Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN

NILAI-NILAI DASAR ANEKA

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas


merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai
publik. Aspek akuntabilitas yaitu, akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas
berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan
konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja. Tiga fungsi utama Akuntabilitas (Bovens,
2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas terbagi menjadi dua macam
yaitu, akuntabilitas Vertikal dan akuntabilitas Horizontal, dan memiliki lima tingkatan yaitu,
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi,
dan akuntabilitas stakeholder.

Suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan,
dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa
tersebut merasakan adanya kesetiaan, rasa cinta tanah air yang mendalam terhadap bangsa itu
sendiri. Nasionalisme didasari oleh empat prinsip dasar yaitu, hasrat untuk mencapai kesatuan,
hasrat untuk mencapai kemardekaan, hasrat untuk mencapai keaslian dan hasrat untuk mencapai
kehormatan bangsa. Nilai-nilai dasar nasionalisme di Indonesia adalah Nasionalisme Pancasila,
dimana kelima sila tersebut sebagai dasar bernegara. Perwujudan sikap nyata dalam kehidupan
sehari-hari ialah bentuk nyata nasionalisme Pancasila.

Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,


benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan
tidak hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa memiliki
kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung. Nilai-nilai dasar
etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:

1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.


2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:

1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik, dimana Etika publik menekankan pada aspek nilai
dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan
public
2) Dimensi Modalitas, Pemerintah bersih adalah syarat kemajuan suatu bangsa.
Pemerintahan korup menyebabkan kemiskinan, sumber diskriminasi, rentan konflik dan
penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi disebabkan lemahnya integritas pejabat publik,
kurangnya partisipasi dan lemahnya pengawasan. Unsur-Unsur modalitas dalam etika
publik yakni akuntabilitas, transparansi dan netralitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak
melakukan korupsi atau kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang
sesuai dengan nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang
tercermin dalam kesederhanaan hidup.

Mutu ialah cerminan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
(customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja, Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan
sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang ke luar alur.
Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien antara lain: penghematan, ketercapaian
target secara tepat sesuai dengan yang direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat
dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak: pimpinan, pelanggan, masyarakat, dan
pegawai itu sendiri. Karakteristik nilai-nilai dasar orientasi mutu layanan publik adalah,
Komitmen terhadap kepuasan masyarakat; Pemberian layanan yang cepat, tepat, dan ramah;
Pemberian layanan yang menyentuh hati, tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan
(melayani dengan hati); Pemberian layanan yang dapat memberi perlindungan kepada publik,
terutama ketika terjadi perubahan, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan kebutuhan
customers/clients, perkembangan teknologi, maupun sebagai konsekuensi dari lahirnya kebijakan
baru; Pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan;
upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara seperti, pendidikan, pelatihan,
pengembangan ide kreatif, kolaborasi dan benchmark. Tujuan utama pelayanan berbasis nilai-
nilai dasar komitmen mutu adalah, Mengutamakan kepentingan sebagai pelanggan;
Menumbuhkan kepercayaan terhadap institusi pemerintah; meningkatkan kesetiaan dan kepuasan
sebagai pelanggan; Menjalankan tugas, peran, dan fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan secara akuntabel, profesional, dan inovatif.

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan
dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar
biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan
baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak
secara jangka panjangKPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai
dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi sebagai berikut :

1) Jujur,
2) Peduli,
3) Mandiri,
4) Disiplin,
5) Tanggung jawab,
6) Kerja keras,
7) Sederhana,
8) Berani,
9) Adil

Ciri-ciri korupsi ialah sebagai berikut:

1) Dilakukan oleh lebih dari satu orang


2) Merahasiakan motif / Ada keuntungan yang diraih
3) Berhubungan dengan kekuasaan / kewenangan tertentu
4) Berlindung dibalik pembenaran hukum
5) Melanggar kaedah kejujuran dan norma hukum
6) Mengkhianati kepercayaan

Seringkali korupsi terjadi atau dilakukan karena tekanan dari mereka yang memiliki
kekuasaan yang lebih besar, terjadi pertemuan antara individu yang tidak bisa berkata “tidak”
atau lemah dalam prinsip dengan tekanan dari mereka yang memiliki kekuasaan, berikut adalah
beberapa faktor yang diduga menyebabkan korupsi:

1) Penegakan Hukum Tidak Konsisten


2) Penyalahgunaan Kekuasaan/Kewenangan
3) Langkanya Lingkungan Yang Anti Korup
4) Rendahnya Pendapatan Penyelenggara Negara
5) Kemiskinan/Keserakahan
6) Keuntungan Korupsi Lebih Besar Dari Kerugiannya yaitu Hanya Ditangkap
7) Pemberian Imbalan Jasa
8) Gagalnya Pendidikan Agama Dan Etika

Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual (akuntabilitas
spiritual), dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan
selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat
menjadi benteng kuat untuk perilaku anti korupsi.
RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL

BELUM ADA JUDUL

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III DAN GOLONGAN II
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS
PROVINSI RIAU

OLEH :
M. FADILAH HARSANDI, S.Psi.
NIP. 19940613 202012 1 009

PEMERINTAH PROVINSI RIAU


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
TAHUN 2021
BIODATA PENULIS

Nama : M. FADILAH HARSANDI, S.Psi.

NIP : 199406132020121009

Jabatan : Analis Rehabilitasi Masalah Sosial

Pangkat/Golongan : Penata Muda (III/a)

OPD : Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis

Tempat/Tgl. Lahir : Teluk Mega, 13 Juni 1994

Agama : Islam

Alamat : JL. HR. Soebrantas, Desa Wonosari, Kecamatan Bengkalis

Kabupaten Bengkalis

Email : m.fadilahharsandi@gmail.com

Nomor HP : +6285264192774

Riwayat Pendidikan : S-1 Psikologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau (2012 - 2017)

SMK Taruna Pekanbaru (2009 - 2012 )


SMP N 1 Tanah Putih (2006 -2009 )
SDN 008 Teluk Mega (2000 - 2006)

Nama Ayah : Hozirman

Nama Ibu : Fauziah


LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI

Nama : M. Fadilah Harsandi, S.Psi.


NIP : 199406132020121009
Pangkat/ Golongan : Penata Muda (III/a)
Instansi : Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis
Judul Aktualisasi : Belum Ada

Disahkan :
Bengkalis, 00 Oktober 2021

Penguji Coach Mentor

Hamba Allah, S.Ag. Hj.Yuniarti Ramli Walid, SE, M.Si Hj. Ernawati
NIP. NIP. 196306121988032002 NIP. 197001181994011001

Mengetahui:

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI RIAU

H. JONI IRWAN
Pembina Utama Madya
NIP. 196306291989101001
LEMBAR PERSETUJUAN
RANCANGAN AKSI PERUBAHAN

Nama : M. Fadilah Harsandi, S.Psi.


NIP : 199406132020121009
Pangkat/ Golongan : Penata Muda (III/a)
Instansi : Dinas Sosial
Judul RAP : Belum Ada

Disetujui untuk diseminarkan di :


Bengkalis, 00 Desember 2021

Penguji Coach Mentor

Hamba Allah, S.Ag. Hj.Yuniarti Ramli Walid, SE, M.Si Hj. Ernawati
NIP. NIP. 196306121988032002 NIP. 197001181994011001
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN), seorang ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik, perekat
dan pemersatu bangsa. Peraturan baru tentang tentang ASN ini secara implisit
menghendaki bahwa ASN yang umum di sebut sebagai birokrat bukan sekadar
merujuk kepada jenis pekerjaan tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan
publik. Oleh karena itu, ASN dituntut untuk memahami nilai-nilai dasar seperti
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi
(ANEKA). Dengan memahami nilai-nilai dasar ini, diharapkan ASN bisa menjadi
lebih profesional, bebas dari intervensi politik dan terhindar dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara (ASN) menimbang huruf a bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita
bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun
aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan fungsi sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945.
Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pasal 1 point 3
yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Untuk mendapatkan seorang ASN yang menjalankan
tugasnya secara professional maka diadakanlah seleksi CPNS untuk
mendapatkan pegawai ASN yang memenuhi syarat tertentu. Maka setelah
lulus seleksi tersebut lahirlah CPNS sesuai degan jabatannya.
Setelah menjadi seorang CPNS, maka CPNS tersebut harus mengikuti
Lastar ( Latihan Dasar ) dimana Latsar merupakan persaratan khusus untuk
menjadi seorang PNS. Untuk lulusnya Pendidikan dan Pelatihan CPNS
(latsar) harus membuat Rancangan Aktualisasi yang nantinya akan di buat
menjadi Laporan Aktualisasi yang sesuai dengan jabatan yang dimilikinya di
instansi bertugas dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN dan peran
kedudukan ASN dalam NKRI. Adapun Aktualisasi harus memuat nilai-nilai
dasar ASN yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu,
dan anti korupsi (ANEKA) serta menjalankan peran dan kedudukan ASN
yaitu manajemen ASN, whole of government, dan pelayan publik.
Manfaat menjalankan nilai-nilai dasar ASN dan peran kedudukan PNS
dalam NKRI untuk pembentukan karakter ASN sehingga dapat menjalankan
fungsi, tugas, dan peran ASN dengan baik sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 5 tahun 2014. Laporan aktualiasi memuat penyelesaian issue yang
sedang berkembang di tempat tugas sesuai dengan tugas pokok masing-
masing.
ANALISIS ISSUE AKTUAL YANG ADA DI INSTANSI

Ada banyak issue yang berkembang dilingkungan Dinas Sosial tempat


Penulis bekerja diantaranya yaitu,
1) Kurangnya kedisiplinan pegawai dalam menepati jam masuk, istirahat
dan pulang kerja,
Kurangnya disiplin pegawai dalam hal ini disebabkan karena
system absensi yang dipakai masih manual dan belum
menggunakan system absensi elektronik menggunakan sidik jari,
akibatnya banyak pegawai yang sering masuk terlambat dan bahkan
tidak masuk tapi pada system absen ditulis masuk, atau system titip
tandatangan. Karena memang system absensi yang manual lebih
sangat rawan dicurangi.
2) Belum adanya data terpadu Anak dan Lansia Terlantar di Kabupaten
Bengkalis,
Saat ini Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) hanya memuat
data satu keluarga secara utuh, sedangkan Anak dan Lansia
Terlantar belum memiliki data terpadu. Belum dilakukannya
pemisahan data tersebut karena data ini masih dalam pengelolaan
Kementerian Sosial, sedangkan Program Bantuan Anak dan Lansia
Terlantar adalah program Pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis.
Oleh karenanya Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis sendirilah yang
harus membuat atau menyaring data Terpadu tersebut agar
didapatkan Data Terpadu Anak dan Lansia Terlantar.
3) Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap transparansi dalam
pemberian bantuan Anak dan Lansia Terlantar,
Dalam pengurusan bantuan Anak dan Lansia Terlantar
masyarakat masih sering Pesimis, banyak anggapan bahwa bantuan
tersebut hanya diberikan kepada orang yang dikenal atau saudara
saja, padahal bantuan ini bisa diurus oleh setiap warga atau
masyarakat Kabupaten Bengkalis yang memenuhi syarat, namun
kuota bantuan tersebut jumlahnya memang terbatas setiap tahunnya.
Informasi yang masih sulit diakses diduga menjadi penyebab
masalah ini muncul. Ketidaktahuan masyarakat mengenai informasi
syarat dan kuota inilah yang menyebabkan masyarakat Pesimis dan
merasa tidak ada gunanya mengurus bantuan secara langsung.
4) Sulitnya mencari peserta pelatihan keterampilan yang diberikan secara
gratis oleh dinas sosial,
Setiap tahunnya Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis
mengadakan Pelatihan Keterampilan mengemudi, dimana biaya
sepenuhnya ditanggung oleh Dinas Sosial sampai pembuatan SIM
untuk Peserta dan transportasi Peserta, namun setiap tahun berjalan
masih saja sulit mencari anak yang memenuhi kriteria, yaitu anak
terlantar yang berusia dibawah 18 tahun. Tidak menyebarnya
informasi mengenai Pelatihan ini secara luas keseluruh daerah
kabupaten Bengkalis mungkin menyebabkan sulitnya mencari
peserta. Boleh jadi ada yang memenuhi syarat tapi tidak
mendapatkan informasi, boleh jadi ada yang memenuhi syarat dan
dapat informasi tapi tidak tahu dimana harus mendaftar.
5) Sulitnya mencari Peserta pengembangan Keterampilan yang
memenuhi syarat.
Tidak seperti pelatihan Keterampilan, pengembangan
keterampilan ini diadakan oleh Balai Pengembangan Keterampilan
Kementerian Sosial yang ada di Provinsi riau, meliputi
keterampilan menjahit, Welding (Pengelasan) dan lain-lain. Setiap
tahun pengembangan keterampilan ini diadakan dan setiap
kabupaten mendapatkan kuota untuk mengirim pesertanya. Peserta
harus anak Terlantar atau anak putus sekolah dan masih dibawah 18
tahun. Selama pandemic covid-19 persyaratan bertambah yaitu
berupa kartu vaksin, sedangkan proses vaksinasi belum
menyeluruh, hal ini menambah sulit pencarian peserta karena rata-
rata anak putus sekolah tidak mau atau belum divaksin.

Anda mungkin juga menyukai