Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS


B24 DI RUANG POLI ANAK RSUD KABUPATEN KARANGASEN

OLEH :

LUH PUTU CANDRA KUSUMA WARDANI

21089142036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah
kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang tubuh manusia dengan cara
membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan tubuh
sehingga kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker menurun
drastic (Sunaryati, 2011).
AIDS (acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejla
dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh.
Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti
penyakit paru-paru, saluran pencernaan, saraf dan kejiwaan,tumor ganas
(malignan) dan infeksi oportunisik lainnya (sunaryati,2011).
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh retrovirus (HIV) atau
penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan
perawatan medis dan kepeerawatan canggih selama perjalanan penyakit
(Carolyn,M.H.1996:601)
2. Epidemiologi
Infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan
masyarakat, baik kelompok resiko tinggi mau[un masyarakat umum. Jika pada
awalya, sebagian besar ODHA berasal dari kelompok homoseksual maka kini
telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan secara heteroseksual dan
penggunaan narkotika semakinmeningkat (Djoerban dan Djauzi, 2007)
Jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS Di dunia pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak33,4 jutaorang. Sebagian besar (31,3 juta) adalah orang
dewasa dan 2,1 juta anak dibawah 15 tahun (Narain, 2004)
Saat ini AIDS adalah penyebab kematian umum di Afrika sub sahara,
dimana paling banyak terdapat peredaran hiv positif didunia (26,4 juta orang
yang hidup dengan HIV/AIDS), diikutioleh Asia da Asia tenggara dimana
terdapat 6,4 juta orang yang terinfeksi. Lebih dari 25 juta orang telah
meninggal sejak adanya endemi HIV/AIDS (Narain, 2004)
Sampai dengan akhir maret 2005, tercatat 6.789 kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauhdari jumlah sebenarnya.
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk
Indonesia yang terinfeksi HIVadalah antara 90.000sampai 130.000 orang
(Djoerban, Djauzi, 2004)
3. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.


2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3. Orang yang ketagian obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Penularan HIV hanya bisa terjadi jika memenuhi prinsip ESSE, yaitu:
 Exit : keluar cairan pembawa virus HIV dari tubuh orang yang
terinfeksi HIV.
 Survive : virus HIV tersebut masih hidup.
 Sufficient : jumlah virusnya cukup untuk menularkan.
 Enter : virusnya masuk ke dalam pembuluh darah orang lain.

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit


HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan
melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral
(jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic
acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim
yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari
DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya,
benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–
virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak
bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah
sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem
kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh
infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan
virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk
melawan sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang.
Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel
CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang
oleh infeksi–infeksi oportunistik.Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–
infeksi yang timbul ketika sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan
sistem kekebalan yang sehat infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya
mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut
dapat menjadi fatal.
5. WOC

Hubungan seks, tranfusi darah, plasenta ibu

Hiv masuk dalam tubuh

Peredaran darah

Menginfeksi sel sasaran : selT

Perlekatan pada reseptor sel T oleh gp 120 HIV

Fugsi HIV pada pemberian sel oleh gp4l


Menyerul ke seluruh
sel tubuh
Masuk pada gagian

Tengah sitoplasma limfosit Sarcoma Kaposi multi


organ
Meninggalkan inti sel
Menyerang sel-sel rentan luas Melekat dan merusak
sel-sel mokosa saluran
sitoplasma GI

Iritasi glukosa
Membentuk partikal virus menular

Menyerang sel-sel rentan luas Merangsang gerakan


paristaltik
Diseluruh tubuh
Jaringan kulit
Diare
Menyerang jaringan limfoid

Distruksi system lesius Vesikel pada kulit, Pengeluaran cairan


berpes dan elektrolit
Penurunan system imum AIDS
Kekurangan
Lesi-lesi volume cairan
kutansius
Risiko Kerusakan
infeksi integritas Kandidiasis oral
kulit Turgor kulit
jelek Ketidaknyamanan
intake makanan
6. G
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Nutrisi in adekuat Anoriksia
kebutuhan tubuh
6. Gejala Klinis

1. Gejala Mayor

a. BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis

d. Demensia / HIV Ensefalopati

2. Gejala minor

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalist

c. Adanya herpes zoster yang berulang

d. Kandidiasis orofaringeal

e. Herpes simplex kronik progresif

f. Limfadenopati generalist

g. Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita

h. Retinitis Cytomegalovirus

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum  

b. Pemeriksaan persistem

c. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera : penglihatan,


pendengaran, penciuman,  pengecap, perasa)

d. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)

1. Pemeriksaan motorik

2. Pemeriksaan sensorik.
3. Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)
cross laseque (HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)

4. Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)

5. Pemeriksaan system otonom

6. Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)

7. Tes Naffziger

8. Tes valsava.

e. Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas)

f. Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan


frekuensi).

g. Sistem Gastrointestinal (Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum,


peristaltic dan eliminasi).

h. Sistem Integumen (Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien).

i. Sistem Reproduksi (Untuk pasien wanita).  

j. Sistem Perkemihan (Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume).

8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. Hematokrit.
b. LED
c. CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e. Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin
9. Diagnosa
1. Resiko infeksi
2. Kerusakan integritas kulit
3. Kekurangan volume cairan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

10. Cara Pencegahan dan Penanganan


1) Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya
berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak  berhubungan
dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS  pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )
harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha
untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan
penyuluhan- penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat
tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui
seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster
yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai
media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh
masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus
AIDS
2) Penanganan HIV/AIDS :
 Penanganan Umum.
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat
diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan  berbagai macam
kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat
penyembuhannya.  
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat
khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti  biotic dengan dosis
tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin
untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin
parah
 Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS
dan hubungannya dengan HIV, yang  bersangkutan memandang
perlu pemeriksaan tersebut.  
b. Upayakan ketersediaan uji serologic 
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi
oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi
virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara
dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervaginanm atau perabdominam,  perhatikan prinsip
pencegahan infeksi)

11. Komplikasi

1. Oral lesi
Karena kandida,herpes simplek, sarcoma kamposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis human immunodeficiency virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan , keletihan dan cacat.
Kandidiasi oral ditandai dengan bercak-bercak putih seperti krim dalam
rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasi oral mengenai esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan
yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologic
a. Ensafalopati HIV atau disebut sebagai kompleks dinamis AIDS
(ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi,
konfusi progresif,  perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
Stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan
dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang
kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi,
tremor, inkontinesia dan kematian.
b. Meningitis kriptokokus di tandai oleh gejala seperti demam, sakit
kepala, malaise, kuku kuduk, mual, muntah, perubahan status
mental dan kejang-kejang. Diagnosis ditegakkandengan analisis
cairan serebispinal.
3. Gastrointestinal
a. Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang
diperbarui dalam penyakit AIDS. Kriteriadiagnostiknya mencakup
penurunan BB> 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih
dari30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuh
atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang menjelaskan gejala
ini.
b. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
lompoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
c. Hepatitis karena bakteri dan virus, lipoma, sarcoma, Kaposi, obat
illegal,alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
d. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, yeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Repirasi
Pnemonicystic carinii. Gejala nafas yang pendek sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan
menyertai berbagai infeksi oportunis, seperti yang diseebabkan oleh
microbacterium intarcelluler (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pnemococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologic
a. Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simplek dan zoster, dermatitis
karena  xerosis, reaksi otot, lesi scabie/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi
opurtunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai
dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit.
b. Moluskum kontangiosum merupakan inveksivirus yang ditandai
oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. Dermatitis
sosoreika akan disertai ruam yang difus, berisik dengan idurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah, penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitas menyeluruh yang disertai dengan
kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopic
seperti eczema dan psoriasis.
6. Sensorik
a. Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata :
retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan.
b. Pendengaran : otitis eksterna akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan
mielopati, meningitis, sitomegalivirus dan reaksi obat-obat.

12. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Data Umum
- Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama.
Alamat, tempat tanggal lahir, suku, diagnosa medis, No.RM,
tanggal masuk RS, golongan darah.
- Identitas penanggung jawab yang meliputi : nama, hubungan
dengan pasien, umur, Pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/ No
Hp
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini :
- Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien)
- Alasan Masuk RS (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien
masuk rumah sakit)
- Riwayat penyakit (tanya pada pasien apakah memiliki riwayat
penyakit sebelumnya)
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Penyakit yang pernah dialami
- Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
- Kecelakaan yang pernah dialami (Apakah pernah mengalami
kecelakaan)
- Riwayat alergi ( tanyakan pada pasien apakah memiliki suatu
alergi terhadap makanan atau obat )
d. Riwayat Psikologi dan Spiritual
 Riwayat psikologi meliputi: tenpat tinggal, lingkungan rumah,
hubungan antara keluarga, dan pengasuh anak.
 Riwayat spiritual melipti: support system, kegiatan keagamaan.
 Riwayat hospitalisasi: pemahaman keluarga tentangsakit dan
dirawat inap RS.
e. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
c) Pola nutrisi dan metabolism
d) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat).
e) Pola kognitif dan perceptual
(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
f) Persepsi diri/konsep diri
g) Pola toleransi dan koping stress
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa
sakit tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)).
h) Pola seksual reproduksi
i) Pola hubungan dan peran
j) Pola nilai dan keyakinan
f. Pemeriksaan Fisik
 Hari, tanggal, jam
 Keadaan umum: kesadaran, penampilan, dihubungkan denga
usia, ekspresiwajah, kebersihan secara umum, TTV.
 Head to toe meliputi: kulit atau integument (IP), kepala dan
rambut (IP), kuku (IP) mata atau penglihatan (IP), hidung atau
penciuman (IP), telinga (IP), mulut dan gigi (IP), leher (IP),
dada atau torak (IPPA), preniumdan genetalia (I),
ekstremitasbawah dan atas(IP)
g. Pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko infeksi b/d penurunan system imun tubuh
2. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imonologis, resti: penurunan
tingkat aktivitas, malnutrisi, perubahan status metabolisme
3. Kekurangan volume cairan b/d adanya infeksi oportunitis saluran
pencernaan (diare)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


keperawatan kreteria hasil keperawatan
(intervensi) (NIC)
(NOC)
Resiko infeksi b/d Setelah O: Observasi hasil 1. untuk
dengan adanya dilakukan tindakan laboratorium mengetahui
penurunan system asuhan keperawatan darah lengkap. jumlah sel
imun tubuh. …x 24 jam darah putih
N:Memberikan
diharapakan infeksi dalam sistem
pasien informasi
dapat dikontrol. kekebalan tubuh
mengenai status
pasien.
Dengan kreteria kesehatannya
2. Agar pasien
hasil :
E:Mengajarkan pada mengetahui
1. Klien bebas dari pasien untuk tetap tatacara
tanda-gejala minum obat yang penangulangan
infeksi telah diresepkan. resiko inveksi.
nasokomial. 3. Agar pasien
C:Kolaborasi dengan
2. Menunjukan paham bahwa
dokter dalam
kemampuan pentingnya
pemberian obat
untuk mencegah pengobatan.
ARV.
infeksi. 4. Untuk dapat
mempercepat
penanganan dan
virus dapat
dikontrol.

Kerusakan Setelah O: observasi kulit 1. untuk mengetahui


integritas kulit b/d dilakukan tindakan pasien. kondisi umum kulit
defisit asuhan keperawatan pasien
imonologis, resti: …x… jam N:Memandikan 2. agar tetap menjaga
penurunan tingkat diharapakan tidak pasien dengan kebersihan kulit
aktivitas, adanya tanda-tanda sabun dan air pasien.
malnutrisi, yang menunjukkan hangat. 3. agar pasien paham
perubahan status kerusakan integritas cara menjaga
E:Mengajarkan
metabolisme kulit. elastisitas dan
pasien dalam
kelembapan kulit.
Dengan kreteria mengoleskan
4. agar mempercepat
hasil : lotion atau
pemenuhan nutrisi
minyak/baby oil
 integritas kulit kulit sehingga
pada daerah kulit
baik bisa kerusakan
dan yang tertekan.
dipertahankan integritas kulit
(Sensasi, dapat ditangani
C:Kolaborasi dengan
elastis, dengan cepat.
dokter dalam
temperature,
control status
hidrasi,
nutrisi dan
pigmentasi)
pemberian
 tidak ada
vitamin c.
luka/lesi pada
kulit.

Kekurangan Setelah O: Monitor status 1. untuk mengetahui


volume cairan b/d dilakukan tindakan hidrasi kondisi umum
adanya infeksi asuhan keperawatan ( kelembaban pasien
oportunitis …x… jam membran 2. untuk memberikan
saluran diharapakan mukosa, nadi pemenuhan cairan
pencernaan kekurangan volume adekuat, tekanan tubuh yang hilang.
(diare). cairan dapat darah 3. agar tetap dapat
teratasi. ortostatik ). memenuhi
kebutuhan nutrisi
Dengan kreteria N: Berikan cairan
pasien.
hasil : oral.
4. agar mempercepat
 Mempertahanka E:Dorong keluarga penyembuhan dan
n urine output untuk membantu penanganan
sesuai dengan pasien makan pemberian cairan
usia dan BB, BJ yang tapat.
C:Kolaborasi dokter
urine normal,
jika tanda cairan
 Tekanan darah,
berlebih muncul
nadi, suhu tubuh
meburuk.
dalam batas
normal
 Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas
turgor kulit
baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa
haus yang
berlebihan

ketidakseimbanga Setelah O:Monitor jumlah  Untuk mengetahui


n nutrisi kurang dilakukan tindakan nutrisi dan nutrisi yang
dari kebutuhan keperawatan selama kandungan kalori dibutuhkan
tubuh b/d ...x... jam, 
N:
anoreksia diharapkan 1. Untuk mencegah
keseimbangannutris 1. Kaji adanya
terjadinya
i dapat alergi makanan
komplikasi dan
dipertahankan 2. Anjurkan
iritasi pada lambung
denag dengan pasien untuk
2. Untuk membantu
Kriteria hasil: meningkatkan
nutrisi pasien
asupan Fe
1. Adanya  Untuk mengetahui
3. Anjurkan
peningkatan BB makanan yang
pasien untuk
diperlukan
sesuai dengan meningkatkan  Untuk
tujuan konsumsi mempercepat
2. BB sesuai protein dan vit proses
dengan TB C penyembuhan
3. Mampu 4. Berikan
mengidentifikas substansi gula
i kebutuhan E:Ajarkan keluarga
nutrisi dan pasien
4. Tidak terjadi tentang
penurunan BB kebutuhan nutrisi
yang parah
C:Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi dibuat sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sesuai
dengan diagnosa keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan menggunakan
evaluasi sumatif (SOAP)
DAFTAR PUSTAKA

M Nursalam, 2007. Buku AIDS. Jakarta :EGC, Diakses pada tanggal 1 April 2019
pukul 19.00 WITA pada
http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-AIDS-2007.pdf

Rabiah 2010 HIV/AIDS pada anak. Jakarta :EGC, Diakses pada tanggal 1 April 2019
pukul 19.10 WITA pada
https://rabiah65.wordpress.com/2010/12/26/195/

Oshigita. 2014. Kampanye Pencegahan HIV/AIDS , Diakses pada tanggal 1 April


2019 pukul 19.20 WITA pada
https://oshigita.wordpress.com/2014/02/03/kampanye-pencegahan-hiv-
aids/

Nanda, 2007. Diagnosa Nanda (NIC dan NOC). Jakarta: Perima Medika.

Anda mungkin juga menyukai