Anda di halaman 1dari 2

SUMMARY NOTES – 2109HANKOR04

TIPOLOGI DAN JENIS-JENIS TINDAK PIDANA KORUPSI


oleh: Dr. Agus Surono S.H., M.H.

Saat ini, kewenangan untuk merumuskan peraturan perundang undangan,


dimiliki oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga dengan
fungsi utamanya pengawasan dan legislasi ataupun ditambah dengan fungsi anggaran
sebagai instrumen yang penting dalam rangka fungsi pengawasan lembaga terhadap
pemerintah.
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Telah
banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di negeri ini
sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang menjalar ke sel-sel
organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi Negara seperti legislatif, eksekutif
dan yudikatif hingga ke BUMN. Peraturan perUndang-Undangan yang khusus mengatur
tentang tindak pidana korupsi sudah ada. Di Indonesia sendiri, Undang-Undang tentang
tindak pidana korupsi sudah 4 (empat) kali mengalami perubahan. Adapun peraturan
perUndang-Undangan yang mengatur tentang korupsi, yakni Undang-Undang nomor
24
Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Undang-Undang nomor 3
Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Undang-Undang nomor 31
Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Undang-Undang nomor 20
Tahun 2001tentang perubahan atas Undang-Undang pemberantasan tindak pidana
korupsi.
Fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik
perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena
korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti yang
menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia jaman penjajahan
yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa golongan masyarakat
kepada penguasa setempat.
Ada tujuh jenis kelompok tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
1) Perbuatan yang merugikan negara. Perbuatan yang merugikan negara, dapat di bagi
menjadi dua bagian, yaitu mencari keuntungan dengan cara melawan hukum dan
merugikan negara serta menyalahgunakan jabatan untuk mencari keuntungan dan
merugikan negara.
2) Suap. Semua bentuk tindakan pemberian uang atau menerima uang yang dilakukan
oleh siapapun baik itu perorangan atau badan hukum (korporasi).

Halaman | 1
SUMMARY NOTES – 2109HANKOR04

3) Gratifikasi. Korupsi jenis ini adalah pemberian hadiah yang diterima oleh pegawai
negeri atau penyelenggara negara. Gratifikasi dapat berupa uang, barang, diskon,
pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat, liburan, biaya pengobatan, serta fasilitas-
fasilitas lainnya.
4) Penggelapan dalam jabatan. Kategori ini sering juga dimaksud sebagai
penyalahgunaan jabatan, yakni tindakan seorang pejabat pemerintah yang dengan
kekuasaaan yang dimilikinya melakukan penggelapan laporan keuangan,
menghilangkan barang bukti atau membiarkan orang lain menghancurkan barang
bukti yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dengan jalan merugikan
negara.
5) Pemerasan. Tindakan yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
atau dengan menyalahgunakan kekuasaaannya dengan memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima embayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
6) Perbuatan curang. Perbuatan curang ini biasanya terjadi di proyek-proyek
pemerintahan, seperti pemborong, pengawas proyek, dan lain-lain yang elakukan
kecurangan dalam pengadaan atau pemberian barang yang mengakibatkan kerugian
bagi orang lain atau keuangan negara.
7) Benturan kepentingan dalam pengadaan. Pengadaan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk menghadirkan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh instansi atau
perusahaan.
Ada tujuh tipologi dalam korupsi, di antaranya adalah:
a) Tindak pidana korupsi murni
b) Tindak pidana penyuapan
c) Tindak pidana penggelapan
d) Tindak pidana pemerasan dalam jabatan
e) Tindak pidana gratifikasi
f) Tindak pidana berkaitan dengan pemborongan, leveransir, dan rekanan
g) Percobaan, pembantuan, dan permufakatan jahat
h) Tindak pidana menghambat atau menghalangi proses peradilan (obstruction of
justice)

Penulis: Dr. Agus Surono, S.H., M.H.


Sumber Referensi:
1. Kansil, C.S.T. (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka.
2. Lamintang, P.A.F. (2013). Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. PT Citra Aditya Bakti

Halaman | 2

Anda mungkin juga menyukai