Anda di halaman 1dari 123

BAB IV

KONFERENSI KASUS

A. Pengertian

Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap

atau bimbingan konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli)

dalam suatu pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat

memberikan keterangan, kemudian dan komitmen bagi terentaskannya

permasalahannya siswa (konseli), memang tidak semua masalah yang

dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan konferensi kasus.tetapi untuk

masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain

tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui

konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli). Walaupun

demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.

Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus, hanya

mereka yang dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan langsung

dengan permasalahan siswa (konseli) yang boleh dilibatkan dalam

konferensi kasus. Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul dalam

konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para

peserta konferensi. konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan“

yang akan menentukan hukuman bagi siswa. Misalnya, konferensi kasus

untuk membahas kasus narkoba yang dialami siswa X. keputusan yang

diambil dalam konferensi bukan bersifat “mengadili“ siswa yang

bersangkutan, yang keputusan akhirnya siswa dipaksa harus dikeluarkan di


sekolah, akan tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan

bagaimana cara terbaik agar siswa tersebut bisa sembuh dari

ketergantungan narkoba.

B. Tujuan

Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan

data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak

yang terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan

masalah.secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-

fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseli.berkenaan dengan fungsi

pemahaman, semakin lengkap degan akurat data tentang permasalahan

yang dibahas, maka akan semakin dipahami secara mendalam

permasalahan itu oleh konselor dan pihak-pihak lain yang hadir dalam

konferensi kasus.pemahaman tersebut digunakan untuk menangani

permasalahan baik dalam arah pencegahan kemungkinan-kemungkinan

terjadi hal-hal yang lebih merugikan (fungsi pencegahan) maupun arah

pengentasan masalah yang dialami oleh klien (siswa).

Selain itu,tujuan konferensi kasus adalah untuk mengembangkan

dan pemeliharaan potensi-potensi individu (siswa) atau pihak-pihak yang

terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam konferensi kasus (fungsi

pengembangan dan pemeliharaan).dengan tercegah dan terentaskannya

permasalahannya serta berkembang dan terpeliharanya berbagai

potensi,berarti hak-hak klien (siswa) dapat terjaga dan terpelihara

aktualitasnya.
Secara khusus konferensi kasus bertujuan untuk :

1. Mendapatkan konsistensi,kalau guru atau konselor teryata

menemukan berbagai data informasi yang dipandang saling

bertentangan atau kurang satu sama lain (cross Check data).

2. Mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam

menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pihak yang

menyagkut diri siswa (konseli) guna memudahkan pemgambilan

keputusan.

3. Mendapatkan pengertian,penerimaan,persetujuan dari komitmen

peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang

dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya.

C. Langkah-langkah Dalam Konferensi Kasus

Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Kepala sekolah atau koordinator BK / konselor mengundang para

peserta konferensi kasus,baik atas insiatif guru,wali kelas atau konselor

itu sendiri.mereka yang diundang adalah orang-orang yang memilki

pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan mereka

yang dipandang memiliki keahlihan tertentu terkait dengan

permasalahan yang dihadapi siswa (konseli),seperti :orang

tua,wali,kepala sekolah,guru tertentu yang memilki kepentingan

dengan masalah siswa (konseli),wali kelas,dan bila perlu dapat


menghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah

siswa (konseli),seperti : psikolog,dokter,dan ahli lain yang terkait.

2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus,kepala sekolah atau

konselor membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud

dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen

dari para peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang

dihadapi siswa (konseli),serta menyampaikan pentingnya pemenuhan

asas-asas dalam bimbingan dan konseli,khususnya asas kerahasiaan.

3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan

yang dihadapi siswa (konseli). Dalam mendeskripsikan masalah siswa

(konseli),terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa

(konseli),misalkan tentang potensi, sikap, dan perilaku positif yang

dimiliki siswa (konseli), sehingga para peserta bisa melihat hal-hal

positif dari siswa (konseli) yang bersangkutan.selanjutnya,disampaikan

berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan data / informasi

lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah terindentifikasi /

terinventarisasi, serta upaya-upaya pengentasan yang telah dilakukan

sebelumnya.

4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli),selanjutnya para peserta

lain mendiskusikan dan diminta tanggapan,masukan,dan konstribusi

persetujuan atau penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam

rangka pengetahuan / remedial atas masalah yang dihadapi siswa

(konseli)
5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya

konferensi menyimpulkan beberapa rekomendasi / keputusan berupa

alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh konselor,para

peserta,dan siswa (konseli) yang bersangkutan untuk mengambil

langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan

masalah siswa (konseli).

D. Komponen

Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus yaitu kasus itu

sendiri, peserta, dan pembimbing atau konselor.

1. Kasus-kasus yang ada dalam konferensi kasus dapat mencakup :

a. masalah klien yang sedang ditangani oleh konselor.

b. masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang

yang belum ditangani oleh konselor.

c. kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi

bermasalah.

d. Laporan terjadinya masalah tertentu.

e. Isu yang patut ditangani oleh memperoleh penanganan

yang memadai.

2. Peserta, para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah

semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang

dibahas. Secara lebih rinci,pihak-yang terkait dengan permasalahan

(peserta konferensi kasus) adalah :


a. Individu (seorang atau lebih) yang secara langsung

mengalami masalah.

b. Individu (seorang atau lebih) yang terindikasi secara

masalah.

c. Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan

masalah yg di bahas.

d. Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi

pencapaian tujuan konferensi kasus.

e. Ahli berkenaan degan masalah byang dibahas.

3. Konselor (pembimbing) merupakan penyelenggara konferensi

kasus mulai perencanaan, peleksanaan, penggunaan hasil, hingga

pelaporan secara menyeluruh.

E. Teknik

Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik

sebagai berikut :

1. Kelompok informal. Konferensi kasus yang menggunakan teknik

ini bersifat tidak resmi, Artinya tidak menggunakan cara-cara

tertentu yang bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau

perintah dari siapa pun.

2. Pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:


a. Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas

kerahasiaan (apabila memungkinkan penyebutan nama

dihindari).

b. Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus

didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan

sumua pihak yang terkait. Dengan perkataan lain, apapun

yang dibahas tidak merugikan pihak-pihak tertentu.

c. Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif

tanpa pamrih, dan tidak didasarkan atas kriteria kalah

menang.

d. Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan

menerima.

e. Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas

kenormatifan.

3. Pembicaraan terfokus, semua peserta konferensi kasus bebas

menggembangkan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dialami,

dan dibanyagkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang

dibicarakan, namun jangan samapi pembicaraan meluas dluar

konteks, mengada-ada, apalagi sampai menyentuh daerah yang

menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Untuk itu, konselor harus

mampu antara lain :

a. Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam

mengukuti pembicaraan.
b. Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam

pembahasan kasus.

c. Mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh

isi pembicaraan.

F. Pelaksanaan kegiatan

Konferensi kasus dapat dilaksanakan dimana saja,di tempat

konselor bertugas mempraktikan pelayanan profesional,di sekolah dan

madrasah yang menyangkut siswa atau personil sekolah dan madrasah dan

di tempat-tempat lainnya.atau dibuat kesepakatan anatara konselor dan

peserta serta pihak yang bertanggung jawab atas tempat

tertentu.prinsipnya,tempat berlagsungnya konferensi kasus harus nyaman

dan kondusif mendukung pelaksanaan konferensi kasus sesuai tuntutan

asas-asas konseling.

Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai

berikut :

1. Perencanaan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :

a. Menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi.

b. Menyakinkan klien (siswa),tentang pentingnya konferensi

kasus.

c. Menetapakan peserta konferensi kasus.

d. Menetapkan waktu atau tempat knoferensi kasus.


e. Menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan

dalam konferensi kasus.

f. Menyiapkan kelengkapan administrasi

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :

a. Mengomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para

peserta.

b. Menyelenggarakan knoferensi kasus, yang meliputi kegiatan

membuka pertemuan, menyelenggarakan penstrukturan dengan

asas kerahasiaan sebagai pokok kasus, meminta komitmen

peserta untuk penanganan kasus, membahas kasus menegaskan

peran masing-masing peserta dalam penanganan kasus,

menyimpulkan hasil pembahasan dan memantapkan komitmen

peserta, dan menutup pertemuan.

3. Evaluasi

Pada tahap ini hal-hal yang yang di lakukan adalah :

a. Mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi

kasus serta komitmen peserta dalam penanganan kasus.

b. Mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus.

c. Analisis hasil evaluasi.pada tahap ini kegiatan yang dilakukan

adalah melakukan analisis (pembahasan) terhadap efektivitas

hasil konferensi kasus terhadap penangan kasus.

4. Tindak lanjut
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :

a. Menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan

memperkuat komitmen penanganan kasus.

b. Mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus

lanjutan.

5. Laporan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Menyusun laporan kegiatan konferensi kasus.

b. Mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait

dengan kasus yang telah dibahas.

c. Mendokumentasikan laporan yang telah disusun.


DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, A. Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung : Refika Aditama.

Tohirin. 2009. Bimbingan dan konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis

integrasi). Jakarta : Rajawali Pers.


KASUS I ( Sutinah 201401500192)

A. Latar Belakang

Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan

perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling

menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik dan para

tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan

pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Masa remaja

seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan

ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori

perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan

perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena

perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan

lingkungan.

Begitupun dengan permasalahan yang sering muncul pada masa remaja

salah satunya yaitu, kleptomania Kondisi tidak mampu menahan keinginan untuk

mengumpulkan atau menimbun hal. Orang dengan gangguan ini dipaksa untuk

mengambil barang-barang, umumnya benda-benda yang remeh atau tidak ada

nilai yang signifikan, seperti pena, klip kertas, pita, dan mainan kecil.

Kleptomania adalah keinginan yang tak bisa dibendung untuk mengambil

sesuatu yang remeh. Gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja dan

dipandang sebagai kasus yang jarang terjadi pada anak-anak. Kleptomaniak


mengambil karena mereka secara mental tidak stabil, dan bukannya dikategorikan

sebagai tindak kriminal. Penelitian telah menunjukkan bahwa kleptomania lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Meskipun demikian, anak-anak juga

dipengaruhi oleh itu.

1.1 Masalah

Adr adalah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun, ia anak tunggal

dari Ibu Milawati (Almh) dan Bapak Dodi (Alm). Adr sekarang tinggal

bersama nenek dan tantenya, karena kedua orang tuanya sudah meninggal

dunia ia dirawat dan dibesarkan oleh nenek dan tantenya.

Adr sekolah di MTS AL-ISLAMIYAH. Didalam kelas Adr termasuk

anak ceria namun menurut teman sekelasnya ia juga cenderung lebih diam

dan juga terkadang usil kepada teman-temannya dan Adr juga sering

mengambil barang teman-temanya seperti pulpen, penghapus, pensil tanpa

sepengetahuan dari teman-temanya.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah melihat masalah diatas dapat disimpulkan tentang masalah

yang dihadapi Adr serta latar belakangnya sebagai berikut :

1. Adr cenderung diam dikelas namun juga usil

2. Adr sering mengambil barang milik teman-temanya

Hal tersebut dilator belakangi oleh :


1. Kurangnya perhatian dari keluarga karena Adr merupakan yatim piatu

sehingga kasih sayang dari orang tua tidak ada.

2. Tidak adanya pengawasan dari orang tua

3. Kurangnya pasilitas untuk belajar seperti alat tulis

Kajian Teori dan Analisis Masalah

A. Definisi Kleptomania

Kleptomania adalah kondisi tidak mampu menahan keinginan untuk

mengumpulkan atau menimbun hal. Orang dengan gangguan ini dipaksa untuk

mencuri barang-barang, umumnya benda-benda yang remeh atau tidak ada nilai

yang signifikan, seperti pena, klip kertas, pita, cone lalu lintas, tanda-tanda, dan

mainan kecil.

Kleptomania adalah keinginan yang tak bisa dibendung untuk mencuri

sesuatu yang remeh. Gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja dan

dipandang sebagai kasus yang jarang terjadi pada anak-anak. Kleptomaniak

mencuri karena mereka secara mental tidak stabil, dan bukannya dikategorikan

sebagai tindak kriminal. Penelitian telah menunjukkan bahwa kleptomania lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Meskipun demikian, anak-anak juga

dipengaruhi oleh itu.

B. Karakteristik Gejala Kleptomania

1. Tidak ada perasaan khawatir, atau takut ketahuan saat mengambil

barang bukan miliknya.


2. Orang tersebut tidak menderita dari halusinasi atau bukan skizofrenia.

3. Tidak perlu di bantu saat melakukan aksinya.

4. Tidak mampu melawan keinginan untuk mengambil barang yang

sebenarnya tidak dibutuhkan.

C. Bentuk-Bentuk Kleptomania

Orang dengan kleptomania biasanya menujukan fitur atau karakteristik ini :

1. Tidak seperti penguntil tipikal,orang dengan kleptomania tidak

komplusif mencuri untuk kepentingan pribadi,mereka mencuri hanya

karena dorongannya yang begitu kuat sehingga mereka tidak bisa

menolaknya.

2. Episode kleptomania umumnya terjadi secara spontan, biasanya tanpa

secara perencanaan dan tanpa bantuan dari orang lain.

3. Kebanyakan mengambil barang dari teman atau orang yang dikenalnya.

4. Barang yang di ambil tidak memiliki nilai untuk orang kleptomania.

5. Barang yang di ambil biasanya tidak pernah digunakan, atau bahkan

diam-diam kembali ketempat dimana mereka mencuri.

D. Penyebab Kleptomania

Penyebab kleptomania belum diketahui. Beberapa teori menunjukkan

perubahan di otak dapat menjadi akar dari kleptomania. Penelitian lebih

lanjut dibutuhkan untuk memahami penyebab kleptomania. Namun,

kleptomania dapat diakibatkan oleh:


Masalah neurotransmitter di otak yang disebut serotonin, serotonin

membantu mengatur mood dan emosi. Kadar serotonin yang rendah

seringkali mengakibatkan tingkah laku yang implusif.

Terkait dengan gangguan adiktif, dan mencuri dapat menyebabkan

pelepasan dopmain (neurotransmitter lain). Dopmain mengakibatkan rasa

nyaman dan beberapa orang menginginkan sensasi nyamandengan cara

mencuri.

Terkait dengan system opioid otak. Dorongan atau motivasi juga diatur

oleh system opioid otak. Ketidakseimbangan system ini dapat menyebabkan

kesulitan dalam menahan suatu dorongan atau keinginan.

Upaya Pemecahan Masalah

A. Identifikasi kasus

1. Klien

Nama : Adr

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 01 Maret 2004

Jenis kelamin : Laki-laki

Kelas : 7-2

Anak ke : 1 (satu)
2. Ayah

Nama : Dodi (alm)

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Kewarganegaraan : Indonesia

3. Ibu

Nama : Milawati (almh)

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Kewarganegaraan : Indonesia

4. Wali

Nama : Wulan “tante”

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Pekerjaan : Karyawan Swasta

B. Pengumpulan Data

1. Keadaan diri klien

Adr adalah anak tunggal, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia,. Ia

tinggal bersama nenek dan tantenya, usianya sekarang 13 tahun. Saat dikelas

Adr cenderung lebih diam namun terkadang usil pada teman-teman nya, dan

juga sering mengambil barang milik teman-teman nya seperti pensil, pulpen

dan penghapus.

2. Keadaan Keluarga
Ayah dan Ibu Adr sudah terlebih dahulu meninggalkan nya, Adr sudah

kehilangan ayahnya dari kecil kemudian Ibunya pun meninggal saat Adr

sekolah di bangku sekolah dasar kelas 6. Ia kini tinggal bersama nenek dan

tantenya.

3. Keadaan Lingkungan

Karena Adr tinggal tidak bersama orang tuanya sudah jelas Adr kehilangan

cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya, namun sosok nenek dan tantenya

begitu mencintai Adr.

4. Kedaan fisik

Berdasarkan pengamatan Adr adalah seorang mempunyai harapan dan

keinginan untuk bersekolah hingga ke bangku kuliah, kondisi fisik yang

sehat, penglihatan baik, memiliki postur tubuh yang cenderung kurus.

5. Keadaan di kelas

Lebih sering diam saat pelajaran dan terkadang usil pada teman-temannya.

C. Klasifikasi Data

1. Keadaan diri klien

a. Anak laki-laki berusia 13 tahun

b. Anak tunggal

c. Anak yang lebih sering diam saat pelajaran namun terkadang usil

d. Suka mengambil barang milik temannya seperti alat tulis

e. Anak yang memiliki harapan dan keinginan yang tinggi


2. Keadaan keluarga klien

a. Tinggal di rumah nenek bersama tantenya

b. Ayah dan ibu sudah meninggal dunia

c. Tinggal di daerah Jakarta Barat

d. Biaya sekolah di bantu oleh tantenya

3. Keadaan klien di sekolah

a. Diam saat belajar

b. Usil

c. Suka mengambil alat tulis milik teman nya

d. Gemar bermain futsal dan sepak bola

e. Sering mengantuk saat belajar

4. Kedaan klien di masyarakat

jarang banyak bermain selain di ajak sama teman-temanya, sering membantu

orang lain ketika ada yang meminta bantuan kepadanya.

D. Diagnosa

Adr sering usil kepada teman-temanya dengan cara mengambil alat tulis

milik teman-temannya tanpa meminta ijin terlebih dahulu, dan hal ini

disebabkan karena Adr merasa butuh terhadap barang itu dan juga merasa

bahwa mengambil barang itu tidak berdosa meskipun pada akhirnya barang

tersebut di kembalikan.

E. Prognosa
Keadaan Adr memang tidak tidak termasuk tindakan kriminal karena

mengambil barang-barang milik temannya, namun khawatir jika dibiarkan

dari hal kecil itulah akan menimbulkan hal besar sehingga berakibat buruk

untuk dirinya dan lingkungannya.

F. Treatment

1. Untuk klien

a. Belajar lebih menghargai dirinya dan orang lain

b. Memberi penguatan jika klien berperilaku tepat pada temannya

c. Mengidentifikasi prilaku yang salah ke prilaku yang lebih sehat.

2. Untuk keluarga

a. Keluarga diharpakan memenuhi segala perlengkapan sekolah untuk Adr

b. Wali murid diharapkan lebih memperhatian lagi Adr

c. Wali murid memberikan pemahaman diri yang kuat untuk Adr

d. Wali murid harus mampu bekerja sama dengan pihak guru terhadap

masa depan anak nya.

3. Untuk sekolah

a. Guru selalu bersikap sabar saat menangani berbagai permasalahan pada

anak didiknya.

b. Guru tidak bersikap kasar

c. Mengajarkan anak keterampilan sosial untuk bersikap baik pada

lingkungannya
d. Guru menempatkan situasi yang membuat anak disayang dan

diperhatiakn

e. Guru memberikan pemahaman diri yang kuat pada anak didik

f. Guru menciptakan suasana saling menghargai dan menyayangi

G. Evaluasi

1. Treatment yang belum terlaksana bagi klien

Belum sepenuhnya mengetahui hasil dari treatment mengenai masalah Adr

yaitu kleptomania karena membutuhkan banyak waktu.

2. Treatment yang belum terlaksana bagi keluarga

Wali murid yang tidak mengetahui sikap Adr di sekolah

3. Treatment yang belum terlaksana bagi sekolah

Pendekatan belum dilakukan oleh pihak guru mata pelajaran juga guru bk.

4. Kemajuan klien

Ia menyadari bahwa tindakan mengambil barang milik orang lain bukan

sikap yang di benarkan sehingga ia berusaha untuk tidak mengulangi

perbuatan itu.

H. Follow up

1. Karena masih ada treatment yang belum terlaksana bagi klien maka Adr

perlu diperhatikan lagi oleh pihak sekolah dan terus diberikan treatment

dengan cara berfariasi tetapi sesuai dengan tujuan.


2. Bagi pihak sekolah semua guru harus mengadakan pendekatan terlebih guru

BK agar peserta didik betul-betul merasakan peran guru itu seperti apa.

3. Bagi orang tua atau wali murid

Lebih memperhatikan anak-anaknya agar segala kebutuhan anak-anaknya

terpenuhi.

A. Simpulan

Dari analisis kasus ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Kleptomania adalah sebuah keinginan unruk memuaskan dirinya dengan

cara mengambil barang-barang yang tidak bernilai bagi dirinya seperti,

pulpen, pensil, penghapus, clip.

2. Adr melakukan tindakan mengambil barang milik temannya karena ia

membutuhkan pada saat itu namun Adr tidak meminta ijin terlebih

dahulu pada teman-teman nya.

B. Saran

1. Untuk pihak guru dan guru BK sebaiknya meluangkan waktu untuk

memberikan penyuluhan atau memberikan informasi kepada pesertanya

mengenai sikap dan perilaku yang sehat.

2. Untuk orang tua atau wali murid sebaiknya lebih menanamkan karakter

yang baik untuk anak-anak nya agar anak mampu bersikap baik, baik

disekolah ataupun diluar sekolah.


3. Orang tua atau wali murid sebaiknya memperhatikan hal-hal kecil

seperti memenuhi segala kebutuhan atau perlengkapan anak-anaknya,

agar anak-anak tidak berani mengambil barang yang bukan hak nya.
KASUS II (Heri Frima 201301579010)

A. Latar Belakang

Dari data hasil observasi yang saya lakukan di kelas IX-3,

menunjukkan bahwa terdapat salah satu siswa dalam kelas tersebut yang

memiliki masalah yang cukup kompleks.Berdasarkan informasi yang saya

peroleh dari Guru BK di sekolah tersebut dan beberapa personel sekolah

lainya memberitahukan memang anak tersebut tergolong anak yang

bermasalah.Permasalahan yang dialami oleh anak tersebut dari informasi

yang saya dapat yaitu siswa sering datang terlambat berturut-turut dan

hasil belajar di kelasnya tidak maksimal.

Konseli mengalami hubungan yang kurang akrab dengan anggota

keluarganya, dikarenakan ibunya yang bekerja di luar negeri sebagai

TKW, sedangkan ayahnya berjualan di pasar, dan konseli tinggal bersama

dnegan kakaknya yang juga berjualan di pasar.Sehingga konseli kurang

mendapatkan perhatian dari keluarganya.

B. Penanganan Kasus

1. Perencanaan

Waktu : Desember 2017

Tempat : MTs Al-Islamiyah Kp.Kecil, Jakarta

Metode Pengumpulan data:

 Observasi

 DCM
 Wawancara : Konseli, teman konseli, guru BK.

2. Data Identitas

2.1 Klien

Nama : CR

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Lingkar Putrri Hijau RT01/05, Grogol

Selatan

2.2 Ayah

Nama : RM

Alamat : Lingkar Putrri Hijau RT01/05, Grogol

Selatan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Buruh

2.3 Ibu

Nama : MW

Alamat : Lingkar Putrri Hijau RT01/05, Grogol

Selatan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Pengumpulan Data

3.1 Keadaan Diri Klien

Konseli tersebut merupakan anak pertama dari 2

bersaudara. Konseli tinggal bersama ibu dan adiknya. Sementara

Ayahnya bekerja diluar kota Jakarta yaitu Bandung sebagai buruh

bangunan. Pada saat ini konseli tersebut sebagai siswa kelas IX di

MTs Al Islamiyah Kp. Kecil, Jakarta Barat.

Berdasarkan keterangan konseli, konseli termasuk anak

yang kurang perhatian dikarenakan ia hanya tinggal bersama

dengan ibu dan adiknya. Di sekolahpun konseli termasuk siswa

yang sering datang terlambat karena terkadang harus membantu

ibunya mengurus adiknya.

Sikap konseli dengan teman-teman sekelasnya bisa

dikatakan biasa saja, konseli kadang merasa bahwa dirinya kurang

bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya, karena merasa

kurang percaya diri. Untuk segi Prestasi konseli juga bisa

dikatakan biasa saja, bahkan sering tidak masuk sekolah karena

sakit.

3.2 Keadaan Keluarga


Keluarga konseli terbilang keluarga yang kurang mampu

perekonomiannya. Pekerjaan ayahnya hanyalah buruh bangunan

yang tidak tetap dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Bahkan

untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya sering dibantu oleh nenek

konseli. Hubungan konseli dengan keluarganya kurang baik karena

kurangnya waktu konseli untuk berkomunikasi dengan anggota

keluarga lainnya.

3.3 Keadaan Lingkungan

Konseli tinggal bersama dengan ibu dan juga adiknya.

Jarak tempuh dari rumah ke sekolah sekitar 10km, rumah yang

ditempati adalah rumah kontrakan, ia berangkat kesekolah dengan

menaiki angkutan umum.

3.4 Keadaan Fisik Klien

Kondisi konseli dalam keadaan fisik yang sehat, tidak

mempunyai penyakit apapun.

3.5 Keadaan Klien di Sekolah

Konseli merupakan anak yang tergolong biasa saja.Di

kelaspun konseli kurang aktif dan sering tidak mengikuti pelajaran

karena sering datang terlambat dan dipulangkan.Dalam pergaulan

konseli termasuk anak yang biasa saja dan sedikit memiliki teman,
ini dikarenakan sikap konseli yang sering tidak masuk sekolah

karna terlambat dan dipulangkan.

4. Verifikasi Data

Berdasarkan penelitian dan informasi ternyata data yang

dikumpulkan baik dari DCM, observasi, wawancara, dan konseling,

didapati bahwa semua data saling terkait dan menunjang serta sesuai

dengan keadaan yang dialami oleh konseli. Dengan demikian, saya

dapat menyimpulkan bahwa masalah konseli layak untuk dijadikan

studi kasus.

5. Klasifikasi Data

5.1 Keadaan Klien

 Konseli berumur 15 tahun

 Anak pertama dari dua bersaudara

 Tinggal bersama ibu dan adiknya

 Sering merasa kurang percaya diri

 Sering sakit dan sebelumnya pernah dirawat

 Pernah ingin melakukan bunuh diri

5.2 Keadaan Keluarga Klien

 Tinggal serumah dengan ibu dan adiknya sementara

ayahnya berada diluar kota menjadi seorang buruh

bangunan

 Konseli berasal dari keluarga yang kurang mampu


 Tinggal dirumah kontrakan

 Berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan

umum

5.3 Keadaan Klien di Sekolah

 Sering melanggar tata tertib sekolah, datang terlambat ke

sekolah bahkan sering tidak masuk sekolah

 Kurang aktif di kelas

 Sering merasa minder dengan teman-teman disekolah

 Menunggak uang sekolah selama 5bulan

6. Pengolahan Data

6.1 Landasan Teori

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Disiplin memerlukan suatu proses belajar, dan pada awal proses

belajar memerlukan upaya orang tua dalam menanamkan nilai

disiplin pada diri anak. Istilah disiplin berasal dari kata “disiplin”

artinya seseorang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang

pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka

cara hidup yang menuju hidup bahagia. Jadi, disiplin merupakan

cara masyarakat mendidik anak berperilaku moral yang disetujui

(Hurlock 1993: 82).Dikalangan masyarakat disiplin sering

disamakan dengan hukuman.


Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk

berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial

mereka, maka disiplin harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah

laku.Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman

perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan

mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu

anak menjadi makhluk bermoral, yaitu:

1. Peraturan mempunyai nilai pendidikan sebab peraturan

memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota

kelompok tersebut,

2. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak

diinginkan (Hurlock, 1990: 85).

b. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Fungsi

konsistensi dalam disiplin mempunyai tiga peran penting

diantaranya:

1. Konsistensi mempunyai nilai mendidik yang besar

2. Konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat

3. Konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan

dan orang yang berkuasa (Hurlock, 1999: 86).

c. Hukuman
Hukuman mempunyai tiga fungsi yang mempunyai peran

penting, diantaranya:

1. Hukuman menghalangi perubahan tindakan yang tidak

diinginkan oleh masyarakat

2. Hukuman adalah mendidik. Sebelum anak mengerti

peraturan mereka dapat belajar tindakan tertentu benar dan

yang lain salah dengan mendapat hukuman karena

melakukan tindakan yang salah

3. Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak

diterima masyarakat (Hurlock, 1999: 87).

d. Penghargaan (Reinforcement)

Reinforcement berarti penghargaan untuk suatu hasil yang

baik, Reinforcement mempunyai tiga peranan penting, antara

lain:

1. Reinforcement mempunyai nilai mendidik

2. Reinforcement sebagai motivasi untuk mengulang perilaku

yang disetujui secara sosial

3. Reinforcement berfungsi untuk memperkuat perilaku yang

disetujui secara sosial dan tiiadanya penghargaan

melemahkan keinginan untuk mengulang perilaku uni

(Hurlock, 1999:91).

6.2 Diagnosa
Keadaan perekonomian keluarga yang kurang mampu

membuat konseli menjadi tidak semangat untuk bersekolah bahkan

konseli tidak ingin melanjutkan sekolahnya agar bisa bekerja untuk

membantu perekonomian keluarganya dan juga merasa minder

karena sudah 5 bulan menunggak uang sekolah, bahkan konseli

sempat berputus asa dan ingin bunuh diri.

6.3 Pragnosa

Dalam kasus ini motivasi, semangat, serta perhatian dari

keluarga, guru dan teman-teman sekitar konseli sangat diperlukan.

Keadaan orang-orang dilingkungannya bisa sangat membantu

mengembalikan semangat konseli yang hilang.

7. Terapi

a. Untuk Konseli

 Menerima konseli dengan sifat lembut, memberikan

semangat kepada konseli agar bersabar dengan apa yang

terjadi dalam hidupnya, memberikan gambaran pada

konseli dampak dari keinginannya untuk meninggalkan

sekolahnya bahkan untuk niatannya melakukan bunuh diri.

 Memberitahu konseli tentang poin yang sudah diperoleh

akibat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di sekolah.

Memberikan layanan konseling individual.

b. Untuk Keluarga
 Orangtua khususnya memberikan perhatian lebih kepada

konseli, memberikan motivasi yang lebih dan memberikan

konseli semangat untuk bisa mengubah sikapnya yang

sering terlambat kesekolah.

c. Untuk Sekolah

 Untuk guru pendidik agar meningkatkan kerjasama dengan

orangtua siswa untuk menciptakan suasana yang

mendukung motivasi belajar siswa.

 Kepada kepala sekolah/Ketua yayasan supaya kiranya

memberikan jalan keluar dan keringanan kepada konseli

untuk biaya sekolahnya yang tertunggak.

8. Evaluasi

 Konseli membutuhkan motivasi, perhatian dan bantuan yang

besar dari seluruh orang yang dekat dengan dirinya.

9. Tindak Lanjut

 Konseli membutuhkan motivasi yang membangkitkan rasa

kepercayaan dirinya agar konseli menerima, peran besar dari

orang tua, guru dan teman-temannya.

Kesimpulan

Dari hasil analisis kasus maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:
 Faktor penyebab utama masalah konseli adalah masalah

ekonomi dan kurangnya perhatian dari kedua orangtuanya dan

kondisi lingkungan yang sangat berperan penting dalam

perubahan sikap konseli yang tidak baik.

 Selama ini konseli sering datang terlambat dan jarang masuk

kesekolah sehingga konselipun sering tertinggal pelajaran di

kelas bahkan berkeinginan untuk tidak melanjutkan sekolahnya

lagi agar dapat bekerja demi membantu perekonomian keluarga

bahkan sempat berputus asa juga ingin melakukan bunuh diri.

A. Saran

 Hendaknya orangtua terus memberikan motivasi dan perhatian

lebih terhadap konseli agar dapat tetap semangat belajar disekolah,

demi masa depannya kelak.

 Orangtua memberikan perhatian agar konseli tidak salah lagi dalam

berpikir singkat untuk melepas sekolahnya dan mengupayakan

agar tunggakan uang sekolah dapat diselesaikan sehingga dapat

memacu rasa percaya diri konseli untuk bersekolah dan belajar dan

memberikan pemahaman agama tentang hal yang negatif yang

pernah konseli ingin lakukan yaitu ingin bunuh diri.


KASUS III (Asna Sa’adah 2014001500258)

A. Lantar Belakang

Tidak ada yang menyangkal jika anak adalah tunas bangsa yang

sangat berharga dan menjadi harapan di masa depan. Melihat tunas-tunas

ini tumbuh dengan baik, lengkap dengan jernih tawa dan bening sorot

matanya, pastilah amat membahagiakan. Akan tetapi pada kenyataanya

akan banyak ditemukan juga bahwa tidak semua berjalan sesuai dengan

harapan dan rencana apalagi ketika mulai muncul berbagai perilaku yang

tidak diharapkan.

B. Masalah

Mad seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. Ia mempunyai

seorang kakak perempuan berusia 23 tahun. Ayahnya orang Jawa dan

ibunya juga sama –sama orang Jawa. Mad tinggal bersama kedua orang

tuanya dan saudaranya. Ayahnya berjualan buah –buahan keliling

menggunakan gerobak, dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Amd di

sekolah termasuk orang yang aktif, selalu berusaha mencari perhatian.

Jarang belajar dan tidak suka menggerjkan pr pada tepat waktu, dan

belajar hanya di saat ada ujian itu pun kadang –kadang


Berdasarkan hasil pengamatan, Amd tergolong anak yang kurang

ada kemauan dalam motivasi belajar.

C. Rumusan Masalah

Setelah melihat masalah di atas dapat di simpulkan tentang masalah yang

dihadapi Amd serta lantar belakangnya adalah :

1. Amd selalu bermalas –malasan dalam belajar

2. Amd tidak ingin belajar

Hal tersebut di latar belakangi oleh :

1. Kurang perhatian dari orang tuannya

2. Kurang ada motivasi belajar pada dirinya

Kanjian Teori dan Analisis Masalah

A. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang

berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, motivasi

bisa diartikan dengan memberikan daya dorongan sehingga sesuatu

yang dimotivasi tersebut dapat bergerak. Motivasi pada dasarnya

adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai

suatu tujuan tertentu termasuk didalamnya kegiatan belajar. (Purwa

Atmaja P,2013:319)

A. Djaali (2011:101) mengutip Motivasi menurut Sumadi

Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian


suatu tujuan. Sedangkan menurut Grenberg menyebutkan bahwa

motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan

memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Seseorang yang

didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan

motivasi yang mendasarinya.

Menurut Dimyati dan Mujiono dalam belajar motivasi sangat

penting bagi siswa, yaitu:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang

dibandingkan dengan teman sebaya.

3) Mengarahkan kegiatan belajar.

4) Membesarkan semangat belajar.

5) Menyadarkan tentang adanya, perjalanan belajar dan kemudian

bekerja. (Dimyati & Mudjiono,2009:85)

Dengan kelima hal tersebut menunjukan betapa penting

motivasi terhadap diri seseorang. Bila motivasi disadari oleh siswa,

maka sesuatu tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Sedangkan motivasi belajar itu sendiri menurut Rohmalina Wahab

merupakan faktor psikis, peranannya yang khas adalah dalam

penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar.

Motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam

individu untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan untuk

mencapai prestasi. (Rohmalina Wahab,2002:134)


Menurut Fathurahman dan Sulistyorini motivasi belajar

merupakan dorongan individu agar belajar dengan baik. Motivasi

belajar merupakan dorongan individu agar belajar dengan baik.

Motivasi belajar amat penting untuk mencapai kesuksesan belajar.

Lingkungan sekolah amat perlu untuk meningkatkan motivasi

belajar peserta didik di sekolah melalui program-program yang

ditawarkan oleh sekolah.

(Hamzah B. Uno,2008:23) mendefinisikan motivasi belajar

adalah dorongan intetnal dan eksternal pada siswa-siswi yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indicator atau unsure yang mendukung.

Dari penjelasan motivasi belajar beberapa toko dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri setiap siswa

untuk menambah semangat belajar sehingga bisa mencapai tujuan

pembelajaran yang maksimal.

B. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Menurut (Saiful Bahri Djamarah,2002:119-121) motivasi

mempunyai peranan yang sangat stategis dalam aktivitas belajar

seseorang. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar

mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam

uraikan berikut:

1. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar


Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang

mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggerakannya yang

mendorong seseorang untuk belajar. Bila seseorang sudah

terrmotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas

belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi

diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

seseorang.

2. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrensik dalam

belajar.

Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan

memberikan motivasi ekstrinstik kepada setiap anak didik. Tidak

pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi eksrinstik

dalam pengajaran. Anak didik yang malas belajar sangat berpontensi

untuk diberikan motivasi ekstrinstik oleh guru supaya dia rajin

belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi

ekstrinstik adalah kecenderung tergantung anak didik terhadap

segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik

juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena

itu, motivasi instrinstik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang

belajar berdasarkan motivasi instrinstik sangat sedikit terpengaruh

dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat.

3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik Dari pada Hukuman


Meskipun hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat

belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa

pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam

bentuk apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan

penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan

semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi

belajarnya, tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada

tempat dan kondisi yang tepat. Keselahan pujian bisa bermakna

mengejek.

4. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar

Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah

keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena

itulah anak didik belajar. Dalam kehidupan anak didik membutuhkan

pengahargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam

kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan

rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna,

dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Penelitian

,ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan

yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi

bagi anak didik dalam belajar.

5. Motivasi Dapat Menumpuk Optimisme Dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin

dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin


bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan

berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang. Setiap

ulangan yang diberikan oleh guru bukan dihadapi dengan pesimisme,

hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan tenang dan percaya

diri. Biarpun ada anak didik lain membuka catatan ketika ulangan

dia tak terpengaruh dan tetap tenag menjawab setiap item soal dari

awal hingga akhir waktu yang ditentukan.

6. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi

mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu

dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak

didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang

hati mempelajari mata pelajaran itu. Selain memiliki bukunya,

ringkasannya juga rapih dan lengkap. Setiap ada kesempatan, selalu

mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Wajar jika isi mata

pelajaran itu dikuasai dalam waktu yang relative singkat. Ulangan

pun dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang.

C. Fungsi Motivasi Belajar

Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat

penting peranannya. RBS. Fudyartanto menuliskan fungsi-fungsi

motivasi belajar yang dikutip oleh Purwa Atmaja adalah sebagian

berikut:
Pertama, mengarahkan dan mengatur tingakah laku

individu. Motif dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai

pembimbing, pengarah, dan pengorientasi suatu tujuan tertentu dari

individu. Tingkah laku indivindu jika bergerak ke arah tertentu,

dengan demikian, suatu motif dipastikan memiliki tujuan tertentu,

mengandung ketekunan dan kegigihan dalam bertindak.

Kedua, penyeleksi tingkah laku individu. Motif yang

dipunyai atau terdapat pada diri individu membuat individu yang

bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang

terpilih yang telah diniatkan oleh individual tersebut. Adanya motif

menghindari individu menjadi buyar dan tanpa arah dalam

bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu yang telah diniatkan

sebelumnya.

Ketiga, memberi energi dan menahan tingkah laku

indivindu. Motif diketahui sebagai daya dorongan dan peningkatan

tenaga sehingga terjadi perbuatan yang tampak pada organisme.

Motif juga untuk mempertahankan agar perbuatan atau minat dapat

berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama (Purwa

Atmaja Prawira,2013:320-321).

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar

terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan secara jelas terutama

belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.


Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli

psikologi termasuk ahli psikologi termasuk ahli psikologi

pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata

dalam aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut :

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik

sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan

dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak

mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan kedalam

perubahan dalam arti belajar. demikian pula perubahan tingkah

laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang

terjadi dalam aspek – aspek kematangan, pertumbuhan, dan

perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.


Menurut Oemar Hamalik fungsi motivasi belajar

ialah: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.

Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar, (2)

sebagai pengaruh yaitu mengarahkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan, (3) sebagai penggerak yaitu besar kecilnya

motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Dengan beberapa pernayatan fungsi motivasi diatas. Dengan

demikian sangat jelas bahwa motivasi sangat diperlukan terhadap

siswa dalam kegiatan belajar mengajar supaya tujuan pemebelajaran

yang maksimal.

D. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut (Noer Rohman,2012:254-255) ada dua faktor

yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

1) Faktor Intrinsik

Faktor Intristik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usaha ada

yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca.

Kemudian kalau diliht dari tujuan melakukan kegiatan itu, maka

yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin mencapai


tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri, yakni

ingin mendapkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat

berubah tingkah lakunya secara konstruktur, tidak karena tujuan

yang lain-lain, misalnya ingin pujian atau ganjaran.

2) Faktor Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik menurut Syaiful Bahri adalah kebalikan dari

motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena adanya perangsangan dari luar. Motivasi

ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak

baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak

didik mau belajar. Berbagai, macam cara dilakukan agar anak didik

termotivasi dalam belajar. Dengan kata lain motivasi ekstrinsik

menurut Imam Malik adalah keadaan yang datang dari lauar

indivindu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan

belajar seperti pujian, hadiah, suri tauladan dari orang tua

(keluarga),

Upaya Pemecahan Masalah

A. Identifikasi Kasus

1. Klien

Nama : Amd

Tempat tanggal lahir : Jakarta, xx

Jenis Kelamin : Laki –laki

Kelas : VII
Anak ke :2

2. Ayah

Nama : AB

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Jenis kelamin : Laki –laki

Pekerjaan : wirausaha

Kewarganegaraan : Indonesia

3. Ibu

Nama :HL

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Kewarganegaraan : Indonesia

Susunan Keluarga

Nama L/P Tanggal lahir/usia Status Pekerjaan


AB L Jakarta Ayah kandung Wirausaha
HL P Jakarta Ibu kandung Ibu rumah

tangga
Es P Jakarta Kakak kandung karyawan
Amd L Jakarta Adik Smp

B. Pengumpulan data

1. Keadaan diri klien


Amd anak kedua dari 2 bersaudara, ia tinggal bersama kedua orang

tuanya. Usiannya sekarang 13 tahun. Saat di sekolah sangat kurang

dalam keinginan belajar, dalam hasil pengamatan Amd kurang

motivasi belajar.

2. Keadaan keluarga

Ayah bekerja berjualan buah keliling menggunakan gerobak dan

ibu Amd seorang ibu rumah tangga, kakaknya bekerja sebagai

karyaawan di salah satu perusahaan.

3. Keadaan lingkungan

Amd kurang bergaul dengan teman dan hanya suka bermain sendiri.

4. Keadaan fisik

Berdasarkan pengamatan Amd anak yangb baik, kondisi mata dan

penglihatannya cukup baik di buktikan dengan matanya klien dalam

konsep bilangan.

5. Keadaan di kelas

Klien termasuk anak yang baik.

C. Klasifikasi Data

1. Keadaan diri klien

a. Anak laki –laki berusia 13 tahun

b. Anak ke dua dari 2 bersaudra

c. Anak yang kurang dalam motivasi dalam belajar

2. Keadaan keluarga klien

a. Tinggal di rumah ayah dan ibu


b. Ayah dan ibu klien ibu rumah tangga

3. Keadaan klien di sekolah

a.baik

b. tidak ada kemauan belajar

4. keadaan klien di masyarakat

Amd selalu tidak mengerjakan pr dan tidak ingin belajar.

D. Diagnosa

Karena kondisi klien yang kurang semangat dalam motivasi

belajar dan kurangnya dukungan dari orang tuanya dan

kakaknya, maka menimbulkan kurang motivasi belajar pada

Amd.

E. Prognosa

Keadaan Amd harus segera di tangani dengan melakukan

pendekatan kepada Amd dan diberikan semangat yang tinggi

agar rasa ingin belajar lebih kuat dalam memotivasi dirinya

sendiri agar bisa lebih tanggung jawab lagi dalam kewajiban

seorang pelajar.

F. Treatment

a. Untuk klien

 Bermain peran

 Belajar mengenal perasaan

 Belajar menggunakan waktu dengan tepat


 Niatkan dalam belajar

b. Untuk keluarga

 Kepada kedua orang tuanya agar lebih

memperhatikan Amd dalam tugas sekolah

 Memberikan semangat agar mau belajar

 Mengingatkan Amd dalam belajar

c. Untuk sekolah

 Guru harus bersikap penuh kesabaran dan

memberikan pengeratan kepada anak untuk

mengharga anak lainnya

 Guru memberikan teladan pada anak, dan

menciptakan suasana saling menghargai,saling

menyayangi

 Menciptkan lingkungan sekolah yang baik dan

menekankan tingkat frustasi atau tekanan darah

 Guru tidak bersikap kasar

 Guru memberikan kesempatan bagi anak untuk

mengekspresikan keinginan dan kekuatan dengan

cara tertentu

 Guru tidak boleh menghukum peserta didik dengan

kekerasan.
 Guru membuat situasi yang membuat anak di

sayangi dan di perhatikan

G. Evaluasi

1. Treatment yang belum terlaksana bagi klien

Klien masih kurang semangat belajar

2. Treatment yang belum terlaksana bagi keluarga

Sikap orang tua masih kurang bekerja sama dengan

pihak sekolah.

3. Treatment yang belum terlaksana bagi pihak

sekolah

Pendekatan belum dilakukan oleh semua guru.

4. Kemajuan klien

Klien sudah ada rasa kesadaran agar bertanggung

jawab dalam tugasnya.

H. Follow Up

1. Karena masih ada treatment yang belum terlaksana bagi

klien maka Amd perlu di perhatikan lagi oleh pihak se

sekolah dan terus di berikan treatment yang dengan cara

yang berfariasi tetapi sesuai dengan tujuan.

2. Bagi pihak sekolah harus mempertegas dalam siswa yang

tidak mengerjakan tugas atau pr.

3. Bagi orang tua pihak sekolah menyarankan orang tua Amd

untuk lebih memperhatikan anaknya karena berdampak


negatif apabila tidak di tindak lanjut secara serius maka dari

itu perlu adanya kerja sama dari pihak sekolah dan orang

tua.

Simpulan

Dari analisis kasus ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

 Motivasi belajar di bagi beberapa faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik.

 Amd mengalami kurangnya perhatian dan kasih sayang dari

orang tua sehingga Amd bermalas-malasan dalam belajar.

Saran

 Untuk guru agar mempertegas lagi dalam anak yang tidak

mengerjakan tugas

 Guru di tuntut untuk dapat membantu menangani anak yang

bermalas-malasan belajar.

 Sebaiknya orang tua memberikan perhatian dan pengawasan kepada

anak.

 Orang tua sebaiknya mengontrol anak dalam kegiatan belajar di

rumah.
KASUS IV ( Ahmad Khoirul M 201401500183)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan

perkembangan potensi dan kecakapan, serta sebagai salah satu modal

untuk mencapai kemajuan bangsa yang sekaligus meningkatkan harkat

martabat manusia. Keberhasilan pendidikan terutama pendidikan formal

salah satunya ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar yaitu dengan cara menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Karena

anak yang percaya diri memiliki modal penting untuk masa dewasanya

kelak, rasa percaya diri yang tinggi terbentuk karena anak mempunyai

gambaran tentang diri dan lingkungan yang positif.

Mengingat begitu pentingnya membangun kemampuan percaya

diri pada perkembangan siswa sebagai sumber energi (kekuatan) anak

untuk dapat mengaktualisasikan diri siswa secara utuh, maka siswa

membutuhkan bantuan orang tua (saat dirumah) dan guru (saat di sekolah).

Guru BK memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam

pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.


Tugas guru BK/Konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik

yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian

peserta didik di sekolah/madrasah.

Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat

kepada peserta didik maka para pendidik atau guru BK perlu memahami

masalah-masalah yang berhubungan dengan bagaimana cara

meningkatkan rasa percaya diri siswa dan mampu mengidentifikasi

masalah krisis percaya diri siswa tersebut.

B. Masalah

AR adalah seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. Saat ini AR

duduk di bangku kelas 9 Sekolah Menengah Pertama. AR mempunyai

seorang kakak perempuan berusia 17 tahun dan seorang kakak laki-laki

berusia 19 tahun. Ayah AR berusia 46 tahun dan bekerja sebagai driver

ojek online, sedangkan ibu AR berusia 43 tahun dan tidak bekerja. AR

tinggal bersama orangtua dan kedua saudaranya. Di kelas AR dikenal

sebagai anak yang tidak suka terhadap sifat jahil teman laki-lakinya,

sehingga AR lebih memilih berteman dengan siswa kelas lain.

Setelah dilakukan konseling individu terhadap AR, diketahui

bahwa AR memiliki bakat bernyanyi dengan baik. Namun sayangnya, AR

tidak memiliki kepercayaan diri untuk menunjukan bakat yang ia miliki.

Selain itu AR selalu tidak bisa mengemukakan pendapat atau

keinginannya, sehingga AR seringkali melakukan hal yang bertentangan

dengan kepribadiannya.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap AR, dapat disimpulkan

beberapa masalah yang dihadapi AR serta hal yang melatar belakangi

masalah tersebut sebagai berikut :

1. AR kurang percaya diri

2. AR terganggu dengan sifat jahil teman-temannya

3. AR tidak dapat mengemukakan pendapatnya

Masalah-masalah yang dihadapi AR dilator belakangi oleh :

1. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat (Orangtua dan

Guru)

2. Kepribadian AR yang berbeda dengan teman laki-lakinya

3. Tidak bisa melawan rasa malu di depan umum

Kajian Teori dan Analisis Masalah


A. Definisi Percaya Diri

Percaya diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada

kemampuan dan penilaian (Judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas

dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk percaya atas

kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan

kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan

diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya


untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun

terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Jalaluddin Rakhmat (1992) menyatakan bahwa keinginan menutup

diri selain karena konsep diri yang negatif dapat juga timbul dari

kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Seorang yang kurang

percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi

komunikasi.

Ada berbagai penyebab perasaan rendah diri seseorang

berkembang lebih kuat dan ada pula yang kurang kuat berkembang.

Ketidak-mampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang jelas,

sedangkan kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan

kepercayaan pada diri sendiri dan rasa superioritas.


B. Karakteristik Perilaku Tidak Percaya Diri pada Siswa

Berdasarkan pengertian percaya diri di atas dapat disimpulkan ciri

– ciri siswa yang tidak percaya diri sebagai berikut :

1. Minder

2. Grogi saat tampil di depan kelas

3. Timbulnya rasa malu yang berlebihan

4. Mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi

5. Tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat

6. Tidak bisa menunjukan kemampuan diri

C. Penyebab Perilaku Tidak Percaya Diri

1. Pola Asuh dan Interaksi di Usia Dini

Orang tua dan masyarakat sering kali meletakkan standar

harapan yang kurang realistik terhadap anak. Sikap suka

membanding-bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan

anak, tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak tersebut. Situasi ini

pada akhirnya mendorong anak menjadi individu yang tidak bisa

menerima kenyataan dirinya karena merasa malu. Rasa percaya diri

begitu lemah dan ketakutannya semakin besar.

2. Pola Pikir yang Negatif


Reaksi individu terhadap seseorang ataupun sebuah

peristiwa dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa

percaya diri yang rendah cenderung melihat segala sesuatu dari sisi

negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua hal

negatif berasal.

Upaya Pemecahan Masalah


A. Identifikasi Kasus

1. Klien

Nama : AR

Tempat Tangal Lahir : Jakarta, XX/YY/ZZ

Jenis Kelamin : Laki – laki

Kelas : 9-1

Anak Ke : 3 ( Tiga )

2. Ayah

Nama : AD

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, XX/YY/ZZ

Jenis Kelamin : Laki – laki

Pekerjaan : Driver Ojek Online

Kewarganegaraan : WNI

3. Ibu

Nama : RA
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, XX/YY/ZZ

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Kewarganegaraan : WNI

Susunan Keluarga

Tanggal
Nama L/P Status Pekerjaan
Lahir/Usia
Driver Ojek
AD L 46 Tahun Ayah Kandung
Online
Ibu Rumah
RA P 43 Tahun Ibu Kandung
Tangga
RP P 19 Tahun Kakak SPB
FU L 17 Tahun Kakak SMA
AD L 15 Tahun Adik SMP

B. Pengumpulan Data

1. Keadaan Diri Klien

AR anak ketiga dari 3 bersaudara. AR tinggal bersama orangtua

dan kedua kakaknya. Saat ini ia berusia 15 tahun. Di kelas AR

dikenal sebagai anak yang tidak suka terhadap sifat jahil teman

laki-lakinya, sehingga AR lebih memilih berteman dengan siswa

kelas lain.

2. Keadaan Keluarga
AR mempunyai seorang kakak perempuan berusia 17 tahun dan

seorang kakak laki-laki berusia 19 tahun yang bekerja sebagai

Sales Promotion Boy (SPB) di salah satu Mall. Ayah AR berusia

46 tahun dan bekerja sebagai driver ojek online, sedangkan ibu AR

berusia 43 tahun dan tidak bekerja.

3. Keadaan Lingkungan

Orangtua dan kakak AR kurang memperhatikan bakat dan minat

yang AR miliki, sehingga AR tidak memperoleh dukungan untuk

menyalurakan bakatnya.

4. Keadaan Fisik

Berdasarkan pengamatan kondisi fisik AR, ia tidak memiliki

kekurangan dalam bentuk fisik.

5. Keadaan di Kelas

AR cenderung tidak aktif diantara teman-temannya, hal tersebut

dilihat dari kurang aktifnya AR saat mengikuti pelajaran Penjaskes

atau Olahraga.

C. Klasifikasi Data

1. Keadaan Diri Klien

a. Anak laki – laki berusia 15 tahun


b. Anak ketiga dari tiga bersaudara

c. Anak yang tidak aktif di kelas

d. Anak yang kurang percaya diri untuk berpendapat

2. Keadaan Keluarga Klien

a. Tinggal di rumah bersama Ayah, Ibu dan kedua Kakak

b. Ayah, Ibu, dan kedua Kakak kurang memperhatikan bakat

dan minat

3. Keadaan Klien di Sekolah

a. Pendiam

b. Kurang percaya diri

c. Tidak suka perilaku jahil yang dilakukan teman

4. Keadaan Klien di Masyarakat

Tidak memiliki banyak teman dekat karena AR tidak suka

berteman dekat dengan teman-teman yang berperilaku jahil.

D. Diagnosa

Karena kondisi klien yang kurang mendapat dukungan dari orang

tua dan keluarga mengenai bakat dan minat yang ia miliki, sehingga AR

kurang percaya diri setiap kali ingin melakukan sesuatu.


E. Prognosa

Keadaan AR harus segera ditangani dengan cara melakukan

pendekatan terhadap AR melalui layanan konseling informasi. Hal

tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap AR bahwa ia

harus percaya diri dalam melakukan sesuatu, terlebih dalam menyalurkan

bakat yang ia miliki.

F. Treatment

a. Untuk Klien

 Layanan informasi mengenai bakat dan minat

 Belajar berteman melalui kegiatan berkelompok

 Mengembangkan keterampilan berkomunikasi

 Mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan diri

berani mencoba hal baru

b. Untuk Keluarga

 Orangtua diharapkan lebih memperhatikan bakat dan minat

yang dimiliki anak

 Menyisihkan waktu untuk melakukan sharing dengan anak

agar anak lebih terbuka tentang kegiatan sehari – harinya


 Mendukung kegemaran yang dimiliki anak dan

mengarahkan agar menjadi kegiatan yang bermanfaat

c. Untuk Sekolah

 Memfasilitasi bakat siswa dalam bentuk ekstrakulikuler

 Memberikan fasilitas saran dan prasarana yang memadai

untuk mendukung ekstrakulikuler

 Guru memberikan kesempatan bagi anak untuk

mengekspresikan keingan dengan cara tertentu

 Guru menciptakan lingkungan kelas yang nyaman dan

menyenangkan

G. Evaluasi

1. Treatment yang belum terlaksana bagi klien

Klien masih mengalami kesulitan untuk mengemukakan rasa

percaya dirinya, berupa pendapat, bakat, dan minat yang ia miliki.

2. Treatment yang belum terlaksana bagi keluarga klien

Sikap orangtua yang masih kurang memahami bagaimana cara

memberikan motivasi atau dukungan untuk bakat anak.

3. Treatment yang belum terlaksana bagi pihak sekolah

 Kurang pekanya guru terhadap bakat dan minat yang

dimiliki siswa
 Terbatasnya ekstrakulikuler yang disediakan oleh sekolah

dikarenakan sarana dan prasarana yang ada belum memadai

untuk menunjang kegiatan tersebut

H. Follow Up

1. Karena masih ada treatment yang belum terlaksana bagi klien maka

AR perlu mendapat perhatian oleh pihak sekolah dan terus

mendapatkan treatment dengan cara yang bervariasi tapi tetap

sesuai dengan tujuan

2. Pihak sekolah menyarankan orangtua AR untuk lebih

memperhatikan dan mendukung bakat dan minat yang dimiliki

anaknya, sehingga rasa percaya diri AR pun tumbuh.


Kasus V (Muhammad Husain 201401500061)

A. Identitas Klien

1. Kode :

2. Nama : M.R

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Umur : 15 tahun

5. Pend.terakhir/Pekerjaan : SD/Pelajar kelas 6

6. Status Pernikahan : Belum menikah

B. Laporan Hasil Konseling

1. Masalah

Klien adalah seorang pelajar dan masih duduk dibangku SMP kelas

IX. Klien mengaku bahwa ia seorang perokok aktif hingga saat ini.

Berkali-kali ia berusaha untuk berhenti, namun selalu gagal.

2. Gambaran Masalah

Dari hasil wawancara antara konselor dengan klien maka konselor

dapat menganalisis permasalahan yang dialami oleh klien adalah klien

mengalami kesulitan merealisasikan rencananya untuk berhenti

merokok.

3. Hubungan awal
Dalam memulai hubungan awal antara konselor dengan klien, konselor

memberikan layanan konseling kelompok, hingga akhirnya menjadi

konseling individu.

4. Pengkajian keadaan awal

Konselor dengan klien dalam pelaksanaan konseling yang ditandai

klien telah memiliki persepsi yang sama dengan konselor dalam

melaksanakan konseling. Selanjutnya konselor menjelajahi

permasalahan yang dialami klien. Klien memiliki permasalahan

kesulitan dalam berhenti merokok, karena lingkungan rumahnya serta

teman-teman satu tongkrongannya membuat ia ingin mencoba untuk

merokok lagi dan lagi.

5. Penetapan yang akan diubah

Dari hasil penjelajahan terhadap masalah yang dialami oleh klien,

maka konselor dapat menafsirkan bahwa :

a. Klien terbiasa menjadi perokok aktif.

b. Klien mengalami kesulitan untuk berhenti merokok.

c. Faktor lingkungan membuat ia sulit untuk berhenti merokok.

6. Tujuan perubahan

Dalam tahap ini, usaha yang dilakukan konselor dalam membantu

klien merealisasikan rencananya untuk berhenti merokok dengan

mengajak klien untuk merubah kegiatan yang membuatnya berhenti

merokok.

7. Rencana usaha mencapai tujuan


Dalam pengentasan permasalahan ini konselor memberikan beberapa

tips yang memang belum dicoba oleh klien. Konselor juga

memberikan perbandingan antara langkah yang sudah dilakukan klien

dengan yang belum dilakukan klien agar klien mengerti dari mana

klien dapat gagal dalam usahanya.

8. Pelaksanaan usaha

Sesegera mungkin, setelah proses konseling selesai.

9. Penilaian dan umpan balik

a. Klien dapat mengetahui apa yang membuatnya sulit untuk berhenti

merokok.

b. Klien mendapat tips cara berhenti merokok yang belum ia coba.

c. Klien memiliki pandangan tentang apa yang akan ia lakukan

selanjutnya untuk meneruskan rencananya untuk berhenti

merokok.
Kasus VI (Anita Prasasti.S 201401500003)

A. Identitas Klien

1. Kode :

2. Nama : V.N

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Umur : 15 tahun

5. Pend.terakhir/Pekerjaan : SD/Pelajar kelas 6

6. Status Pernikahan : Belum Menikah

B. Laporan Hasil Konseling

1. Masalah

Klien adalah seorang pelajar dan masih duduk dibangku SMP kelas

IX. Di dalam kelas klien mengaku diolok-olok oleh temannya dan

dijauhi oleh temannya sehingga klien merasa tidak nyaman dan merasa

tidak punya teman di dalam kelas.

2. Gambaran Masalah

Dari hasil wawancara antara konselor dengan klien maka konselor

dapat menganalisis permasalahan yang dialami oleh klien adalah klien

merasa diolok-olok dan dijauhi oleh temannya karena klien sering

meminjam baju serta duit temannya, sehingga merasa tidak nyaman di

sekolah.

3. Hubungan Awal
Dalam memulai hubungan awal antara konselor dengan klien, konselor

berupaya menghantarkan klien untuk bisa memiliki rasa aman dan

nyaman dalam hubungan awal ini. Konselor dan klien mempunyai

pemahaman dan persepsi yang sama dalam mencapai tujuan.

4. Pengkajian Keadaan Awal

Konselor dengan klien dalam pelaksanaan konseling yang ditandai

klien telah memiliki persepsi yang sama dengan konselor dalam

melaksanakan konseling. Selanjutnya konselor menjelajahi

permasalahan yang dialami klien . klien memiliki permasalahan

dengan beberapa temannya dikelas dengan berbagai permasalahan

yang berbeda, klien diejek dan dijauhi oleh temannya di kelas. Klien

merasa tidak nyaman didalam kelas sehingga klien melampiaskannya

dengan kabur dari sekolah.

5. Penetapan Yang Akan Diubah

Dari hasil penjelajahan terhadap masalah yang dialami oleh klien maka

konselor dapat menafsirkan bahwa :

a. Klien dijauhi oleh teman-temannya.

b. Ketidaknyamanan klien berada di sekolah serta dirumah.

c. Klien tidak mampu membela dirinya sendiri.

6. Tujuan Perubahan

Setelah berhasil dalam tahap penjajagan ini dan diperoleh informasi

maka tahap selanjutnya dilaksanakan tahap pembinaan. Dalam tahap

pembinaan ini usaha yang dilakukan konselor dalam membantu klien


mengambil keputusan untuk mengentaskan permasalahan yang

dialaminya adalah dengan memberikan pelatihan sikap asertif kepada

siswa agar siswa mampu menghadapi permasalahan yang dialaminya

dan konselor juga memberikan penguatan dorongan motivasi agar

klien tidak terlarut dalam masalah yang sedang dihadapinya.

7. Rencana Usaha Mencapai Tujuan

Dalam pengentasan permasalahan ini konselor juga memberikan

pemahaman serta motivasi dalam kehidupan pribadi serta kehidupan

sosial klien, agar klien percaya diri dan yakin menerapkan sikap asertif

dalam kehidupan sosial yang akan dilakukan untuk mengentaskan

masalah yang dialami secara serius sehingga mampu menjalankan

hidupnya sebagaimana mestinya.

8. Pelaksanaan Usaha

Segera mungkin, saat proses konseling selesai.

9. Penilaian dan Umpan Balik

a. Klien memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan

dirinya dan permasalahan yang dialaminya.

b. Klien merasa masalah yang dialaminya sedikit berkurang dan dia

mencoba memaafkan teman-temannya serta terus melanjutkan

hidupnya.

c. Klien menyadari akan kekurangan didalam dirinya yang membuat

teman-temannya menjauhinya.
d. Klien sangat mengerti apa yang harus dilakukan dalam

menyelesaikan masalahnya.

Kasus VII (Reza Maulana Sodik)

BIODATA KLIEN KONSELING INDIVIDU

1. Nama : Dede Khoirunnisa

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Kelas : VIII-3

4. TTL : Jakarta, 3 November 2003

5. Alamat : jl Al-Fatah 1 RT 09/03 No.29

6. Suku Bangsa : betawi

7. Nama ayah : Abdul Haris

8. Pekerjaan ayah : Sopir

9. Nama Ibu : Hernawati

10. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

LAPORAN KONSELING INDIVIDU

Masalah:

Sulit bersosialisasi dengan teman di lingkungan sekolah dan takut melanjutkan ke

pesantren

Gambaran masalah:

Klien merupakan siswa kelas VIII di MTs Al-Islamiyah, yang mana klien ini
mempunyai permasalahan dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya, klien

hanya memiliki beberapa teman saja di sekolah tersebut. Sehari-hari klien hanya

berteman dengan orang yang itu-itu saja. Orang tuanya memaksa klien untuk

melanjutkan ke pesantren setelah selesai Mts nanti, namun klien menolak karena

tidak sesuai dengan keinginan dan minatnya. Dengan adanya paksaan dari orang

tua tersebut kini klien terlihat kurang bersemangat dalam menjalani proses belajar,

bahkan prestasinya kalah oleh adiknya yang masih duduk di bangku SD. Sehingga

perasaan cemas, khawatir, dan juga takut terus menghantui klien.

Hubungan awal :

Klien merupakan siswa kelas VIII di MTs Al-Islamiyah, klien merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara, klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.

Pertemuan dengan klien terjadi di lingkungan sekolah MTs Al-Islamiyah, ketika

itu klien didapati memiliki permasalahan di bidang sosial, hal ini terlihat dari

himpunan data (DCM) yang telah diisi oleh klien. Pada pertama kali bertemu

klien terlihat ceria dan gembira, namun ketika kami memulai pembicaraan baru

terlihat bahwa benar klien ini mempunyai masalah.

Pengkajian Keadaan Awal

1. Dikaji bagaimana kondisi klien; terungkap bahwa klien terlihat gembira

dan ceria.

2. Dikaji tentang kecemasan-kecemasan yang ada pada diri klien, terungkap

yang dicemaskan klien adalah takut bila nanti melanjutkan ke pesantren.


3. Dikaji keberatan klien untuk mengikuti kemauan orang tuanya terungkap

bahwa klien tidak mampu menolak dan harus mengikuti kemauan orang

tua teersebut

4. Dikaji kemungkinan yang akan terjadi jika klien benar melanjutkan ke

pesantren, terungkap bahwa klien keberatan jika harus mengemban

pendidikan di pesantren.

5. Dikaji apa saja yang sudah dilakukan klien untuk mengurangi kecemasan

klien; terungkap bahwa kien telah ikut sebagai anggota OSIS, hal ini agar

orang tuanya merasa bangga mempunyai anak yang aktif di sekolah.

PENETAPAN APA YANG KAN DIUBAH:

1. Respon klien terhadap berita tentang pendidikan pesantren

2. Persepsi klien tentang orang tuanya yang tidak menyayanginya

3. Sikap klien yang curiga terhadap adiknya

4. Rasa Pesismistis klien tentang masa depan yang akan dijalaninya

Tujuan Perubahan:

1. Respon klien lebih menyenangkan diterima oleh anggota keluarga

2. Klien menjadi berubah keyakinannya bahwa sebenarnya orang tuanya

sangat menyayanginya

3. Klien tidak lagi curiga dan dengki terhadap adinya karena adiknya

memiliki prestasi yang lebih baik dari klien

4. Klien menjadi orang yang optimis akan keberhasilan masa depannya


RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:

1. Melaksanakan proses konseling individu

2. Memberikan motivasi terhadap klien agar semangat dalam menuntut ilmu

3. Memberikan informasi tentang pendidikan pesantren

PELAKSANAAN USAHA

Dengan layanan konseling individu diharapkan dapat membantu mengentaskan

permasalahan klien dan juga dapat merubah persepsi serta perasaan takut akan

pendidikan pesantren.

Memberikan asumsi bahwa sebenarnya orang tua lebih mengerti dan memahami

apa yang terbaik untuk anaknya di masa yang akan datang.

Memberi gambaran bahwa pendidikan pesantren tidak kalah baik dengan

pendidikan sekolah pada umumnya.

Menanamkan kepercayaan diri klien agar mampu mendongkrak prestasi

belajarnya dan juga mampu bersaing dengan teman sebayanya.

KASUS VIII (Nur Hikmah 201401500125)

A. Latar Belakang

Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau SMP Sekolah Menengah

Pertama (SMP) merupakan peralihan ke masa remaja setelah melewati

masa kekanak-kanaknya di Sekolah Dasar (SD). Dapat dimengerti bahwa

akibat yang luas dari masa peralihan masa remaja ini (puber) sangat rentan
dengan kenakalan remaja, karena pada masa ini anak masih labil dalam

menentukan mana yang negative dan mana yang positif atau mana yang

baik serta mana yang buruk. Hal demikian menjadikan anak bertindak

sesuai dengan kemampuan hatinya dan sulit bagi anak untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Perubahan dari masa

kanak-kanak ke masa remaja merupakan masa yang sulit untuk orang tua

mapun guru karena pada masa ini butuh perhatian yang khusus dalam

segala hal. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan sikap

dan perilaku yang terjadi pada masa remaja merupakan akibat dari

perubahan sosial pada akibat dari perubahan kelenjar yang berpengaruh

pada keseimbangan tubuh. Kurangnya pembelajaran hati nurani, moral

yang dieterima anak puber dari orangtua, kakak-adik, guru-guru dan

teman-teman kemungkinan akan terjadi perubahan psikologi yang buruk.

Semakin baik lingkungan yang diterima akan berdampak pula pada

komunikasi dan pembentukan perilaku yang positif.

B. Masalah

SS adalah siswi kelas 8 di sekolah swasta. Ia memiliki seorang adik

perempuan, dan tinggal bersama kedua orang tuanya. SS memiliki ayah

tiri karena ayah kandungnya sudah meninggal sejak SS masih di dalam

kandungan. Ibu SS adalah rumah tangga biasa dan ayah tirinya pekerja

swasta. Sebetulnya SS tidak memiliki masalah dalam lingkungan

keluarganya, karena kedua orang tuanya menyayangi SS begitu pula ayah


tiri SS sendiri. Namun dalam lingkungan sekolahnya ia memiliki beberapa

kendala yang membuat SS tidak nyaman aplagi dalam penyesuaian diri,

namun SS sendiri kerap membuat masalah untuk mencari perhatian.

Berdasarkan hasil pengamatan, SS tergolong anak yang rajin

sekolah, namun hasil nilai belajarnya yang kurang baik.

C. Rumusan Masalah

Setelah melihat masalah SS, yang melatar belakangi masalah

tersebut adalah.

1. SS selalu mencari perhatian karena merasa kurang nyaman

2. Membuat keributan di kelas karena ada berapa anak yang ia tidak suka

3. Tidak dapat menyesuaikan diri karena lingkungan teman yang tidak

sesuai dengan dirinya

KAJIAN TEORI DAN ANALISIS MASALAH

A. Definisi Masalah Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai

keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan.

Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak pernah

tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu

dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di mana

tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan di mana semua fungsi

organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang

sempuna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia

terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan

hidup guna mencapai pribadi yang sehat.

Pada saat penyesuaian diri remaja dituntut untuk dapat berbaur

dengan lingkungan hal ini yang biasanya menimbulkan masalah, karena

pada masa penyesuaian diri, remaja menemui bnyak hal yang berbeda dari

dirirnya dan dia harus mengikuti hal tersebut. Oleh karena itu terkadang

remaja akan bersikap kontra pada lingkungan yang tidak disukainya dan

akan bersikap pro pada lingkungan yang disukainya.

B. Karakteristik Anak Kurangnya Penyesuaian Diri

1. bermain dengan beberapa teman secara tetap

2. Bermain dengan beberapa teman sesekali

3. Dan tidak bermain sama sekali dengan beberapa teman

C. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Schneider (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri mempunyai

empat unsur. Pertama, adaptation yaitu penyesuaian diri dipandang

sebagai kemampuan individu dalam beradaptasi. Orang yang penyesuaian

dirinya baik berarti ia mempunyai hubungan yang memuaskan dengan

lingkungan. Misalnya, menghindari ketidaknyamanan akibat cuaca yang

tidak diharapkan, maka orang membuat sesuatu untuk dapat berlindung.

Kedua, conformity yaitu seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri

baik apabila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya. Ketiga, mastery
yaitu orang yang mempunyai penyesuaian diri yang baik mempunyai

kemampuan dalam merencanakan da mengorganisasikan sesuatu respons

yang muncul dari dalam dirinya sehingga dapat menyusun dan

menanggapi segala masalah dengan efisien. Keempat, individual variation

yaitu ada perbedaan individual pada perilaku dan respons yang muncul

dari masing-masing individu dalam menanggapi masalah.

D. Penyebab Proses Penyesuaian Diri

Faktor-faktor yg mempengaruhi proses penyesuaian remaja:

1. Lingkungan tempat anak dibesarkan, yaitu kehidupan di dalam

keluarga. Bila dalam keluarga tersebut dikembangkan perilaku sosial

yang baik, sehingga pengalaman ini akan menjadi pedoman yang

membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial di luar

rumah.

2. Model yang diperoleh anak di rumah, terutama dari orang tuanya. Anak

biasanya akan meniru perilaku orang tua yang menyimpang, maka anak

akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil.

3. Motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi

ini dapat ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan,

baik di rumah atau di luar rumah.

4. Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian

diri.
UPAYA PEMECAHAN MASALAH

A. Identifikasi Masalah

1. Klien
Nama : SS
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 29 Agustus 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : 8.2
Anak ke : 1 (satu)

2. Ayah
Nama : WN
Tempat tanggal lahir : -
Pekerjaan : Wirausaha
Kewarganegaraan : Indonesia

3. Ibu
Nama : NH
Tempat tanggal lahir : -
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kewarganegaraan : Indonesia

Susunan Keluarga

Tanggal lahir/
Nama L/P Status Pekerjaan
Usia
WN L Indonesia,- Ayah tiri Wirausaha
NH P Indonesia,- Ibu kandung Ibu rumah tangga
SS P 14 tahun Kakak SMP/MTs
NL P 4 tahun Adik -
B. Pengumpulan Data

1. Keadaan klien

SS anak pertama dari dua saudara, ia tinggal bersama orang tuanya.

Usianya menginjak 15 tahun. Saat di kelas SS berteman seperti

biasnya namun ia hanya akan berbaur dengan 1 orang teman yang


FB, dan kemana-mana selalu bersamanya. SS termasuk anak yang

rajin, namun dalam prestasinya berkurang.

2. Keadaan keluarga

Ayah SS bekerja dari pagi sampai malam sekitar jam 09.00,

sedangkan ibunya berada dirumah mengurus adik SS, dan kondisi

perekonomiannya terbilang cukup.

3. Keadaan lingkungan

Ibu SS terkadang terlalu kasar dengan SS jika SS terbukti salah.

Dan teman-teman SS yang tidak menyukainya suka membulli SS

dengan menyebut-nyebut nama orang tua SS.

4. Keadaan fisik

Berdasarkan pengamatan, SS termasuk anak yang aktif, walaupun

kondisi matanya sudah tidak baik.

5. Kondisi di kelas

SS termasuk anak yang rajin dan juga aktif.

C. Klasifikasi Data

1. Keadaan klien

a. Anak perempuan berusia 14 tahun

b. Anak pertama dari dua saudara

c. Anak yang aktif di kelas

d. Sosilisasi kurang

e. Prestasi kurang
2. Keadaan keluarga klien

a. Tinggal di rumah ayah dan ibu

b. Ayah bekerja sedangkan ibu selalu dirumah

3. Keadaan klien di sekolah

a. Aktif

b. Rajin

c. Hanya memiliki satu teman

d. Kadang membuat keributan

4. Keadaan klien di masyarakat

SS tidak memiliki teman di lingkungan rumahnya, dan ia selalu

berada di dalam rumah.

D. Diagnosa

Karena kondisi SS yang susah menyesuaikan diri dan apa yang ia

inginkan tidak sesuai harapannya, SS selalu mencari perhatian dari

teman-teman dan guru-gurunya.

E. Prognosa

Keadaan SS harus di tangani dengan melakukan pendekatan kepada

SS, sehinnga SS dapat berinteraksi dengan baik kepada sesama

temannya juga untuk meningkakan prestasinya.

F. Treatment
a. Untuk klien

- Bimbingan kelompok

- Perbanyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan perkelompok

b. Untuk keluarga

- Orang tua dapat bekerjasama dengan guru

- Memberi contoh baik

c. Untuk sekolah

- Guru harus bersikap penuh kesabaran dalam menyikapi SS

- Menciptakan lingkungan sekolah yang baik

- Guru tidak bersikap kasar

- Guru tidak boleh menghukum anak didik terlalu berat

G. Evaluasi

1. Klien masih kesulitan mengendalikan emosi

2. Sikap orang tua yang masih kurang bekerjasama dengan pihak

sekolah

3. Klien menyadari apa yang harus dilakukan dalam lingkungan.

H. Follow Up

Karena masih ada treatment yang belum terlaksana bagi klien, maka

SS perlu diperhatikan lagi oleh pihak sekolah dan terus diberikan

treatment yang dengan cara yang berfariasi tetapi sesuai dengan tujuan.

Baik melalui bekerjasama dengan orang tua klien maupun teman-

teman kelas SS.


PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat penyesuaian diri remaja dituntut untuk dapat berbaur

dengan lingkungan hal ini yang biasanya menimbulkan masalah, karena

pada masa penyesuaian diri, remaja menemui bnyak hal yang berbeda dari

dirirnya dan dia harus mengikuti hal tersebut.

SS mengalami sukar sosialisasi karena sulit menyesuaikan diri

terhadap lingkungan sekolah, sehingga ia kerap mencari perhatian dari

lingkungan.

B. Saran

- Guru diharapkan dapat membantu siswa yang memiliki masalah dalam

lingkungan sosial.

- Orang tua sebaiknya memberikan perhatian penuh dan juga

memberikan pengertian terhadap perkembangan SS.


KASUS IX (Dian Es Anggraeni 201401500143)

A. Latar Belakang

Setiap siswa yang ada tentunya mempunyai masalah dan akan sangat

beragam. Permasalahan yang ada dalam lingkungan siswa dapat bersifat

pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa

dalam mengenali dan memahami hambatan maka sebagai konselor yang

berkompeten, sudah turut ambil andil di dalamnya dalam penanganannya.

Konselor sekolah mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan dan

membantu siswa agar dapat mengembangkan potensinya secara utuh. Adapun

salah satu cara yang dapat di ambil untuk dapat membantu klien yang

mengalami masalah adalah dengan menggunakan studi kasus.

Studi kasus adalah suatu cara memperoleh data selengkap-lengkapnya

tentang individu. Data tersebut diolah dan dianalisis, kemudian hasilnya akan

dapat digunakan untuk menduga permasalahan dari individu, sehingga dapat di

berikan layanan bimbingan dan/konseling setepat mungkin. Melalui studi kasus

ini seorang konselor akan dapat memahami siswanya secara mendalam.

Konselor akan mampu memperoleh informasi tentang sebab-sebab timbulnya

masalah serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan terhadap

masalah yang dialami siswa tersebut.

Berdasarkan dari pemaparan yang ada di atas maka dari itu dilakukan

studi kasus secara nyata di MTS AL- ISLAMIYAH Jakarta untuk mendalami

suatu permasalahan dari siswa.


B. Masalah

Br seorang anak laki – laki berusia 14 tahun. Ia anak tunggal, ayahnya

seorang penjahit dirumah dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Br tinggal Bersama

orang tuanya. Kedua orang tuanya berasal dari Jakarta. Br belajar dikelas 7.1,

didalam kelas Br sangat pendiam tetapi aktif ketika diminta untuk memberikan

pertanyaan.

Berdasarkan hasil pengamatan, Br tergolong anak pandai dalam pelajaran,

namun ada sedikit keganjalan ketika Br mengerjakan pelajaran. Br merasa kurang

nyaman dikarenakan memikirkan tujuan karier atau jurusan kedepannya.

C. Rumusan Masalah

Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui pengumpulan data

seperti, angket kebiasaan siswa, daftar cek masalah, dan wawancara, maka

gambaran umum permasalahan yang diperoleh menyangkut pada bidang

pendidikan (educational problems) dan perencanaan karir / jabatan (vocational

problems). Adapun karakteristiknya di jabarkan sebagai berikut :

1) Ketidakpercayaan diri dalam menyusun cita-cita.

2) Malas / membolos.

3) Kesulitan dalam belajar karena kurangnya fasilitas pelengkap belajar, dan

waktu belajar yang kurang teratur.

4) Banyak bermain.

5) Kehidupan keluarga yang kurang komunikasi dengan ekonomi rendah.


Kajian Teori dan Analisis Masalah

A. Kajian Tentang Layanan Informasi Karier

a. Pengertian Layanan Informasi Karier

Menurut Prayitno & Erman Amti ( 2004:259-260 )layanan informasi

adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu - individu yang

berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu

tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana

yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan informasi itu pertama - tama

merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman dalam bimbingan dan

konseling.

Menurut Budi Purwoko ( 2008:52 ) penyajian informasi dalam rangka

program bimbingan ialah kegiatan membantu siswa dalam mengenali

lingkungannya, terutama tentang kesempatan - kesempatan yang ada

didalamnya, yang dapat dimanfaatkan siswa baik untuk masa kini maupun

masa yang akan datang. Penyajian informasi itu dimaksudkan untuk

memberikan wawasan kepada para siswa sehingga ia dapat menggunakan

informasi itu baik untuk mencegah atau mengatasi kesulitan yang

dihadapinya, serta untuk merencanakan masa depan. Perencanaan

kehidupan ini mencakup, kehidupan dalam studinya, dalam pekerjaannya,

maupun dalam membina keluarga.

Dari beberapa pengertian tentang layanan informasi diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa layanan informasi adalah suatu kegiatan atau

usaha untuk membekali para siswa tentang berbagai macam pengetahuan


supaya mereka mampu mengambil keputusan secara tepat dalam

kehidupannya.

b. Tujuan Layanan Informasi Bimbingan Karier

Menurut Budi Purwoko ( 2008:52 ) tujuan yang ingin dicapai dengan

penyajian informasi bimbingan karier adalah sebagai berikut:

a. Para siswa dapat mengorientasikan dirinya kepada informasi yang

diperolehnya terutama untuk kehidupannya, baik semasa masih

sekolah maupun setelah menamatkan sekolah.

b. Para siswa mengetahui sumber - sumber informasi yang diperlukan.

c. Para siswa dapat menggunakan kegiatan kelompok sebagai sarana

memperoleh informasi.

d. Para siswa dapat memilih dengan tepat kesempatan - kesempatan

yang ada dalam lingkungannya sesuai dengan minat dan

kemampuanya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan

informasi bimbingan karier adalah supaya para siswa memperoleh

informasi yang relevan dalam rangka memilih dan mengambil

keputusan secara tepat guna pencapaian pengembangan diri secara

optimal. Dalam penelitian ini tujuan dari layanan informasi bimbingan

karier adalah membekali siswa dengan berbagai informasi tentang

potensi diri sehingga siswa mampu meningkatkan pemahaman potensi

diri guna mencapai kualitas hidup yang lebih baik.


c. Komponen Layanan Informasi Karier

Dalam layanan informasi terlibat tiga komponen pokok, yaitu

Konselor, Peserta dan Informasi yang menjadi isi layanan ( Prayitno

2004:4 ).

1) Konselor ( guru pembimbing )

Ahli dalam pelayanan konseling adalah penyelenggara layanan

informasi. Konselor menguasai sepenuhnya informasi yang menjadi isi

layanan, mengenai dengan baik peserta layanan dan kebutuhannya akan

informasi, dan menggunakan cara - cara yang efektif untuk

melaksanakan layanan.

2) Peserta

Peserta layanan informasi seperti layanan orientasi dapat berasal

dari berbagai kalangan, siswa disekolah, mahasiswa, anggota organisasi

pemuda dan sosial politik, karyawan intansi dan dunia usaha / industry

serta anggota masyarakat lainnya, baik secara perorangan maupun

kelompok.

3) Informasi

Jenis, luas kedalam informasi yang menjadi isi layanan informasi

sangat bervariasi, tergantung pada kebutuhan para peserta layanan. Pada

dasarnya informasi yang dimaksud mengacu kepada seluruh bidang

pelayanan konseling, yaitu bidang pengembangan pribadi, sosial,


kegiatan belajar, perencanaan karier, kehidupan berkeluarga dan

beragama. Lebih rinci berbagai informasi tersebut dapat digolongkan ke

dalam :

a) Informasi perkembangan diri

b) Informasi hubungan antar – pribadi, sosial, nilai dan moral

c) Informasi pendidikan, kegiatan belajar, dan keilmuan teknologi

d) Informasi pekerjaan / karier dan ekonomi

e) Informasi sosial – budaya, politik dan kewarganegaraan

f) Informasi kehidupan berkeluarga

g) Informasi kehidupan beragama

d. Fungsi Bimbingan Konseling Karier di sekolah

Bimbingan karier di sekolah membantu siswa dalam mengenal dan

mengembangkan potensi karier yang dimilikinya. Selain itu bimbingan

karier sebagai satu kesatuan proses bimbingan memiliki manfaat yang

dinikmati oleh kliennya dalam mengarahkan diri dan menciptakan

kemandirian dalam memilih karier yang sesuai dengan kemampuannya.

Fungsi bimbingan karier di sekolah adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kemantapan pilihan jurusan kepada siswa, karena penjurusan

akan mempersiapkan siswa dalam bidang pekerjaan yang kelak

diinginkan.
b. Memberikan bekal pada siswa yang tidak melanjutkan sekolah untuk dapat

siap kerja sesuai dengan keinginannya.

c. Membantu kemandirian bagi siswa yang ingin ataupun harus belajar

sambil bekerja.

e. Metode dan Media Layanan Informasi Karier

Untuk banyak memahami berbagai informasi yang akan dibutuhkan

siswa, konselor juga seyogyanya dapat menguasai berbagai teknik

penyampaiannya secara variatif dan menyenangkan. Tanpa didukung

kekayaan informasi dikhawatirkan menjadi tidak memiliki daya Tarik

dihadapan siswa.

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:269), pemberian informasi

kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode dan

ceramah, diskusi, karyawisata, buku panduan, konferensi karier.

1) Ceramah, merupakan metode pemberian informasi yang paling

sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat

dilakukan oleh hampir setiap petugas bimbingan di sekolah.

2) Diskusi, suatu pendekatan yang kegiatannya bercirikan ketertarikan

pada suatu pokok masalah atau pertanyaan.

3) Karyawisata, Penggunaan karyawisata berfungsi membantu siswa

mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap – sikap yang

positif, menghendaki siswa berpartisaipasi secara penuh, baik dalam


persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang

dikunjungi.

4) Buku panduan, Buku – buku panduan ( seperti buku panduan sekolah

atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi karyawan ) dapat

membantu siswa dalam mendapat banyak informasi yang berguna.

5) Konferensi Karier, dalam konferensi karier para narasumber dari

kelompok – kelompok usaha, jabatan atau dinas Lembaga pendidikan,

mengadakan penyajian tentang berbagai aspek program pendidikan dan

latihan atau pekerjaan yang diikuti oleh para siswa.

6) Dalam penelitian ini penulis membatasi media yang digunakan dalam

penyampaian layanan informasi dalam bimbingan karier yakni alat

tulis, Lembar Kerja Siswa ( LKS ) paket layanan BK, LCD, dan laptop.

2. Hakikat Kemandirian Keputusan Karier

a. Pengertian Kemandirian

Pengertian Kemandirian menurut Masrun (1986:8),

kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk

bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir

dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu

mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan

memperoleh kepuasan dari usahanya.


Pengertian Kemandirian menurut Kartini Kartono (1985:21),

kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi

masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta

bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala

keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal

ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan

seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan

kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah

yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain

dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah

diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

b. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Pilihan Karier

Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan karier

menurut Holland ( dalam Sukardi, 1994 ) yaitu :

a) Faktor Pengetahuan Diri

Faktor pengetahuan diri, artinya pengaruh pengetahuan diri ini,

lebih mengacu pada pengetahuan individu tentang dirinya dan orang

lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peran untuk meningkatkan


( incrase ) dan menurunkan ( decrease ) ketepatan pemilihan

seseorang. Pengetahuan diri diartikan sebagai kemampuan seseorang

untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan dipadang dari

sudut kemampuan - kemampuannya sendiri, namun ada perbedaan

mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri. Penilaian diri

menitik beratkan penghargaan terhadap dirinya, sedangkan

pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki oleh

individu tentang dirinya seperti, usia dan jenis kelamin.

b) Orang Tua

Orang tuan berperan dalam penentuan arah pemilihan karier

pada anak remajanya, walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam

menjalankan karier selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan

dan profesionalitasme anak yang menjalaninya. Karena hal ini

berkaitan dengan pembiayaan pendidikan, masa depan anaknya agar

terarah dengan baik, orang turut ikut campur agar anaknya memilih

program studi yang mampu menjamin kehiduan kariernya.

Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi,

menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat

menghasilkan materi, misalnya fakultas ekonomi ( akutansi,

manajemen ), teknik, farmasi, kedokteran ( umum dan gigi ) dan lain

- lain, anggapan orang tua anak yang mampu memasuki program ini

tentu akan terjamin masa depannya. Dalam kenyatannya tak


selamanya yang menjadi pilihan orang tua akan berhasil dijalankan

oleh anaknya, kalau tidak disertai oleh bakat minat, kemampuan,

kecerdasan, motifasi internal dari anak yang bersangkutan. Inilah

yang perlu diperhatikan.

c) Teman ( Peer group )

Tidak dipungkiri bahwa dalam kelompok pergaulan remaja

cukup memberi pengaruh bagi individu dalam menentukan

pemilihan program studi mereka baik di SMA maupun di perguruan

tinggi, mereka mungkin merasa tidak enak jika tidak sama dalam

pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh kelompok teman

sebaya ini bersifat eksternal, bila remaja tidak mempunyai dorongan

internal, minat bakat dan kemampuan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan maka kemungkinan remaja

ini akan mengalami kegagalan.

d) Peran Jenis Gender

Stereotype masyarakat sering kali menilai terhadap jenis

kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau

pekerjaan tertentu, dilakukan oleh jenis kelamin tertentu juga.

Memang baik diakui atau tidak jenis kelamin kadang - kadang

menentukan seseorang dalam mencari pekerjaan.

e) Karakteristik Individu
Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan program studi

serta karier pekerjaan, sangat ditentukan oleh karakteristik

kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang memiliki

minat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan

dari orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik.

Keberhasilan tidak dapat diukur secara finansial yangmelimpah, akan

tetapi seberapa besar nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui

pilihan - pilihan tersebut.

c. Komponen Kemandirian Pilihan Karier.

Komponen - komponen yang ada dalam kemandirian, sehubungan

dengan pemilihan terhadap karier yang sesuai dengan kondisi siswa

dikutip dari tugas akhir yang berjudul Pengaruh Bimbiingan Karier

Terhadap Kemandirian Siswa dalam Memilih Karier ( Arifah, 2001 ),

yaitu :

a. Kebebasan dalam Memilih Karier

Merupakan sikap siswa dimana tidak adanya rasa

terkekang, rasa terbebani dan tidak adanya pengaruh orang lain

dalam menentukan karier mana yang harus dipilih karena pada

dasarnya siswa telah memahami dirinya dan kemampuannya.

Dalam hal ini siswa mampu menunjukan kebebasan dirinya dalam

menentukan karier mana yang sesuai dengan kondisi dirinya.


Melalui bimbingan karier siswa telah mengetahui bakat,

minat, cita - cita, kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya,

sehingga dengan pemahaman diri tersebut siswa mampu untuk

menentukan dan memilih karier apa yang sesuai dengan potensi

yang ada padanya. Karier yang dipilih merupakan hasil keputusan

sendiri berdasarkan pemahaman dirinya tanpa adanya kekangan

dan paksaan. Hal ini menunjukan adanya kemandirian bagi siswa

dalam memilih karier sebagai langkah awal dalam mewujudkan

masa depan kehidupan kariernya yang lebih baik.

Ciri - ciri yang memiliki kebebasan dalam memilih karier adalah :

1) Siswa tersebut memilih karier atas bakat, minat, cita - cita,

kekuatan dan kekurangan yang ada pada dirinya.

2) Siswa tersebut memilih karier dengan tidak bergantung

pada orang lain.

b. Kemantapan Diri dalam Memilih Karier.

Merupakan suatu bentuk sikap siswa yang menunjukan rasa

percaya terhadap kemampuan yang dimiliki, merasa senang dalam

menekuni bidang kejuruan dan bidang karier yang akan dipilih serta

mempunyai harapan yang maju terhadap bidang kejuruan yang

sedang ditekuni dan pilihan karier yang diinginkan. Dalam hal ini

siswa telah mempunyai keyakinan bahwa dengan mengetahui


kemampuan yang ada pada dirinya, akan mampu untuk memilih

karier yang diinginkannya.

Keyakinan tersebut melahirkan perasaan senang / minat

terhadap bidang karier yang akan dipilihnya karena sesuai dengan

minat yang ada pada dirinya.

Ciri - ciri siswa yang memiliki kemantapan diri dalam memilih

karier adalah :

1) Percaya terhadap kemampuan yang ada pada dirinya.

2) Merasa senang dengan karier yang akan dipilihnya,

3) Memiliki rasa optimis terhadap karier yang akan dipilihnya.

c. Tanggung jawab terhadap karier yang akan dipilihnya.

Merupakan suatu bentuk sikap siswa dimana menunjukan

usaha yang sungguh - sungguh dalam menekuni bidang kejuruan

yang sedang ditekuni dan karier yang akan dipilih karena sadar

akan diri dan masa depannya agar kehidupan yang akan dijalani

sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Dalam hal ini siswa menunjukan suatu usaha yang keras

dan sungguh - sungguh dalam menekuni bidang karier yang saat ini

ditekuni dengan belajar dan selalu berusaha untuk mningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang kejuruannya.


Siswa bersedia melakukan usaha yang berhubungan dengan bidang

karier kejuruannya karena sadar akan tujuan / cita - cita yang ingin

diwujudkan sesuai dengan harapannya.

Karena kesadaran tersebut mampu melahirkan dorongan dan

semangat yang tentunya akan memberikan dampak yang positif

terhadap bidang karier yang akan dipilihnya. Karena adanya

motivasi yang positif terhadap karier yang akan ditekuni

menunjukan adanya tanggungjawab terhadap bidang karier yang

akan dipilihnya. Kondisi tersebut jelas menunjukan adanya

kemandirian siswa dalam memilih karier yang sesuai dengan

kondisi diri dan harapannya agar kehidupan karier yang diinginkan

akan menjadi lebih baik.

Ciri - cir siswa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap

karier yang akan ditekuninya adalah :

1) Berusaha keras dalam menekuni bidang kejuruan

2) Tekun dalam belajar memahami bidang kejuruan

3) Sadar tujuan / cita - cita terhadap karier yang akan dipilih

4) Termotivasi dengan karier yang akan dipilih.


Upaya Pemecahan Masalah

A. Identifikasi Kasus

1. Klien

Nama : Br

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 8 Agustus 2004

Jenis Kelamin : Laki – laki

Kelas : 7.1 ( MTS )

Anak Ke : Pertama

2. Ayah

Nama : XX

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, XX

Jenis Kelamin : Laki – laki

Pekerjaan : Bidang Jasa

Kewarganegaraan : Indonesia

3. Ibu

Nama : XX

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, XX

Jenis Kelamin : Permpuan


Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Kewarganegaraan : Indonesia

Susunan keluarga

Nama L/P Tanggal Lahir / usia Status Pekerjaan

XX L XX Ayah Kandung Bidang Jasa

XX P XX Ibu Kandung Ibu Rumah Tangga

Br L 14 Tahun Anak MTS

B. Pengumpulan data

1. Keadaan diri Klien

Br anak tunggal, ia tinggal Bersama orang tuanya. Usianya sekalarang

14 Tahun, saat Br berada dikelas sering diam dan merasa tidak tenang.

Berdasarkan hasil pengamatan Br anak yang pandai namun saat ini Br

lebih kurang minat dalam belajarnya dikarenakan suatu hal yang

membuat Br berfikir mengenai jurusan dan Karier kedepannya.

2. Keadaan Keluarganya

Ayah Br bekerja dibidang jasa, yaitu menjahit dirumah dan Ibu Br

sebagai Ibu rumah tangga, keluarganya terbilang kurang mampu dalam

perekonomiannya.
3. Keadaan Lingkungan

Orang tua Br kurang memperhatikan karena sibuk bekerja.

4. Keadaan Fisik

Berdasarkan pengamatan Br anak yang cerdas, kondisi mata dan

penglihatannya baik dibuktikan matangnya klien dalam menjelaskan

jawaban pada saat saya bertanya.

C. Klasifikasi Data

1. Keadaan diri klien

a. Anak laki – laki berusia 14 Tahun

b. Anak tunggal dari kedua orang tuanya

c. Anak yang cerdas dikelas

d. Anak yang aktif

2. Keadaan keluarga klien

a. Tinggal dirumah ayah dan ibu

b. Ayah dan ibu klien sibuk bekerja

3. Keadaan klien disekolah

a. Aktif

b. Cerdas dikelas

4. Keadaan klien dimasyarakat

Br ramah terhadap tetangga dan teman – temanya.


D. Diagnosa

Karena kondisi klien kurang perhatian dari orang tuanya menimbulkan Br sering

berdiam diri, selain itu kurang pengetahuannya dalam dunia karier dan jurusan

kedepannya, maka klien tidak mengetahui kedepannya akan seperti apa.

E. Prognosa

Dari hasil diagnosis diatas, maka rencana bantuan / treatmen yang dapat diberikan

kepada siswa / konseli dalam usaha untuk memecahkan masalahnya yaitu :

1.Pemberian bantuan konseling gestalt dengan teknik kursi kosong

2. Bimbingan Karier

F. Treatment

Adapun treatment bantuan yang dapat di berikan kepada konseli yaitu :

1. Pemberian bantuan konseling gestalt dengan teknik kursi kosong, di gunakan

untuk membantu konseli dalam memecahkan masalah-masalah interpersonal

yang ada dalam dirinya. Tahapan pemberian bantuan konseling gestalt dengan

kursi kosong di laksanakan sebagai berikut :

a. Praktikan memberitahukan bagaimana aturan main dari permainan peran ini.

b. Siswa diminta agar ia bisa menghadapkan suatu situasi, dimana, kapan ia

harus berperan sebagai top dog dan kapan ia harus memainkan peran

sebagai under dog.


c. Saat ia bermain peran dalam teknik kursi kosong, siswa diminta agar benar-

benar memainkan perannya sesuai dengan kondisi sebenarnya (serius).

Contoh saat ia senang ia harus dapat mengungkapkan kegembiraannya

tersebut begitu sebaliknya saat ia sedang sedih ia harus dapat

mengungkapkan perasaannya tersebut. Dalam hal ini siswa perlu secara

sungguh-sungguh memperlihatkan bagaimana keadaan optimis dan

pesimisnya akan masalah cita-citanya.

d. Setelah permainan peran berakhir siswa diminta untuk mendignosis akan

perasaan-perasaan yang dialaminya. e.Mengevaluasi seberapa evektif akan

keberhasilan dalam pengungkapan perasaan siswa.

2. Bimbingan karir Layanan informasi ini diberikan untukm membekali siswa

dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang

berguna bagi individu siswa sebagai penunjang karirnya ke depannya. Dalam

bimbingan ini diberikan Informasi tentang macam-macam karir yang ada di

sekitar kita dan jenjang pendidikan yang sesuai dengan karir tersebut.

Layanan informasi yang diberikan pratikan berkaitan dengan permasalahan

yang dialami oleh klien yaitu pada masalah perencanaan karir yang masih

rendah. Untuk pelaksanaan layanan informasi, praktikan memberikan layanan

informasi secara individual. Adapun tujuan dari pemberian informasi ini

melihat dari permasalahan klien yang mengalami permasalahan karir yang

rendah.

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu cara yang ditempuh untuk melihat seberapa jauh

efek atau pengaruh yang diberikan bagi pemecahan masalah yang ada. Segi

keberhasilan dan tidaknya perlakuan yang telah diberikan dijabarkan sebagai

berikut :

1. Dari sisi keberhasilan

a. Siswa bersangkutan mengetahui informasi tentang karir yang ada.

b. Siswa menyadari akan masalahnya.

2. Dari sisi ketidakberhasilan

a. Siswa masih belum menampakkan rasa percaya diri yang diharapkan.

b. Siswa kurang mau berpartisipasi dalam konseling yang dilakukan,

akibatnya proses konseling agak terhambat karena siswa begitu tak

mau membuka diri.

H. Follow Up

1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu giat belajar dan percaya

sepenuhnya pada kemampuan yang dimilikinya, sehingga ia mampu

menata cita-citanya dengan penuh percaya diri sesuai potensinya.

2. Menyarankan kepada guru pamong BK agar senantiasa memberikan

perhatian kepada siswanya, khususnya dalam belajar serta memberikan

motivasi kepada siswa dalam pembelajarannya.. Selain itu, orang tua juga

perlu di beritahukan agar mendukung keinginan siswa yang berhubungan

dengan cita-citanya.
Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil studi kasus yang dilaksanakan di MTS AL

-ISLAMIYAH JAKARTA maka di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Studi kasus adalah suatu cara memperoleh data selengkap-lengkapnya

tentang individu, terdiri dari identifikasi, diagnosis, prognosis, treatmen,

evaluasi, dan tindak lanjut (follow up).

2. Masalah perencanaan karir yang rendah dari siswa di tengarai di

sebabkan oleh beberapa hal yakni :

a. Kepercayaan diri yang kurang pada klien dalam menyusun cita-cita,

b. Keadaan keluarga dan kurangnya perhatian orangtua pada akademik

anak

c. Kesulitan mengakses pembelajaran

3. Bantuan yang diberikan kepada siswa yang bertujuan membantu

menyelesaikan masalahnya yakni :

a. Pemberian bantuan konseling gestalt dengan teknik kursi kosong

b. Bimbingan karir.

B. Saran

Adapun berdasarkan dari studi kasus yang telah di lakukan, terdapat

beberapa saran antara lain :


1. Bagi konselor, sebaiknya lebih dalam memperhatikan perkembangan

yang sedang terjadi pada siswa. Jika memungkinkan di lakukan

penindaklanjutan atas masalah yang di alami siswa dalam kasus ini.

2. Bagi Orang tua siswa / konseli, hendaknya meningkatkan hubungan

komunikasi yang efektif dengan siswa sehingga siswa / konseli ini dapat

berkembang secara optimal.Orang tua juga hendaknya lebih

memperhatikan kebutuhan siswa / konseli terutama kebutuhan psikis dan

fisiknya, sehingga didapat pemahaman tentang siswa untuk mencegah

permasalahan yang dialami siswa semakin melebar.

3. Bagi siswa / konseli, Klien hendaknya lebih bisa kooperatif dengan

praktikan, konselor ataupun orang-orang yang dapat membantu

pemecahan masalah klien sehingga memudahkan proses penyelesaian

masalah.

Daftar Pustaka

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.

Bandung : PT. Refika Aditama.

Sukardi, Dewa ketut. 1984. Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah. Jakarta :

PT. Ghalia Indonesia.

Teknik Kursi kosong. http://diocheetdya.blogspot.com/2010/04/teknik-

kursi-kosong.html. Di akses tanggal 8 Mei 2013.


KASUS X (Wati 201401599282)

D. Lantar Belakang

Tidak ada yang menyangkal jika anak adalah tunas bangsa yang

sangat berharga dan menjadi harapan di masa depan. Melihat tunas-tunas

ini tumbuh dengan baik, lengkap dengan jernih tawa dan bening sorot

matanya, pastilah amat membahagiakan. Akan tetapi pada kenyataanya

akan banyak ditemukan juga bahwa tidak semua berjalan sesuai dengan

harapan dan rencana apalagi ketika mulai muncul berbagai perilaku yang

tidak diharapkan.

E. Masalah

Mad seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. Ia mempunyai

seorang kakak perempuan berusia 23 tahun. Ayahnya orang Jawa dan

ibunya juga sama –sama orang Jawa. Mad tinggal bersama kedua orang

tuanya dan saudaranya. Ayahnya berjualan buah –buahan keliling

menggunakan gerobak, dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Amd di

sekolah termasuk orang yang aktif, selalu berusaha mencari perhatian.

Jarang belajar dan tidak suka menggerjkan pr pada tepat waktu, dan

belajar hanya di saat ada ujian itu pun kadang –kadang

Berdasarkan hasil pengamatan, Amd tergolong anak yang kurang

ada kemauan dalam motivasi belajar.

F. Rumusan Masalah

Setelah melihat masalah di atas dapat di simpulkan tentang masalah yang

dihadapi Amd serta lantar belakangnya adalah :


3. Amd selalu bermalas –malasan dalam belajar

4. Amd tidak ingin belajar

Hal tersebut di latar belakangi oleh :

3. Kurang perhatian dari orang tuannya

4. Kurang ada motivasi belajar pada dirinya

Kanjian Teori dan Analisis Masalah

B. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang

berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, motivasi

bisa diartikan dengan memberikan daya dorongan sehingga sesuatu

yang dimotivasi tersebut dapat bergerak. Motivasi pada dasarnya

adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai

suatu tujuan tertentu termasuk didalamnya kegiatan belajar. (Purwa

Atmaja P,2013:319)

E. Djaali (2011:101) mengutip Motivasi menurut Sumadi

Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian

suatu tujuan. Sedangkan menurut Grenberg menyebutkan bahwa

motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan

memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Seseorang yang


didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan

motivasi yang mendasarinya.

Menurut Dimyati dan Mujiono dalam belajar motivasi sangat

penting bagi siswa, yaitu:

6) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

7) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang

dibandingkan dengan teman sebaya.

8) Mengarahkan kegiatan belajar.

9) Membesarkan semangat belajar.

10) Menyadarkan tentang adanya, perjalanan belajar dan

kemudian bekerja. (Dimyati & Mudjiono,2009:85)

Dengan kelima hal tersebut menunjukan betapa penting

motivasi terhadap diri seseorang. Bila motivasi disadari oleh siswa,

maka sesuatu tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Sedangkan motivasi belajar itu sendiri menurut Rohmalina Wahab

merupakan faktor psikis, peranannya yang khas adalah dalam

penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar.

Motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam

individu untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan untuk

mencapai prestasi. (Rohmalina Wahab,2002:134)

Menurut Fathurahman dan Sulistyorini motivasi belajar

merupakan dorongan individu agar belajar dengan baik. Motivasi

belajar merupakan dorongan individu agar belajar dengan baik.


Motivasi belajar amat penting untuk mencapai kesuksesan belajar.

Lingkungan sekolah amat perlu untuk meningkatkan motivasi

belajar peserta didik di sekolah melalui program-program yang

ditawarkan oleh sekolah.

(Hamzah B. Uno,2008:23) mendefinisikan motivasi belajar

adalah dorongan intetnal dan eksternal pada siswa-siswi yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indicator atau unsure yang mendukung.

Dari penjelasan motivasi belajar beberapa toko dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri setiap siswa

untuk menambah semangat belajar sehingga bisa mencapai tujuan

pembelajaran yang maksimal.

F. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Menurut (Saiful Bahri Djamarah,2002:119-121) motivasi

mempunyai peranan yang sangat stategis dalam aktivitas belajar

seseorang. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar

mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam

uraikan berikut:

7. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang

mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggerakannya yang

mendorong seseorang untuk belajar. Bila seseorang sudah

terrmotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas


belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi

diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

seseorang.

8. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrensik dalam

belajar.

Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan

memberikan motivasi ekstrinstik kepada setiap anak didik. Tidak

pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi eksrinstik

dalam pengajaran. Anak didik yang malas belajar sangat berpontensi

untuk diberikan motivasi ekstrinstik oleh guru supaya dia rajin

belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi

ekstrinstik adalah kecenderung tergantung anak didik terhadap

segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik

juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena

itu, motivasi instrinstik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang

belajar berdasarkan motivasi instrinstik sangat sedikit terpengaruh

dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat.

9. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik Dari pada Hukuman

Meskipun hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat

belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa

pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam

bentuk apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan

penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan
semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi

belajarnya, tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada

tempat dan kondisi yang tepat. Keselahan pujian bisa bermakna

mengejek.

10. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar

Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah

keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena

itulah anak didik belajar. Dalam kehidupan anak didik membutuhkan

pengahargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam

kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan

rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna,

dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Penelitian

,ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan

yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi

bagi anak didik dalam belajar.

11. Motivasi Dapat Menumpuk Optimisme Dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin

dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin

bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan

berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang. Setiap

ulangan yang diberikan oleh guru bukan dihadapi dengan pesimisme,

hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan tenang dan percaya

diri. Biarpun ada anak didik lain membuka catatan ketika ulangan
dia tak terpengaruh dan tetap tenag menjawab setiap item soal dari

awal hingga akhir waktu yang ditentukan.

12. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi

mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu

dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak

didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang

hati mempelajari mata pelajaran itu. Selain memiliki bukunya,

ringkasannya juga rapih dan lengkap. Setiap ada kesempatan, selalu

mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Wajar jika isi mata

pelajaran itu dikuasai dalam waktu yang relative singkat. Ulangan

pun dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang.

G. Fungsi Motivasi Belajar

Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat

penting peranannya. RBS. Fudyartanto menuliskan fungsi-fungsi

motivasi belajar yang dikutip oleh Purwa Atmaja adalah sebagian

berikut:

Pertama, mengarahkan dan mengatur tingakah laku

individu. Motif dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai

pembimbing, pengarah, dan pengorientasi suatu tujuan tertentu dari

individu. Tingkah laku indivindu jika bergerak ke arah tertentu,

dengan demikian, suatu motif dipastikan memiliki tujuan tertentu,

mengandung ketekunan dan kegigihan dalam bertindak.


Kedua, penyeleksi tingkah laku individu. Motif yang

dipunyai atau terdapat pada diri individu membuat individu yang

bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang

terpilih yang telah diniatkan oleh individual tersebut. Adanya motif

menghindari individu menjadi buyar dan tanpa arah dalam

bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu yang telah diniatkan

sebelumnya.

Ketiga, memberi energi dan menahan tingkah laku

indivindu. Motif diketahui sebagai daya dorongan dan peningkatan

tenaga sehingga terjadi perbuatan yang tampak pada organisme.

Motif juga untuk mempertahankan agar perbuatan atau minat dapat

berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama (Purwa

Atmaja Prawira,2013:320-321).

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar

terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan secara jelas terutama

belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli

psikologi termasuk ahli psikologi termasuk ahli psikologi

pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata


dalam aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut :

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik

sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan

dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak

mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan kedalam

perubahan dalam arti belajar. demikian pula perubahan tingkah

laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang

terjadi dalam aspek – aspek kematangan, pertumbuhan, dan

perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

Menurut Oemar Hamalik fungsi motivasi belajar

ialah: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.

Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar, (2)

sebagai pengaruh yaitu mengarahkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan, (3) sebagai penggerak yaitu besar kecilnya

motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Dengan beberapa pernayatan fungsi motivasi diatas. Dengan


demikian sangat jelas bahwa motivasi sangat diperlukan terhadap

siswa dalam kegiatan belajar mengajar supaya tujuan pemebelajaran

yang maksimal.

H. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut (Noer Rohman,2012:254-255) ada dua faktor

yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

3) Faktor Intrinsik

Faktor Intristik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usaha ada

yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca.

Kemudian kalau diliht dari tujuan melakukan kegiatan itu, maka

yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin mencapai

tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri, yakni

ingin mendapkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat

berubah tingkah lakunya secara konstruktur, tidak karena tujuan

yang lain-lain, misalnya ingin pujian atau ganjaran.

4) Faktor Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik menurut Syaiful Bahri adalah kebalikan dari

motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang


aktif dan berfungsi karena adanya perangsangan dari luar. Motivasi

ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak

baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak

didik mau belajar. Berbagai, macam cara dilakukan agar anak didik

termotivasi dalam belajar. Dengan kata lain motivasi ekstrinsik

menurut Imam Malik adalah keadaan yang datang dari lauar

indivindu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan

belajar seperti pujian, hadiah, suri tauladan dari orang tua

(keluarga),

Upaya Pemecahan Masalah

I. Identifikasi Kasus

4. Klien

Nama : Amd

Tempat tanggal lahir : Jakarta, xx

Jenis Kelamin : Laki –laki

Kelas : VII

Anak ke :2

5. Ayah

Nama : AB

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Jenis kelamin : Laki –laki


Pekerjaan : wirausaha

Kewarganegaraan : Indonesia

6. Ibu

Nama :HL

Tempat tanggal lahir : Jakarta

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Kewarganegaraan : Indonesia

Susunan Keluarga

Nama L/P Tanggal lahir/usia Status Pekerjaan


AB L Jakarta Ayah kandung Wirausaha
HL P Jakarta Ibu kandung Ibu rumah

tangga
Es P Jakarta Kakak kandung karyawan
Amd L jakarta Adik Smp

J. Pengumpulan data

6. Keadaan diri klien

Amd anak kedua dari 2 bersaudara, ia tinggal bersama kedua orang

tuanya. Usiannya sekarang 13 tahun. Saat di sekolah sangat kurang

dalam keinginan belajar, dalam hasil pengamatan Amd kurang

motivasi belajar.

7. Keadaan keluarga
Ayah bekerja berjualan buah keliling menggunakan gerobak dan

ibu Amd seorang ibu rumah tangga, kakaknya bekerja sebagai

karyaawan di salah satu perusahaan.

8. Keadaan lingkungan

Amd kurang bergaul dengan teman dan hanya suka bermain sendiri.

9. Keadaan fisik

Berdasarkan pengamatan Amd anak yangb baik, kondisi mata dan

penglihatannya cukup baik di buktikan dengan matanya klien dalam

konsep bilangan.

10. Keadaan di kelas

Klien termasuk anak yang baik.

K. Klasifikasi Data

4. Keadaan diri klien

a. Anak laki –laki berusia 13 tahun

b. Anak ke dua dari 2 bersaudra

c. Anak yang kurang dalam motivasi dalam belajar

5. Keadaan keluarga klien

a. Tinggal di rumah ayah dan ibu

b. Ayah dan ibu klien ibu rumah tangga

6. Keadaan klien di sekolah

a.baik

b. tidak ada kemauan belajar

4. keadaan klien di masyarakat


Amd selalu tidak mengerjakan pr dan tidak ingin belajar.

L. Diagnosa

Karena kondisi klien yang kurang semangat dalam motivasi

belajar dan kurangnya dukungan dari orang tuanya dan

kakaknya, maka menimbulkan kurang motivasi belajar pada

Amd.

M. Prognosa

Keadaan Amd harus segera di tangani dengan melakukan

pendekatan kepada Amd dan diberikan semangat yang tinggi

agar rasa ingin belajar lebih kuat dalam memotivasi dirinya

sendiri agar bisa lebih tanggung jawab lagi dalam kewajiban

seorang pelajar.

N. Treatment

d. Untuk klien

 Bermain peran

 Belajar mengenal perasaan

 Belajar menggunakan waktu dengan tepat

 Niatkan dalam belajar

e. Untuk keluarga

 Kepada kedua orang tuanya agar lebih

memperhatikan Amd dalam tugas sekolah


 Memberikan semangat agar mau belajar

 Mengingatkan Amd dalam belajar

f. Untuk sekolah

 Guru harus bersikap penuh kesabaran dan

memberikan pengeratan kepada anak untuk

mengharga anak lainnya

 Guru memberikan teladan pada anak, dan

menciptakan suasana saling menghargai,saling

menyayangi

 Menciptkan lingkungan sekolah yang baik dan

menekankan tingkat frustasi atau tekanan darah

 Guru tidak bersikap kasar

 Guru memberikan kesempatan bagi anak untuk

mengekspresikan keinginan dan kekuatan dengan

cara tertentu

 Guru tidak boleh menghukum peserta didik dengan

kekerasan.

 Guru membuat situasi yang membuat anak di

sayangi dan di perhatikan

O. Evaluasi

1. Treatment yang belum terlaksana bagi klien

Klien masih kurang semangat belajar


2. Treatment yang belum terlaksana bagi keluarga

Sikap orang tua masih kurang bekerja sama dengan

pihak sekolah.

3. Treatment yang belum terlaksana bagi pihak

sekolah

Pendekatan belum dilakukan oleh semua guru.

4. Kemajuan klien

Klien sudah ada rasa kesadaran agar bertanggung

jawab dalam tugasnya.

P. Follow Up

4. Karena masih ada treatment yang belum terlaksana bagi

klien maka Amd perlu di perhatikan lagi oleh pihak se

sekolah dan terus di berikan treatment yang dengan cara

yang berfariasi tetapi sesuai dengan tujuan.

5. Bagi pihak sekolah harus mempertegas dalam siswa yang

tidak mengerjakan tugas atau pr.

6. Bagi orang tua pihak sekolah menyarankan orang tua Amd

untuk lebih memperhatikan anaknya karena berdampak

negatif apabila tidak di tindak lanjut secara serius maka dari

itu perlu adanya kerja sama dari pihak sekolah dan orang

tua.
PENUTUP

A. Simpulan

Dari analisis kasus ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

 Motivasi belajar di bagi beberapa faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik.

 Amd mengalami kurangnya perhatian dan kasih sayang dari

orang tua sehingga Amd bermalas-malasan dalam belajar.

B. Saran

 Untuk guru agar mempertegas lagi dalam anak yang tidak

mengerjakan tugas

 Guru di tuntut untuk dapat membantu menangani anak yang

bermalas-malasan belajar.

 Sebaiknya orang tua memberikan perhatian dan pengawasan kepada

anak.

 Orang tua sebaiknya mengontrol anak dalam kegiatan belajar di

rumah.

Anda mungkin juga menyukai