat rentan terhadap
infeksi.
Gunakan masker, sarung tangan dan pakaian steril.
5
Jenis Spesimen 37°C 15-30°C 4°C -20°C * -70°C *
(kondisi lembab) (suhu ruang)
Whole blood 6 jam** 6 jam** - - -
(venous EDTA)
Plasma 24 jam 24 jam 5 hari 1 tahun 5 tahun
Sumber: WHO 2014. Technical and operational considerations for implementing HIV Viral load testing.
* Maksimum siklus beku ulang adalah sebanyak 3 kali
** dalam waktu kurang dari 6 jam harus dilakukan sentrifugasi
6
Sebelum melakukan pengiriman sampel, harus ada koordinasi yang baik antara
pengirim, jasa transportasi dan laboratorium penerima, untuk menjamin bahwa
spesimen dapat diterima dengan aman dan dalam keadaan baik.
Pihak pengirim menghubungi pemberi jasa dan pihak penerima (lewat telepon
atau fax) untuk menjamin agar spesimen diantar dan diperiksa.
Siapkan sampel dan dokumen beserta form permintaan dan hasil pemeriksaan
laboratorium HIV dan IMS yang sudah diisi secara lengkap.
Perhatikan suhu dan waktu pengiriman dan pengaruhnya terhadap stabilitas
sampel.
Kirimkan informasi secara rinci tentang semua data transportasi kepada pihak
penerima.
Pokok Bahasan 2. Pembuatan Sampel Darah Kering untuk Deteksi Dini pada Bayi
Deteksi Dini pada Bayi dan Anak <18 bulan (Early Infant Diagnosis/EID)
Semua bayi dan anak <18 bulan yang terpapar HIV harus diperiksa, bahkan apabila ibunya
telah menggunakan obat antiretroviral untuk PPIA. Infeksi HIV pada bayi dan anak terbukti lebih
agresif dibandingkan pada dewasa. Diagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu HIV positif tidak
dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan antibodi HIV secara konvensional. Adanya antibodi
HIV pada bayi baru lahir tidak dapat mengindikasikan suatu infeksi primer. Hal ini dapat terjadi
karena transfer antibodi HIV secara pasif dari ibu kepada anaknya selama dalam kandungan.
Antibodi maternal ini dapat bertahan hingga usia 18 bulan. Oleh karena itu, metode
pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak <18
bulan adalah dengan pemeriksaan virologi seperti pemeriksaan HIV DNA atau pemeriksaan
HIV RNA.
Pemeriksaan HIV DNA untuk deteksi dini HIV pada bayi merupakan pemeriksaan diagnostik
kualitatif yang mendeteksi HIV-1 DNA. Tes ini menggunakan metoda Polymerase Chain
Reaction (PCR). Pemeriksaan ini secara kualitatif mendeteksi ada atau tidaknya DNA provirus
yang menyatakan apakah pasien terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV. Pemeriksaan ini cukup
sensitif pada bayi yang baru lahir dari ibu dengan HIV positif, tes ini dapat digunakan untuk
mendeteksi HIV DNA pada usia 6 minggu setelah kelahiran.
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan HIV DNA ini dapat berupa darah (whole blood)
dengan antikoagulan EDTA atau ACD; atau tetes darah kering/ dried blood spots (DBS) yang
berupa tetesan darah di kertas Whatman 903. Penggunaan DBS ini sangat menguntungkan
khususnya pada tempat di mana transportasi/akses dan penyimpanan sampel menjadi kendala.
Asam nukleat pada DBS terbukti stabil selama beberapa bulan dalam suhu ruang asalkan
spesimen DBS ini dikeringkan dengan baik dan disimpan dengan agen pengering (dessicant).
Spesimen ini kemudian dibawa dari daerah ke laboratorium yang memiliki fasilitas pemeriksaan
HIV DNA. Pemeriksaan HIV DNA kualitatif, sama seperti pemeriksaan HIV RNA kuantitatif
membutuhkan infrastruktur laboratorium yang canggih termasuk ruangan yang bersih dan
teknisi laboratorium yang terlatih.
7
Diagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak <18 bulan
Uji Virologis
a. Uji virologis digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik (biasanya setelah umur 6
minggu), dan harus memiliki sensitivitas minimal 98% dan spesifisitas 98% dengan cara
yang sama seperti uji serologis.
b. Uji virologis direkomendasikan untuk mendiagnosis bayi dan anak berumur <18 bulan.
c. Uji virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif dengan plasma EDTA atau Dried Blood
Spot (DBS) dan HIV RNA kuantitatif (viral load, VL) dengan plasma EDTA.
d. Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk diperiksa dengan uji virologis
pada umur 6 minggu atau waktu tercepat yang mampu laksana.
e. Pada kasus bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif maka terapi ARV
harus segera dimulai; pada saat yang sama dilakukan pengambilan sampel darah kedua
untuk pemeriksaan uji virologis kedua.
f. Hasil pemeriksaan virologis harus segera diberikan pada tempat pelayanan, maksimal 4
minggu sejak sampel darah diambil. Hasil positif harus segera diikuti dengan inisiasi ARV.
Uji Serologis
a. Uji serologis yang digunakan harus memenuhi sensitivitas minimal 99% dan spesifisitas
minimal 98% dengan pengawasan kualitas prosedur dan standardisasi kondisi laboratorium.
Umur <18 bulan digunakan sebagai uji untuk menentukan ada tidaknya pajanan HIV
Umur ≥18 bulan digunakan sebagai uji diagnostik konfirmasi
b. Bayi dan anak <18 bulan terpajan HIV yang tampak sehat dan belum dilakukan uji virologis,
dianjurkan untuk dilakukan uji serologis pada umur 9 bulan. Bila hasil uji tersebut positif
harus segera diikuti dengan pemeriksaan uji virologis untuk mengidentifikasi kasus yang
memerlukan terapi ARV.
Jika uji serologis positif dan uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan klinis ketat
dan uji serologis ulang pada usia 18 bulan.
a. Bayi dan anak <18 bulan dengan gejala dan tanda diduga disebabkan oleh infeksi HIV
harus menjalani uji serologis dan jika positif diikuti dengan uji virologis.
b. Bayi dan anak <18 bulan yang sakit dan diduga disebabkan oleh infeksi HIV tetapi uji
virologis tidak dapat dilakukan, diagnosis ditegakkan menggunakan diagnosis presumtif.
c. Bayi dan anak <18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur diagnostik awal dilakukan
tanpa perlu menghentikan pemberian ASI.
d. Anak yang berumur >18 bulan menjalani tes HIV sebagaimana yang dilakukan pada orang
dewasa.
8
Gambar 2. Alur diagnosis HIV pada bayi dan anak <18 bulan menggunakan DNA-PCR dari
ibu hamil dengan HIV positif
Sumber: PMK No. 15 Tahun 2015
9
Gambar 3. Alur diagnosis HIV pada bayi dan anak <18 bulan dengan status HIV ibu tidak
diketahui
Sumber: PMK No. 15 Tahun 2015
10
Gambar 4. Alur Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak <18 Bulan dengan Uji Virologi
Sumber: Draft Juknis Pemeriksaan Laboratorium terkait HIV dan IMS
11
Gambar 5. Alur diagnosis HIV pada bayi dan anak <18 bulan dengan uji serologi (bila uji
virologi tidak tersedia)
Sumber: Draft Juknis Pemeriksaan Laboratorium terkait HIV dan IMS
Pengambilan, Pengolahan dan Pengiriman Sampel DBS untuk Rujukan Deteksi Dini Pada
Bayi dan Anak <18 Bulan
a. Jenis Sampel
Jenis sampel yang dibutuhkan: tetes darah kering (DBS)
12
Handuk kering
Air hangat
Kartu DBS (Whatman 903)
Rak pengering (dry rack)
Formulir permintaan
Wadah tahan tusukan
Wadah infeksius
d. Prosedur
1. Hangatkan area pengambilan agar sirkulasi darah lancar.
2. Kenakan sarung tangan bebas bedak.
3. Bersihkan dengan air hangat dan keringkan kembali dengan kain lembut.
4. Bersihkan kembali dengan alkohol 70%.
5. Usap sampai kering dengan kasa atau biarkan kering dengan sendirinya lalu lakukan
penusukan. Area pengambilan yang terkena alkohol harus dikeringkan sebelum
penusukan karena alkohol dapat menyebabkan spesimen terdilusi sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
6. Buang lancet pada wadah tahan tusuk untuk benda tajam.
7. Hapus tetes darah pertama dengan kasa steril.
8. Biarkan darah menetes dalam tetesan darah besar. Sentuhkan secara lembut filter
paper (Whatman 903) pada satu sisi kertas bagian depan (terdapat print bulatan).
9. Biarkan darah menyerap dengan baik, dan seluruh bulatan terisi penuh. Pengisian 1
bulatan filter paper harus dilakukan dengan sekali aplikasi tetesan darah (minimal 3
lingkaran). Oleh karena itu, pastikan tetesan darah cukup besar sebelum diaplikasikan
ke filter paper.
10. Untuk mempertahankan aliran darah, tekanan yang lembut dan intermiten harus
diberikan pada sekitar daerah penusukan
11. Setelah selesai, tekan dengan mantap daerah penusukan sampai darah berhenti
mengalir dengan kasa steril.
13
Gambar 6. Pengambilan sampel DBS dari tumit kaki
14
Gambar 7. Pengambilan sampel DBS dari ibu jari kaki
Prosedur
1. Letakkanlah kartu DBS di antara lembaran kertas glassine sehingga kartu-kartu DBS
satu sama lain tidak saling bersentuhan dan tidak lengket. Kemaslah 10-15 kartu DBS
dalam wadah zip lock impermiabel yang mengandung sedikit udara.
16
2. Tambahkan 5-10 paket desikan (untuk menghilangkan sisa kelembaban di kartu), dan
kartu indikator kelembaban (sebagai penanda kelembaban relatif dalam wadah)
4. Apabila
sudah
lengkap maka amplop disegel dan diberikan label tujuan alamat pengiriman dan
identitas pengirim dengan jelas.
Pengirim :
Nama : ………………………………....
Instansi : …………………………………
Alamat : …………………………………
17
i. Kriteria penerimaan sampel DBS
Kartu DBS memiliki identitas yang jelas dan jika tidak ada identitas tidak akan diperiksa.
4. Sampel darah terdapat bekuan dan tidak cukup masuk ke dalam kertas saring.
18
6. DBS di mana serum terpisah dari selnya.
DAFTAR PUSTAKA
19
5. John G. Bartlett dan Joel E. Gallant, Johns Hopkins University School of Medicine, 2005-
2006 Medical Management of HIV Infection:
6. CDC, Atlanta, 2005, HIV Rapid Training Module
20
Lampiran 1
FORMULIR PERMINTAAN DAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM HIV DAN
IMS
PERMINTAAN UJI LABORATORIUM
Informasi Layanan/Poli Pengirim
Nama Faskes …………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Alamat …………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Nama Dokter ……………………………………………………………………….. No HP Dokter ……………………………..
……………………………………………………………………….. Alamat Email ……………………………..
Informasi Pasien
Nama Pasien ………………………………………………………………………..
Jenis Kelamin L/P
No. NIK ………………………………………………………………………..
Nama Ibu (untuk pasien Bayi) ………………………………………………………………………..
Nomor Rekam Medis (sesuai Fasyankes) ……………………………………………………………………….. Tgl lahir ……………………………..
Nomor Registrasi (KT,IMS,PPIA,PTRM) ……………………………………………………………………….. Umur ……………………………..
Nomor Registrasi Nasional ODHA(PDP) ………………………………………………………………………..
No kontak yg
Tanggal Mulai ART ……………………………………………………………………….. ……………………………..
bisa dihubungi
……………………………………………………………………….. Kab/Kota ……………………………..
Alamat
……………………………………………………………………….. Provinsi ……………………………..
Informasi Sampel
Tgl pengambilan sampel …………………………………………………………. Jam ……………………………………………………………
Jenis Sampel ☐Plasma ☐Serum ☐Whole blood ☐DBS ☐Lainnya
Informasi permintaan uji laboratorium
Kategori Pemeriksaan 1. *Anti HIV **Hasil 4. *Pemeriksaan CD4 **Hasil
*Jenis Kategori Pemeriksaan ☐ R1 …………………… ……………… ☐ Pemeriksaan CD4 ……………………………
(beri tanda x pada tanda kotak)
☐ R2 …………………… ………………
diisi oleh dokter yang meminta
pemeriksaan ☐ R3 …………………… ……………… 5. *RNA HIV (Viral Load) **Hasil
HASIL AKHIR:
5a) Viral Load inisiasi
** Hasil diisi oleh laboatorium ☐ Non Reaktif ☐ Reaktif ☐ ☐
ART
pemeriksa Inkonklusif ……………………………
5b) Monitoring ART
2. *DNA HIV/EID **Hasil ☐
6 bulan ……………………………
5c) Monitoring ART
☐ 2a) EID pertama ☐
……………… 12 bulan ……………………………
5d) Monitoring ART
☐ 2b) EID kedua ☐
……………… tahun ke …… ……………………………
5e) Gagal Virologis
☐ 2c) EID ketiga ☐
…………….. VL pertama ……………………………
3. *Pemeriksaan Sifilis **Hasil ☐ 5f) Gagal Virologis ……………………………
VL kedua
21
Tujuan lain,
☐ RPR ……………… ☐ sebutkan
…………………………….. ……………………………
☐ Rapid Sifilis ………………
Tgl pemeriksaan uji lab. ………………………….. Jam…………... Nama Pemeriksa:
Tgl Hasil dikirim kembali
………………………….. Jam………......
ke Poli Perujuk
Tgl Pasien menerima hasil ………………………….. Jam…………... (___________________)
Dokter/Klinisi Pengirim
Penanggung Jawab Laboratorium
(__________________)
( )
Dibuat rangkap 2
1. Dikirim kembali ke Layanan perujuk
2. Copy untuk Arsip Laboratorium
Petunjuk Pengisian untuk Formulir Permintaan dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium HIV
22
c. 2 digit ketiga : Ditulis 2 angka bulan kelahiran klien. Jika klien tidak tahu/lupa bulan
kelahirannya, tulis "01"
d. 2 digit keempat : Ditulis 2 angka tanggal kelahiran klien. Jika klien tidak tahu/lupa
tanggal kelahirannya, tulis "01" Contoh penulisan kode, sebagai berikut: Arie770128.
Nama klien : Arie,Tahun kelahiran : 77, Bulan: 01, Tanggal lahir : 28
Catatan: jika ada 2 orang dengan 4 huruf pertama sama dan tanggal lahir sama, maka
untuk nomor register orang yg ke 2 dan seterusnya ditambahkan huruf “A”, “B”, dst
Contoh : DANU870212, DANU870212A, DANU870212B, dst
Nomor Registrasi Nasional ODHA : diisi dengan Nomer registrasi Nasional
Tuliskan nomor registrasi yang diberikan kepada pasien baru.
a. 11 digit pertama diisi menurut kode puskesmas
b. 8 digit pertama diisi menurut kode klinik
c. 7 digit pertama menurut kode rumah sakit
yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, sedangkan 4 digit
berikutnya adalah nomor urut pasien yang masuk ke dalam perawatan HIV.
Tanggal Mulai ART: diisi dengan tanggal pertama kali pasien mulai pengobatan ARV.
Jenis Kelamin : diisi dengan Jenis kelamin pasien
Tanggal Lahir : diisi dengan tanggal lahir pasien yang tertera di KTP.
Apabila pasien tidak menyebutkan tanggal lahir maka digunakan umur sebagai patokan
pengisian kemudian gunakan tanggal 1 Januari sebagai adjustment tanggal lahir.
Umur : diisi dengan menanyakan dan crosscek menghitung dari tanggal lahir pasien
No Kontak yang bisa dihubungi : diisi dengan nomer HP atau telpon pasien yang masih aktif
dan bisa dihubungi bila tidak ada diisi dengan nomer HP atau telpon orang yang mendampingi
pasien
Alamat Pasien : diisi dengan alamat yang tertera di KTP
Kab/Kota : diisi dengan nama kab/kota dimana pasien tinggal sesuai KTP
Provinsi : diisi dengan nama Provinsi dimana pasien tinggal sesuai KTP
Informasi Sampel
Tanggal Pengambilan Sampel : ditulis dengan tanggal saat sampel diambil
Jenis sampe : diisi dengan menggunakan tanda (√)
Informasi Permintaan Uji Laboratorium
Kategori Pemeriksaan : jenis kategori pemeriksaaan diisi dengan memberikan tanda (x) pada kolom
kosong berwarna putih
1. Rapid HIV : yaitu pemeriksaan HIV dengan menggunakan reagen rapid yang memenuhi kriteria
yang ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.
2. DNA HIV/EID : berdasarkan Permenkes No 15 tahun 2015 dilakukan yaitu pada :
- Pemeriksaan pertama paling awal usia 6 minggu (sebaiknya 6-8 minggu)
- Pemeriksaan kedua
o Bila positif, lakukan pemeriksaan ke 2 dengan sampel yang berbeda
o Bila Negatif, pemeriksaan ke 2 minimal 6 minggu setelah berhenti ASI atau
23
o 4-6 bulan setelah pemeriksaan pertama dan tidak menerima ASI
3. Pemeriksaan CD4 : cukup jelas
4. Pemeriksaan sifilis : dipilih pemeriksaan RPR dan Rapid Sifilis
5. Pemeriksaan RNA HIV (Viral Load) dibagi menjadi kategori a sampai f
a. Viral Load inisiasi ART : yaitu Tes VL yang dilakukan pada 0 bulan
b. Monitoring ART 6 bulan : yaitu Tes VL yang dilakukan untuk tujuan monitoring
pengobatan setelah minum obat selama 6 bulan atau menurut kesepakatan klinisi
c. Monitoring ART 12 bulan : yaituTes VL yang dilakukan untuk tujuan monitoring
pengobatan setelah minum obat selama 12 bulan atau menurut kesepakatan klinisi
d. Monitoring ART tahun ke … : yaitu Tes VL yang dilakukan setelah pasien menjalani Tes
VL monitoring ART 12 bulan, diiisi pada tahun ke berapa diperiksa untuk monitoring
e. Gagal Virologis pertama : diisi untuk pasien yang dirujuk dengan indikasi kegagalan
virologis sebagai tes yang pertama.
f. Gagal Virologis kedua: diisi bila pasien sudah memiliki hasil tes gagal virologis pertama
dan akan dinilai statusnya setelah 3 bulan pemantauan kepatuhan.
g. Tujuan lain: diisi apabila dilakukan pemeriksaan Viral Load dengan tujuan yang tidak
disebutkan diatas.
Hasil : Diisi sesuai dengan jenis dan hasil pemeriksaan yang dilakukan
o HIV : tuliskan nama reagen dan hasilnya Non Reaktif atau Reaktif
o DNA HIV (EID) : tuliskan hasilnya HIV-1 Detected atau Not detected atau Invalid/error
o CD4 : ditulis hasilnya sesuai hasil pembacaan alat
o HIV RNA (Viral Load) : ditulis hasilnya dengan satuan kopi/ml
Tgl Pemeriksaan Uji Lab: diisi dengan tanggal sampel di periksa di Lab
Tgl Hasil dikirim kembali ke Poli Perujuk : diisi dengan tanggal Lab mengirim kembali hasil
pemeriksaan ke klinik PDP
Tgl pasien menerima hasil : diisi oleh petugas PDP dengan tanggal saat petugas PDP
menyerahkan Hasil pemeriksaan kepada pasien
24