Anda di halaman 1dari 33
Lampiran 1 Bahan Bacaan 1 A. Pelumas dan Pelumasan Efisiensi daya dan kinerja mesin untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor gesckan yang timbul pada mesin tsb. Sistem-sistem gesekan pada Komponen mesin perkakas berbeda-beda, misalnya sistem putar, sistem garis lurus atau kombinasi dari keduanya, Gaya yang diterima pada sistem gesekan itupun berbeda-beda pula tergantung pada di mana dan untuk apa sistem itu dipakai. Misalnya gesekan pada roda gigi, bantalan, dovetail meja, jelas akan memberikan angka (faktor) gesekan yang tidak sama, Sistem Pelumasan adalah suatu sistem pemeliharaan/ perawatan terhadap perangkat mesin yang selalu menampilkan masalah-masalah gerak, gesekan dan panas yang ketiga proses tersebut paling erat berhubungan dan memegang peranan penting dalam masalah kestabilan mesin. Bila ketiga hal tersebut tidak iperhatikan maka akan dapat mengakibatkan keausan dan suhu yang berlebihan menimbulkan pemuian pada bagian yang bergesekan, Oleh sebab itu, pengetahuan yang cukup terhadap masalah pelumasan sangat bermanfaat bagi perawatan mesin. Minyak pelumas adalah suatu cairan yang dapat menetralisir , menstabilkan panas yang berlebihan, minyak pelumas adalah suatu cairan yang berfungsi sebagai media penghantar ( penyerap) panas, juga sebagai pelicin atan pelancar gerak. Sebagai ilustrasi dapat diamati melalui gambar dibawah ini, Beban Poros Behan Poros BEARING PoROS PEUUMAS | AInRAN PELUMAS, Gambar 2.2. | Sistem Pelumasan Bekerja Pada saat poros berputar, terjadi gesekan antara poros dengan bantalannya. Sebagian minyak pelumas yang melekat pada permukaan poros ikut berputar. Apabila sela antara poros dengan bantalan menjadi lebih kecil daripada selah tempat minyak jadi lebih kecil daripada Celah tempat minyak pelumas yang terbawa berputar akan mengalami hambatan, Akibatnya sebagian akan mengalami kembali dan menimbulkan tekanan hidrodinamik didalam lapisan minyak pelumas. Tekanan itu cukup kuat, untuk mengangkat poros untuk tidak menyentuh permukaan bantalan, putaran poros pada kecepatan rendah akan bergesekan dengan dinding bantalan (putarannya tidak simetris dengan bantalan). Hingga pada kecepatan yang tinggi putaran poros akan stabil dan tepat berada di tengah bantalan, Tujuan dari pelumasan yang banyak dipergunakan pada mesin-mesin di bengkel ataupun di industri, bertujuan untuk mengurangi keausan akibat dari gesekan, melindungi mesin dari korosi, sehingga mesin selalu dalam kondisi baik dan siap pakai, hal ini bisa kita lihat dan pelajari dari skema di bawab ini © Mencegah atau mengurangi aus akibat terjadinya gesekan, di mana pelumas akan menjadi pemisah diantara kedua bidang gesek, dan bahan akan tahan terhadap beban kejut dan tekanan, © Melarutkan dan mendispersikan kotoran, jelaga, partikel logam dan lumpur (sludge). © = Menetralisir asam hasil dari pembakaran dan oksidasi pelumas. Mendinginkan dan memindahkan panas. ent 22.2Stenapnsianpln pa B. Pelumas 1. Bahan dan Sifat Minyak Pelumas Bahan yang digunakan sebagai penurun angka gesekan pada komponen-komponen mesin yang menerima gesekan ialah minyak pelumas. Sampai saat ini minyak pelumas cair atau pasta adalah bairan terbaik untuk mengatasi gesckan langsung dalam arti seluas-luasnya, Menurut jenis bahan awalnya minyak pelumas dibedakan dalam 4 kelompok yaitu : a. Minyak pelumas mineral (hasil tambang) b. Minyak pelumas hewani (terdapat pada binatang) ¢. Minyak pelumas nabati (terdapat pada tumbuh-tumbuhan), 4d. Minyak pelumas sintetis (persenyawaan unsur kimia tertentu) Dalam kenyataannya tidak ada minyak pelumas muri, Seperti mineral saja, hewani saja, atau nabati saja. melainkan masih ditambahkan bahan-bahan tambahan lain tang disebut bahan additif untuk memperbaiki sifat minyak pelumas tersebut sehingga sesuai dengan sifat bahan dan lingkungan yang harus dilumasi. Sebagai contoh minyak pelumas pada mesin-mesin uap akan berbeda dengan minyak pelumas pada motor-motor kapal. Jadi fungsi bahan tambah adalah untuk memperbaiki sifat minyak pelumas paduan schingga sesuai dengan sifat-sifat yang harus dipenuhi pada sistem gesekan, Sifat-sifat Lingkungan yang harus dinetralisir misalnya : suhu lingkungan yang tinggi mengandung garam. berdebu. dan lain sebagainya. Bahan-bahan tambah harus dapat menangkal terhadap sifat lingkungan yang dapat merusak Kelebihan minyak mineral adalah sifamya yang tahan terhadap oksidasi/korosi, Sedangkan sifat pokoknya ialah mempunyai daya penurunan angka gesekan yang tinggi jika dibandingkan dengan bahan lain. Tetapi daya serap ter-hadap panas lebil i khasnya yang mudah ter-bakar. Sedangkan sifat yang menyolok dari minyak pelumas nabati adalah daya serap terhadap panas sangat tinggi akibat dari prosentase air menduduki persentase tertentu, Maka minyak dari tumbuh-tumbuhan (sayuran) dapat mendinginkan sistem lebih sempurna, tetapi masih dapat menimbulkan korosi karena kandungan air di dalamnya. Minyak pelumas hewani mem-punyai sifat dapat menurunkan angka gesekan mendekati minyak mineral hanya pada jenis}jenis bahan tertentu kurang tahan terhadap korosi. Ketiga macam minyak pelumas tadi masing-masing_mempunyai kelemahan, Oleh karena itu di perdagangan sckarang didapat jenis pelumas paduan yang terbuat dari beberapa jenis bahan utama, Pada mulanya bahan utama minyak pelumas itu ialah mineral, tetapi sekarang banyak dijumpai minyak pelumas dari bahan non mineral. Minyak pelumas ini disebut minyak sintetis, Bahan-bahan kirtria lain yang dipakai sebagai paduan seperti lithium. Magnesiunm dipakai pada komponen komponen khusus. misalnya pada bantalan-bantalan mesin uap. mesin rol bi bantalan dapur galvanis, dsb. Sedangkanbahan tama _-minyak tumbuh-tumbuhan dengan paduan bahan lain dipakai pada oli-oli pemotongan. Viskositas Sistem sesekan pada tiap-tiap komponen mesin perkakas itu tidak sama, Demikian pula kecepatan antara dua atau lebih bidang yang saling bergesekan relatip berbeda. Menurut hukum alam, apabila kecepatan relatip lebih besar maka panas yang timbul juga lebih besar. Dengan bervariasinya macam kecepatan itu maka kekentalan minyak pelumas yang. dipakai bervariasi pula, Namun dasar yang dapat dipakai sebagai patokan ialah untuk mesin dengan kecepatan rendah dipakai minyak pelumas yang lebih kental (viskositasnya tinggi), dan untuk mesin yang berkecepatan tinggi (putaran tinggi) dipakai minyak pelumas yang lebih encer (nilai viskositasnya rendah). Dari prinsip dasar ini akhimya ditemui minyak pelumas dengan berbagai nilai viskositas untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dilumasi, Telah dit ‘kan di depan bahwa jarang sekali ditemui minyak pelumas muri, Oleh karena itu akhimya ditembahkan baban paduan lain urltuk memperbaiki sifat kimiawinya dan nilai viskositas untuk mendapatkan kesesuaian fisiknya. Seperti halnya benda-benda alam yang lain, minyak pelumas apabila kena panas akan berubah sifat fisiknya, Apabila minyak pelum-as kena panas nilai_viskositasnya akan menurun (encer). dan sewaktu didinginkan nilai viskositasnya membesar (kental). Ba-han-bahan utama minyak pelumas beserta bahan paduan yang lain sedikil banyak akan nrempengaruhi ketahanan oli terhadap suhu sckeliling, schingga dijumpai minyak pelumas yang sangat tahan terhadap panas walau fluktuasi (perbedaan) suhu sangat besar dan sering dialami tetapi perubahan nilai visko-sitasnya tidak mencolok. Sebaliknya ditemui pula minyak pelumas yang sangat mudah terpengaruh oleh panas, cepat berubah nilai viskositasnya bila fluktuasi perubahan panas-nya besar. Minyak pelumas seperti ini disebut minyak pelumas yang mempunyai indeks viskositas rendah, Dan minyak pelumas yang sangat tahan terhadap fluktuasi perubahan panas disebut minyak pelumas yang mempu-nyai indek viskositas tinggi. Untuk daerah-daerah tropis cukup dipakai minyak pelumas dengan indek viskositasnya rendah, dan untuk daerah-daerah yang mem-punyai empat musim dipakai minyak peiumas dengan indek viskositas tinggi. Standard kekentalan (viskositas) minyak pelumas itu bermacam-macam tergantung dari penenru dan pabrik pembuatnya, Standard viskositas tersebut adalah Redwood © Engler © Saybolt © Viskositas kinematik a. Standar Redwood Alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan oli menurut Redwood diperkenal-kan pertama kali oleh Sir Boverton Redwood pada tahun 1885, Pada laboratorium Redwood dipakai 50 ce minyak lobak dialirkan melalui alat khusus (redwood) dan memakan waktu selama 535 detik pada suhu 60 derajat F, Dalam standard Redwood dipakai standard Redwood no. 1, dan Redwood no. 2. Perbedaan dari keduanya adalah pada Redwood no. 2 mulut penetes alatnya sepersepuluh lebih besar dari Redwood no. 1. . Standard Engler. Alat yang digunakan untuk mengetes kekentalan menurut Engler hamper sama dengan redwood. Hanya perbedaanya pada sistem Engler digunakan dua benda cair sebagai _pembanding nila viskositasnya. Air adalah sebagai viskositas standard, Waktu yang digunakan untuk mengelitkan 200 ce air pada 20 derajat C harus mendekati atau sama dengan 52 detik. Dengan alat yang sama, akan dites kekentalan oli sebanyak 200 cc pada suhu yang sama. Standard viskositas Engler (derajat Engler’ °E) ditentukan dengan membagi Jama waktu aliran oli terhadap lama waktu aliran cair pada volume dan suhu eairan yang sama, Standard Saybolt Pada standard saybolt dipakai alat penetes saybolt universal. Oli sebanyak 60 ce dialirkan melalui alat saybolt universal. Waktu aliran yang diperlukan lebih kurang 32 detik pada subu ruangan, |. Viskositas Kinematik Untuk memilih minyak pelumas digunakan juga Viskositas Kinematik (VK). VK diperoleh dengan membagi viskositas absolute (U) tethadap kerapatan benda cairnya (P), x= Vistas absolut (U) *“Keraparan(Py v= ine det = Con? jdt Syne. det? Gn Disebut Stoke (st), atau vce Eegfsion viskositas (poise) ‘Kerapataa (gramicm) Satuan stoke (St) sebenarnya terlalu besar, oleh karena itu biasanya dipakai satuan yang lebih kecil yaitu centi stroke (eS) Viskositas absolute (U) ditentukan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan satu Iuasan permukaan pada satu satuan jarak 3. permukaan tertentu dengan satuan kecepatan relative, ketika ruangan antara kedua permukaan diisi dengan minyak oli Sifat penting untuk menentukan mutu minyak pelumas adalah kekentalan (viscositas), titik tuang (pour point) dan titik nyala (flash point) Viskositas dipengaruhi oleh suhu di mana kepekaannya ditunjukan dengan: Viscosity Indeks (VI) , di mana : VI=0 artinya sifat pelumas yang buruk dan, VI =100 harga ini adalah menunjukan bahwa pelumas tersebut, tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu, jadi boleh dikatakan : HVI (High Viscosity Index), apabila VI = 85, MVI (Medium Viscosity Index), apabila VI sekitar 70, LVI ( Low Viscosity Index), apabila VI kurang dari 70. Standar Viscositas yang dipakai : SAE (Society f automotif Engineer ). Skala Redwood (No 1, dan No 2). Saybolt (SU Saybolt Universal, dan SF Saybolt Furol). Gemuk Minyak pelumas yang berbentuk padat (pasta) disebut minyak pelumas “gemuk", atau sering juga masyarakat menyebut "vaseline". Minyak pelumas padat ini ber-bentuk pasta tetapi lembut, Dalam pem-buatannya bahan minyak dengan sabun disenyawakan, Sabun yang digunakan biasanya diperoleh dari tumbuh-tumbuhan atau binatang yang bercampur dengan logam-logam alkali Dan logam-logam alkali yang sering digunakan dalam bentuk ikatan sabun seperti kalsium, natrium, dan litium, Bahkan untuk tujuan-tujuan tertentu digunakan sabun-sabun logam timbal dan barium. Pada umumnya, pelumas gemuk mempunyai kemampuan dan kualitas yang terbatas jika dibandingkan dengan minyak pelumas ene: Diantaranya adalah ketidak-cocokan gemuk pada kecepatan tinggi Karena viskositasnya yang lebih besar. Dengan perkecualian gemuk-gemuk anorganik. gemuk-gemuk itu tidak cocok pada penggunaan yang mempunyai subu tinggi. Gemuk merupakan jenis pelumas yang ideal bila memerlukan penyekatan pada bantalan rol. atau penggunaan di bawah kondisi berdebu, dan pemeliharaan yang sulit, Penggunaan gemuk akan terhindar dari tetesan-tetesan atau kebocoran-kebocoran minyak pelumas, sehingga yekungannya akan bersih. Contoh pemakaian pelumas gemuk seperti ini adalah pada mesin-mesin pemroses makanan jadi dan mesin-mesin pencuci. Pelumas gemuk lebih cocok untuk pelumasan sistem yang menerima gaya berat dan sering terjadi kejutan, Dan pada prinsipnya sangat cocok untuk kondisi yang ekstrim misal suhu tinggi, tekanan tinggi, dan kecepatan rendah. Tetapi minyak pelumas gemuk bukan bahan pendingin yang baik dan sulit untuk mela-kukan pembersihan sewaktu penggentian. Jenis gemuk dan pemakaiannya dalam mesin-mesin perkakas adalah seperti berikut. a. Gemuk sabun kalsium Pelumas gemuk jenis ini mempunyai serat-serat yang halus dan lembut sehingga sangat membantu dalam menghidupkan mesin dengan putaran lambat, disamping itu pelu-mas gemuk mudah didistribusikan dalam rangkaian pelumasan di dalam mesin. Keuntungan pemakaian pelumasan gemuk kalsium memberikan ketahanan air yang tinggi dan mampu ditambahkan bahan penguat gratit dan logam sulfida serta bahan adi tekanan ekstrem (TE). Gemuk jenis ini harganya murah dan daerah penggunaannya lebih luas. b. Gemuk sabun natrium Sifat yang menonjol pada gemuk jenis ini adalah titik leburnya yang cukup tinggi (177 deralat C), sehingga sangat cocok untuk pemakaian pada kondisi yang mempunyai suhu tinggi seperti; mesin uap, mesin rol baja, motor-motor listrik dsb. Tetapi penggunaan sabun ini terbatas pada bentuk seratnya yang tajam, sehingga dapat meru-sak permukaan logam yang dilumasi. Di samping itu juga gemuk natrium mudah mengikat air yang membentuk emulsi minyak di dalam air. Dengan demikian sifat proteksi terhadap logam menjadi terbatas, Sedangkan pada gemuk kalsium justrusebaliknya yaitu jenis emulsinya air di dalam minyak, schingga dapat menahan air dalam bentuk emulsi yang stabil. Karenanya permukaan bantalan yang dilumasinya tetap basah tetha-dap minyak, dan melindungi timbulnya karat. ¢. Gemuk sabun litium Pada gemuk jenis ini mempunyai titik lebur sekitar 182 derajat C dan pada umumnya tahan terhadap air, Untuk memperbaiki sifatnya biasa dicampurkan dengan gemuk sabun kalsium maupun gemuk sabun natrium, Dan gemuk sabun litium ini lebih dikenal dengan gemuk anti gesekan pada bantalan-bantalan. Sistem pelumasan dengan pelumas gemuk digunakan rupel. Nipel berfungsi sebagai perantara untuk mema-sukkan pelumas ke dalam obyek yang dilumasi dan melindungi pelumas gemuk terhadap kotoran-kotoran yang datang dari luar. Sedangkan untuk memasukkan pelumas gemuk ke nipel digunakan penyemprot gemuk (grease gun) Bahan bacaan 2 A. Mendapatkan Jumlah Waktu Pemakaian Mesin. Jumlah waktu pemakaian mesin perkakas sangat_membantu dalam menentukan langkah pemeliharaan mesin itu sendiri. Pada dasarnya mesin perkakas ‘mempunyai batas umur tertentu, dan umur mesin perkakas sangat ditentukan oleh cara pemeliharaannya, Dalam hal ini minyak pelumas merupakan bahan yang paling dominan untuk menyerap panas akibat gesekan yang timbul pada komponen-komponen mesin tsb, sehingga antara waktu pemakaian mesin dan daya tahan minyak pelumas sangat erat hubungannya. Oleh Karena itulah jumlah waktu pemakaian mesin sangat perlu diketahui untuk menentukan langkah peme-liharaan mesin selanjutnya, Pada bengkel-bengkel yang ada di pusat latihan (bengkel-bengkel STM) digunakan pen an waktu sistim Kartu, Sistim ini cukup seder-hana, mudah dan murah, Setiap pemakai mesin sehabis memakai, pada saat sebelum meninggalkan mesin harus mencatat jumlah jam pemakaian beserta kondisi mesin pada saat dipakai, Dengan cara menjumlah-kan jam pemakaian pada kartu pemakaian mesin akan didapat jumlah keseluruhan pemakaian mesin (lihat Gb. 2.2. Gambar 2.2. 3 Memeriksa kartu pemakaian mesin Cara kedua untuk mencatat waktu pemakaian mesin dipakai time record (pencatat waktu) otomatis. Sistem ini banyak ditemui pada mesin-mesin perkakas model baru, sehingga operator mesin tidak lagi bersusah payah men-jumlah dan mencatat lama waktu pe-makaian sehabis menggunakannya, Jum-lah waktu pemakaian dapat dibaca langsung pada penunjukan angka-angkanya (lihat gambar 2.2.4). Untuk memudahkan pembacaan, sebaiknya setelah melakuekan pengecekan, alat pencatat waktu tsb, Harus dinolkan dengan cara menekan pengatur posisi nol. Gambar 2.2. 4 Pencatat waktu otomatis Keterangan : 1. Pengatur posisi nol 2. Angka-angka pencatatan, Ada dua jenis pencatat waktu otomatis yaitu pencatat waktu yang dapat dinolkan dan yang tidak dapat dinolkan, Pada peneatat waktu yang dapat dinolkan jumlah waktu pemakaian langsung terbaca pada alat tersebut, asalkan pada saat sehabis pe-ngecekan angka pencatatannya selalu dinolkan, schingga akan memudahkan dalam pengecekannya, Namun apabila lupa me-ngenolkan, maka untuk menentukan jumlah waktu pemakaian harus menghitung angka pencatatan akhir dikurangi dengan penun-jukkan pada pengecekan sebelumnya, Sebagai contoh, pada pengecekan pertama me-nunjukkan 897.00, sedangkan pada pengecekan berikutnya menunjukkan 030.00, Maka jumlah waktu pemakaiannya adalah 1030.00 897.0 33 jam, Untuk pencatat waktu yang tidak dapat dinolkan prinsipnya sama dengan pencatat waktu yang dapat dinolkan. Apabila sewaktu pengecekan lupa tidak dinolkan Kembali, maka untuk menentukan jumlah waktu pemakaian akhir adalah dengan mengu-rangkan antara_penunjukkan angka terakhir terhadap angka penunjukan sebelumnya, Proses ini dapatlah diidentikkan dengan pencatatan watt meter listrik. Pada bengkel-bengkel tertentu yang masih kacau pengaturannya sering dijumpai mesin itu tanpa pencatat waktu dalam bentuk apapun schingga untuk menentukan jumlah waktu pemakaian hanya dapat diperkirakan dari pemakaian rata-rata schari-hari, Hasil pen-jumlahan dari pemakaian rataerata per hari tersebut. Merupakan jumlah keseluruhan pema-kaian mesin. Tentu saja hasil perkiraan ini secara matematis tidak memberikan angka yang tepat, melainkan hanya perkiraan (¢stimasi) saja, Ada cara lain untuk menentukan perkiraan jumlah waktu pemakaian mesin, khususnya apabila bertujuan menentukan jumlah waktu untuk mengganti minyak pelumasnya, Dengan membandingkan wama oli lama terhadap warna oli baru akan dapat diperkirakan jumlah waktu pemakaian mesin. Untuk ini diperlukan oli pembanding, Sebagai contoh : masukkan beberapa em oli yang telah dipakai selama 1000 jam ke dalam botol/gelas transparan, Biasanya di dalam bengkel dipunyai beberapa contoh oli dengan berbagai jenis dan berbagai macam lama pemakaiannya (misal 500 jam, 1000 jam, 2000 jam, dsb. Untuk mendeteksi bahwa oli pada mesin perkakas sudah mencapai batas waktu penggantian, maka tinggal membandingkan antara waa oli dalam mesin perkakas dengan wama oli standar pembanding dalam botol. Apabila didapatkan wama oli dalam mesin lebih cerah/terang terhadap oli pembanding, berarti batas waktu penggantian belum dicapai demikian juga sebaliknya, Hal yang perlu diingat ialah bahwa jenis oli dalam mesin dan jenis oli pembanding harus sejenis. Si kiranya didapatkan perbandingan yang mendekati sama pada jenis oli yang berbeda. Gambar 2.2. 5 Oli pembanding Keterangan : 1. Oli bekas dipakai 2. Oli baru Alat-alat Pelumasan Sistem pelumasan pada mesin-mesin perkakas sangat tergantung pada sistem gesekan pada mesin tersebut. Oleh karena itu sistem tsb. akan berbeds-beda antara jenis mesin yang satu dengan mesin. yang lain. Penycrapan panas pada sistem gesckan juga sangat tergantung pada jurniah panas yang timbul dan yang harus diserap. Makin besar/tinggi panas yang diserap makin besar pula volume minyak pelumas yang diperlukan; demikian pula sebaliknya. Sehingga alat yang digunakan untuk membawa pelumas ke obyek yang dilumasi sangat dipengaruhi panas yang bakal timbul, Berdasarkan pada panas yang bakal timbul itu maka sistem pelumasan, dapat diklasifikasikan dari terendah sampai tertinggi, sebagai berikut. + © Sistem tetes/nipel © Sistem percik © Sistem rendam © Sistem sirkulasi © Sistem kabut 1. Menggunakan Alat-Alat Pelumas. a. Sistem Tetes Pelumasan sistem tetes digunakan pada sistem-sistem gesekan ringan, Pada gesekan ini panas yang timbul hanyalah kecil. Pada sistem ini dipakai nipel sebagai mulut penghantarnya, Minyak pelumas cair/pasta menetes melewati nipel tsb. Lihat gambar dibawah, Gambar 2.2. 6 Melumasi melalui sistem nipel Keterangan: 1. Nipel Cekung, 2. Penyemprot oli cembung Volume tetesan minyak pelumas dapat diatur dengan mengubah-ubah lubang lintasannya. Biasanya untuk mengatur lubang lintasan dipakai jarum pengatur yang dapat digeser-geser posisinya. Karena bentuk jarum itu tirus, maka penggeseran posisinya akan mengubah Iuas penampang lintasannya sehingga berpengaruh terhadap volume aliran minyak pelumas. Gambar 2.2. 7 Pelumasan sistem tetes Keterangan: 1. Tuas pembuka dan penutup 2. Pengatur pengisian 3. Katup jarum 4, Gelas penduga/ penera ‘Adakalanya pada pelumasan sistem tetes menggunakan benang, sebagai penghantar minyak pelumas. Selama benang masih basah maka akan memberikan tetesan pada bidang yang dilumasi, Kebersihan benang terhadap kotoran/debu akan menjamin kelancaran tetesan minyak pelumas tersebut. Benang yang kotor sangat ‘mengganggu aliran minyak pelumas. Demikian juga pada sistem tetes yang memakai jarum, kebersihan lubang lintasan harus selalu dijaga untuk menjamin kelan-caran alirannya. Pelumasan sistem tetes disebut juga pelumasan terbuka, Karena mi-nyak pelumas dalam reservoar dalam beberapa periode waktu tertentu habis. Kemu-dian untuk pemakaian periode berikut-nya harus diisi kembali, Biasanya periode pengisian itu dilakukan tiap hari sesaat sebelum mesin dipakai. Oleh karena itu sistem ini disebut pelumasan harian. Alat yang dipakai untuk meneteskan sejumlah oli pada reservoir digunakan can oli (oil can). Menurut jenisnya can oli ada bermacam-macam, tergantung pada pengamannya, Untuk menuangkan oli ke dalam reservoir terbuka dipakai oli can terbuka, sehingga oli langsung mengalir. Lain halnya dengan can oli tertutup. Untuk memindahkan oli dari can ke reservoir maka oli harus diterkan lebih dulu, Pada prinsipnya alat yang dipakai untuk menuangkan oli pada sistem tetes atau nipel sama saja, Pada sistem nipel harus menggunakan tekanan untuk melawan peluru pada nipelnya, Baik nipel_cembung ataupun cekung tetap memakai peluru sebagai pengaman terhadap kotoran yang masuk. b._ Sistem Percik Pelumasan sistem percik digunakan pada bagian-bagian mesin perkakas yang mene-rima gesekan sedang, Misalnya pada transmisi roda gigi, bantalan-bantalan dan lain-lain. Minyak pelumas dipercikan ke objek yang dilumasi dengan diban-tu oleh pompa minyak pelumas, Pompa yang digunakan berupa pompa torak yang digerak-kan oleh nok sehingga didapatkan pancaran minyak pelumas yang tidak kontinyu, tetapi hanya berbentuk percikan, Gambar 2.2. 8 Pompa pelumas sistem percik Keterangan : 1. Poros nok 2. Pompa torak 3. Saringan ¢. Sistem Rendam Pada bagian-bagian yang berputar rendah atau tinggi dan menerima beban sedang sampai berat dapat dipakai pelumasan sistem rendam. Hal yang perlu diperhatikan pada sistem ini adalah batas ketinggian permukaan minyak pelumas pada bak. Biasanya pada bak-bak penampung oli terdapat gelas penduga sebagai alat bantu untuk mengetahui secara langsung volume minyak pelumas di dalam bak tanpa harus membuka tutup bak pelumas, Batas ketinggian minyak pelumas ini harus selalu dijaga untuk mendapatkan pelumasan yang sempurna oleh karena itu dijumpai batas permukaan paling atas dan paling bawah pada gelas penduga tsb. Sistem Sirkulasi Pelumasan sistem sirkulasi dimaksudkan untuk melumasi dan menyerap panas pada sistem-sistem gesekan berat, misalnya pada sistem transmisi yang menerima beban berat dan putaran tinggi Minyak pelumas ditampung pada suatu bak kemudian dipom-pa oleh pornpa roda gigi atau sentrifugal. Tekanan minyak pelumas dari pompa disalurkan pada bagian yang dilumasi. Setelah keluar dari bagian ini kadang-kadang minyak didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan kembali ke dalam bak/reservoar. Jadi tujuan sirkulasi ini untuk menjaga agar suhu minyak pelumas tetap dingin (tetap pada suhu ruangan), Sistem Kabut Pelumasan sistem abut sering—digunakan pada komponen-komponen mesin putaran tinggi (5000 - 20.000 rpm) tetapi menerima beban rendah. Minyak pelumas dicampur dengan udara pada perbandingan 14 - 17 % minyak pelumas. Perbandingan ini sangat tergantung pada putaran dan beban yang diterima, Erat hubungannya dengan itu juga tekanan pengabutan akan sangat mempengaruhi daya pelumasan. Antara prosentase minyak pelumas tethadap udara dan tekanan pengabutan merupakan indikator utama terhadap putaran dan beban bagian yang dilumasi Minyak pelumas mumi dicampur dengan udara pada perbandingan tertentu dengan memakai alat yang disebut pengabut (lihat gambar 1.20). Tekanan kabut diatur oleh regulator untuk mendapatkan tekanan tertentu, kemudian disalurkan ke bagian yang dilumasi. Pada sistem ini minyak pelu-mas tidak kembali ke reservoar, melainkan hilang setelah dipakai untuk melumasi. Gambar 2.2. 9 Pengabut oli Keterangan: 1. Regulator 2, Manometer 3. Saringan 4, Lubrikator C. Menyiapkan Bagian-Bagian yang Dilumasi. Bagian-bagian yang bergesekan perlu dilumasi untuk mencegah cepatnya keausan, Pada satu unit mesin terdapat beberapa titik/bagian yang berbeda-beda sistem gesekannya. Dengan demikian sistem pelumasannya pun berbeda-beda pula, Sebagai contoh pada satu unit mesin frais terdapat titik-titik pelumasan dengan sistem nipel, tetes, dan percik, kemudian periode pelu-masannya dilaksanakan_harian, mingguan, bulanan, dan tengah tahunan, Titik-titik yang perlu dilumasi beserta periode pelumasan dan jenis pelumas yang dipakai dapat dilihat pada buku petunjuk pemeliharaan (khususnya mengenai pelumasan). Bahkan kadang-kadang ditemukan diagram pelumasan beserta alat pelumas yang dipakai. Sebagai contoh diagram pelumasan mesin frais dapat dilihat pada gambar Gambar 2.2. 10 Diagram pelumasan mesin frais Titik 21 (Gambar 2.2.10.) adalah untuk melumasi bantalan arbor horizontal dengan menggunakan nipel dan jenis pelumas yang digunakan dapat dilihat pada tabel (lihat gambar 2.2.11.). Untuk melumasi roda gigi transmisi utama (power gear box) pengisian minyak pelumas dilakukan melalui titik 5 dengan membuka baut terlebih dahulu, Ketinggian minyak pelumas di dalam bak da-pat dilihat melalui gelas penduka titik 6. Kemudian untuk mengeluarkan minyak pelumas pada waktu pergantian dengan mem-buka baut titik 4, pelumasan pada unit ini de-ngan memakai sistem percik. Pompa eksentrik yang dipakai ditaruh di dalam bak, kemudian untuk mengetahui baik tidaknya kerja pompa tsb. dapat dilihat pada gelas penduga (titik 2) berujud percikan-pereikan minyak pelumas. Pelumasan pada transmisi ingsutan meja memakai sistem rendam, Pembuangan oli bekas dapat dilakukan dengan membuka baut (titik 36), dan pengisian dilakukan melalui titik 7 dengan membuka baut terlebih dulu. Ketinggian permukaan minyak pelumas di dalam bak dapat terlihat melalui gelas penduka titi 9. Pelumasan pada ingsutan meja adalah termasuk dovetail meja_meman-jang, melintang, vertikal, mekanik Kopling, transportir dan roda gigi payung pembalik putaran. Bagian-bagian itu berada di dalam komponen meja. Untuk melumasi bagian-bagian tersebut dipakai pelumasan sistem tetes sentral dengan memakai pompa 10. Apabila pompa 10 ditekan 4-6 kali, maka tetesan minyak pelumas didistribusikan ke bagian-bagian meja yang bergesekan. Volume minyak pelumas di dalam pompa da-pat dilihat melalui gelas penduga titik 13. Bagian-bagian yang harus dilumasi tetapi tidak terlihat pada gambar adalah pada bantalan penahan transporti pada kedua ujung memanjangnya serta pada mekanik arbor vertikal untuk melumasi pasangan roda gigi payung beserta bantalan penahan arbor vertikal, Pada kedua unit ini digunikan pelu-masan sistem nipel dengan memakai penyemprot oli/gemuk. (oil/grease gun). Periode pelumasan, cara pelumasan, jenis pelumas, pengisian pelumas dan bagian-bagian mekanik yang perlu dilumasi dapat dilihat pada tabel (Lihat gambar 1.22). Sistem Pelumasan pada Engine Bagian-bagian yang bergerak dalam mesin dilumasi dengan empat macam cara yaitu dengan cara percikan (splash), tekanan (force feed),gabungan dari percikan serta tekanan, yang terakhir adalah pelumasan campur bahan bakar dengan pelumas (patrol lubrication). 1. Sistem percikan Minyak lumas akan terbawa oleh batang spoon atau dipper pada waktu piston bergerak ke bawah kemudian pelumas dipercikkan oleh ujung bagian bawah connecting rod kepada dinding silinder dan bearing. Konstruksi sistem percikan cukup sederhana, tetapi kendalanya ialah bahwa minyak lumas sangat sulit melalui celah-celah yang sempit. Oleh karenanya sistem ini sekarang jarang sekali digunakan.(gambar 1.23) Oil dipper Gambar 2.2. 11 Proses pelumasan percikan 2. Sistem penyaluran paksa Mesin yang kompleks terutama pada multisilinder mempunyai banyak bagian-bagian yang sempit dan jaub dari jangkauan tangki pelumas. Padahal semua Komponen tersebut harus dilumasi, untuk itu diperlukan sistem pelumasan yang mampu mensirkulasikan pelumas seluruh komponen atau bagian mesin yang membutuhkan, Untuk mensirkulasikan minyak pelumas, pelumas dipompa sehingga mempunyai energi yang cukup untuk sampai ke bagian-bagian yang harus dilumasi dengan te pelumas terkumpul dalam karter dihisap oleh pompa minyak melalui saringan minyak. Dari sini minyak disalurkan ke bagian-bagian mesin melalui lubang-lubang minyak yang terdapat pada blok silinder, poros engkol dan sebagainya. Sesudah minyak melakukan pelumasan pada bagian-bagian mesin, minyak kembali lagi ke karter.[gambar 2.2.13.] 3. Bagian-bagian utama pada sistem pelumasan tekan a. Pompa pelumas Pompa adalah alat untuk menaikkan energi fluida yang pada sistem pelumasan ini fluidanya berupa minyak pelumas dengan kekentalan tinggi. Pompa pelumas menghisap pelumas dari karter dan menyalurkan ke seluruh bagian bagian mesin, Saringan minyak dipasangkan sebelum lubang masuk pompa untuk _menyaring kotoran-koloran, Pompa minyak digerakkan oleh batang distributor atau gigi sumbu nok. Pompa minyak yang banyak digunakan adalah model roda gigi dan model rotor. 1.) Pompa pelumas model roda gigi Sistem pelumasan pada mesin membutuhkan pompa yang mampu mensirkulasikan pelumas dengan debit yang rendah tetapi harus mempunyai tinggi tekan yang besar (head tinggi). Pompa yang cocok dengan kondisi ini adalah pompa perpindahan positif model roda gigi. Pompa model roda gigi ini terdiri dari body dan dua buah roda gigi yang berkaitan di dalarn body. Bila salah-satu dari roda-roda gigi ini berputar, maka roda gigi lainnya akan berputar berlawanan arah. Karena itu, minyak yang terdapat di antara celah-celah roda gigi dan body didesak ke luar dari lubang masuk ke lubang buang. Pompa minyak ini mempunyai konstruksi yang sedethana dan dapat bekerja dengan baik. bagian hisap ial penggerak Gambar 2.2. 14 Pompa minyak pelumas jenis roda gigi 2.) Pompa model rotor Model pompa roda gigi yang lain yang sering dipakai adalah model pompa rotor. Pada pompa model ini rotor penggerak (drive rotor) dan rotor yang digerakan (driven rotor) berkaitan bersama dalam pompa body seperti terlihat pada gambar. Poros drive rotor dibuat eksentrik terhadap bodinya, dengan demikian pada wkatu drive rotor berputar, driven rotor juga berputar dan volume ruangan di antara rotor-rotor itu akan berubah-ubah. Minyak masuk melalui saluran masuk yang terdapat pada ruang di antara rotor-rotor dan diteruskan ke bagian lainnya dengan jalan memperkecil ruangan drive dan driven rotor. Pompa minyak ini mempunyai bagian kemampuan kerja yang sama dengan pompa minyak model roda gigi. Keuntungan lainnya ialah, pompa minyak mempunyai bentuk yang lebih kecil schingga banyak sekali digunakan Gambar 2.2. 15 Pompa roda gigi jenis rotor b, Regulator minyak pelumas Sirkulasi minyak pelumas harus diatur sehingga debitnya sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk kepentingan tersebut pada sistem pelumasan selalu dipasang regulator minyak. Hal ini untuk mengatasi kelebihan minyak pelumas apabila mesin bekerja dengan putaran tinggi. Regulator tekanan minyak akan mengatur tekanan minyak agar tidak terjadi penyaluran yang berlebihan. Pengatur tekanan minyak ini terdiri dari katup yang biasanya berbentuk bola beserta pegasnya dan dipasangkan pada saluran minyak yang terdapat pada pompa minyak. Tekanan minyak harus mengalir pada kondisi tekanan tertentu. Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka akan timbul gangguan dan kesulitan, Kondisi tekanan minyak ini dapat terlihat pada penunjuk tekanan minyak atau pada lampu isyarat yang dipasangkan pada panel instrumen, ke tte pelumas dan parpa —panpelumas Je pompa Der pean i pelumas pelumas Gambar 2.2. 16 Pengatur tekanan minyak Bila minyak mengalir dalam keadaan normal, lubang bypass tertutup oleh katup. Tetapi bila jumlah minyak yang mengalir bertambah, tekanan minyak baik dan akan membuka katup schingga kelebihan minyak akan mengalir kembali ke karter melalui lubang bypass. Sistem ventilasi karter Pelumas pada tangki pelumas (karter) harus dijaga jangan sampai terlalu banyak terkontaminasi dengan air, Karena hal tersebut sangat merugikan yaitu menimbulkan korosi pada logam komponen mesin, Untuk keperluan tersebut pada bak karter dipasang ventilasi Sistem ventilasi ini berfungsi menjaga kekentalan dan kemumian minyek lumas dari kontaminasi uap air, Penjelasannya adalah sebagai berikut, suhu di dalam bak engkol akan naik pada saat mesin bekerja, Pada keadaan ini bahan-bahan yang tidak terbakar beserta air akan berada dalam kondisi uap. Bahan-bahan tersebut harus segera dibuang. Untuk itu dipasangkan pipa ventilasi yang menghubungkan bak engkol dengan udara luar. Saringan minyak pelumas Fungsi utama pelumas adalah untuk mengurangi gesekan langsung antar komponen mesin sehingga permukaan terhindar dari keausan, Akan tetapi untuk dalam jangka waktu tertentu pelumasan akan menjadi kurang efektif karena beberpa alasan, seperti beban mesin yang berlebih, pelumas yang usang tidak diganti, Kondisi ini menyebabkan keausan pada permukaan karena abrasi, korosi dan lainnya, minyak pelumas menjadi kotor mengandung partikel-partikel logam, kotoran dari udara (abu dan debu), karbon dan bahan-bahan lainnya yang masuk ke dalam minyak lumas tersebut. Bagian-bagian yang berat akan mengendap, sedangkan bagian-bagian yang ringan akan ikut terbawa melumasi mesin. Akibatnya akan memperbesar keausan dan kemungkinan terijadinya panas yang berlebihan (overheating). Gambar 2.2. 17 Peredaran minyak pelumas dan penyaring minyak Untuk mengatasi hal tersebut pada sistem pelumasan termasukn komponen pelumasan dipasang saringan pelumas. Saringan pelumas akan menyaring kotoran-kotoran, Ada kalanya minyak lumas dibersihkan melalui saringan hanya sebagian saja, tetapi adapula seluruhnya, Cara penyaringan sebagian disebut partial flow type, sedangkan penyaringan seluruhnya disebut full flow type [gambar 1.29.] Saringan minyak biasanya dipasangkan di bagian Iuar mesin untuk memudahkan penggantian elemen saringan [gambar 1.30.]. Gambar 1.30. memperlihatkan cara kerja saringan minyak. Minyak pelumas mengalir dari pompa melalui elemen saringan dan dibersihkan dari semua kotoran. e. Tangkai pengukur minyak Pelumas yang dipakai akan berkurang volumenya karena beberapa sebab, misalnya kebocoran, terbakar, dan sebab lainnya, Hal ini dapat menyebabkan proses pelumasan menjadi tidak efektif. Untuk mendeteksi jumlah minyak yang bersirkulasi di dalam mesin digunakan tangkai pengukur volume minyak pelumas. Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan kendaraan pada tempat yang datar, kemudian dengan mencabut batang pengukur akan terlihat banyaknya minyak dalam bak engkol serta terlihat pula kualitasnya. Pada tangkai pengukur tersebut terdapat huruf-huruf F dan L. Bila minyak terlihat berada di antara F dan berarti volumenya cukup. Di atas F berarti berlebihan sedangkan di bawah L berarti harus ditambah, Gambar 2.2. 18 Sirkulasi pelumas pada mesin multisilinder 1. Karter 2. Flow full filter 3. Pendingin pelumas Silinder blok we Silinder head 6. Saluran menuju silinder head 7. Sensor tekanan 8. Poros rocker arm 9. Penukur tekan 10. Saluran pengisian pelumas E, Prosedur Melaksanakan Pelumasan 1 Penggantian dan Pengisian Minyak Pelumas Pelumasan sistem nipel digunakan pada bagian-bagian yang menerima beban rendah sampai sedang pada putaran rendah sampai menengah. Untuk mengisi pelumas ke dalam kantong nipel digunakan penyemprot oli (apabila pelumas berbentuk cair), atau penyemprot gemuk (apabila pelumas berbentuk — pasta). Pelumasan pada penahan arbor horizontal, spindle vertikal, dan bantalan-bantalan transportir dipakai sistem nipel. Maka untuk memasukkan pelumas ke dalam kantong pelumas cukup dengan memompa 2 - 4 kali dengan sempuma. Apabila pelumas dapat masuk dengan sempuma maka setelah bagian itu berputar’ bergesekan akan terlihat minyak pelumas membasahi bagian-bagian yang bergesekan, Hal ini terlihat baik pada minyak pelumas cair maupun pasta. Pada prinsipnya pelumasan pada sistem ini dapat pula dilaksanakan dengan sistem percik atau sistem yang lain, Suatu hal yang menjadi pertimbangan adalah apabila dipakai sistem percik maka sulit dilaksanakan oleh karena bagian-bagian itu sering dilepas-lepas. Sering ditemui nipel tsb. tersumbat oleh kotoran atau debu, sehingga sulit apabila akan dimasuki pelumas ke dalamnya, Untuk mengatasi hal ini maka nipel harus diber-sihkan dahulu dengan memakai semprotan udara bertekanan; bola penutup pada nipel ditekan dulu kemudian baru disemprotkan udara, Dengan demikian kotoran akan lari sehingga lubang salurannya bersih. Pelumasan pada roda gigi spindel digunakan sistem percik. Pompa yang digunakan adalah pompa torak dengan bantalan poros eksentrik untuk menggerakkan toraknya, Sering juga ditemui pompa macet akibat saluran isap pompanya tersumbat oleh kotoran yang menempel pada saringan isap. Agar bekerja normal saringan ini bisa dicuci dengan bensin kemudian disemprot dengan udara bertekanan, Pengeluaran oli bekas dilaksanakan melalui saluran pembuang bagian bawah, Suatu metode yang lebih baik dalam penggantian oli ialah setelah oli bekas dibuang harus dilanjutkan dengan pencucian bagian-bagian yang dilumasi beserta bak penampungnya, Pencucian dapat dipakai oli pencuci Khusus yang mengandung detergen, Namun apabila sulit didapatkan bisa dipakai oli paling encer (OLI 10). Setelah oli bekas dikeluarkan kemudian diisi dengan oii pencuci sampai batas oli sebenamya (setinggi garis pada gelas penduga). Agar bagian-bagian roda gigi pengatur kecepatan _beserta bantalan-bantalannya dapat tercuci dengan baik. mesin harus dihidupkan selama beberapa saat (15 — 2A menit). Selama mesin dihidupkan, bram-bram yang lembut, kotoran-kotoran yang mengendap di dasar bak akan terlarutkan ke dalam oli, Setelah itu dengan segera oli harus dikeluarkan, Pengisian oli baru dilaksanakan setelah pencucian, Volume pengisian oli juga dianjurkan sesuai dengan garis batas pada gelas penduga. Karena di dalam bak banyak permukaan-permukaan yang menonjol, kadang-kadang schabis pengisian terlihat permukaan oli sctinggi garis pada gelas penduga, tetapi sebetulnya bagian-bagian di dalam belum terisi oli secara menyeluruh. Untuk itu mesin harus dihidupkan beberapa saat untuk membuat genangan oli di dalam bak menjadi rata dan celah-celah sempit bisa terisi semua, Dengan demikian permukaan oli akan turun dari semula, dan harus ditambah lagi hingga mencapai batas tinggi permukaan yang dianjurkan. Metode pencucian bak sebelum diisi dengan oli baru beserta pengecekan permukaan oli di dalam bak untuk mengetahui tinggi permukaan sebenamya diterapkan pada penggantian oli pada sistem pelumasan menggunakan bak (reservoar). Sebagai contoh pada pelumasan sistem sirkulasi, maka pencucian bak dengan oli pencuci akan dapat mencuci secara sempurna pada bak, saluran/ pipa penghantar, kran-kran, dan pada pompa itu sendiri, Pelumasan pada pengatur kecepatan ingsutan meja dipakai sistem rendam, Metode penggantian yang meliputi pengeluaran oli bekas, pencucian, pengisian, dan pengecekan adalah sama sehingga tidaklah sulit untuk mela-kukan semua kegiatan penggantian minyak pelumas baik pada sistem rendam, percik, ataupun sirkulasi. Suatu contoh pengisian minyak pelumas pada bak roda gigi pengatur kecepatan spindel dapat dilihat pada gambar. Gambar 2.2. 19 Pengisian minyak pelumas 1. Lubang pengisian, 2. Gelas penduga Pelumasan pada komponen meja, meliputi gerakan vertikal, horisontal (memanjang dan melintang) menggunakan sistem tetes sentral. Tetesan minyak pelumas pada bagian-bagian yang dilumasi disuplai dari pompa tangan. Pompa dikatakan kosong apabila pada gelas penduga 13 menunjukkan kosong, atau apabila dipompa terasa ringan sekali. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan saringan pompa. Apabila oli yang masuk Kotor akan menyumbat pembuluh-pembuluh yang sangat halus. Pengisian dilakukan melalui lubang 12 dengan membuka tutup terlebih dabulu. Pengisiamya Pun dapat terlihat melalui gelas penduga. Pada sistem pompa ini tidak memerlukan saluran pembuang oli bekas, Karena begitu oli dipompa akan menetes pada bagian yang dilumasi kemudian habis terbuang dan tidak kembali lagi ke reservoir. Mengecek Kerja Sistem Pelumas Setelah mesin selesai dilumasi, masih terdapat satu langkah lagi yang harus kita lakukan yaitu mengecek kerja pelumas. Karena pekerjaan melumasi dikatakan selesai apabila bagian-bagian yang dilumasi dapat terlumasi dengan baik sewaktu sistem pelumasannya bekerja. Dengan kata lain sistem pelumasannya harus dicek lebih dahulu kenormalan kerjanya. Sistem pelumasan pada mesin perkakas dapat digolongkan menjadi dua bagian besar © Pelumasan otomatis ¢ Pelumasan tangan (manual) Pengecekan pada sistem pelumasan otomatis tergantung pada otomatisasi yang dipakai, Sebagai contoh sistem percik dengan pompa berbeda pengecekannya dengan sirkulasi pompa, Pelumasan pada roda gigi pengatur kecepatan spindle memakai sistem percik sentral, Bagian-bagian yang perlu di cek, pada sistem ini adalah pada saluran masuk pompa, pompa dan saluran-saluran keluamnya (pembuluh-pembuluh), Pompa pelumas dikatakan bekerja normal apabila pada gelas penduga terlihat percikan-percikan minyak pelumas menekan gelas, Kemudian untuk mengetahui bahwa pelumas itu bisa melumasi bagian-bagian yang bergesekan secara sempuma, maka dapat juga dilihat melalui kaca/gelas penduga yang menampakkan langsung roda gigi transmisi, Terlihat juga pada gelas penunjuk ketinggian minyak pelumas akan menurun bila pompa itu bekerja, Karena volume pelumas berkurang oleh karena sirkulasi menuju bagian-bagian yang dilumasi. Pada mekanik pengatur ingsutan meja dipakai pelumasan sistem rendam, Sistem inilah yang paling sederhana dan mudah pemeliharaannya. Untuk mengecek bahwa sistem pelumasan itu bekerja atau tidak, cukup dengan melihat pada gelas penduganya saja, Sewaktu mesin (mekanik di dalam) bekerja maka akan terlihat buih-buih minyak pelumas pada gelas penduga. Dan biasanya permukaan minyak itu tidak stabil, asalkan batas permukaan minyak pelumas-nya setinggi garis batas yang diijinkan, Pelumasan sistem rendam dan percik pada mesin frais dapat digolongkan sebagai pelumasan otomatis, karena begitu mesin bekerja sistem pelumasannya juga bekerja. Lain halnya dengan pelumasan tetes/nipel atau-pun tetes sentral, tanpa dibantu oleh tenaga manusia maka sistem tsb, Tidak akan bekerja. Cara mengecek bermacam-macam sistem pelumasan tersebut satu sama lain tidak sama Pelumasan sistem nipel dikatakan bekerja dengan baik bila pada bagian-bagian yang perlu dilumasi telah terlihat basah, Hal ini bisa dilakukan bila pada sistem itu terbuka, jadi rembesan minyak pelumas terlihat ke luar. Tetapi apabila bagian itu tertutup rapat, maka sulit untuk melihatnya, Namun dapat kita cek dengan membandingkan minyak pelumas yang masuk pada sistem tersebut, Misalnya setelah disemprotkan pada nipel 2 - 4 kali temyata tidak ada bocoran oli/ gemuk yang keluar, atau oli/gemuk itu dapat masuk ke nipel dengan baik, dapatlah kita simpulkan bahwa minyak pelumas telah masuk ke nipel dengan sempurna. Minyak pelumas yang masuk ke dalam nipel ini bisa berwujud cair (oli) atau pasta (gemuk). Demikian juga halnya dengan pelumasan tetes benang atau tetes gemuk (menggunakan jarum). Pelumasan tetes sentral dikatakan bekerja apabila pompa tangan dapat memompa minyak pelumas dengan sempurna dan meneteskan minyak pelumas ke obyck yang dilumasi dengan sempura pula. Jadi yang perlu dijaga adalah kenormalan kerja pompa, saluran-saluran pembuluh dan distributomya, Untuk melakukan pengecekan kerja pelumas sistem tetes sentral maka harus dicek ujung ujung pembulubnya. ‘Sewaktu pompa ditekan (dipompa) akan memproduksi tekanan minyak pelumas yang selanjutnya akan disalurkan ke distributor. Distributor akan membagi-bagi atau menyalurkan minyak pelumas ke titik-titik yang dilumasi. Bisa jadi sewaktu pompa bekerja normal tetapi tidak dapat menyuplai minyak ke ujung-ujung pembuluhnya, Berarti pembuluh ini perlu dibongkar kemudian dibersihkan, Pengecekan pada sistem ini cukup dengan memompa pompa pelumas dan melihat ujung-ujung pembuluhnya. Bila ujung-ujung pembuluh sudah dapat memberikan tetesan minyak, maka sistem pelumasan tersebut telah bekerja normal. ee Gambar 2.2. 20 Tetesan pelumas Sistem tetes sentral Keterangan : 1. Tetesan pelumas 2. Pembuluh . Memperbaiki Sistem Pelumasan Pada perbaikan sistem pelumas dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni pelumasan otomatis dan pelumasan tangan. Pada pelumasan otomatis yang memerlukan tekanan minyak pelumas untuk didistribusikan ke bagian-bagian yang dilumasi diperlukan pompa. Pompa dalam jenisnya bermacam-macam —tergantung —pada_—sistem = yang dipakai. Kemacetan-kemacetan yang sering dialami pada pelumasan otomatis ialah saringan kotor sehingga tidak dapat menyedot oli ke dalam pompa dan pipa pembuluh macet dan sebagainya, Untuk mengatasinya cukup saringan/pembuluh itu dibersihkan memakai bensin kemudian disemprot dengan udara bertekanan. Apabila sudah terjadi kemacetan Karena Kotoran yang menjadi penyebabnya, maka keseluruhan sistem itu harus dicuci hingga bersih kemudian disemprot dengan udara bertekanan, Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pada saluran-saluran itu tidak boleh ada air sedikitpun, Karena air akan dapat menimbulkan karat schingga akan menyumbat lubang-lubang saluran yang sangat halus Untuk menyekat kebocoran pada sambungan antara distributor dan pembuluh atau pada sambungan-sambungan lain digunakan sekat yang terbuat, dari pita PTFE, Apabila posisi pemasangan pada sistem ini tidak betul atau pada pembuluhnya sering dilepas-lepas tethadap distributornya sering dijumpai potongan-potongan sekat itu menyumbat saluran yang membuat kemacetan seperti ini terdapat pada sistem pelumasan yang menggunakan pompa dan pembuluh-pembuluh sebagai penghantar minyak pelumas menuju objek yang dilumasi. Contoh sistem pelumasan seperti ini adalah sistem tetes sentral sistem percik, dan sistem sirkulasi. Apabila sistem pelumasan pada pompa tidak normal, maka perlu dilihat satu persatu pada sistem tersebut. Karena ada dasamya pompa pelumas bermacam-macam jenisnya tergantung pada penggunaannya, Pada sistem percik sering digunakan pompa torak untuk memproduksi percikan minyak pelumas, Apabila hasil percikan lemah kemungkinan gangguannya pada penyckat-penyekatnya, sehingga akan menimbulkan kebocoran-kebocoran, misalnya udara masuk ke pompa atau oli merembes keluar, Untuk jelasnya, petunjuk-petunjuk dalam daftar di bawah ini dapat dijadikan pegangan dalam pemeliharaan dan perbaikan sistem pelumas pada kemungkinan-kemungkinan gangguan yang terjadi,

Anda mungkin juga menyukai