Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Dosen pembimbing : Dr. Ferizal Masra, SKM., M.Kes

Disusun Oleh :
1. Fetrisia Yulanda (2013451007)
2. M. Iqbal Alhabib Harahap (2013451018)

LANJUTIN YA NAMA ANGGOTANYA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III SANITASI
TAHUN 2021/202
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus Dengue
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes
Aegypti. Penyakit demam berdarah Dengue muncul sepanjang tahun dan menyerang
seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat itu sendiri (Kemenkes RI, 2015).

Penyebaran DBD yang tinggi karena berpengaruhnya faktor cuaca dan iklim serta
musim pancaroba yang cenderung menambah jumlah habitat vektor DBD, sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya) kondisi
ini diperburuk dengan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian DBD
dikarenakan masih kurangnyapengetahuan, sikap dan tindakan kelompok
dan masyarakat penanggulangannya DBD (Kemenkes RI,2016).

Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan rantai


penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Kegiatan
yang optimal adalah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
“3M Plus” yakni: Menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat
penampungan air, mengubur dan menyingkirkan barang bekas, dan pengelolaan
lingkunganberlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan. Selain
itu juga dapat dilakukan dengan larvasidasi (Basri et al, 2017) dan pengasapan fogging
(Ariyati, 2015).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi
perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot
& tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Tidak semua yang terinfeksi virus
dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi
demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali
tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang
tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian.

Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan kelembaban udara. Kelembaban udara yang
tinggi dan suhu panas justru membuat nyamuk Aedes aegypti bertahan lama.
Kemungkinan pola waktu terjadinya penyakit mungkin akan berbeda-beda dari satu
tempat dengan tempat yang lain tergantung dari iklim dan kelembaban udara. Pulau
Jawa, umumnya kasus DBD merebak mulai awal Januari sampai dengan April-Mei
setiap tahun (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2006).

Penyakit DBD menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD merupakan
penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara
tropis. Penyakit DBD bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk
wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada
mereka yang berusia di bawah 15 tahun dimana angka kesakitan dan kematian
tersebut digunakan sebagai indikator dalam menilai hasil pembangunan kesehatan
dan sebagai akibatnya angka kesakitan dan kematian nasional selalu tinggi (Depkes
RI, 2006).

Epidemiologi Infeksi Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian dan
distribusi frekuensi Infeksi Dengue (Demam Dengue/DD, Demam Berdarah
Dengue/DBD dan Expanded Dengue Syndrome/EDS) menurut variabel
epidemiologi (orang, tempat dan waktu) dan berupaya menentukan faktor resiko
(determinan) kejadian tersebut pada suatu kelompok populasi. Distribusi yang
dimaksud diatas adalah distribusi berdasarkan unsur orang, tempat dan waktu;
sedangkan frekwensi dalam hal ini adalah angka kesakitan, angka kematian dll.
Determinan faktor risiko berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang
memberi risiko atas kejadian penyakit Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue
dan Expanded Dengue Syndrome.
1.2 Gejala-Gejela Demam Berdarah Dengue
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh
tubuh, ruam, pendarahan dan renjatan (shock). Gejala-gejala tersebut dijelaskan
sebagai berikut:

1. Demam
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi (dapat
mencapai 39-40oC) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam hanya berlangsung
untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali turunnya suhu badan secara
tiba-tiba (lysis), disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo.
Demam ini dikenal juga dengan istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung
selama beberapa hari sempat turun di tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan
baru turun lagi saat penderita sembuh.

2. Nyeri seluruh tubuh


Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan
berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata
yang timbul dalam kalangan masyarakat awam disebut dengan istilah flu tulang.

3. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal panas yang
berupa (flushing) yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher dan dada. Ruam juga
dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil, seperti: bercak pada
penyakit campak.

4. Pendarahan
Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis Demam Berdarah Dengue selalu
disertai dengan tanda pendarahan. Tanda pendarahan tidak selalu didapat secara spontan
oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita muncul setelah dilakukan test
tournique.(20) Uji tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai
sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji tourniquest positif pada hari
pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita demam berdarah dengue.
Namun uji tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,
demam chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdominalis), dan lain-lain.

5. Renjatan
Disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma kedaerah ekstra vaskuler melalui
kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan adalah:
 Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki.
 Penderita menjadi gelisah.
 Sianosis di sekitar mulut.
 Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
 Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang).
 Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg atau
kurang).

1.3 Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Ada beberapa spesies:
Aedes Aegypti, Aedes Albopticus, Aedes Polynesiensis dan Aedes Scutelarris yang dapat
berlaku sebagai vektor. Nyamuk Aedes dapat menularkan virus dengue kepada manusia,
baik secara langsung (setelah menggigit orang yang sedang dalam fase viremia),
maupun secara tidak langsung, setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnyaselama
8-10 hari (extrinsic incubation period). Masa inkubasi didalam tubuh manusia (intrinsic
incubation period) antara 4-6 hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7
hari), tetapi nyamuk dapat infektif selama hidupnya.

Seseorang yang menderita demam berdarah, dalam darahnya mengandung virus dengue.
Penderita tersebut apabila digigit oleh nyamuk Aedes, maka virus dalam darah penderita
tadi ikut terhisap masuk ke lambung nyamuk dan virus akan memperbanyak diri dalam
tubuh nyamuk dan tersebar di berbagai jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar air liur
nyamuk. Nyamuk siap untuk menularkan kepada orang atau anak lain 3-10 hari setelah
menggigit atau menghisap darah penderita.
Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), alat
tusuknya yang disebut probocis akan mencari kapiler darah. Setelah diperoleh, maka
dikeluarkan liur yang mengandung zat anti pembekuan darah (anti koagulan), agar darah
mudah dihisap melalui saluran probocis yang sangat sempit. Bersama liurnya inilah
virus dipindahkan kepada orang lain.

1.4 Faktor-faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue

Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue


(DBD) sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan fisik yaitu seperti ketinggian tempat, curah hujan, kelembaban, suhu, ruang
gelap, pemasangan kawat kasa, ventilasi, dan tempat penampungan air (TPA).
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya
tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan
kelembaban didalam rumah merupakan tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk
istirahat.

a. Ketinggian Tempat
Variasi dari suatu ketinggian berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk Aedes Aegypti.
Di Indonesia Aedes Aegypti dapat hidup pada ketinggian kurang dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Tidak ditemukan nyamuk Aedes Albopictitus karena ketinggian
tersebut, suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.

b. Curah Hujan
Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah
kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama musim hujan sangat kondusif
untuk kelangsungan hidup nyamuk.

c. Ruang Gelap
Nyamuk Aedes Aegypti bersifat diurnal atau aktif pagi hingga siang hari, nyamuk
biasanya beristirahat pada benda-benda yang menggantung di dalam rumah seperti
gorden, kelambu, dan pakaian diruang yang gelap.

d. Kelembaban Udara
Umur nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban yang rendah akan
memperpendek umur nyamuk, Secara umum penilaian kelembaban dalam rumah dengan
menggunakan hygrometer.

e. Suhu
Nyamuk Aedes Aegypti dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya
menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu
yang lebih dari 35oC juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat terjadinya
proses fisiologis. Telur nyamuk Aedes Aegypti di dalam air dengan suhu 20-40oC akan
menetas menjadi jentik dalam wkatu 1-2 hari.

f. Jarak Antar Rumah


Jarak antar rumah dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah
yang lain.

2. Faktor Perilaku

Ada beberapa macam teori tentang perilaku, antara lain perilaku merupakan hasil dari
segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktek. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga
aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai
gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang
ditentukan dan dipengaruhi faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial
budaya.

Perilaku seseorang yang diukur dari pengetahuan, sikap dan praktek dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan suatu objek tertentu melalui pasca indera manusia. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan seseorang mengenai praktek 3M yang terdiri dari praktek
menguras tempat penampungan air kurang dari seminggu sekali, praktek menutup
tempat penampungan air, dan praktek membuang atau mengubur barang-barang
bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air sehingga dapat mempengaruhi
keadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti.

b. Sikap
Sikap adalah suatu pernyataan evaluatif tentang objek, orang atau kejadian-kejadian.
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain
yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor
emosi dalam diri individu yang bersangkutan.

c. Praktek
Praktek dipengaruhi oleh kehendak, sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan
norma subjektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan oleh pendapat orang lain
serta motifasi untuk menaati pendapat tersebut. Praktek individu terhadap objek
dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan ojek, kerentanan, faktor sosio
psikologi, faktor sosio demografi, pengaruh media masa, anjuran orang lain serta
perhitungan untung rugi dan prakteknya tersebut.

1.5 Vektor Penular Penyakit


Pengertian Vektor DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau
menjadi sumber penular DBD. Di Indonesia teridenti fikasi ada 3 jenis nyamuk yang
bisa menularkan virus dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes
scutellaris. Sebenarnya yang dikenal sebagai Vektor DBD adalah nyamuk Aedes betina.
Perbedaan morfologi antara nyamuk aedes aegypti yang betina dengan yang jantan
terletak pada perbedaan morfologi antenanya, Aedes aegypti jantan memiliki antena
berbulu lebat sedangkan yang betina berbulu agak jarang/ tidak lebat. Seseorang yang di
dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penular Demam
Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2
hari sebelum demam. Berikut ini uraian tentang morfologi, siklus hidup, dan siklus
hidup lingkungan hidup, tempat perkembangbiakan, perilaku, penyebaran, variasi
musiman, ukuran kepadatan dan cara melakukan survei jentik.

1. Morfologi
Morfologi tahapan Aedes aegypti sebagai berikut:
a. Telur Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada
dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai ± 6 bulan di tempat
kering.

b. Jentik (larva) Ada 4 tingkat (instar) jentik/larva sesuai dengan pertumbuhan larva
tersebut, yaitu: 1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm 2) Instar II :
2,5-3,8 mm 3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II 4) Instar IV :
berukuran paling besar 5 mm
c. Pupa Pupa berbentuk seperti ’koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih
ramping dibanding larva (jentik)nya. Pupa Aedes aegypti berukuran lebih kecil
jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

d. Nyamuk dewasa Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan


dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan dan kaki.

2. Siklus Hidup Ae.aegypti


Nyamuk Aedes aegypti seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorfosis
sempurna, yaitu: telur – jentik (larva) –pupa - nyamuk. Stadium telur, jentikdan pupa
hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam
waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung
6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 2–4 hari. Pertumbuhan
dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat
mencapai 2-3 bulan.
3. Habitat Perkembang biakan
Habitat perkembangbiakan Aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung
air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum,
tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat
minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat
pembuangan air kulkas/ dispenser, talang air yang tersumbat, barang-barang bekas
(contoh : ban, kaleng, botol, plastik, dll).
3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu dan tempurung
coklat/karet, dll.

4. Jangkauan
Terbang Nyamuk Kemampuan terbang nyamuk Aedes sp. betina rata-rata 40 meter,
namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah
lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis, di Indonesia
nyamuk ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat umum. Nyamuk Aedes
aegypti dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah ± 1.000 m dpl.
Pada ketinggian diatas ± 1.000 m dpl, suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memungkinkan nyamuk berkembang biak.

5. Variasi Musiman
Pada musim hujan populasi Aedes aegypti akan meningkat karena telur-telur yang
tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya
(TPA bukan keperluan sehari-hari dan alamiah) mulai terisi air hujan. Kondisi
tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat menyebabkan
peningkatan penularan penyakit Dengue.

6. Perilaku Nyamuk Dewasa


Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di permukaan air untuk sementara waktu.
Beberapa saat setelah itu, sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu
terbang mencari makanan. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan
atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah.
Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada hewan (bersifat
antropofilik). Darah diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat menetas.
Aktivitas menggigit nyamuk Aedes aegypti biasanya mulai pagi dan petang hari,
dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00.
Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu
siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian
nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk
akan beristirahat pada tempat yang gelap dan lembab di dalam atau di luar rumah,
berdekatan dengan habitat perkembangbiakannya. Pada tempat tersebut nyamuk
menunggu proses pematangan telurnya.

1.6 Pejamu (Host)


Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies dari primata rendah. Tubuh
manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun studi yang dilakukan di
Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat terinfeksi oleh virus dengue
sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir. Semua orang rentan terhadap penyakit
ini, pada anak-anak biasanya menunjukkan gejala lebih ringan dibandingkan dengan
orang dewasa. Penderita yang sembuh dari infeksi dengan satu jenis serotipe akan
memberikan imunitas homolog seumur hidup tetapi tidak memberikan perlindungan
terhadap terhadap infeksi serotipe lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe
lainnya.

1.7 Faktor Risiko Lingkungan


Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan semakin berkembangnya
penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu,
faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik, semakin majunya
sistem transportasi sehingga mobilisasi penduduk sangat mudah, sistem pengelolaan
limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan
kepadatan nyamuk, kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif, serta
melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktorfaktor lingkungan tersebut
diatas status imunologi seseorang, strain virus/serotipe virus yang menginfeksi, usia dan
riwayat genetik juga berpengaruh terhadap penularan penyakit.

1.8 Siklus Penularan

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia menghisap darah
dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia) yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah
mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap
infektif selama hidupnya Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar
ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh
orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 – 14 hari (rata-rata selama
4-7 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing,
myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan, 2006. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Kemenkes RI, 2015. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Departemen Kesehatan, 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam


Dengue dan Demam Berdarah Dengue

2 Katalog Dalam Terbitan, Kementerian Kesehatan RI 614.49 Ind P Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Jakarta,
20172
3
Aryu Candra Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119 . Demam Berdarah
Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan

4 30HCCCCC
5 31
6 32
7 33
8 34
9 35
10 36
11 37
12 38
13 39
14 40
15 41DFO-VOFX
16 42
17 43
18 44
19 45

Anda mungkin juga menyukai