Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH TENTANG OBSTIPASI

Keperawatan dasar 1

Disusun oleh:

Yenny sugiarti
20112295
DIII Keperawatan

Stikes Mercubaktijaya Padang


2020

Kata Pengantar
Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Obstipasi” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Aida Minropa, SKM.M.Kes pada mata kuliah Keperawatan Dasar 1. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang obstipasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Pasaman Barat,14 Oktober 2020

 BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang  

Dewasa ini, banyak sekali timbul keluhan dan gangguan penyakit di lingkungan masyarakat
terutama yang disebabkan oleh adanya pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur sehingga
menyebabkan gangguan pada saluran pencernaaan. Salah satunya adalah obstipasi yang umumnya
disebut juga dengan sembelit. Obstipasi merupakan kelainan pada sistem pencernaan dimana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang
hebat pada penderitanya. Sebagian besar orang pasti pernah mengalami obstipasi.

Obstipasi ada yang ringan dan ada yang berat. Konstipasi yang berat atau cukup hebat disebut
juga dengan obstipasi. Apabila seseorang menganggap remeh obstipasi ini dapat menyebabkan
kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya. Jika tidak segera ditanggulangi, akan
menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pencernaan. Dan jika sudah akut, kemungkinan besar
sulit diobati.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang segala sesuatu tentang obstipasi
dan cara penanganannya, akan timbul petanyaan- pertanyaan yang terkait, seperti apa sebenarnya
definisi dari obstipasi? Apa saja penyebab obstipasi? Bagaimana gejala-gejala obstipasi? Bagaimana
cara penanganan obstipasi? Jenis tanaman apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional dalam pengobatan obstipasi? Dari tanaman obat tersebut, bagian mana saja yang
berkhasiat? Bagaimana cara pengolahannya sehingga siap digunakan sebagai obat tradisional untuk
obstipasi? Dan selanjutnya bagaimana cara penggunaan yang tepat sehingga efektif untuk
menyembuhkan obstipasi? Berbagai permasalahan di atas akan dibahas dalam makalah berikut,
sehingga dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan masyarakat terutama tentang konstipasi
dan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat obstipasi sehingga diharapkan selanjutnya
masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri secara tradisional yang efektif, efisien, dan
aman.        

1.2 Rumusan Masalah


1.    Apa pengertian dari obstipasi ?

2.    Bagaimana etiologi dari obstipasi ?

3.    Bagaimana tanda dan gejala dari obstipasi ?


4.    Bagaimana patofisiologi dari obstipasi ?

5.    Apa saja jenis dari obstipasi ?

6.    Bagaimana komplikasi dari obstipasi ?

7.    Bagaimana menajemen terapi dari obstipasi ?

8.    Bagaimana penatalaksanaan dari obstipasi ?

1.3 Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari obstipasi.

2.      Untuk mengetahui etiologi dari obstipasi.

3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari obstipasi.

4.      Bagaimana patofisiologi dari obstipasi.

5.      Untuk mengetahui jenis dari obstipasi.

6.      Untuk mengetahui komplikasi dari obstipasi.

7.      Untuk mengetahui menajemen terapi dari obstipasi.

8.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari obstipasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau
lebih.

Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya
akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus
dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi
ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak
menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan mengeluarkan tinja yang banyak
sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam
dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.

2.2 Etiologi

1.      Kebiasaan makan

Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan ini
terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang mengandung selulosa.

2.      Hypothyroidisme

Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem. Dimana tidak terdapat
cukup ekskresi hormon tiroid semua proses metabolisme berkurang.

3.      Keadaan mental

Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi terutama depresi berat
sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2
tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung
tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan
karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa
hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga
anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih
untuk buang air besar.

4.      Penyakit organis

Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon dan divericulitis.
Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir
yang mengalami trombosis.
5.      Kelaina konjenital

Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit hirscprung).
Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan mekonium.

 Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.

6.      Penyebab lain

Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong terjadinya peristaltik.
Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.

2.3 Tanda dan Gejala

1.      Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak
mengeluarkan 3 hari atau lebih

2.      Sakit dan kejang pada perut.

3.      Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot.

4.      Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.

5.      Bising usus yang janggal.

6.      Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala

7.      Terdapat luka pada anus.

2.4 Patofisiologi

Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya
refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali
sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan
arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.

Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :

1. Asupan cairan yang adekuat.

2.  Kegiatan fisik dan mental.

3.  Jumlah asupan makanan berserat.


Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki kolon, air dan
elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada
perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak
mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak
dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga penyerapan
terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan sudah dikeluarkan serta
menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar
yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang
beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme
berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.

Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal
dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan dan
usus dapat juga menyebabkan obstipasi.

2.5 Jenis Obstipasi

1.      Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara mudah
dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.

2.      Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya memulai peregangan berlebihan secar
kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tanpa meregang rectum lebih
lanjut. Reseptor sensorik tidak memberika respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu untuk
berkontraksi secara efektif.

2.6 Komplikasi

1.      Perdarahan

2.      Ulcerasi

3.      Obstruksi parsial

4.      Diare intermitten
5.      Distensi kolon menghilang sensasi regangan rectum yang mengawali proses defekasi.

2.7 Majemen Terapi

          Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan :

1.      Penilaian asupan makanan dan cairan

2.      Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan

3.      Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi.

2.8 Penatalaksanaan

1.      Mencari penyebab

2.      Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan
dan kondisi psikis

3.      Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak
zaitun, laksativa.

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau
lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya
akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.

Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan makan, hypothyroidisme, keadaan mental,
penyakit organis, kelainan congenital, dan sebagainya.  Tanda dan gejala dari obstipasi yaitu Pada
neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan
3 hari atau lebih sakit dan kejang pada perut, pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan
udara dan mekonium yang menyemprot, Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum,
bising usus yang janggal, merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala, terdapat luka pada
anus.

Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor yaitu asupan cairan yang adekuat, kegiatan
fisik dan mental, jumlah asupan makanan berserat. Jenis obstipasi ada dua yaitu obstipasi akut dan
obstipasi kronis.

Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan, Penilaian asupan makanan dan cairan,
Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan), Penilaian penampakan stress emosional pada
anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi. Penatalaksanaannya yaitu mencari penyebab,
menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan
dan kondisi psikis, pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, laksativa.

3.2    Saran

a.       Untuk masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih mengetahui tanda dan gejala serta penanganan untuk obstipasi, dan
menjaga pola makan agar tidak terjadi obstipasi.
b.      Untuk pelayanan kesehatan

Diharapkan petugas keesehatan lebih waspada terhadap kasus obstipasi dan lebih cepat dalam
penanganan terhadap pasien yang mengalami obstipasi.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Fauziah, Afroh. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai