Disusun Oleh:
Gita Ningtias
NIM. P20624821081
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Pendahuluan Fisiologis Stase 3.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan
Fisiologis dalam Program Profesi Bidan. Laporan Pendahuluan ini bisa diselesaikan
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Hj Ani Radiati R, S.Pd., M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST., M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi Bidan
4. Tim Penanganggung Jawab Praktek Kebidanan Fisiologi Stase 3
5. Suratmi, SST, M. Keb, selaku pembimbing akademik
6. Ade Laelatussaadah S. ST., SKM selaku CI Lahan Praktek Puskesmas Beber
7. Orang tua, adik serta seluruh keluarga yang selalu memberi doa dan dukungan
baik moril ataupun materil.
8. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajianyya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 3
BAB II TINJAUAN TEORI4
A. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan 4
E. 4
F. Konseling Kehamilan.................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS 20
BAB IV PEMBAHASAN 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 27
A. Kesimpulan 27
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah manikah, pasangan pastinya menginkan memperoleh keturunan.
Oleh karena setiap wanita yang sedang hamil perlu menjaga kehetananya baik
mental, sosial, psikososial dan spiritual.
Berdasarkan SDKI Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2012 yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan berdasarkan data Survey Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) menunjukan penurunan pada tahun 2015 yaitu menjadi
305/100.000 kelahiran hidup. Hal ini masih jauh dari target Sustainable
Development Goals (SDGs) 2015-2030 yaitu dengan target menurunkan AKI
menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup (Oktalia and Herizasyam, 2016)
Sejalan dengan data tersebut, Sustainable Development Goals (SDG)
menetapkan Kesehatan Ibu dan Anak, termasuk di dalamnya kesehatan
reproduksi, agar mampu diakses secara universal pada tahun 2030. Kesehatan
reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang dapat
dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan hamil dan menjadi
ibu (Oktalia and Herizasyam, 2016).
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan
antara perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya. Kesehatan
prakonsepsi berguna untuk mengurangi risiko dan mempromosikan gaya hidup
sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat. Perawatan kesehatan prakonsepsi
mengacu pada intervensi biomedis, perilaku, dan preventif sosial yang dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat menciptakan
kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining prakonsepsi. (Yulizawati
et al., 2016)
Pendidikan kesehatan mengenai skrining prakonsepsi berguna untuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan riwayat kesehatan
keluarga, yang sudah ada sebelumnya, kondisi medis, berat badan, nutrisi,
1
2
aktivitas fisik, dan status imunisasi. Faktor risiko yang dapat dikurangi sehingga
meningkatkan kesehatan wanita sebelum ia hamil. Jadi tujuan akhir dari skrining
prakonsepsi ini adalah untuk menemukan segala sesuatu tentang dapat
memberikan efek selama masa kehamilan dan menciptakan kehamilan dan bayi
yang sehat (Widayani and Ulfah, 2021)
Intervensi prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk
pencegahan anomali kongenital karena sebanyak 30 persen ibu hamil baru
memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua ( > 13 minggu kehamilan,
yaitu setelah periode organogenesis utama (antara 3 dan 10 minggu kehamilan)
Oleh karenanya persiapan kehamilan merupakan segala persiapan pemeliharaan
hidup sehat sebelum terjadinya kehamilan yang diperkirakan 3-6 bulan sebelum
terjadi kehamilan (Sari,2017).
Sehat merupakan kondisi tidak hanya bebas dari penyakit secara fisik saja
namun juga mental, psikososial dan spiritual. Dalam studi pendahuluan di
temukan kasus pasien yang ingin merencankan kehamilan dengan riwayat
abortus. Sebagaimana diketahui abortus menimbulkan dampak pada aspek fisik
dan psikologis yang akan menimbulkan kecematasa sehingga mempengaruhi
kondisi fisik wanita usia subur baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik membuat laporan
pendahuluan mengenai Asuhan Kebidanan Pra Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun
P1A1 dengan riwayat abortus di UPTD Puskesmas Beber 2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat membuat rumusan
masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pra Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun
P1A1 dengan riwayat abortus di UPTD Puskesmas Beber 2021?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
3
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Seacara teoritis laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan dalam mengembangkan ilmu kebidanan. Selain itu diharapkan
dapat menjadi bahan referensi bagi penulis selanjutnya yang ingin mengambil
kasus yang sama serta menambah informasi bagi pembaca.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
halm mengembangkan asuhan kebidanan persiapan dan perencanaan
kehamilan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
i. Perubahan Metabolisme
Basal Metabolic Rate (BMR) meningkatsampai 15% sampai 20 % pada
akhir kehamilan. BMR akan kembali seperti sebelum hamil pada hari ke 5
atau ke 6 setelah persalinan. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai
2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui), apabila karbohidrat
kurang maka mengambil cadangan lemak ibu untuk memenuhi kebutuhan.
Seorang ibu hamil sering merasa haus terus, nafsu makan bertambah.
tipis dan tidak licin, selain untuk kenyamanan juga mencegah terjadi
kecelakaan atau jatuh terpeleset. Peningkatan hormon seks steroid yang
bersirkulasi mengakibatkan terjadinya jaringan ikat dan jaringan kolagen
mengalami perlunakan dan elastisitas berlebihan sehingga mobiditas sendi
panggul mengalami peningkatan dan relaksasi.
Pada kehamilan trimester III otot rektus abdominus memisah
mengakibatkan isi perut menonjol di garis tengah tubuh,umbilikalis menjadi
lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secara bertahap
kembali tetapi pemisahan otot rekti abdominalis tetap.
b. Kebutuhan Nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil,
banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada
sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB bertambah, penambahan
BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body Mass Index)
sebelum hamil. IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam kg
dibagi (TB dlm m)2 misalnya : seorang perempuan hamil BB sebelum hamil
50 kg,TB 150 cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22 (termasuk normal).
Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi dengan
rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka dapat
menimbulkan bendungan di dalam panggul yang memudahkan timbulnya
haemorrhoid. Hal tersebut dapat dikurangi dengan minum banyak air putih,
gerak badan cukup, makan-makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-
buahan.
2) Buang air kecil ( BAK)
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar
dan malahan justru lebih sering BAK karena ada penekanan kandung kemih
oleh pembesaran uterus dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal,
sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.
f. Seksual
Memasuki trimester ketiga, janin sudah semakin besar dan bobot janin
semakin berat, membuat tidak nyaman untuk melakukan hubungan intim. Di
sini diperlukan pengertian suami untuk memahami keengganan istri berintim-
intim. Banyak suami yang tidak mau tahu kesulitan sang istri. Jadi, suami pun
perlu diberikan penjelasan tentang kondisi istrinya.
h. Imunisasi
Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan toksoid tetanus (TT),
dianjurkan untuk dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi
tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil.
Immunisasi TT sebaiknya diberika pada ibu hamil dengan umur kehamilan
13
antara tiga bulan sampai satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal
empat minggu.
14
15
B. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :Compos mentis
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 148cm
Lila : 26cm
IMT : 22
TTV : TD 100/70 mmHg N = 84x/menit
R=20x/menit S = 36,6 C
Kepala dan Rambut : Kepala bulat dan simetris, tidak ada luka, distribusi rambut
baik, rambut tidak rontok dan kulit kepala bersih tidak
ada ketombe, tidak ada benjolan maupun nyeri tekan.
Wajah : Tidak ada edema
Mata : Letak kedua mata simetris, tidak ada warna kemerahan
atau kekuningan pada sclera, konjungtiva tidak pucat,
warna iris hitam, refleks pupil positif, gerakan bola mata
normal, tidak ada nyeri tekan pada mata
Telinga : Letak kedua telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada
nyeri maupun benjolan, tidak ada kelainan pada membrane
timpani, tidak ada nyeri atau benjolan, tidak ada masalah
pada fungsi pendengaran
Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan (protap covid-19)
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan (protap covid-19)
Leher : Bentuknormal, tidak ada pembesaran pada kelenjar getah
bening maupun kelenjar tiroid, tidak ada tekanan vena
jugularis kanan dan kiri. Gerakan normal.
Dada : Bentuk thotax simetris, Irama jantung regular, paru-paru
tidak ada bunyi stridor, ronchi maupun wheezing pada saat
inspirasi maupun ekspirasi. Tidak ada masa pada saat
palpasi
Payudara : Tidak diperiksa
17
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, warna kulit baik, tidak ada
masa, tidak ada nyeri tekan, bunyi bising usus normal,
tidak ada tanda-tanda kehamilan
Genetalia : Pasien menolak
Anus : Pasien menolak
Ekstremitas Atas : bentuk simetris, tidak ada edema, jumlah jari tangan 5/5,
tidak ada keterbatasan gerak
Ekstremitas Bawah : bentuk simetris,tidak ada edema dan varises, jumlah jari
kaki 5/5, tidak ada keterbatasan gerak, reflek patella +/+
C. Analisis
Ny. S 28 tahun P1A1 dengan keadaan umum baik, perlu informasi mengenai
persiapan kehamilan dukungan kesehatan psikososial dan mental
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik, respon baik.
2. Melakukan inform consent, respon baik.
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan, mengetahui keadaaNyya.
4. Memberikan KIE mengenai persiapan kehamilan dan nutrisi menggunakan
media video dan lembar balik, Ny. S dapat mengulang informasi yang
diberikan
5. Memberitahu dan mengajarkan tentang cara menghitung masa subur: Ibu
mampu melakukan
6. Menganjurkan ibu mempertahankan pola asuan nutrisi; Respon ibu baik
7. Manganjurkan ibu untuk mempertahankan pola hidup sehat: Respon ibu baik
8. Menganjurkan ibu untuk selalu menjalin komunikasi dengan keluarga bila
memiliki permasalahan, Respon baik
9. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk SOAP, telah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN
18
19
> 27,0 (kelebihan BB tingkat berat /obesitas) sehingga diperlukan diet asupan
misalnya karbohidrat, garam, gula, lemak, kafein
Pada pemeriksaan antropometri, salah satu indikator menilai status gizi adalah
dengan mengukur Lila. Adapun Lila Ny. S berada dalam batas normal yakni 26 cm.
menurut (Lathifaf et al., 2021) pengukuran Lila bertujuan untuk mengetahui adanya
risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas Lila pada WUS dengan KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila Lila kurang dari 23.5 cm (Bagian merah pita Lila)
artinya perempuan mengalami KEK. Sehingga Wanita Usia Subur membutuhkan
konseling tentang kebutuhan gizi seimbang
Selain melihat status kesehatan klinis, Penulis juga menilai status psikososial
dengan menilai dari riwayat sosial ekonomi dan spriritual. Hal tersebut di dukung
oleh teori Atrash and Jack, (2020) Pengkajian sesuai dengan pra kehamilan tidak
terbatas pada perawatan klinis tetapi membahas semua faktor yang mungkin
berkontribusi pada hasil kehamilan diantaranya riwayat keluarga, kondisi medis,
paparan teratogen termasuk obat resep, paparan lingkungan, dan perilaku berisiko
seperti merokok dan minum, serta kesehatan mental.
Berdasarkan data subjektif, Ny. S memiliki riwayat abortus 4 bulan yang lalu
dan mengatakan bahwa abortus yang dialaminya terjadi secara spontan dan tidak
sampai dilakukan proses kuretage. Abortus tanpa atau dengan tindakan kuretase akan
mempengaruhi waktu pemulihan Rahim. Adapun menurut Andriani, Setyowati and
Afiyanti (2020) Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan setelah keguguran adalah
beberapa hari hingga seminggu. Seorang wanita akan mendapatkan menstruasi
kembali 1 hingga 1,5 bulan setelah keguguran, dan dapat kembali hamil dengan sehat.
Berdasarkan teori tersebut secara fisik sebenarnya Ny. S sudah siap untuk hamil
kembali.
Ny. S mengatakan bahwa siklus menstruasinya adalah 28 hari, namun frekuensi
hubungan seksualnya dengan suami tidak menentu. Tentunya hal tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan kehamilan. Oleh karenanya dalam hal ini penulis
memberikan KIE tentang cara menghitung masa subur. Menurut Yulizawati et al.,
(2016) Menghitung masa subur atau menghitung ovulasi melalui periode menstruasi
20
dikatakan efektif apabila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Adapula ahli
yang berpendapat antara 22-35 hari. Sehingga sel telur keluar pada pertengahan
siklus, sekitar hari ke 14 sampai ke 16 dihitung dari hari pertama menstruasi.
Pendapat dari dr. Knaus bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya.
Menurut dr. Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari
sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi
)sudah jelas, akan tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa seks yang teratur
meningkatkan kesempatan untuk hamil. Manfaatkan waktu yang paling subur dan
pastikan bercinta secara teratur sekitar tanggal tersebut (Yulizawati et al., 2016).
Berdasarkan riwayat psikososial dapat penulis berasumsi bahwa riwayat abortus
yang dialami Ny. S menjadi salah satu alasan kecemasan dan keluhan sulit tidur yang
di alami oleh Ny. S yang secara tidak langsung mempengaruhi pola istirahat dan
frekuensi hubungan seksual dengan suami. Menurut penelitian oleh Putri (2018)
dalam Andriani, Setyowati and Afiyanti (2020) menyatakan bahwa menyatakan
bahwa ada hubungan antara gangguan psikologis terhadap kejadian abortus. Adapun
di perkuat oleh penelitian milik Wilhelm et al ( 2015) melihat dari tingkat kecemasan
di peroleh sebanyak (91,4%) kecemasan tingkat berat dirasakan wanita berdasarkan
usia dan jarak waktu abortus dengan kehamilan.
Menurut Yasunari et al., (2011) dalam Andriani, Setyowati and Afiyanti (2020)
Abortus merupakan dampak psikologis pada kebanyakan perempuan, mereka menjadi
takut dan cemas akan kehamilan berikutnya, trauma akan pengalaman keguguran
bahkan dapat dianggap sebagai bentuk yang paling menyakitkan dari kematian.
Kondisi ini membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Oleh karena itu, sangat
diperlukan dukungan dari pasangan dan keluarga.
Walaupun Ny. S. Pada penatalaksanaan penulis tetap memberikan KIE tentang
pentingnya kesiapan mentah dan spiritual dan dukungan untuk selalu berpikir positif.
Menurut Chabibah (2016) sokongan konselor dalam bentuk konseling akan
memotivasi klien secara alamiah untuk mengembangkan diri, kesehatan, sosialisasi,
realisasi diri dan kebebasan. Proses motivasi dilakukan oleh konselor dipengaruhi
21
hubungan interaksi klien dengan konselor. Ketika klien merasa terfasilitasi oleh
konselor maka perubahan sikap mungkin terjadi. Perubahan dalam diri klien juga
dipengaruhi oleh pemahaman klien, kemampuan berfikir rasional dari klien.
Ny. S menyatakan memperoleh dukungan dari suami, anak dan keluarga besar
untuk kehamilan berikutnya . Melalui berdiskusi tentang perasaannya kepada suami
sehingga terjalin hubungan yang erat dan dukungan yang optimal. Menurut Rini
Siskayuni (2014) bahwa dukungan yang baik dalam persiapan kehamilan adalah
dukungan dari suami, karena suami dapat memberikan rasa aman, nyaman, baik
secara fisik maupun emosional.keterlibatan calon suami dalam mempersiapkan
kehamilan sejak dini akan menghasilkan kehamilan yang lebih berkualitas.
Penelitian tersebut didukung oleh teori Jhacquin (2010) bahwa peran suami yang
diberikan adalah memberi ketenangan pada istri, mengantarkan ibu memeriksakan
kehamilannya, memenuhi keinginan ibu hamil yang mengidam, mengingatkan
minum tablet besi, membantu melakukan kegiatan rumah tangga dan memberi pijatan
ringan bila istri merasa lelah. walaupun suami melakukan tindakan kecil, tindakan
kecil tersebut mempunyai makna yang berarti dalam meningkatkan kesehatan
psikologis kearah yang lebih baik. Diharapkan dengan keikutsertaan suami, istri dapat
melewati kehamilan dengan perasaan senang dan tanpa depresi. (Sari, 2018)
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh bahwa tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik yang ditemukan. Ny. S telah siap secara fisik, mental dan finansial
namun masih tetap di perlukan dukungan baik dari keluarga sebagai kebutuhan
psikologis untuk lebih siap alam proses kehamilan yang akan datang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam makalah berjudul Asuhan
Kebidanan Pra Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun P1A1 dengan riwayat abortus di
UPTD Puskesmas Beber 2021, di peroleh kesimpulan bahwa penulis ;
1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif secara terfokus pada Asuhan
Kebidanan Pra Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun P1A1 dengan riwayat
abortus di UPTD Puskesmas Beber 2021.
2. Mampu melakukan pengkajian data objektif secara terfokus pada Asuhan
Kebidanan Pra Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun P1A1 dengan riwayat
abortus di UPTD Puskesmas Beber 2021.
3. Mampu melakukan analisis yang tepat pada Asuhan Kebidanan
Perencanaan Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun P1A1 dengan Fluor Albus
Fisiologis di UPTD Puskesmas Beber 2021.
4. Mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai kebutuhan pada
Asuhan Kebidanan Pra Kehamilan Pada Ny. S 28 tahun P1A1 dengan
riwayat abortus di UPTD Puskesmas Beber 2021.
5. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
6. Memberdayakan klien atau masyarakat dalam mempersiapkan kehamilan
yang sehat berdasarkan studi literature dan evidence based
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Petugas kesehatan harus mampu melakukan penilaian prakonsepsi
dasar , memberikan pendidikan dasar kesehatan reproduksi, dan menawarkan
rekomendasi yang tepat untuk intervensi. Apabila terdapat situasi di luar
kemampuan petugas kesehatan, harus dilakukan rujukan kepada seorang
konselor genetik dan / atau petugas dengan keakhlian khusus.
22
23
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan
mengenai persiapan dan perencanaan kehamilan, sehingga kedepaNyya dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
24
25
PERENCANAAN KEHAMILAN
A. Identitas
Pokok Bahasa : Persiapan Kehamilan
Hari dan tanggal : Selasa, 05 Oktober 2021
Tempat : UPTD Pusskesmas Beber
Waktu : 13.00 WIB
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS)
B. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan calon ibu dapat mengerti dan
memahami tentang bagaimana merencanakan kehamilan yang sehat
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai pengertian perencanaan kehamilan
b. Mampu menjelaskan mengenai tujuan perencanaan kehamilan
c. ampu menjelaskan hal yang dibutuhkan pada perencanaan kehamilan
C. Materi
1. Pengertian perencanaan kehamilan
2. Tujuann perencanaan kehamilan
3. Hal yang dibutuhkan perencanaan kehamilan
E. Kegiatan Penyuluhan
F. Uraian Materi
1. Pengertian persiapan kehamilan
Persiapan kehamilan merupakan segala persiapan pemeliharaan hidup
sehat sebelum terjadinya kehamilan diperkirakan 3-6 bulan sebelum terjadi
kehamilan (Sari,2017).
2. Tujuan persiapan kehamilan
Tujuan dari persiapan kehamilan antara lain sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu, janin dan kehamilan
b. Mendidik wanita dengan risiko ini, pilihan untuk intervensi atau
manajemen
c. Memulai intervensi untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi ibu dan
janinnya melalui konseling, motivasi, optimasi penyakit dan rujukan
spesialis jika ditemukan kelainan.
3. Hal Yang Dibutuhkan Pada Persiapan Kehamilan
Menurut BKKBN dan UMM (2014) mengungkapkan berbagai persiapan
kehamilan yang sehat diantaranya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Kesehatan, Penting dilakukan untuk mempersiapkan calon
orang tua yang dapat melahirkan generasi penerus yang sehat . Jenis
pemeriksaan, antara lain :
a. Skrining status imunisasi Tetanus
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan
darah) : mengetahui Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
c. Pemeriksaan Berat badan, Tinggi badan, Lingkar lengan atas (LiLA) :
mengetahu status gizi
d. Pemeriksaan fisik umum : mengetahui tanda anemia, gangguan tiroid,
gangguan jantung, dll
e. Pemeriksaan kesehatan jiwa
2. Persiapan Gizi
Setiap pasangan catin dianjurkan:
a. Mengonsumsi pangan beraneka ragam
1) Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh,
catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka
ragam setiap hari atau setiap kali makan.
2) Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk
pauk, sayuran, buahbuahan, dan minuman. Proporsinya dalam
setiap kali makan dapat digambarkan dalam ISI PIRINGKU yaitu:
a) Sepertiga piring berisi makanan pokok
b) Sepertiga piring berisi sayuran
c) Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buahbuahan dalam
proporsi yang sama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar
tubuh tetap sehat:
a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari
b) Hindari minum teh atau kopi setelah makan
c) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak
Setiap calon ibu dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah
(TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali
a. Membiasakan perilaku hidup bersih; Adanya hubungan timbal balik
antara infeksi dan status gizi
b. Melakukan aktivitas fisik ; Aktivitas fisik memperlancar sistem
metabolisme di dalam tubuh
c. Mempertahankan dan memantau berat badan normal ; Merupakan
salah satu indikator bahwa telah terjadi keseimbangan gizi di dalam
tubuh
D. Masa Subur
Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/masa subur
pada wanita.
1. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah hari pertama
haid, sedangkan masa subur biasa akan terjadi kurang lebih tiga hari
sebelum dan sesudah menuju puncak masa subur tersebut.
2. Tanda-tanda masa subur:
a) Perubahan lendir serviks Pada masa subur, cairan ini bertekstur
lengket dan kental. Perubahan terjadi menjelang masa subur,
yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan perubahan tekstur
menjadi berwarna bening dan lebih cair.
b) Dorongan seksual meningkat Hormon estrogen dan progesteron
akan meningkat dalam masa subur sehingga meningkatkan hasrat
seksual.
c) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan
memicu kenaikan suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tesebut
hanya sedikit (± 0,5°C), maka cukup sulit mengamati kenaikan
masa subur hanya dengan memperhatikan kenaikan suhu tubuh
pada wanita. Oleh karena itu cara ini jarang digunakan sebagai
acuan. Akibat lain dari meningkatnya produksi hormon yang
tinggi menyebabkan payudara menjadi lebih lunak
3. Cara Menghitung Masa Subur
Cara menghitung masa subur atau menghitung ovulasi melalui
periode menstruasi dikatakan efektif apabila siklus menstruasinya
normal yaitu 21-35 hari. Adapula ahli yang berpendapat antara 22-35
hari. Sehingga sel telur keluar pada pertengahan siklus, sekitar hari ke
14 sampai ke 16 dihitung dari hari pertama menstruasi. Pendapat dari
dr. Knaus bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Sedangkan dr. Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak
selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi
antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
a) Bila Sikus Teratur
Bila haid teratur (28 hari) Siklus normal 28 hari, pertengahan
siklusnya hari ke-14 (28:2). Berarti masa suburnya 3 hari sebelum
hari ke-14, yaitu hari ke-11 (14-3) dan 3 hari setelah hari ke- 14,
yaitu hari ke-17 (14+3). Jadi, masa subur berlangsung antara hari
ke-11 sampai hari ke-17 (7 hari) dari siklus haid wanita normal.
Pendapat lain mengatakan hari pertama dalam siklus haid dihitung
sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari
ke- 16 dalam siklus haid
Contoh: Seorang wanita mendapat haid mulai tanggal 9 Maret.
Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12
jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24
Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga
tanggal 24 Maret.
b) Bila Siklus Tidak Teratur
Bila haid tidak teraturJumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus
haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.Rumus : Hari
pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18Hari terakhir
masa subur = Jumlah hari terpanjang – 1
Seorang wanita mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari
dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid
berikutnya).Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19. Jadi masa suburnya adalah mulai hari
ke-7 sampai hari ke-19.
Video Nutrisi
Lembar Balik
C. Dokumentasi