Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN TEKANAN DARAH PENDERITA

HIPERTENSI PRIMER PADA LANSIA DI PUSKESMAS II DENPASAR


BARAT

OLEH :

NI PUTU HEPINA TRESNAYANTI

(17.321.2749)

AII-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

International journal of epidemiologi, menyebutkan issue hipertensi terus


berkembang menjadi issue kesehatan serius di dunia. Saat ini penyakit tidak
menular merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian global dan
nasional. Word health organization (WHO) tahun 2018 menunjukkan bahwa
penyakit tidak menular menyebabkan 41 juta kematian setiap tahun atau setara
dengan 71% dari seluruh kematian di seluruh dunia. WHO memperkirakan pada
tahun 2020, penyakit tidak menular akan menyebabkan 73% kematian dan 60%
dari seluruh morbiditas di seluruh dunia. Diperkirakan negara yang paling banyak
terkena dampaknya adalah negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius
adalah hipertensi yang disebut silent killer. Word health organization (WHO)
tahun 2015 mengungkapan angka kejadian hipertensi sebanyak 1,3 miliar orang
didunia, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi, penderita
hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan
ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Purwono, 2020).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah tinggi

menyerang 22% populasi dunia. Sedangkan di Asia Tenggara, kejadian

hipertensi 36%. Prevalensi hipertensi pada pasien usia 60 tahun ke atas

meningkat secara signifikan (Tirtasari & Kodim, 2019). Pada tahun 2018

Provinsi Bali memiliki jumlah penduduk mencapai 4,2 juta jiwa atau hanya
sekitar 1,63% dari total penduduk Indonesia sebanyak 267 juta jiwa dan

memiliki lansia yaitu mencapai angka sekitar 441 ribu orang (Badan Pusat

Statistik Provinsi Bali, 2020). Provinsi Bali pada tahun 2017 merupakan

peringkat keempat dari 34 Provinsi yang memiliki jumlah lansia terbanyak di

Indonesia yaitu sekitar 10,71%. (Kemenkes RI, 2017).

Menurut Kemenkes RI 2015, masalah kesehatan pada lanjut usia berawal

dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun

serta faktor risiko terhadap penyakitpun meningkat. Masalah kesehatan yang

sering dialami lanjut usia diantaranya malnutrisi, gangguan keseimbangan dan

kebingungan mendadak. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada

lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan

dan osteoporosis (Nina Putri C & Meriyani, 2020). Berdasarkan penyebab

hipertensi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu hipertensi esensial

atau hipertensi primer, yaitu hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui

dengan jelas dan hipertensi sekunder, dimana hipertensi terjadi sebagai akibat

dari penyakit lain (Arifin & Zaenal, 2020).

Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan


bahwa hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebanyak
25,8% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 34,11%. Berdasarkan usia
prevalanse hipertensi di Indonesia tahun 2018 menunjukan usia 55-64 tahun
sebanyak 55,23%, usia 65-74 tahun sebanyak 63,22% dan pada lansia dengan usia
> 75 tahun sebanyak 69,53% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data dari Profil
Kesehatan Provinsi Bali tahun 2019 Data yang didapatkan pelayanan kesehatan
penderita hipertensi menurut jenis kelamin, kabupaten atau Kota Provinsi Bali
tahun 2019 bahwa Kota Denpasar memiliki jumlah estimasi penderita hipertensi
terbanyak dengan, perempuan 87.281 jiwa sedangkan laki-laki 90.391 jiwa
berjumlah 177.672 jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2020). Berdasarkan data
Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2018 diperoleh bahwa, hipertensi
menduduki peringkat ke 1 dari 10 besar penyakit yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Kota Denpasar. Di Kota Denpasar jumlah hipertensi tertinggi pertama
di Puskesmas II Denpasar barat sebanyak 9.874 jiwa, kedua Puskesmas I
Denpasar selatan sebanyak 9.229 jiwa dan ketiga puskesmas I Denpasar Barat
sebanyak 9.128 jiwa (Dinkes Kota Denpasar, 2018).

Menurut data Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun


2017, berdasarkan jumlah tahun hidup yang disesuaikan dengan kecacatan
(DAILYs), peningkatan tekanan darah sistolik menjadi penyebab kematian dini
dan kecacatan di dunia. Menurut Federasi Kesehatan Dunia, hipertensi
menyebabkan sekitar 50% stroke iskemik dan hemoragik. Tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan ginjal,
dan kebutaan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Dari beberapa
penelitian diketahui bahwa tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke sebanyak 6 kali, katarak sebesar
1,49 kali, dan serangan jantung sebesar 2,6 kali lipat.

Pada saat ini Kementrian Kesehatan telah menyusun kebijakan dan


strategi nasional pengendalian hipertensi, yang diaopsi dari teori SEARO,
WHO (2013), yakni advokasi, promosi kesehatan dan penurunan faktor
risiko, penguatan pelayanan kesehatan, surveilans serta monitoring dan evaluasi.
Namun, kebijakan tersebut tidak mungkin hanya mengandalkan kemampuan
pemerintah. Maka dari itu, partisipasi semua pihak, baik tenaga kesehatan,
pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat
dikendalikan (Cahyani et al., 2020). Beberapa kebijakan yang dilakukan oleh
Kementrian Kesehatan dalam upaya penurunan prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah dengan meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan tingkat pertama,
optimalisasi sistem rujukan, serta peningkatan mutu pelayanan Kesehatan tetapi
masih banyaknya kasus hipertensi yang terjadi di Indonesia.

Masalah kesehatan pada lansia (lanjut usia) tidak hanya disebabkan oleh
penurunan kondisi fisik. Gaya hidup yang tidak terkontrol juga memegang
peranan yang sangat penting dalam masalah kesehatan umum lansia, seperti
tekanan darah tinggi (hipertensi). Menurut kemenkes (2016) mengatakan bahwa
para lansia dengan hipertensi harus melakukan pola hidup sehat hipertensi seperti
menghindari stress, cukup istirahat dan olahraga teratur. Selain itu, makan
makanan bergizi, mempertahankan berat badan ideal, hindari merokok dan
alcohol dan cek tekanan darah dilakukan setiap satu minggu sekali, teratur minum
obat untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan komplikasi ( Kemenkes, 2016).
Pola hidup sehat hipertensi pada lansia saat ini masih terbilang cukup rendah
yaitu sebanyak 41,75% menjadi 59,8% di 2007. Pada lansia penderita hipertensi
masih banyak yang mengabaikan pola hidup sehatnya seperti masih
mengkonsumsi makanan yang mengandung alcohol, rokok, jarang aktivitas,
jarang memeriksakan tekanan darahnya, serta tidak memperhatikan pola dietnya
yang telah dianjurkan (Depkes RI,2015).

Dari uraian tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya menjaga


gaya hidup sehat dapat meminimalkan risiko hipertensi primer. Penulis tertarik
untuk meneliti hubungan gaya hidup dengan tekanan darah penderita hipertensi
primer pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang


disampaikan “Apakah ada hubungan gaya hidup dengan tekanan darah penderita
hipertensi primer pada lansia di Puskesmas II Denpasar Barat ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya
hidup dengan tekanan darah penderita hipertensi primer pada lansia di
Puskesmas II Denpasar Barat.

1.3.2 Tujuan Kusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi gaya hidup penderita hipertensi primer pada lansia.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah penderita hipertensi primer pada lansia
di Puskesmas II Denpasar Barat.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan gaya hidup dengan tekanan darah penderita
hipertensi primer pada lansia di Puskesmas II Denpasar Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan ilmu sebagai
upaya mengembangkan program dalam langkah meningkatkan
pengetahuan dengan mengetahui hubungan gaya hidup dengan tekanan
darah pada penderita hipertensi primer.
2. Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
dalam melakukan penelitian serupa mengenai hubungan gaya hidup
dengan tekanan darah penderita hipertensi primer pada lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Tenaga Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman acuan dalam
meningkatkan tindakan keperawatan mandiri kususnya dalam
keperawatan komunitas dalam mengetahui hubungan gaya hidup dengan
tekanan darah penderita hipertensi primer pada lansia.

1.4.2.2 Masyarakat

Peneliti menyarankan kepada masyarakat yang menderita hipertensi


agar melakukan pola hidup sehat dan pemeriksaan tekanan darah
secara teratur

1.4.2.3 Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan


pelayanan kesehatan khususnya pengendalian penyakit hipertensi
dengan cara melakukan pencegahan promotif, preventif dan
melakukan program penyuluhan mengenai hipertensi
1.5 Keasilian penelitian

Berdasarkan pengetahuan penelitian ada penelitian sejenis yang pernah


dilakukan. Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis dengan
penelitian ini diantaranya :

1.5.1 Risnawat (2020) judul penelitian “Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres
dan Perilaku Olahraga Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2020” Metode penelitian survey
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini
sebanyak 103 orang dengan sampel sebanyak 51 responden menggunakan
teknik Simple Random Sampling. Uji statistik menggunakan uji Chi
Square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden
mengalami penyakit hipertensi ringan sebanyak 20 orang (39,2%). Pola
makan baik sebanyak 32 orang (62,7%). Tingkat Stres mengalami stres
sedang sebanyak 32 orang (62,7%). Perilaku olahraga lansia ringan
sebanyak 33 orang (64,7%). Ada hubungan pola makan dengan penyakit
hipertensi pada lansia (p-value = 0,000). Ada hubungan tingkat stres
dengan penyakit hipertensi pada lansia (p-value = 0,004).
1.5.2 Grisda Ledivia (2019) judul penelitian “Hubungan Aktivitas Fisik
Terhadap Kejadian Hipertensi pada Wanita Pralansia di Puskesmas
Bakunase”. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional
analitik dengan pendekatan crosssectional. Teknik sampling menggunakan
teknik consecutivesamplingdengan jumlah sampel sebanyak 60 orang.
Hasil penelitian diuji dengan uji spearman. Hasil tingkat aktivitas fisik
terbanyak yang dilakukan wanita pralansia di Puskesmas Bakunase adalah
jenis aktivitas fisik ringan dengan jumlah 39 orang (65%). Mayoritas
responden penelitian ini memiliki tekanan darah prahipertensi sebanyak 26
orang (43,3%).
1.5.3 Ihsan kurniawan (2019) judul penelitian “Hubungan Olahraga, Stress, dan
Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan
Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota”. Jenis penelitian ini adalah survey
analitik dengan desain cross sectional dengan populasi dan sampel dalam
penelitian berjumlah 45 orang. Data dianalisis dengan analisis univariat dan
bivariate. Hasil penelitian menunjukan uji statistic dengan menggunakan
chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan ɑ=0,05 diperoleh
olahraga dengan tingkat hipertensi p=0,031<0,05, stress dengan tingkat
hipertensi p=0,018<0,05 pola makan dengann tingkat hipertensi
p=0,014<0,05.
1.5.4 Musni (2019) judul penelitian “Hubungan Kebiasaan Merokok dan Stres
dengan Hipertensi pada Lansia”. Metode penelitian ini menggunakan
metode survey analitic dengan pendekatan cross sectional study.
Teknik pengambilan sampelsecara purvosive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 50 lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan wawancara
menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik Chi
Square dengan α=0,05. Hasil: tidak ada hubungan ( p value = 0,390)
antara merokok dengan hipertensi, ada hubungan antara stres (p value
= 0,005) dengan hipertensi pada lansia.
1.5.5 Sri Iswahyuni (2017) judul penelitian “Hubungan Antra Aktifitas Fisik Dan
Hipertensi Pada Lansia”. Jenis penelitian descriptive korelatif dengan
rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah total populasi
sebanyak 90 lansia. Hasil penelitian aktivitas dari 90 lansia kategori tidak
aktif 13 lansia (14,4%), kurang aktif 40 lansia (44,4%), cukup aktif 21
lansia (23,3%), aktif 16 lansia (17,8%). Hipertensi sistole, lansia hipertensi
ringan 42 lansia (46,7%), sedang 37 lansia (41,1%), dan berat 11 lansia
(12,2%). Hipertensi diastole, ringan 41 lansia (45,6%), sedang 48 lansia
(53,3%).

Anda mungkin juga menyukai