Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN


KONTEKSTUAL

Dosen Pengampu:

Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.

Disusun oleh:

Irina Kristanti 5402419018


Alya Fatin Hanifah 5402419022
Gema Victoriana 5402419029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA KECANTIKAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam penulisan ini banyak
ditemukan kesalahan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar penulisan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf.
Terima kasih.

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I Pendahuluan 4
BAB II Pembahasan 5-11
BAB III Penutup 12
Daftar Pustaka 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia
membangun dan memanai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi pembelajaran
konstruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentransfer informasi yang
kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran konstruktivistik
memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan
dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Pembentukan
teori konstruktivisme pada umunya dikaitkan dengan Jean Piaget, yang mengartikulasikan mekanisme
internalisasi pengetahuan pada peserta didik. Sedangkan pembelajaran konstektual merupakan konsep
belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi
dunia nyata, memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dengan kehidupan nyata, seperti anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta mempersyaratkan
belajar dan bekerja keras. Berikut ini kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai pembelajaran
kontruktivisme dan kontekstual

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian dan tujuan pembelajaran kontruktivisme dan kontekstual?

2. Bagaimana penjelasan lanjut mengenai pembelajaran kontruktivisme?

3. Bagaimana konsep dasar pembelajaran kontekstual dan penjelasan lebih lanjutnya?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dan tujuan pembelajaran kontruktivisme dan kontekstual.

2. Mengetahui penjelasan lanjut mengenai pembelajaran teori kontruktivisme.

3. Mengetahui konsep dasar pembelajaran kontekstual dan penjelasan lebih lanjutnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan tujuan pembelajaran kontruktivisme dan kontekstual
 Kontruktivisme

Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa


manusia membangun dan memanai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi
pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan
mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya.
Pembelajaran konstruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-
aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.

Pembentukan teori konstruktivisme pada umunya dikaitkan dengan Jean Piaget, yang
mengartikulasikan mekanisme internalisasi pengetahuan pada peserta didik. Dia menyatakan
bahwa melalui proses akomodasi dan asimilasi, peserta didik membangun pengetahuan dari
pngalamannya. Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivistik adalah peserta
didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara memberikan pelatihan untuk
mengambil prakarsa belajar.

 Kontekstual

Pembelajaran konstektual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik


menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, memotivasi peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata,
seperti anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta mempersyaratkan belajar dan
bekerja keras.

Pembelajaran konstektual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari – hari ( konteks
pribadi, sosial dan cultural ) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau ketrampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan ( transfer belajar ) dari satu permasalahan atau konteks
ke permasalahan atau konteks lain.

5
Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran konstektual adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari – hari sebagai individual, anggota
keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.

Pendekatan kontruktivisme menekankan pembelajaran dari atas ke bawah dan bukan dari
bawah ke atas. Pembelajaran dari atas ke bawah berarti peserta didik mulai memecahkan
masalah yang kompleks kemudian menemukan ( dengan bantuan pendidik ) ketrampilan
dasar yang diperlukan. Misalnya, peserta didik diberi tugas menulis karangan bebas baru
kemudian mereka belajar tentang kosa kata, struktur kalimat, dan sejenisnya.pendekatan
rekonstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan belajar kerja sama, alasannya, peserta
didik akan lebih mudah menemukan dan menguasai konsep yang sukar apabila mereka dapat
membahasnya dengan kelompok.

2.2 Pembelajaran Kontruktivisme


Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa
manusia membangun dan memanai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi
pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan
mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya.
Pembelajaran konstruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-
aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.

Pembentukan teori konstruktivisme pada umunya dikaitkan dengan Jean Piaget, yang
mengartikulasikan mekanisme internalisasi pengetahuan pada peserta didik. Dia menyatakan
bahwa melalui proses akomodasi dan asimilasi, peserta didik membangun pengetahuan dari
pngalamannya. Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivistik adalah peserta
didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara memberikan pelatihan untuk
mengambil prakarsa belajar.

Teori kontruktivistik di latar belakangi oleh teori yang dikemukakan oleh Pieget dan
Vigosky, teori pemrosesan informasi dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teory
Bruner (Salvin dalam Trianto, 2007: 13). Namun dalam ringkasan ini akan dipaparkan
mengenai teori Piaget dan teori Vygosky.

1.1    TEORI PIEGET


Trianto (2007: 14) menyatakan teori perkembangan Pieget mewakili kontruktivisme yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun pengetahuannya dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman
interaksi yang dialami oleh mereka.

1.2    TEORI PERKEMBANGAN VYGOTSKY


Teori Vygotsky menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa

6
proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan
zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah
perkembangan seseorang saat ini. Perkembangan kognitif teori Vygotsky lebih menekankan
pada pembelajaran sosiokultural. Dalam artian bahwa perkembangan kognitif anak disamping
ditentukan oleh dirinya sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara
aktif.

Asumsi Pembelajaran

No Asumsi Keterangan

1 Hakekat Peserta Didik · Peserta didik adalah individu yang bersifat


unik.
· Latar belakang dan kebudayaan peserta didik.
· Tanggungjawab belajar.
· Motivasi belajar.
 

2 Peranan Peserta Didik Sesuai denga pendekatan konstruktivisme,


  pendidik harus menyesuaikan diri dengan
peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai
pendidik. Tugas pendidik adalah berceramah
tentang pelajaran yang dijarkan, sedangkan
tugas fasilitator adalah membantu peserta didik
memperoleh pemahaman tentang isi pelejaran.
Apabila pendidik itu sebagai pendidik, maka
peserta didik memainkan peran pasif
sedangkan jika sebagai fasilitator, peserta didik
memainkan peran aktif dalam proses belajar.
 

3 Hakekat Proses Belajar · Belajar merupakan proses sosial dan aktif.


  Belajar adalah bukan suatu proses yang hanya
didalam jiwa seseorang, atau bukan
perkembanagan perilaku yang bersifat pasif
yang dibentuk oleh kekuatan eksternal dan
belajar yang bermakna itu terjadi apabila
individu terlibat dalam kegiatan sosial.
· Dinamika interaksi antara tugas, pendidik,

7
dan peserta didik.
Karakteristik peran fasilitator dalam sudur
pandang konstruktivisme sosial adalah bahwa
pendidik dan peserta didik terlibat secara sama
dalam kegiatan belajar
 

4 Kolaborasi antar Peserta · Belajar sambil mengajar


Didik Apabila peserta didik harus menyajikan dan
  berlatih isi pelajaran baru dengan  teman
sekelasnya, maka akan terbentuk pembuatan
pengetahuan yang bersifat kolektif, dan proses
ini tidak bersifat linier, sebagaimana yang
terjadi dalam proses pembelajaran.
· Pentingnya konteks
Paradigma konstruktivisme sosial memandang
konteks yang menjadikan belajar sebagai pusat
belajar.

5 Asesmen Asesmen dipandang sebagai proses dua jalan


yang melibatkan interaksi antara pendidik dan
peserta didik, oleh karena itu asesmen dan
belajar dipandang proses yang berkaitan dan
bukan sebagai proses yang terpiah.

6 Pemilihan, cakupan, dan · Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan


urutan materi yang terpadu.
pembelajaran · Keterlibatan peserta didik.
  · Struktur proses belajar.

2.3 Pembelajaran Kontekstual


Beberapa definisi mengenai pendekatan kontekstual yang ditulis dalam beberapa sumber
sebagai berikut.
(a)    US. Departement of Education The National School-to-Work Office (dalam Trianto,
2007) mengatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan
konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara dan tenaga kerja.
(b)    Marhaeni (2007: 5) menyatakan CTL adalah strategi pembelajaran yang

8
menghubungkan antara konten pelajaran dengan situasi kehidupan nyata, dan mendorong
peserta didik mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya di sekolah
dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga, warganegara dan dunia kerja.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan bahwa pembelajaran kontekstual


(Contextual Teaching and Learning) merupakan pembelajaran yang mengkaitkan antara
dunia yang nyata atau menghadirkan lingkungan dunia yang nyata ke dalam proses
pembelajaran peserta didik sehingga mendorong peserta didik untuk mampu
mengkorelasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan demikian proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan pengetahuan
yang diperoleh dapat digunakan dan diterapkan dalam memecahkan masalah di dalam
kehidupan bermasyarakat.

Pembelajaran konstektual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik


menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, memotivasi peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata,
seperti anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta mempersyaratkan belajar dan
bekerja keras.

Pembelajaran konstektual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari – hari ( konteks
pribadi, sosial dan cultural ) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau ketrampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan ( transfer belajar ) dari satu permasalahan atau konteks
ke permasalahan atau konteks lain.

Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran konstektual adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari – hari sebagai individual, anggota
keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.

Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Nurhadi, dkk. (2004: 17-19) menyatakan pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada
kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
(1)    Proses belajar

 Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus mengkontruksikan


pengetahuan di benak mereka sendiri.
 Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
 Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

9
 Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
 Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
 Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
 Proses belajar dapat merubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
(2)    Transfer belajar

 Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
 Keterampilan dan pengatahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi
sedikit).
 Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana dia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu.
(3)    Peserta didik sebagai pebelajar

 Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu dan seorang
anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
 Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.
Akan tetapi, untuk hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
 Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang
sudah diketahui.
 Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan
peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
(4)    Pentingnya lingkungan belajar

 Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik.
 Pengajar harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik menggunakan
pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dari pada hasilnya.
 Umpan balik amat penting bagi peserta didik, yang berasal dari proses penilaian yang
benar.
 Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Dengan menggunakan konsep ini, kegiatan pembelajaran terasa lebih menyenangkan dan
bermakna, sehingga siswa menjadi lebih terfokus karena sumber belajar mereka dekat dengan
kehidupan mereka sehingga mereka mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Melalui pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat memposisikan dirinya, bahwa
belajar itu penting untuk kehidupan sehari-hari yang merupakan bekal dalam hidupnya nanti
dan dapat digunakan, proses belajar berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik
bekerja dan mengalami melalui  proses mencari informasi, berdiskusi, mengamati,
bereksperimen, menuliskan hasil, merumuskan temuan kepada khalayak. Semua proses ini
disertai oleh bimbingan dari guru, dimana dalam pendekatan ini peserta didik diajarkan untuk
lebih kreatif dan penuh inisiatif dalam belajar, tidak lagi belajar hanya dilakukan pada waktu
akan ada ujian tetapi proses belajar terus berlangsung di manapun mereka berada.

10
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual akan berhasil apabila sasaran utamanya adalah mencari makna
dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian peserta didik.

1. Prinsip kesaling-bergantungan

2. Prinsip diferensiasi

3. Prinsip pengaturan diri.

Pendekatan Pembelajran Kontekstual

1. Pembelajaran berbasis masalah

2. Penggunaan keragaman konteks

3. Pengelompokan peserta didik

4. Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri

5. Pembentukan kelompok belajar saling bergantung

6. Menggunakan asesmen autentik

11
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran konstruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-
aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Sedangkan pembelajaran konstektual merupakan konsep
belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata, memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dengan kehidupan nyata, seperti anggota keluarga, warga negara, dan pekerja
serta mempersyaratkan belajar dan bekerja keras. Baik menggunakan pembelajaran manapun,
kegiatan pembelajaran terasa lebih menyenangkan dan bermakna, sehingga siswa menjadi
lebih terfokus karena sumber belajar mereka dekat dengan kehidupan mereka sehingga
mereka mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran ini
diharapkan peserta didik dapat memposisikan dirinya, bahwa belajar itu penting untuk
kehidupan sehari-hari yang merupakan bekal dalam hidupnya nanti dan dapat digunakan,
proses belajar berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami melalui  proses mencari informasi, berdiskusi, mengamati, bereksperimen,
menuliskan hasil, merumuskan temuan kepada khalayak. Semua proses ini disertai oleh
bimbingan dari guru, dimana dalam pendekatan ini peserta didik diajarkan untuk lebih kreatif
dan penuh inisiatif dalam belajar, tidak lagi belajar hanya dilakukan pada waktu akan ada
ujian tetapi proses belajar terus berlangsung di manapun mereka berada.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira. 2011. Berkenalan Dengan Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky.
http://www.anneahira.com/teori-perkembangan-kognitif-vygotsky.htm

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Taching and


Learning/CTL) dalam Penerapan KBK. Universitas Negeri Malang.

http://blog.unnes.ac.id/arsiwakhida/2015/11/pembelajaran-konstruktivisme-dan-kontekstual/

http://beny-pradnyana.blogspot.com/2011/12/konstruktivisme-dan-kontekstual.html

13

Anda mungkin juga menyukai