Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS ANAK BRONKOPNEMONIA

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMIA

NAMA

NIM

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN KEPERAWATAN

MAKASSAR

STUDI KEPERAWATAN PAREPARE

2021

i
ABSTRAK

Latar Belakang Penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan


kematian adalah penyakit infeksi saluran pernafasan bawah, yang bersifat akut
atau kronis. salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan adalah
bronchopneumonia, berdasarkan data bronchopneumonia (BHP) dengan
jumlah pasien sebanyak 1.317 orang (10,1%) mencapai peringkat ke-4 dalam 10
penyakit terbesar. Bronchopnemonia merupakan peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum
terjadi pada bayi dan anak, walau pun terdapat juga terjadi pada semua usia,
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan broncopneumonia adalah
peradangan sering dijumpai pada anak anak Tujuan: Mampu melakukan
pengkajian, menganalisadata, merumuskan diagnosa, penyusun perencanaan
dan melaksanakan tindakan dari hasil pengkajian terhadap klien :
bronchopneumonia dengan tindakan keperawatan pola napas tidak efektif
Metode: studi kasus yaitu untuk mengeksplorasi suatu masalah/fenomena
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Studi Kasus ini dilakukan pada dua
orang pasien Bronchopneumonia dengan masalah keperawatan Hasil ketidak
efektifan pola nafas : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan
memberikan intervensi keperawatan, masalah keperawatan ketidak efektifan
pola nafas pada kasus 1 dan kasus 2 dapat teratasi pada hari ke 3. Diskusi :
pasien dengan masalah keperawatan ketidak efektifan pola nafas selalu
memiliki respon yang sama pada setiap pasien Bronchopneumonia hal ini
dipengaruhi oleh kondisi atau status kesehatan klien sebelumnya. Sehingga
perawat harus melakukan asuhan yang komprehensif untuk menangani
masalah keperawatan pada setiap pasien.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

ABSTRAK...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan...........................................................................................................4

D. Manfaat.........................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

A. Pengertian Bronchopneumonia.....................................................................6

B. Anatomi dan Fisiologi...................................................................................7

C. Laring............................................................................................................8

C. Etiologi........................................................................................................11

D. Klasifikasi...................................................................................................12

E. Patofisiologi................................................................................................13

iii
BAB III..................................................................................................................15

METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................15

A. Jenis dan Desain Studi Kasus......................................................................15

B. Subyek Studi Kasus....................................................................................16

C. Fokus Studi.................................................................................................16

D. Defenisi Operasional...................................................................................16

E. Instrumen....................................................................................................16

F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................17

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus...................................................................18

H. Analisa Data dan Penyajian Data................................................................18

I. Etika Studi Kasus........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

LAMPIRAN...........................................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian anak paling banyak disebabkan oleh bronkopnemonia

juga, termasuk Indonesia negara berkembang yang juga banyak

mengalami bronkopnemonia.

Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan pada parenkim

paru yang meluas sampai bronkeoli melalui hematogen dengan cara

penyebaran langsung melalui saluran pernapasan. Bronkopneumonia pada

anak sering disebabkan oleh pneumokokus yang menyebar ke bronkeolus

dan menimbulkan reaksi peradangan.

Menurut WHO bronkopneumonia menyerang semua umur di

semua wilayah, namun terbanyak adalah di Asia dan Afrika.

Bronkopneumonia merupakan penyebab 16% kematian pada anak di

bawah usia 5 tahun, sekitar 920.136 balita di Nigeria tahun 2015

(WHO, 2015). Di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2014 angka

cakupan penemuan bronkopneumonia pada anak mengalami peningkatan

yaitu berkisar antara 20%-30%, pada tahun 2015 meningkat menjadi

63,45%, dan tahun 2016 meningkat menjadi 65,27% atau sekitar

1
326.001.000 pada anak usia 1-4 tahun dengan angka kematian 0,15%

(Sutarjo, 2016). Jumlah kasus pneumonia pada anak

umur 0-5 tahun di provinsi Jawa Timur tahun 2013 yaitu 31,62%

meningkat menjadi 80,5% di tahun 2015 dengan angka kematian 10%

(Santoso, 2016). Prevalensi di Malang pada tahun 2015 terdapat angka

kejadian 64,44% dengan angka kematian sebanyak 1.248 anak

(Nuswantari, 2016). Prevalensi yang didapat di

Rumah Sakit Panti Waluya Malang menunjukkan data anak (0-5

tahun) yang menderita Bronkopneumonia sebanyak 195 anak pada tahun

2017 dan terdapat 180 anak pada tahun 2018.

Fenomena yang ditemukan penulis ketika praktek klinik di RS

Panti Waluya Malang terdapat 2 pasien anak yang mengalami penyakit

Bronkopneumonia. Pada kedua pasien tersebut gejala yang muncul ada

persamaan yaitu demam dan batuk. Pasien anak yang berumur 2 tahun

menunjukkan gejala saat datang anak mengalami batuk, suhu

tubuhnya mencapai 37,8°C, mukosa bibir kering dan anak tersebut rewel.

Pasien anak yang berumur 4 tahun memperlihatkan gejala yang sama yaitu

batuk, suhu tubuhnya 38°C, dan kulit terlihat memerah.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus

respiratorius bagian atas selama beberapa hari, suhu tubuh dapat naik

mendadak (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2013). Sebagian besar demam

pada anak merupakan akibat dari perubahan termoregulasi (perubahan

2
pada pusat panas) di hipotalamus. Penyakit yang menyerang sistem tubuh

ditandai dengan adanya demam, selain itu demam berperan dalam

meningkatkan perkembangan imun atau pertahanan terhadap infeksi

(Sodikin, 2012). Demam pada anak membutuhkan perlakuan dan

penanganan tersendiri dibandingkan orang dewasa, hal ini dikarenakan

demam dapat membahayakan keselamatan anak jika penangananya

terlambat karena dapat menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi, kejang,

penurunan kesadaran, hipotensi, dan demam menjadi berat.

Perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya bisa melakukan

tindakan yang tepat untuk mengatasi hipertermi pada anak, jika

tindakan penanganan tersebut terlambat maka akan menyebabkan gejala

yang lebih parah. Perawat harus selalu mengobservasi tanda-tanda vital,

melakukan pengukuran suhu setiap 1 jam sekali agar tetap terpantau.

Tindakan non farmakologis yang bisa dilakukan oleh perawat adalah

tindakan kompres hangat yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh

klien.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

asuhan keperawatan abortus anak bronkopnemonia dengan masalah

keperawatan hipertermia?

3
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Bonkopnemonia dengan masalah keperawatan hipertermia

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengkajian keperawatan anak yang menderita

bronkopnemonia dengan problem keperawatan hipertermia yang

sedang dialaminya.

b. Bisa menentukan diagnosa keperawatan anak yang sedang

menderita bronkopnemoni dengan problem nursing hipertermia

yang sedang dideritanya.

c. Dapat menyusun perencanaan pada klien anak dengan

bronkopnemoni dengan problem nursing keperawatan

hipertermia yang sedang dialaminya.

d. Sehingga Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien

anak yang menderita bronkopnemoni dengan problem nursing

hipertermia sedang diidapnya.

e. Dapat melaksanakan evaluasi keperawatan ke klien anak yang

mengalami dengan problem keperawatan hipertermia yang

sedang diidapnya.

D. Manfaat

4
1. Institusi

Sebagai suatu referensi untuk bahan penelitian serta dapat

digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian.

2. Praktis

Dapat memperluas wawasan dan memberikan pengalaman

langsung bagi peneliti selanjutnya dalam melaksanakan 5 peneliti

selanjutnya dalam melaksanakan 5 peneliti serta mengaplikasikan

berbagai teori dan konsep mengenai bronchopneumonia

3. Ilmiah

Meningkatkan kemampuan (pengetahuan dan prilaku) ibu

mengenai penanganan bronchopneumonia pada anak.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bronchopneumonia

Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai

dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispneu, nafas cepat dan

dangkal, muntah diare, batuk kering dan produktif.

Bronchopnemonia merupakan peradangan pada parenkim paru

yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi

pada bayi dan anak, walau pun terdapat juga terjadi pada semua

usia.

Bronkopneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai

dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan

dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan

broncopneumonia adalah peradangan pada prenkim paru yang di sebabkan

oleh bakteri, virus, jamur yang ditandai dengan gejala panas tinggi,

dispneu, nafas cepat dan dangkal yang sering dijumpai pada anak anak.

6
Penyakit brhonchopneumonia memerlukan tindakan keperawatan

untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti

pemenuhan kebutuhan pemberian terapi oksigen pada pasien yang

mengalami gangguan pola napas tidak efektif melalui pemberian tindakan

keperawatan dengan menggunakan proses pelayanan kesehatan, secara

edukatif yaitu memberikan pelayanan kesehatan terkait pengertian,

tanda gejala, penatalaksanaan medis dan komplikasi. Preventif yaitu

upaya pencegahan untuk meminimalkan kan terjadi komplikasi seperti

Atelectasis, Episema, Abses paru, Infeksi sistemik, Endocarditis,

Menginitis. serta mendapatkan penanganan yang tepat dan akurat

dengan pemberian O₂ 2 lt/menit sesuai kebutuhan.

E. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang

terdiri dari beberapa organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea,

bronkus, dan paru-paru.

1. Sistem pernafaan bagian atas

Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari hidung , faring dan

laring yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan

udara yang dihirup.

a. Hidung

7
Hidung terbagi atas 2 nostaril yang merupakan pintu masuk

menuju rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu

dengan lainnya dipisahkan oleh septum. Dinding rongga hidung

di lapis semu. Mukosa tersebut menyaring, menghangatkan, dan

melembabakan udara yang masuk melalui hidung. (Muttaqin,

2014).

b. Faring Merupakan pipa yang memiliki dua otot, mulai dasar

terngkorak sampai esopagus, terletak di belakang hidung

(nosafaring). Faring terdiri atas nasofaring ,orofaring, dan

laringofaring. Nasofaring hanya untuk jlan udara, faring juga

berfngsi untuk jalan udara dan makanan, tetapi tidak pada saat

yang bersamaan. Orofaring berada di belakang mulut. Sedangkan

laringofaring adalah paling bawah laring, bagian anterior

menuju laring dan bagian posterior menuju esophagus (muttaqin

2014)

c. Laring

Laring ( tenggorok) terletak di antara faring dan treakea.

Berdasarkan letak vertebra servikalis, laring berada diruas ke-4

atau ke-5 dan berakhir di vertebra servikalisasi ruas ke-6 laring

disususun oleh ligament dan otot rangka pada tulang hyoid di

bagian atas dan trakea dibawahnya (muttaqin, 2014)

8
Menurut syarifudin (2010), laring terdiri dari 5 tulang rawan

anatara lain:

1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun

2) Kartilago arireanoid (2 buah) yang berbentuk beker

3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cicin

4) Kartilago epiglottis (1 buah)

2. Sistem pernapasan bagian bawah

a. Trakea

Trakea adalah sebuah tabung yang berdiametes 2,5 cm dengan

panjang 11 cm. Trakea terletaksetelah laring dan memanjang

kebawah dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung trakea bagian

bawah bercabang menjadi dua kiri dikenal sabagai karina (carina).

Trake tersusun atas 15-20 kartilago hialin berbentuk huruf C

yang melekat pada dinding trakea dan berfungsi untuk melindungi

jalan udara (muttaqin, 2014)

b. Bronkus

Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trekea. Bronkus

kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya vertikal dengan

trakea. Sebaiknya brokus kiri lebih panjang, lebih sempit, dan

sudutnya pun lebih runcing. Bronkus terminalis disebut juga

penghantar udara karena fungsi utamanya adalah menghantarkan

udara ke tempat tertukaran gas di paru. Setelah bronkus terminalis

9
terdapat pula asinus yang merupakan unit fungsional paru

sebagai tempat pertukaran gas. Asinus terdiri atas bronkiolus

rpiratorius dan duktus alveolaris yang seluhnya dibatasi alveoli

dan sakus terminalis yang merupakan struktur akhir paru

(muttaqin,2014)

c. Paru-paru

Paru-paru merupakan ebuah alat tumbuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini

terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi

pertukaran udara O2 masuk ke dalam daran dan CO2

dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembng paru-paru ini

±700.000.000 buah (paru-paru kanan dan kiri). Paru kanan terdiri

dari 3 lobus yaitu, lobus pulmo dekstra superior, lobus medial,

dan lobus inferior. Dan paru kiri terdiri lobus superior dan lobus

inferior.

d. Otot- otot pernapasan

Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk

menghembuskan udara. Diagfragma (dibantu oleh otot- otot yang

dapat mengangkat tulang rusuk dan tulang dada) merupakan otot

utama yang ikut berperan meningkatkan volume paru (muttaqin,

2014)

Saat inspirasi, otot sternokleidomastoideus, otot skalenes, otot

pektoralis minor, otot serratus anterior, dan otot interkostalis

10
sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan diagfragma ke

bawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk

ke dalam paru-paru. Pada fase ekspirasi, otot transversal dada,

otot interkostalis sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami

kontraksi, sehingga mengangkat diagfragma dan menarik rongga

dada untuk mengeluarkan udara dari paru (muttaqin, 2014)

3. Fisiologi sistem pernapasan

Pernapasan respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar

yang mengandung oksigen kedalam tubuh (inspirasi) serta

mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi

keluar tubuh (ekspirasi) (syafudidin, 2010).

F. Etiologi

Penyebab tersering pneumonia yang sering terjadi pada anak

adalah S. pneumoniae .virus yang ditemukan pada anak <5 tahun dan

respiratory syncytial virus (RSV) merupakan penyebabkan pneumonia

meliputi adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus. Mycoplasma

pneumonia dan chlamydia pneumonia lebih sering ditemukan pada anak

>10 tahun. Sementara itu, bakteri yang paling sering ditemukan pada

apus tenggorokan pasien usia 2-59 bulan adalah streptococcus pneumonia,

staphylococcus aureus,dan hemophilus influenzae.

Beberapa faktor resiko yang meningkatkan angka kejadian dan

derajat pneumonia adalah defek anatomi bawaan, imunodefisiensi,

polusi, GERD( gastroesophageal reflux disease), aspirasi, gizi buruk,

11
berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI, imunisasi tidak

lengkap, terdapat anggota keluarga serumah yang menderita batuk,

dan kamar tidur yang terlalu padat.

G. Klasifikasi

Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan ciri radiologis dan gejala

klinis sebagai berikut :

1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda paneumonia laboris dengan

opasitas lobus atau lobularis.

2. Pneumonia atipikal, ditandai dengan gangguan respirasi yang

meningkat lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang

difusi.

3. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan kuman penyebab adalah sebagai

berikut :

1. Pneumonia bakteralis/ topikal, dapat terjadi pada semua usia, beberapa

kuman tedensi menyerang semua orang yang peka, misal :

a. Klebisiela pada orang alkoholik.

b. Stapilokokus pada influenza.

2. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa mudan dan

disebabkan oleh mycoplasma dan clamidia.

3. Pneumonia karena virus, sering terjadi pada bayi dan anak

12
4. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama

pada orang dengan daya tahan lemah dan pengobatan lebih sulit.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan prediksi infeksi adalah sebagai

berikut:

1. Pneumonia laboris mengenal satu lobus dan lebih, disebabkan

karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses

keganasan.

2. Broncopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrate pada paru yang

disebabkan oleh virus atau bakteri.

H. Patofisiologi

Broncopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke

saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan

jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan

sekret, sehingga terjadinya demam, batuk produktif, ronchi positif,

dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk satu

proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:

1. Stadium I (4-12 jam pertama/ kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangn permulaan

yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini

ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler

di tempat infeksi.

13
2. Stadium II/ hipatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hipatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi sel

darah merah, eksudat dan fibrin yang di hasilkan oleh penjamu

(host) sebagai sebagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena

menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit,

dan cairan, sehingga warna paru merah dan pada perabaan seperti

hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada tau sangat

minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini

berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam

3. Stadium III/ hepatisasi kelabu (3-4 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah

putih mengkolonisasi daerah paru yang trinfeksi. Pada saat ini endapan

fibrin terakumulasi diseluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis

sisa-sisa sel.

4. Stadium IV/ resolusi (7-11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon

imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan

diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya

semual. Inflamasi pada bronkus di tandai adanya penumpukan

sekret,sehingga terjadinya demam, batuk produktif, ronchi positif,

dan mual.

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Studi Kasus

Metode studi kasus menggunakan deskriptif dengan pendekatan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan studi kasus.Hasil pengkajian studi kasus kedua klien

ditemukan diagnosa keperawatan utama yaitu hipertermia. Adapun

tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu observasi tanda tanda vital,

monitor suhu tubuh dan kolaborasi dalam pemberian terapi antipiretik.

Studi kasus yaitu untuk mengeksplorasi suatu masalah/fenomena

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam

dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi Kasus ini

dilakukan pada dua orang pasien Bronchopneumonia dengan masalah

keperawatan Hasil ketidak efektifan pola nafas : Setelah dilakukan

asuhan keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan,

masalah keperawatan ketidak efektifan pola nafas pada kasus 1 dan

kasus 2 dapat teratasi pada hari ke 3. Diskusi : pasien dengan

masalah keperawatan ketidak efektifan pola nafas selalu memiliki

respon yang sama pada setiap pasien Bronchopneumonia hal ini

dipengaruhi oleh kondisi atau status kesehatan klien sebelumnya.

15
Sehingga perawat harus melakukan asuhan yang komprehensif untuk

menangani masalah keperawatan pada setiap pasien.

I. Subyek Studi Kasus

Subjek penelitian dalam kasus ini yaitu Asuhan Keperawatan Abortus

Anak Bronkopnemonia Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia.

J. Fokus Studi

Penelitian ini berfokus pada Asuhan Keperawatan Abortus Anak

Bronkopnemonia Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia.

K. Defenisi Operasional

Bronkopnemonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai

dengan panas yang tinggi, napas cepat dan dangakal, serta batuk produktif.

Tujuan penulisan untuk mempelajari dan mempraktekkan asuhan

keperawatan pada anak dengan diagnosa medis bronkopnemonia melalui

pendekatan proses keperawatan secara komprehensif, metode studi kasus

menggunakan deskriptif dengan pendekatan.

L. Instrumen

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak

sebagai instrumen sekaliguspengumpil data. Instrumen selain manusia

(seperti; angket, pedoman wawancara, pedomanobservasi dan sebagainya)

dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukungtugas

16
peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif kehadiranpeneliti adalah mutlak, karena peneliti harus

berinteraksi dengan lingkungan baik manusia dannon manusia yang ada

dalam kancah penelitian. Kehadirannya di lapangan eneliti

harusdijelaskan, apakah kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh

subyek penelitian. Iniberkaitan dengan keterlibatan peneliti dalam kancah

penelitian, apakah terlibat aktif atau pasif

M. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini

yaitu:

1. Observasi

Pengamatan serta pencatatan dengan sistematis fenomena-

fenomena yangsudah diteliti. Observasi dicoba periset selaku salah

satu tata cara pengumpulan informasi.

2. Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara digunakan selaku metode pengumpulan informasi

apabila periset mau mengenali hal- hal dari responden yang lebih

mendalam. Wawancara Semi terstruktur, metode pengumpulan

informasi masih bisa dikategorikan dalam wawancara mendalam( in-

dept interview) yang lebih bertabiat terbuka bila dibanding dengan

wawancara terstruktur( structured interview). Wawancara dalam

pengambilan datadilakukan dalam wujud obrolan langsung antara

periset dengan satu ataupun lebih informan sekalian dengan

17
mengajukan draf persoalan yang sudah terbuat tadinya. Tetapi periset

pula senantiasa membuka komentar serta ide- ide baru yang biasa

diberikan oleh informan dalam riset tersebut.

N. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi penelitian

Di bangsal paviliun Asoka RSUD Bangil Pasuruan dijadikan

sebagai tempat penelitian unutuk kasus ini.

2. Waktu Studi Kasus

Pada bulan Oktober dimulai untuk melaksankan penelitian kasus ini

O. Analisa Data dan Penyajian Data

1. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Mencatat sejumlah aktivitas, melihat dan mendengar merupakan

perencanaan dalam melaksanakan prosedur dalam situasi tertentu

yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam

pengerjaan penelitian ini dilakukan dengan observasi dan pemeriksaan

fisik seperti:

a. Inspeksi merupakn dengan cara memanda yang diteliti

pekajian ng anatomi oleh penel . Memeriksa tubuh seperti

ukuran tubuh, warna, bentuk, iti pada posisi, simetris.

b. Palpasi merupan pemeriksaan pada bagian yang diperiksa dengan

peraba. hand dan digiti adalah sebagai instrument yang untuk

mengelompokkan dipakai data periksaan pada bagian anatomi

yang akan diperiksa

18
2. Perkusi adalah pekugugmeriksaan dengan cara ug;ugmengetuk

bagian permukaan tubuh tertentu untuk membakkugndingkan

dengjhljyan Studi dokumentasi Dokumentsi yaitu cara mengolah

data variable yang berupa transkripsi, buku, catatan dan lain-lain.

Studi kasus yang berupa dokumentasi difungsikan untuk mencapai

hasil dari rekam mediks, pemeriksaan laboratorium, referensi

sumber, jurnal serta data yang paling relevan.

Hasil akhir dari data yang diberikan, sehingga data yang

dibahas dapat dibandingkan dengan observasi terdahulu dan

menurut teori secara perilaku dalam kesehatan. Dari data yang dapat

dirangkum secara proses induksi, sehingga data yang dapat di hasilkan

berupa rangkuman data pengkajian, diagnosa, intervensi, tindakan dan

evaluasi.

P. Etika Studi Kasus

Etika Penelitian adalah suatu pedomanetika yang berlakuntuk tiap tiap

tindakan observasi melibatkanantara petugas tndakan, pihak klien maupun

keluarga klien dan lingkungan sekitar yangakan memperoleh

dampakhasil penelitiantersebut. Etika penelitianini mencakup juga perilaku

penelitatau perlakuan peneliti terhadap subjekpenelitian sertasesuatu

yangdihasilkan olehpeneliti bagi masyarakat (Soekidjo, 2005). Etika yang

mendasaripenyusunan studikasus, terdiri dari:

1. Informed Consent ( persetujuan menjadi responden), partisipan

memiliki kuasa untuk menolak atau menerima jika kita ingin

19
mendapatkan data untuk penelitian, merupakan kuasa untuk

partisipan mau menjadi responden.

2. Anonimity (tanpa nama), partisipan memiliki kuasa untuk

menginginkan data penelitiannya untuk tidak dipublikasikan. Untuk

data dalam menggunakan penelitian responden menggunakan tanpa

nama.

3. Rahasia (confidentiality), peneliti menjamin semua data yang

diberikan untuk tidak dipublikasikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ackley J Betty and Ladwig B Gail. 2011. NURSING DIAGNOSIS HANDBOOK

An Enidence-Based Guide to Planning Care. United States of America :

Mosby Elsevier Maharani.2011.‘Efektifitas pemberian kompres hangat

dan tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh balita yang mengalami

demam di puskesmas rawat inap karya wanita sumber pesisir’ Nursing

Journals

Medis Rs Panti Waluya Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan

Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu

Nikmatur & Walid. 2014. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media. Nurarif, Amin Huda. 2015. Panduan Penyusunan Asuhan

Keperawatan

Nuswantari, Rachmi. 2016. Profil Kesehatan Kota Malang 2014. Malang :

Dinas Kesehatan Kota Malang

Padila, 2013. Asuhan keperawatan penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta: ECG

Profesional. Jakarta: Medi Actions Publishing Nursalam. 2013. Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Provinsi Jawa Timur

Rekam Medis. 2018. Privalensi Bronkopneumonia. Malang : Rekam

21
Santoso, Hari. 2016. Profil Kesehatan Jawa Timur 2015. Surabaya : Dinas

Kesehatan

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka

Belajar

Sutarjo, Suseno. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI World Health Organization (WHO).

2015.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI World Health Statistics

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai