Anda di halaman 1dari 10

1

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa

Andy Chandra
Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi belajar
pada mahasiswa Psikologi Universitas Medan Area. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Korelasi
Pearson Product Moment dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Subjek
penelitian adalah mahasiswa Psikologi Universitas Medan Area dengan jumlah sampel 79 mahasiswa.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara
kecerdasan emosional dengan motivasi belajar, dimana rxy = 0,555; p = 0,000 ( p < 0,050 ). Hasil penelitian
menunjukkan mahasiswa Psikologi Universitas Medan Area memiliki kecerdasan emosional yang tergolong
tinggi, sebab nilai rata-rata empirik 97,354 selisihnya dengan nilai rata-rata hipotetik 77,5 melebihi bilangan
SD atau SB sebesar 8,184, sedangkan motivasi belajar mahasiswa tergolong tinggi sebab nilai rata-rata
empirik 135,658 selisihnya dengan nilai rata-rata hipotetik 110 melebihi bilangan SD atau SB sebesar
11,613.

Kata kunci: Motivasi Belajar, Kecerdasan Emosional, Mahasiswa Psikologi

PENDAHULUAN memiliki daya dan kerangka pikir serta


Perkuliahan merupakan suatu masa
sikap mental dan kepribadian tertentu,
yang penuh tantangan dan kesukaran,
sehingga memiliki wawasan luas dalam
masa yang menuntut seorang mahasiswa
menghadapi masalah-masalah dalam
mampu menentukan sikap dan pilihan,
dunia nyata (lingkungan kampus maupun
juga mahasiswa merupakan elit
lingkungan masyarakat).
masyarakat yang memiliki ciri
Mutadin (2002) juga mengatakan
intelektualitas yang lebih kompleks
bahwa kesulitan-kesulitan yang sering
dibandingkan dengan kelompok usia
dialami mahasiswa adalah kesulitan dalam
mereka yang bukan mahasiswa, ataupun
mencari tugas kuliah yang banyak, bosan
kelompok usia diatas atau dibawah
dengan segala tugas yang diberikan dosen,
mereka. Adapun ciri intelektualitas
kesulitan menentukan judul skripsi
tersebut adalah kemampuan mereka untuk
maupun literatur atau bahan bacaan, dan
menghadapi, mencari, dan memahami
takut menemui dosen pembimbing.
cara pemecahan berbagai masalah secara
Kesulitan ini akhirnya menyebabkan
lebih sistematis menurut Azwar (dalam
mahasiswa merasa tertekan, sehingga
Syahputra, 2006).
kehilangan motivasi dirinya dalam hal
Suwardjono (2005) mengemukan
belajar.
bahwa mahasiswa yang belajar di
Motivasi dapat dikatakan sebagai
perguruan tinggi dituntut tidak hanya
pendukung suatu perbuatan, sehingga
memiliki keterampilan teknis tetapi juga
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017
2

menyebabkan seseorang memiliki Dalam proses belajar dibutuhkan


kesiapan untuk melakukan serangkaian motivasi karena dengan adanya motivasi
kegiatan. Motivasi yang tinggi akan tersebut belajar dapat menjadi sesuatu
membangkitkan individu untuk yang lebih menyenangkan. Motivasi
melakukan aktivitas tertentu yang lebih memiliki peranan yang strategis dalam
fokus dan lebih intensif dalam proses aktivitas belajar seseorang, tidak ada
pengerjaan dan sebaliknya, sehingga seorang pun yang belajar tanpa adanya
tinggi-rendahnya motivasi di dalam diri motivasi. Motivasi belajar merupakan
mahasiswa tersebut mampu keseluruhan daya penggerak psikis di
membangkitkan berapa besar keinginan dalam diri yang menimbulkan kegiatan
dalam bertingkah laku atau cepat belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
lambatnya terhadap suatu pekerjaan yang belajar, dan memberikan arah pada
dilakukannya. Motivasi menggunakan kegiatan belajar demi mencapai tujuan
hasrat yang paling dalam untuk (Winkel, 2004).
menggerakkan dan menuntun kita untuk Pada mahasiswa terdapat motivasi
menuju sasaran, membantu kita untuk belajar yang berbeda-beda satu sama
mengambil inisiatif dan bertindak sangat lainnya. Ada mahasiswa yang memiliki
efektif, serta untuk bertahan menghadapi motivasi belajar yang tinggi dan ada juga
kegagalan dan frustasi menurut Rusyan yang rendah. Mahasiswa yang memiliki
(dalam Melia, 2010). motivasi belajar yang tinggi, memiliki
Aktivitas belajar yang terjadi pada keinginan untuk sukses benar-benar
mahasiswa merupakan sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri. Mahasiswa
penting. Belajar merupakan suatu aktivitas tersebut akan bekerja keras dalam situasi
mental atau psikis yang berlangsung bersaing dengan orang lain maupun dalam
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, bekerja sendiri. Sedangkan mahasiswa
yang menghasilkan perubahan-perubahan yang memiliki motivasi belajar yang
dalam pengetahuan, pemahaman, rendah cenderung takut gagal dan tidak
ketrampilan dan nilai sikap (Winkel, mau menanggung resiko dalam mencapai
2004). Dengan belajar, mahasiswa dapat prestasi yang tinggi dan terkesan cuek
mewujudkan apa yang diharapkan karena dengan pelajaran yang ada diperkuliahan.
belajar akan menghasilkan perubahan- Selanjutnya menurut Ahmadi dan
perubahan dalam diri seseorang untuk Supriyono (2004) individu yang memiliki
dapat meraih cita-citanya. motivasi belajar tinggi dikarakteristikkan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


3

sebagai berikut: 1. Setiap ada tugas selalu ketekunan dalam melakukan kegiatan
berusaha menyelesaikannya dengan baik, belajar. Dalam kaitannya dengan itu perlu
2. Meskipun mendapat nilai yang rendah diketahui ada beberapa faktor yang dapat
atau nilai tinggi individu tetap terus memengaruhi motivasi belajar, yaitu
belajar, 3. Selalu terus bertanya pada guru faktor yang memengaruhi motivasi belajar
bila ada yang belum diketahui, 4. Tetap seseorang adalah:
terus belajar meskipun tidak ada tugas a. Kematangan: dalam pemberian
rumah (PR), 5. Selalu berusaha menjadi motivasi, faktor kematangan fisik,
orang yang pertama dalam menjawab sosial dan psikis diperhatikan, karena
pertanyaan guru. Sementara itu hal itu dapat memengaruhi motivasi
karakteristik individu yang memiliki belajarnya.
motivasi belajar rendah adalah : 1. Merasa b. Kecerdasan emosional: dengan
cepat bosan atau cepat letih bila kecerdasan emosional dapat
mengerjakan tugas yang diberikan oleh menciptakan kesenangan dalam
guru baik tugas di rumah maupun tugas belajar, dan menyingkirkan segala
yang harus dikerjakan di sekolah, 2. Lebih ancaman dari hal-hal yang menggangu
memilih mengerjakan kesenangannya dan menghambat proses belajar.
sendiri atau membuat keributan dalam c. Usaha yang bertujuan: setiap usaha
kelas daripada mengerjakan tugas yang yang dilakukan memiliki tujuan yang
disuruh, 3. Selalu mengharapkan bantuan ingin dicapai. Semakin jelas tujuan
dalam mengerjakan tugas, 4. Malas yang ingin dicapai, akan semakin kuat
bertanya tentang hal-hal yang belum dorongan untuk belajar.
diketahuinya, 5. Selalu bersikap biasa- d. Pengetahuan mengenai hasil dalam
biasa saja bila mendapat nilai yang buruk motivasi: dengan mengetahui hasil
atau tidak mau berusaha memperbaiki belajar, seseorang terdorong untuk
nilai yang buruk. lebih giat belajar. Apabila hasil belajar
KAJIAN PUSTAKA itu mengalami kemajuan, seseorang
Mustaqim & Wahab (2003) akan berusaha untuk mempertahankan
mengemukakan dalam kegiatan belajar atau meningkat intensitas belajarnya
mengajar peranan motivasi sangat untuk mendapatkan prestasi yang lebih
diperlukan. Motivasi bagi individu dapat baik di kemudian hari. Prestasi yang
mengembangkan aktifitas dan inisiatif, rendah menjadikan individu tersebut
dapat mengarahkan akan memelihara

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


4

lebih giat belajar guna Menurut Sardiman (2005) ciri-ciri orang


memperbaikinya. yang memiliki motivasi adalah:
e. Penghargaan dan hukuman: pemberian a. Tekun menghadapi tugas
penghargaan itu dapat membangkitkan b. Ulet menghadapi kesulitan
motivasi seseorang untuk memelajari c. Menunjukkan minat terhadap berbagai
atau mengerjakan sesuatu saja. macam-macam masalah
Penghargaan adalah alat, bukan tujuan. d. Lebih senang bekerja mandiri
f. Penghargaan tersebut dapat e. Tidak mudah bosan pada tugas-tugas
menimbulkan inisiatif, kompetisi dan rutin
kemampuan kreatifnya. Hendaknya f. Dapat mempertahankan pendapatnya
diperhatikan agar penghargaan ini g. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang
menjadi tujuan. Tujuan pemberian diyakininya
penghargaan dalam belajar adalah h. Senang mencari dan memecahkan
bahwa setelah seseorang menerima masalah soal-soal.
penghargaan karena telah melakukan Fransen (dalam Syahputra, 2006)
kegiatan belajar yang baik, ia akan mengemukakan ciri-ciri orang yang
melanjutkan kegiatan belajarnya memiliki motivasi belajar yang tinggi,
sendiri di luar kelas, sehingga dengan yaitu:
penghargaan yang diterimanya semakin a. Memiliki rasa ingin tahu
memotivasi untuk terus belajar. b. Kreatif
Sedangkan hukuman sebagai c. Ingin mendapatkan simpati
reinforcement yang negatif tetapi kalau d. Ingin memperbaiki kegagalan
diberikan secara tepat dan bijak bisa Ciri-ciri orang yang memiliki
menjadi alat motivasi. kecerdasan emosional
g. Partisipasi: partisipasi dapat Stein dalam Goleman (2002)
menimbulkan originalitas, inisiatif dan mengemukakan tentang tanda-tanda atau
memberi kesempatan terwujudnya ide- ciri- ciri kecerdasaan emosional secara
ide. Maka perlu untuk memberi spesifik, yakni:
kesempatan kepada peserta didik untuk a. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang
berpartisipasi pada segala kegiatan.. tinggi meliputi: Dapat
Ciri- ciri orang yang memiliki motivasi mengekspresikan emosi yang jelas,
belajar tidak merasa takut untuk
mengekpresikan perasaannya, tidak

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


5

didominasi oleh perasaan-perasaan a. Faktor Internal


negatif, dapat memahami (membaca) Faktor internal adalah apa yang
komunikasi nonverbal, membiarkan ada didalam diri individu yang
perasaan yang dirasakan untuk mempengaruhi kecerdasan emosinya.
membimbingnya, berprilaku sesuai Faktor internal ini mempunyai dua sumber
dengan keinginan bukan karena yaitu segi jasmani dan segi psikologis.
keharusan atau ketaatan, dorongan dan Segi jasmani meliputi faktor fisik dan
tanggung jawab, termotivasi untuk kesehatan individu, apabila fisik dan
intrinsik, tidak termotivasi karena kesehatan seseorang dapat terganggu
kekuatan, memiliki emosi yang dapat dimungkinkan memengaruhi proses
fleksibel, peduli dengan perasaan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan segi
orang lain, dan dapat psikologis mencakup didalamnya
mengidentifikasikan perasaan secara pengalaman, perasaan, kemampuan
bersamaan. berpikir, dan motivasi.
b. Ciri-ciri kecerdasaan emosional yang b. Faktor Eksternal
rendah meliputi : Tidak mempunyai Faktor eksternal adalah stimulus dan
rasa tanggung jawab atas perasaan lingkungan di mana kecerdasan emosional
sendiri tetapi menyalahkan orang lain, berlangsung. Faktor eksternal meliputi:
tidak mengetahui perasaannya sendiri 1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan
sehingga sering menyalahkan orang stimulus merupakan salah satu faktor
lain, sering memerintah, sering yang memengaruhi keberhasilan
mengkritik, berbohong tentang apa seseorang dalam memperlakukan
yang dia rasakan, suka menyalahkan kecerdasan emosional tanpa distorsi.
orang lain, tidak memiliki perasaan, 2) Lingkungan atau situasi khususnya
tidak memiliki rasa empati, tidak yang melatarbelakangi proses
sensitif dengan perasaan orang lain, kecerdasan emosional, seperti
kaku, dan pesimistik. keadaan rumah, sekolah maupun
Faktor-faktor yang memengaruhi keadaan sosial.
Kecerdasan Emosional Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
Walgito (1993) mengemukakan Goleman (2006) membagi aspek
bahwa faktor yang memengaruhi persepsi kecerdasan emosional menjadi 5 (lima)
kecerdasan emosional dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
faktor, yaitu : a. Pengenalan Diri (self-awarence)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


6

Mampu mengenali emosi dan dapat memperbaiki masalah yang


penyebab dari pemicu emosi tersebut. Jadi dihadapinya. Menggunakan hasrat yang
individu mampu mengevaluasi dirinya paling dalam untuk menggerakkan dan
sendiri dan mendapatkan suatu informasi menuntun diri sendiri menuju sasaran,
untuk melakukan suatu tindakan. Ketika membantu diri sendiri, inisiatif dan
seseorang dihadapkan dengan suatu bertindak sangat efektif untuk bertahan
kejadian yang menyenangkan atau menghadapi kegagalan dan frustrasi.
menyedihkan bisa saja ia sama sekali Orang yang mampu memotivasi dirinya
tidak menyadari apa yang sesungguhnya sendiri cenderung jauh lebih produktif dan
ia rasakan atau dapat disebut sebagai tidak efektif dalam hal apapun yang mereka
adanya rasa mengenali emosi diri. kerjakan.
Kemampuan untuk memahami perasaan d. Empati (empathy)
dari waktu ke waktu merupakan hal Kemampuan untuk mengenali
penting bagi pemahaman diri seseorang. perasaan orang lain dengan merasakan apa
Mengenali diri merupakan inti dari yang orang lain rasakan jika dirinya
kecerdasan emosional, yaitu kesadaran sendiri yang berada pada posisi dirinya
akan perasaan diri sendiri sewaktu sendiri, menumbuhkan hubungan saling
perasaan timbul. percaya dan menyelaraskan diri dengan
b. Penguasaan Diri (self- regulation) bermacam-macam orang.
Seseorang yang mempunyai e. Hubungan yang efektif (effective
penguasan diri yang baik dapat lebih relationship)
terkontrol dalam membuat tindakan agar Dengan adanya empat kemampuan
lebih berhati-hati. Individu juga berusaha tersebut, seseorang dapat berkomunikasi
untuk tidak impulsif. Akan tetapi, perlu dengan orang lain secara efektif.
diingat hal ini bukan berarti bahwa orang Kemampuan untuk memecahkan masalah
tersebut menyembunyikan emosinya lebih ditekankan dan bukan untuk
melainkan memilih untuk tidak diatur oleh konfrontasi yang tidak penting yang
emosinya. sebenarnya dapat dihindari. Orang yang
c. Motivasi Diri (self-motivation) mempunyai kecerdasan emosional yang
Ketika suatu berjalan tidak sesuai tinggi mempunyai tujuan yang konstruktif
rencana, individu yang memiliki dalam pikirannya.
kecerdasan emosional yang tinggi akan METODOLOGI PENELITIAN
mampu memotivasi dirinya sendiri untuk Subjek Penelitian

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


7

Subjek dalam penelitian ini Skala ini disusun dengan model


ditentukan dengan teknik pengambilan skala Likert.
sampel Purposive Random Sampling. Analisis Data dan Hasil Penelitian
yakni: Mahasiswa Fakultas Psikologi Teknik analisis data yang digunakan
Universitas Medan Area 2007-2010, dalam penelitian ini adalah teknik Analisis
berusia 19 - 23 tahun, belum bekerja, Korelasi Product Moment. data yang telah
belum menikah, dan Memiliki IPK diperoleh diuji dahulu mengenai uji
minimal 3,00. Berdasarkan teknik asumsinya yang meliputi uji normalitas
pengambilan sampel tersebut diperoleh dan uji linieritas hubungan.
subjek sebanyak 79 orang. 1. Uji Asumsi
Instrumen a. Uji Normalitas Sebaran
Skala yang digunakan dalam Uji normalitas sebaran dianalisis
penelitian ini adalah : dengan menggunakan formula Chi
1. Skala Motivasi Belajar Kuadrat. Berdasarkan analisis tersebut,
Skala motivasi belajar disusun maka diketahui bahwa variabel
berdasarkan teori Sardiman (2005) kecerdasan emosional dan motivasi
meliputi ciri-ciri orang yang memiliki belajar telah menyebar mengikuti bentuk
motivasi yakni tekun menghadapi tugas, kurve normal Ebbing Gauss. Sebagai
ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan kriterianya apabila p > 0,050 maka
minat terhadap berbagai macam- macam sebarannya dinyatakan normal, sebaliknya
masalah, lebih senang bekerja mandiri, apabila p < 0,050 sebarannya dinyatakan
tidak cepat bosan pada tugas- tugas rutin, tidak normal (Hadi dan Pamardiningsih,
dapat mempertahankan pendapatnya, tidak 2000). Tabel berikut ini merupakan
mudah melepaskan hal-hal yang rangkuman hasil perhitungan uji
diyakininya dan senang mencari dan normalitas sebaran.
memecahkan masalah soal-soal. Tabel 5
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas
2. Skala Kecerdasan Emosional Sebaran

Skala kecerdasan emosional disusun


berdasarkan aspek kecerdasan emosional
menurut Goleman (2006), yaitu meliputi
pengenalan diri, penguasan diri, motivasi Keterangan :
RERATA = Nilai rata-rata
diri, empati dan hubungan yang efektif. CHI2 = Harga Kai Kwadrat
SB =Simpangan Baku (Standard
Deviasi)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


8

P = Peluang Ralat diajukan dalam penelitian ini dinyatakan


b. Uji Linieritas Hubungan
diterima.
Hasil analisis menunjukkan bahwa
Tabel 7
variabel bebas memiliki hubungan yang Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Product
Moment
linier terhadap variabel terikat. Sebagai
kriterianya apabila p > 0,050 maka dapat
dinyatakan mempunyai derajat hubungan
yang linier (Hadi dan Pamardiningsih, Keterangan :
X = Kecerdasan Emosional
2000). Nilai-nilai hubungan tersebut dapat Y = Motivasi Belajar
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dengan
dilihat pada tabel di bawah ini. Y
R2 = Koefisien determinan X terhadap Y
Tabel 6
P = Peluang terjadinya kesalahan
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Linieritas
BE%= Bobot sumbangan efektif X terhadap Y
Hubungan
dalam persen
F SS = Sangat signifikan
Korelasional p Beda Ket
Beda
X–Y 0,692 0,587 Linier Berdasarkan analisis data dari teknik
Keterangan :
korelasi product moment, didapatkan
X = Kecerdasan emosional
Y = Motivasi belajar hasil-hasil seperti terlihat pada tabel di
F BEDA = Koefisien linieritas
p BEDA = Proporsi peluang ralat bawah ini:
2. Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Tabel 8
Statistik Induk
Product Moment
Berdasarkan hasil perhitungan
Analisis Korelasi Product Moment, dapat
Keterangan :
diketahui bahwa terdapat hubungan positif
X =Variabel kecerdasan emosional
yang signifikan antara kecerdasan Y = Variabel motivasi belajar
N = Jumlah subjek
emosional dengan motivasi belajar. X = Jumlah nilai variabel
Hasil ini dibuktikan dengan X2 = Jumlah kuadrat nilai variabel
Rerata = Nilai rata-rata
koefisien korelasi rxy = 0,555; p = 0,000 (p SB = Simpangan Baku (standar deviasi)

< 0,050). Artinya semakin tinggi Pembahasan


kecerdasan emosional, maka motivasi Berdasarkan hasil perhitungan
belajar juga tinggi dan semakin rendah Analisis Korelasi Product Moment, dapat
kecerdasan emosional, maka motivasi diketahui bahwa terdapat hubungan positif
belajar juga rendah. Berdasarkan hasil yang sangat signifikan antara kecerdasan
analisis ini, maka hipotesis yang telah emosional dengan motivasi belajar. Hasil
ini dibuktikan dengan koefisien korelasi

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


9

rxy = 0,555; p = 0,000 (p < 0,050). Artinya PENUTUP


semakin tinggi kecerdasan emosional, Berdasarkan hasil-hasil yang telah
maka motivasi belajar juga semakin tinggi diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
dan semakin rendah kecerdasan disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
emosional, maka motivasi belajar juga Terdapat hubungan positif yang
semakin rendah. Berdasarkan hasil sangat signifikan antara kecerdasan
analisis ini, maka hipotesis yang telah emosional dengan motivasi belajar. Hasil
diajukan dalam penelitian ini yaitu adanya ini dibuktikan dengan koefisien korelasi
hubungan positif antara kecerdasan rxy = 0,555; p = 0,000 (p < 0,050). Artinya
emosional dengan motivasi belajar pada semakin tinggi kecerdasan emosional,
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas maka motivasi belajar juga semakin tinggi
Medan Area dengan asumsi bahwa dan semakin rendah kecerdasan
semakin tinggi kecerdasan emosional pada emosional, maka motivasi belajar juga
mahasiswa semakin tinggi juga motivasi semakin rendah.
belajarnya, sebaliknya semakin rendah Kecerdasan emosional yang dimiliki
kecerdasan emosional pada mahasiswa individu memengaruhi tinggi rendahnya
maka semakin rendah pula motivasi motivasi belajar sebesar 30,8%.
belajarnya, maka hipotesisnya dinyatakan Berdasarkan hasil ini diketahui pula
diterima. bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh
Hasil penelitian lainnya, mahasiswa faktor atau variabel lain sebesar 69,2%.
Fakultas Psikologi Universitas Medan Ini berarti bahwa faktor atau variabel lain
Area ternyata memiliki kecerdasan yang peranannya dalam meningkatkan
emosional yang tergolong tinggi, sebab motivasi belajar dan faktor atau variabel
nilai rata-rata empirik (97,354) selisihnya lain tersebut dalam penelitian ini tidak
dengan nilai rata-rata hipotetiknya (77,5) dilihat, diantaranya adalah usaha untuk
melebihi bilangan SD atau SB yang meningkatkan motivasi belajar mereka,
sebesar 8,184. Dalam hal motivasi belajar, pengetahuan mengenai hasil dalam
para mahasiswa tergolong tinggi, sebab motivasi, penghargaan dan hukuman, serta
nilai rata-rata empirik (135,658) partisipasi untuk mengembangkan ide-ide
selisihnya dengan nilai rata-rata hipotetik pada segala kegiatan mereka dan juga
(110) melebihi bilangan SD atau SB yang faktor stimulus mereka dalam belajar,
sebesar 11,613. faktor metode belajar dan juga faktor
individual mereka sendiri.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


10

Mahasiswa Fakultas Psikologi Hadi, S. 2004. Statistik Jilid I. Yogyakarta


: Andi .
Universitas Medan Area ternyata memiliki
kecerdasan emosional yang tergolong Hadi, S. 2004. Statistik Jilid III.
Yogyakarta : Andi.
tinggi, sebab nilai rata-rata empirik
(97,354) selisihnya dengan nilai rata-rata Melia, E. 2010. Hubungan antara
konformitas dengan motivasi belajar
hipotetiknya (77,5) melebihi bilangan SD
SMP Istiqlal Deli Tua. Skripsi.
atau SB yang sebesar 8,184. Dalam hal Tidak diterbitkan. Medan:
Universitas Medan Area.
motivasi belajar, para siswa juga
tergolong tinggi, sebab nilai rata-rata Mustaqim & Wahab, A. 2003. Psikologi
Pendidikan. Semarang: PT. Rineka
empirik (135,658) selisihnya dengan nilai
Cipta.
rata-rata hipotetik (110) melebihi bilangan
Mutadin,Z. 2007. Mengenal Kecerdasan
SD atau SB yang sebesar 11,613.
Emosi Remaja. (www.e-
DAFTAR PUSTAKA psikologi.com), diakses 19/02/11
Ahmadi, A. & Supriyono, W. 2004.
Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Santrock, J.W. 2004. Perkembangan
Rineka Cipta. Remaja. Edisi Keenam, Jakarta:
Penerbit: Erlangga.
Arikunto, S.1997. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sandhawati, S. 2007. Hubungan antara
PT. Rineka Cipta. kecerdasan emosional dengan
motivasi belajar mahasiswa D IV
Atkinson, R. L. 2008. Pengantar Kebidanan jalur transfer FK UNS.
Psikologi. Bandung : Pustaka Setia. (Abstract).

Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Sardiman. 2005. Interaksi & Motivasi


Psikologi. Jakarta : Erlangga. Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Buku Pedoman Mahasiswa UMA
2010/2011. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabet.
Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Surya, H. 2011. Strategi Jitu Mencapai
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kesuksesan Belajar. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Goleman, D. 2002. Kecerdasan
Emosional: Mengapa Emosional
lebih tinggi Dari IQ. Jakarta:
Gramedia Pustaka.

---------------. 2006. Emotional Inteligence


(cetakan ke-16). Jakarta : Gramedia
Pustaka.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai