TUGAS MAKALAH
PSORIASIS
OLEH:
KELOMPOK 1
ii
BAB I
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
I.1 EPIDEMIOLOGI
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang sering ditemui dikalangan
masyarakat, penyakit ini memiliki gejala dan jenis yang berbeda-beda. Gejala penyakit
kulit sering di abaikan begitu saja karena dianggap hal biasa, namun dalam kasus
tertentu penyakit kulit apabila dibiarkan akan bedampak kronik. Salah satu jenis
penyakit kulit kronik yang sering dijumpai yaitu psoriasis. Psoriasis merupakan
penyakit kulit kronik yang ditandai dengan peradangan kulit dan timbul secara
berulang-ulang sehingga akan menimbulkkan rasa tidak nyaman bagi penderitanya.
Ciri-ciri psioriasis adalah adanya lesi yang khas dengan plak eritrema, dtutupi oleh
skuama yang kasar dan transparan. (Leo, 2015)
Ferdinan Von Hebra adalah seorang dermatologi yang berasal dari Vienna, pada
tahun 1841 Ferdinan memberikan nama Psoriais dimana nama ini berasal dari bahasa
Yunani yaitu kata “psora” yang memiliki arti “gatal”. Namun hingga saat ini penyebab
psoriasis masih belum pasti, sehingga penyakit ini sulit untuk disembuhkan. Meskipun
psoriasis tidak mengancam jiwa penderita dan merupakan bukan penyakit menular,
apabila tidak ditangani dengan baik psoriasis dapat merusak organ dalam tubuh. ( M.
Syahputra, 2021). Selain itu psoriasis akan sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya baik dari segi penampilan, kenyamanan maupun diskriminasi. Dalam
kasus ini tidak dapat data epidemiologi secara menyeluruh yang menyatakan perbedaan
rasio kasus psoriasis pada seseorang. Sehingga penderita psoriasis dapat berasal dari
berbagai latar belakang social, jenis kelamin maupun usia.
1.2 ETIOLOGI
Etiologi psoriasis sampai saat ini masih belum jelas, karena penyakit ini
merupakan penyakit multifaktorial. Secara umum beberapa faktor pencetus psoriasis
adalah genetika. Terkait faktor genetika psoriasis vulgaris yaitu terutaama pada lokus
major histocompatibility complex (MHC) di kromosom 6. Pada psoriasis pustular yang
berkaitan dengan genetika yaitu pada mutase gen IL36RN. Riwayat penyakit genetik
ini akan memberikan peluang lebih tinggi apabila dikeluarganya terdapat kasus yang
serupa. Sedangkan psoriasis gutata berkaitan dengan factor lingkungan seperti obat-
obatan, sinar matahari, stress, rokok dan alkohol. (Marsha K, 2021).
1
BAB II
GEJALA DAN TANDA
Pasien dengan kondisi psoriasis pada umumnya tidak menunjukkan perubahan dalam
kondisi umum. Kecuali bila stadium penyakitnya sudah sampai pada eritroderma. Penderita
biasanya mengeluh rasa gatal, kaku, atau terasa sakit bila bergerak. Gambaran klasik berupa
adanya plak eritematosa meliputi adanya skuama putih yang disertai dengan munculnya titik-
titik perdarahan apabila skuama dilepas; berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat
menutupi sebagian besar area tubuh dengan bentuk umum simetris. Adapun gejala pertama
psoriasis berupa makula dan papula eritema yang muncul tiba-tiba dan membesar secara
sentrifugal. Makula dapat bergabung hingga membentuk lesi-lesi yang lebar. Manifestasi klinis
dari psoriasis sendiri bervariasi, namun yang paling umum dijumpai adalah jenis psoriasis
vulgaris yang ditemukan pada 80% kasus. Psoriasis juga bisa menyerang kulit, kuku, mukosa,
dan sendi akan tetapi tidak menganggu rambut.
Diagnosis dibuat atas dasar klinis, tidak dapat ditegakkan hanya pada gambaran
histopatologi saja. Penyakit ini berlangsung secara kronis dan dengan lesi makula eritematus
simetris, ditutupi oleh skuama kasar berlapis-lapis, transparan, dan berwarna seperti mika atau
perak. Lesi terutama ditemukan pada daerah kulit yang sering mengalami gesekan dan tekanan
seperti siku, lutut, dan daerah punggung. Penyakit ini dapat berdampak pada pengurangan
kualitas hidup pasien dan juga morbiditas akibat dari adanya eksaserbasi klinis dan juga kondisi
lesi yang parah pada area kulit yang tidak tertutup, manifestasi sistemik, dan juga efek samping
dari obat. Disamping pemeriksaan kulit, pemeriksaan laboratorium lain perlu dilaksanakan
untuk mencari faktor penyebab atau pencetus penyakit.
2
BAB III
DATA LABORATORIUM
3
3.3 DIAGNOSA BANDING
a. Pitiriasis plak eritem skuama papul folikular keratolitik yang sudah menahun batas
tegak penebalan di telapak tangan dan kaki.
b. Dermatitis serboroik; skuma berminyak berwarna kekuningan prideliksi pada tempat
yang seboroik.
c. Candidosis; gatal akut atau subakut eritam dan ada lesi satelit berupa vasikel-vasikel
atau papul-papul kecil yang basah (madidan).
d. Tinea; keluhan sangat gatal pada kulit dan di temukan jamur. Sipilis stadium II (coitus
suspektus) yaitu, pembesaran kelenjar getah bening dari hasil tes (TSS)+.
e. Pitirisis rosea; tidak ditemukan gejala konstitusi namun biasanya gatal ringan skuama
halus lesi inisial (Herald Patch) soliter berbentuk oval atau anuler dengan diameter 3
cm mirip pohon cemara terbalik, predileksi di badan lengan atas bagian proksimal dan
paha atas.
f. Dermatitis Atopik; berbentuk infantil-dewasa lesi kering likenifikasi predileksi di
tengkik fleksor kubital dan poplitea (bentuk dewasa).
g. Liken planus; keluhan sangat gatal papul poligonal datar berkilat fenomena kobner
(isomorfik) ada garis anyaman putih (striae wickham) ada cekungan di tengah (delle)
predileksi di ekstremitas lengan fleksor (pergelangan tangan dan lengan bawah)
selaput lendir dan alat kelamin dapat sembuh 1-2 tahun (Patrich, 1999).
3.4 LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu banyak membantu diagnosis psoriasis.
Namun dengan adanya pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk menemukan
adanya penyakit penyerta lain yang menyertai psoriasis, seperti pemeriksaan kadar gula
darah dan kolestrol untuk penyakit diabetes militus (Sinaga 2013).
4
BAB IV
KLASIFIKASI
Psoriasis dibagi menjadi psoriasis plak (psoriasis vulgaris), psoriasis gutata, psoriasis
pustulosa generalisata/lokalisata, Psoriasis kuku, psoriasis inversa, dan eritroderma psoriatika.
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis yang diklasifikasikan sesuai dengan perbedaan
bentuk klinisnya maupun pemicu terjadinya.
5
Eritoderma Eritoderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan
Psoriatik topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri
yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis
tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama
tebal secara keseluruhan. (Djuanda A.,2011).
Psoriasis Psoriasis jenis terjadi pada bagian kuku jari maupun kuku
Kuku kaki. Pada psoriasis kuku paling seringdi jumpai berupa
pitting nail atau cekungan mulai dari 0,5mm – 2,0mm.
kuku berwarna kekuningan, biasa disebut oil spots atau
kuku yang terlepas dari dasarnya. (Langley dan Ellis,
2004).
6
BAB V
PANDUAN TERAPI
Tujuan pemberian terapi untuk penyakit psoriasis adalah tidak muculnya lesi, sehingga
pemberian terapi dapat dimodifikasi secara individual. Pada kasus psoriasis perlu dikakukan
identifikasi tipe, derajat keparahan psoriasis guna memilih tata laksana terapi yang sesuai.
Derajat keparahan psoriasis dapat ditentukan ditentukan dengan skor presentase dari body
surface area (BSA) atau psoriasis area and severity index (PASI). (Widaty., 2017)
Pemilihan terapi lini pertama untuk terapi dari psoriasis ringan dapat diberikan
pengobatan topikal misalnya emolien, kortikosteroid, keratolitik, analog vitamin D. Bila tidak
memberikan respon yang baik, dapat dilakukan langkah selanjutnya dengan fototerapi dan
terapi sistemik. Pada kondisi khusus dapat diberikan terapi sistemik pada kasus psoriasis ringan,
yaitu pada keadaan keterlibatan area luas pada kulit yang tidak responsif pada terapi topikal,
pada bagian tubuh seperti pada tangan dan wajah serta area yang resisten terhadap pengobatan
topikal. Keberhasilan dari pemberian terapi psoriasis dapat diukur berdasarkan beberapa
indikator, yaitu tungkat keparahan dari kelainan kulit yang dapat diukur diukur berdasarkan
presentase BSA/PASI dan dampak penyakit pada kualitas hidup pasien yang dihitung dengan
Dermatology Life Quality Index (DLQI). (Widaty., 2017) Terapi psoriasis dikatakan berhasil
bila PASI 75 tercapai, yaitu penurunan 75% dari skor PASI. apabila PASI 50 tidak tercapainya
penurunan 50% maka terapi psoriasis dapat dinyatakan gagal. (Gisondi P., 2017)
1. Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas kelainan kulit kurang dari
3% (psoriasis tingkat ringan)
2. Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis sedang sampai berat, selain itu
juga dipakai untuk mengobati psoriasis yang tidak berhasil dengan pengobatan topical
3. Pengobatan sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus untuk psoriasis sedang
sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh) atau psoriatik arthritis berat yang
disertai dengan cacat tubuh. (Fuller LC.,2014)
Topikal emolien urea, petrolatum, parafin cair, minyak mineral, gliserin, asam
glikolat
Keratolik Asam salisilat (tidak dapat digunakan pada saat fototerapi karena
asam salisilat dapat mengurangi efikasi UVB)
8
BAB VI
LUARAN TERAPI
Terapi psoriasis terdiri dari dua tipe pengobatan pada penderita psoriasis yaitu
pengobatan sistemik dan pengobatan topikal dimana pengobatan sistemik lebih banyak
memberikan efek samping. Terapi Non Farmakologi penyakit kronik seperti psoriasis tidak
dapat sembuh total, pengobatan secara farmakologi dilakukan untuk mengurangi gejala yang
dirasakan pasien yaitu rasa gatal dan kemerahan yang timbul akibat psoriasis. Terapi Non
Farmakologi dilakukan untuk mencegah kemungkinan munculnya penyakit penyerta lain
karena psoriasis seperti diabetes, depresi, dan penyakit jantung. (Menter,A., dkk, 2020)
9
BAB VII
PERHATIAN KHUSUS PADA TERAPI OBAT
10
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Dyah, Febriyani. 2021. Terapi pada Psoriasis. Jurnal Media Kahutama
11
Widaty, S dkk. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia.
12