Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN IMPLIKASINYA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh: Isra Nurmai Yenti*

Abstract

Contextual teaching and learning (CTL) is one of approach that able to increase learning teaching
quality. This approach can be applied to all academic material not only social but also science. The
characteristic of this approach is the student directly gets the experience in learning process, so that
learning is meaningfull. For mathematic, students is hoped to get knowledge by construct it, not to
transfer it from another person.

Kata Kunci: pendekatan kontekstual, implikasi, pembelajaran matematika

PENDAHULUAN dapat dipakai menyelesaikan suatu ma-


salah secara efektif dan efisien (Mar-

M
atematika adalah ilmu dasar
pengetahuan. Ini berarti mate- paung dalam Muliyardi, 2003:2).
matika dipakai dalam bidang Salah satu upaya yang dapat di-
ilmu lainnya. Sebagai ilmu dasar, mate- lakukan untuk meningkatkan kualitas
matika harus dikuasai dan dipahami pembelajaran matematika adalah melalui
untuk dapat diterapkan pada ilmu-ilmu penerapan pendekatan kontekstual (Con-
lain. Jika tidak, maka ilmu-ilmu lain juga textual Teaching and Learning/CTL).
sulit dipahami dan dimengerti. Dalam pembelajaran yang menggunakan
Pentingnya mempelajari mate- pendekatan kontekstual siswa memper-
matika tidak menjamin siswa senang oleh pengetahuan dengan mengalami
mempelajarinya, bahkan mereka meng- sendiri apa yang dipelajarinya.
anggap matematika sebagai pelajaran Untuk itu, dalam pembahasan ini
yang sulit dan menakutkan. Ketakutan penulis akan memaparkan tentang pen-
itu berawal dari pendekatan dalam peng- dekatan kontekstual dan implikasinya
ajaran matematika yang terkesan kaku dalam pembelajaran matematika.
dan dogmatis (Sutan, 2003:3). Selain itu
paradigma mengajar yang dipraktekkan PENDEKATAN KONTEKSTUAL
dalam pembelajaran matematika di se- (CTL)
kolah, tidak memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengembangkan ide- Latar Belakang Lahirnya CTL
ide kreatif, kemampuan berpikir strategis
dan menemukan alternatif pemecahan Ada dua teori yang melatar-
masalah, tetapi mereka menjadi sangat belakangi lahirnya CTL, yaitu teori
tergantung pada guru, tidak terbiasa progresivisme John Dewey dan teori
melihat alternatif lain yang mungkin kognitif. Menurut Nurhadi (2003:8) po-

* Penulis adalah Asisten Ahli dalam Mata Kuliah Kalkulus STAIN Batusangkar
118
119 Isra Nurmai Yenti, Pendekatan Kontekstual (CTL) dan Implikasinya dalam Pembelajaran...

kok-pokok pandangan progesivisme an- lated leraning, collaborating, critical


tara lain: and creative thinking, nurturing the
a. Siswa belajar dengan baik apabila individual, reaching high standards,
mereka secara aktif dapat meng- using authentic assessment.”
konstruksi sendiri pemahaman me- Menurut Departemen Pendidikan
reka tentang apa yang diajarkan oleh Nasional (2003:5) menyatakan: “Pende-
guru. katan kontekstual (Contextual Teaching
b. Anak harus bebas agar bisa ber- and Learning/CTL) adalah konsep be-
kembang wajar. lajar yang membantu guru mengaitkan
c. Penumbuhan minat melalui peng- antara materi yang diajarkannya dengan
alaman langsung untuk merangsang situasi dunia nyata siswa dan mendorong
belajar. siswa membuat hubungan antara pe-
d. Guru sebagai pembimbing dan pe- ngetahuan yang dimilikinya dengan pe-
neliti. nerapannya dalam kehidupan mereka
e. Harus ada kerjasama antara sekolah sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
dan masyarakat. komponen utama pembelajaran efektif,
f. Sekolah progresif harus merupakan yakni: konstruktivisme (Constructivism),
laboratorium untuk melakukan ekspe- bertanya (Questioning), menemukan
rimen. (Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Teori kognitif menegaskan bahwa Community), pemodelan (Modeling), ref-
siswa akan belajar dengan baik apabila leksi (reflection) dan penilaian sebenar-
mereka terlibat secara aktif dalam segala nya (Authentic Assessment).”
kegiatan di kelas dan berkesempatan Jadi, pendekatan kontekstual ada-
untuk menemukan sendiri. Hasil belajar lah konsep belajar yang mengaitkan an-
yang diperoleh oleh siswa dapat berupa tara materi pelajaran dengan aplikasinya
apa yang mereka ketahui dan apa yang dalam kehidupan sehari-hari. Siswa di-
yang dapat mereka lakukan. tuntut menemukan dan mengembangkan
Berpijak pada kedua teori tersebut, pengetahuan dan keterampilan baru se-
pandangan konstruktivisme berkembang. suai dengan pengetahuan yang mereka
Melalui landasan pandangan konstruk- miliki. Dengan demikian, siswa akan le-
tivisme, CTL dijadikan sebagai alternatif bih memahami dan lebih memaknai
strategi belajar yang baru. pengetahuannya itu.

Pengertian Pendekatan Kontekstual Komponen-Komponen CTL


(CTL) CTL terdiri atas tujuh komponen
Johnson (2002:25) merumuskan utama yaitu, konstruktivisme (Construc-
pengertian CTL sebagai berikut: tivism), bertanya (Questioning), mene-
mukan (Inquiri), masyarakat belajar
”The CTL system is an educational (Learning Community), pemodelan (Mo-
process that aims to help students see deling), refleksi (reflection) dan penilai-
meaning in the academic material they an sebenarnya (Authentic Assessment).
are studying by connecting academic Berikut jabaran masing-masing kom-
subjects with the context of their daily ponen.
lives, that is, with the context of their
personal, social, and cultural circum- 1) Konstruktivisme.
stances. To achieve this aims, the system Konstruktivisme adalah salah satu
encompasses the following eight com- aliran filsafat pengetahuan yang me-
ponents: making meaningful connec- nekankan bahwa pengetahuan kita me-
tions, doing significant work, self-regu- rupakan hasil konstruksi (bentukan) kita
Ta’dib Volume. 12, No. 2 (Desember 2009) 120

sendiri (von Glasersfeld dalam Betten- Masyarakat belajar adalah kegiatan


court, 1989). Komponen ini merupakan belajar yang terjadi melalui kerjasama
landasan berpikir CTL yaitu bahwa pe- dengan orang lain. Masyarakat belajar
ngetahuan dibangun oleh manusia se- bisa terjadi apabila ada proses komuni-
dikit demi sedikit yang hasilnya di- kasi dua arah dan tidak ada pihak yang
perluas melalui kontek yang terbatas. dominan dalam komunikasi tersebut.
Dalam pandangan ini, strategi Prakteknya dalam pembelajaran ter-
memperoleh lebih diutamakan diban- wujud dalam bentuk kelompok kecil,
dingkan seberapa banyak siswa mem- kelompok besar, mendatangkan ahli ke
peroleh dan mengingat pengetahuan. kelas, bekerja dengan kelas sederajat,
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bekerja kelompok dengan kelas di
bahwa siswa harus menemukan dan atasnya, bekerja dengan masyarakat dan
mentransformasikan suatu informasi sebagainya.
kompleks ke situasi lain dan apabila 5) Pemodelan
dikehendaki, informasi itu menjadi milik
mereka sendiri. Selain itu, siswa harus Model adalah contoh yang dapat
mengkonstruksi pengetahuan tersebut ditiru. Dalam CTL, guru bukan satu-
dan memberi makna melalui pengalaman satunya model. Model dapat dirancang
nyata. dengan melibatkan siswa. Model juga
dapat didatangkan dari luar.
2) Bertanya
6) Refleksi
Bertanya adalah suatu strategi
yang digunakan secara aktif oleh siswa Refleksi merupakan cara berpikir
untuk menganalisis dan mengeksplorasi tentang apa yang baru dipelajari atau
gagasan-gagasan (Nurhadi, 2003:45). berpikir ke belakang tentang hal-hal
Pada semua aktivitas belajar, bertanya yang telah dilakukan pada masa lalu.
dapat diterapkan: antara siswa dengan Dengan metoda ini, siswa akan mampu
siswa, antara guru dengan siswa, antara berpikir ulang dan menganalisa ilmu
siswa dengan guru, antara siswa dengan pengetahuan yang baru didapatnya.
orang lain yang didatangkan ke kelas 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic
dan sebagainya. Assessment)
3) Menemukan Assessment adalah proses pe-
Menemukan adalah salah satu cara ngumpulan berbagai data yang bisa
dalam mendapatkan sesuatu. Menemu- memberikan gambaran perkembangan
kan merupakan bagian inti dari kegiatan siswa. Dengan cara ini, guru dapat me-
pembelajaran menggunakan CTL. Guru mastikan bahwa siswa mengalami proses
harus selalu merancang kegiatan yang pembelajaran yang benar. Jadi, inti dari
merujuk pada kegiatan menemukan. Ada penilaian yang sebenarnya adalah “Apa-
beberapa langkah yang harus dilakukan kah siswa telah belajar” bukan apa yang
untuk kegiatan menemukan, yaitu: me- telah diketahui siswa. Siswa tidak hanya
rumuskan masalah, mengamati atau me- dinilai kemampuannya dari ulangan saja,
lakukan observasi, menganalisis dan me- namun penilaian dilakukan dengan ber-
nyajikan hasil (berupa tulisan, gambar, bagai cara, misalnya PR, kuis, karya
laporan, bagan, tabel dan karya lainnya) siswa, presentasi atau penampilan siswa,
dan mengkomunikasikan (pada pem- laporan dan lain-lain. Ott (1994:3)
baca, teman sekelas, guru atau yang mengemukakan bahwa: Alternative
lainnya). assessment techniques consists of
observing students working in class,
4) Masyarakat belajar asking questions, and listening to their
121 Isra Nurmai Yenti, Pendekatan Kontekstual (CTL) dan Implikasinya dalam Pembelajaran...

answers. They involve student pre- mengkonstruksikan pengetahuan bagi


sentations, extended projects, and per- dirinya dan bahwa pengetahuan itu bu-
formance tasks. The creation of kan hasil proses transformasi dari guru
portfolios and written journals that show (Muliyardi, 2002:3).
and describe student’s work are very Dalam hubungannya dengan pe-
useful techniques. Other less frequently lajaran matematika, Nikson (1992) da-
used but viable techniques are the use of lam Muliyardi (2002:3) mengemukakan
interviews, conferences, and student- bahwa pembelajaran matematika adalah
constructed tests. upaya membantu siswa untuk meng-
Menurut Newmann & Wehlage konstruksi konsep-konsep atau prinsip-
(1993) dalam Johnson (2002:166) ke- prinsip matematika dengan kemampuan-
untungan penilaian autentik bagi siswa nya sendiri melalui proses internalisasi
adalah: sehingga konsep atau prinsip itu ter-
bangun kembali. Dengan demikian, pada
 Fully reveal how well they under- pembelajaran matematika siswa dibiasa-
stand academic material. kan untuk memperoleh pemahaman me-
 Reveal and strengthen their command lalui pengalaman tentang sifat-sifat yang
of SCANS competencies such as dimiliki dan tidak dimiliki dari suatu
gathering information, using resour- objek. Dengan pengamatan terhadap
ces, handling technology, and thin- contoh-contoh dan bukan contoh di-
king systematically. harapkan siswa mampu menangkap
 Connect learning with their own pengertian suatu konsep.
experience, their own world, and the
larger community. Penerapan Pendekatan Kontekstual di
 Sharpen higher order thinking skills Kelas
as they analyze, synthesize, identify Pendekatan kontekstual dapat di-
problems, create solutions, and follow laksanakan dengan berbagai macam stra-
cause-effect connections. tegi, yaitu: pengajaran berbasis masalah,
 Accept responsibility and make pengajaran kooperatif, pengajaran ber-
choices. basis inkuiri, pengajaran berbasis pro-
 Relate to others, collaborating on yek/tugas, pengajaran berbasis kerja dan
tasks. pengajaran berbasis jasa layanan (Nur-
 Learn to evaluate their own level of hadi, 2003:55). Berikut penjelasan ten-
performance. tang strategi pengajaran berbasis ma-
salah dan pengajaran kooperatif yang
dapat digunakan dalam pembelajaran
IMPLIKASI CTL DALAM PEM- matematika.
BELAJARAN MATEMATIKA
Pengajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Matematika Pengajaran berbasis masalah (Pro-
Pembelajaran merupakan suatu blem-Based Learning) adalah suatu pen-
upaya menciptakan kondisi yang me- dekatan pengajaran yang menggunakan
mungkinkan siswa dapat belajar. Pem- masalah dunia nyata sebagai konteks
belajaran lebih menekankan pada bagai- bagi siswa untuk belajar tentang cara
mana upaya guru mendorong atau berpikir kritis dan keterampilan pe-
menfasilitasi siswa belajar, bukan pada mecahan masalah, serta untuk mem-
apa yang dipelajari siswa. Istilah pembe- peroleh pengetahuan dan konsep yang
lajaran lebih menggambarkan bahwa esensial dari materi pelajaran (Nurhadi,
siswa lebih banyak berperan dalam 2003:55).
Ta’dib Volume. 12, No. 2 (Desember 2009) 122

Ciri-ciri pengajaran berbasis ma- si proses mereka gunakan.


salah dalam Ibrahim (2000a:5-7) adalah: pemecahan
masalah
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Ronis (2001:58) menyatakan “...the Sumber: Ibrahim, 2000a:13
problem may be voiced as a question, Pengajaran Kooperatif
a case study, an example, a charge, a
Pengajaran kooperatif merupakan
hyphothesis, or a situation. The prob-
strategi pembelajaran yang mengutama-
lem should be realistic so that
kan adanya kerjasama antara siswa
students can relate to its context...”.
dalam kelompok untuk mencapai tujuan
2) Berfokus pada keterkaitan antar di-
pembelajaran (Johnson & Johnson dalam
siplin. Masalah yang telah dipilih Ismail, 2003:18). Para siswa dibagi da-
dalam diselesaikan dari berbagai mata lam kelompok-kelompok kecil untuk se-
pelajaran. cara bersama menyelesaikan atau mem-
3) Penyelidikan autentik pelajari tugas yang diberikan kepada
4) Menghasilkan produk/karya dan me- kelompoknya. Dalam pengajaran koope-
mamerkannya. Produknya dapat be- ratif ini, guru bertindak sebagai fasili-
rupa laporan, model fisik, video atau tator.
program komputer. Pengelompokkan siswa dalam
Pola keseluruhan dan alur kegiatan pengajaran kooperatif merupakan penge-
pada pengajaran berbasis masalah dapat lompokkan yang heterogenitas (ber-
dilihat pada tabel di bawah ini. macam ragam). Pengelompokkan ini da-
Tabel 1: Sintak Pengajaran Berbasis pat dibentuk dengan memperhatikan ke-
Masalah anekaragaman gender, latar belakang so-
sio-ekonomi, etnik dan kemampuan aka-
Tahap Tingkah Laku Guru demis (Lie, 2002:40).
Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pem- Langkah-langkah pembelajaran
Orientasi belajaran, menjelaskan logistik menggunakan pengajaran kooperatif
siswa yang dibutuhkan, memotivasi adalah:
kepada siswa terlibat pada aktivitas
masalah pemecahan masalah yang di- Tabel 2: Sintak Pengajaran Kooperatif
pilihnya.
Tahap-2 Guru membantu siswa men- Tahap Tingkah Laku Guru
Mengorgani definisikan dan mengorgani- Tahap-1 Guru menyampaikan semua
sasi siswa sasikan tugas belajar yang Menyampai tujuan pelajaran yang ingin
untuk berhubungan dengan masalah kan tujuan dan dicapai pada pelajaran ter-
belajar tersebut. memotivasi sebut dan memotivasi siswa
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk siswa belajar.
Membim mengumpulkan informasi Tahap-2 Guru menyajikan informasi
bing penye- yang sesuai, melaksanakan Menyajikan kepada siswa dengan jalan
lidikan indi- eksperimen untuk mendapat- informasi demonstrasi atau lewat ba-
vidual atau kan penjelasan dan pemecahan han bacaan.
kelompok masalah. Tahap-3 Guru menjelaskan kepada
Tahap-4 Guru membantu siswa dalam Mengorganisa siswa bagaimana caranya
Mengemban merencanakan dan menyiap- sikan siswa ke membentuk kelompok be-
gkan dan kan karya yang sesuai seperti dalam kelom- lajar dan membantu setiap
menyajikan laporan, video dan model dan pok-kelompok kelompok agar melakukan
hasil kerja membantu mereka untuk ber- belajar transisi secara efisien.
bagi tugas dengan temannya. Tahap-4 Guru membimbing kelom-
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk Membimbing pok-kelompok belajar pada
Mengana melakukan refleksi atau eva- kelompok be- saat mereka mengerjakan
lisis dan luasi terhadap penyelidikan kerja dan bela- tugas.
mengevalua mereka dan proses yang jar
123 Isra Nurmai Yenti, Pendekatan Kontekstual (CTL) dan Implikasinya dalam Pembelajaran...

Tahap-5 Guru mengevaluasi hasil tentang cara menyelesaikan ma-


Evaluasi belajar tentang materi yang salah tersebut.
telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mem-  Tahap 3: membimbing penyelidikan
presentasikan hasil kerjanya individual maupun kelompok
Tahap-6 Guru mencari cara-cara
 Guru membimbing/mendorong
Memberikan untuk menghargai baik
penghargaan upaya maupun hasil belajar untuk mencari persamaan garis
individu dan kelompok yang sederhana, menemukan pen-
jelasan masalah dan cara penentu-
Sumber: Ibrahim, 2000b:10
an nilai optimum.
Pelaksanaan pengajaran kooperatif  Guru mendorong dialog atau dis-
dalam proses pembelajaran dapat dilaku- kusi antar siswa dalam kelompok-
kan dengan menerapkan salah satu tipe. nya untuk menentukan persamaan
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif ter- garis yang sederhana, meng-
sebut adalah Students Teams Achieve- gambar persamaan garis dan pe-
ment Division (STAD), Teams Games nentuan nilai optimum.
Tournamens (TGT), Cooperative Integ-
 Tahap 4: mengembangkan dan me-
rated Reading and Composition (CIRC),
nyajikan hasil kerja
Group Investigation (GI), Jigsaw, Think-
 Guru memilih dua kelompok se-
Pair-Share, Numbered Head Together,
cara acak untuk mempresen-
Learning Together (belajar bersama),
tasikan hasil pemecahan masalah
kancing gemerincing, dua tinggal dua
yang masing-masing diwakili oleh
tamu dan lain-lain.
salah seorang anggota kelompok,
Contoh Penerapan Pendekatan Kon- sedangkan kelompok yang lain
tekstual dalam Pembelajaran Mate- menanggapi.
matika  Tahap 5: menganalisis dan meng-
Kompetensi Dasar (KD): ”Me- evaluasi proses pemecahan masalah
nyelesaikan model matematika dari ma-  Guru membantu siswa mengkaji
salah program linear dan penafsirannya”. ulang proses/hasil pemecahan
KD ini dapat dilakukan dengan dua cara masalah
yaitu dengan metode uji titik pojok dan
garis selidik. Penyelesaian model mate-
LEMBARAN KERJA SISWA
matika dari masalah program linear de-
ngan garis selidik menggunakan pengajar- Nama :………………… ….
an berbasis masalah, adalah sebagai Kelompok: ..................... Tanggal
berikut: :……………
 Tahap 1: mengorientasikan siswa Petunjuk: Waktu yang disediakan adalah
pada masalah 30 menit
 Guru mengajukan masalah yang
Proyek 1: Memahami pengertian garis
ada di LKS dan meminta siswa
selidik
mempelajari masalah tersebut.
 Guru memotivasi siswa terlihat Diketahui suatu persamaan garis
pada aktifitas pemecahan masalah 2x + y = k (k  R). Titik potong garis 2x
yang ada di LKS. + y = k dengan sumbu koordinat dapat
ditentukan sebagai berikut:
 Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk
belajar Titik potong dengan sumbu x
 Guru meminta siswa mengemuka- didapat dari y = 0
kan ide kelompoknya sendiri 2x + 0 = k  x = …
Ta’dib Volume. 12, No. 2 (Desember 2009) 124

Jadi titik potong dengan sumbu x a. Untuk garis 2x + y = k1 yang


adalah … terletak paling jauh dari titik
Titik potong dengan sumbu y pangkal dan melewati titik A
didapat dari x = 0 (x1,y1) (titik A(x1,y1) terletak pada
2 (0) + y = k  y = … daerah himpunan penyelesaian)
maka A(x1,y1) merupakan titik
Jadi titik potong dengan sumbu y
yang menjadikan bentuk 2x + y
adalah …Grafik garis 2x + y = k dapat
maksimum. Nilai maksimum ben-
dilukis dengan menghubungkan titik
tuk objektif itu sama dengan 2x1 +
potong garis terhadap sumbu x dan titik
y1= k1.
potong garis terhadap sumbu y.
b. Untuk garis 2x + y = k2 yang
1. Gambarlah grafik garis 2x + y = k terletak paling dekat dari titik
untuk nilai k = 0, k = 1, k = 2, k = 3, pangkal dan melewati titik B(x2,y2)
k = 4, k = 5, k = 6, k =7, k = 8, k = 9 (titik B(x2,y2) terletak pada daerah
dan k = 10 dengan skala 1 cm untuk himpunan penyelesaian) maka
1 satuan. B(x2,y2) merupakan titik yang
2. Berdasarkan gambar di atas, apa yang menjadikan bentuk 2x + y mini-
dimaksud dengan garis selidik? mum. Nilai minimum bentuk ob-
jektif itu sama dengan 2x2+y2= k2.
Proyek 2: Menentukan nilai optimum
suatu fungsi objektif
KESIMPULAN
Diketahui suatu sistem pertidak-
samaaan linear x  0, y  0, x + y  5, Pendekatan kontekstual (CTL) da-
dan x + 2y  6 dengan x dan y  R. pat meningkatkan kualitas pembelajaran
Bentuk objektifnya merupakan persama- matematika. Pada pendekatan konteks-
an garis selidik dari proyek 1 yang tual (CTL), siswa mengalami langsung
berbentuk 2x + y. materi atau konsep yang diajarkan.
Materi pelajaran ditemukan sendiri oleh
1. Tunjukkan daerah himpunan penye- siswa, bukan hasil pemberian dari orang
lesaian sistem pertidaksamaan di atas lain. Kelas bukanlah tempat untuk men-
pada bidang Cartesius. catat atau menerima informasi dari guru,
2. Dengan menggunakan garis selidik, akan tetapi kelas digunakan untuk saling
tentukan nilai optimum (maksimum membelajarkan.
dan minimum) dari bentuk objektif 2x
+ y, dengan ketentuan:

DAFTAR RUJUKAN

Bettencourt, A. 1989. What is Construc- Ibrahim, Muslimin. 2000a. Pengajaran


tivism and Why are They All Berdasarkan Masalah, Surabaya:
Talking about It? Michigan State UNESA-University Press,
University, _____. 2000b. Pembelajaran Kooperatif,
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Surabaya: UNESA
Pendekatan Kontekstual (Contex- Ismail. 2003. Model-Model Pembelajar-
tual Teaching and Learning/ CTL), an, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Jakarta Lanjutan Pertama Dirjen Pendidik-
an Dasar dan Menengah Dep-
diknas
125 Isra Nurmai Yenti, Pendekatan Kontekstual (CTL) dan Implikasinya dalam Pembelajaran...

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Nurhadi dan Senduk. 2003. Agus


Teaching and Learning: What It is Gerrad, Pembelajaran Kontekstual
and Why It’s Here to Stay, (Contextual Teaching and Learn-
California: Corwin Press Inc ing/CTL) dan Penerapannya da-
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning lam KBK, Malang: Universitas
Mempraktekkan Cooperative di Negeri Malang
Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Ott, Jack. 1994. Alternative Assessment
Gramedia in the Mathematics Classroom,
Muliyardi. 2002. Strategi Pembelajaran New York: Glencoe/McGraw-Hill
Matematika, Padang: Jurusan Ronis, Diane. 2001. Problem Based
Matematika FMIPA UNP Learning for Math and Science:
_____. 2003. Ketika Seni Bercumbu Integrating Inquiry and the Inter-
dengan Matematika, Makalah di- net, America: Skylight Training
sajikan pada Seminar Nasional and Publishing Inc
Difusi dan Inovasi Pembelajaran Sutan, Firmanawaty. 2003. Mahir
Matematika di Universitas Negeri Matematika melalui Permainan,
Padang Tanggal 6 September Jakarta: Puspa Swara

Anda mungkin juga menyukai