Anda di halaman 1dari 8

Juni karo vianti

208400173

Hukum a1 2020

Pertemuan ke 13

1. 1.jelaskan 5 hal esensial yang harus di miliki oleh seorang pemimpin menurut jhon stott ?..

JAWABAN:

Menurut jhon stott ada lima unsur esensial yang tercakup dalam kepemimpinan :

a. Seorang pemimpin harus memiliki suatu visi.

b. Seorang pemimpin harus memiliki sifat kerajinan bekerja atau seorang yang pekerja keras

c. Seorang pemimpin harus memiliki suatu sifat ketekunan

d. Seorang pemimpin harus memiliki sifat pelayan

e. Seorang pemimpin harus memiliki disiplin yang kuat.

2. jelaskan 3 sifat pemimpin yang behati gembala ?..

JAWABAN:

karakteristik kepemimpinan yang berhati gembala adalah :

a. Di lakukan oleh orang yang benar benar mengasihi Tuhan

b. Mengutamakan kepentingan orang orang yang dipimpinnya sebagai wujud nyata kasih nya

kepada Tuhan

c. Mempunyai hubungan yang akrab dan harmonis dengan orang orang yang di pimpinnya.

d. Memberi pengayoman dan rasa aman dengan orang orang yang di pimpin nya

e. Memahami kebutuhan dari orang orang yang di pimpinan nya.


2. Gembala yang baik adalah Gembala yang selalu memimpin pasukan-pasukan dombanya , yang
berdiri di depan memberikan kemana arah dan tujuan domba-dombanya melangkah, dan
memberikan arah jalan yang benar ,bukan malah sebaliknya berada di bagian paling belakang dan
hanya mendorong kemudian mengejar domba-dombanya yang tidak tahu arah jalan .

Begitu pula dengan Tuhan Yesus , dihadapan Tuhan kita manusia adalah domba-dombaNya ,
sebagai domba kita sangat amat membutuhkan Gembala yang baik . Domba adalah binatang
yang lemah , tidak bisa membela diri , dan domba pun tidak dapat hidup tanpa penyertaan
Gembalanya . Sama seperti kita manusia yang lemah dan sangat penuh dengan kekurangan , maka
kita pun sangat membutuhkan seorang Gembala yang baik untuk membimbing kita.

Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik bagi kita , Ia memberikan nyawanya bagi domba-dombaNya .
Yesus sudah menyerahkan nyawaNya karena Dia sangat mengasihi kita . lihat pada Yohanes 3 : 16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal supaya setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” .
Karena kasih Allah kepada dunia yang sekarang mengaruniakan Yesus bagi kita .

Pada Markus 10 : 45 “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani , melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” Yesus memberi
nyawaNya menjadi tebusan untuk manusia.

Ciri-ciri Gembala Ciri-cirinya pada Yohanes 10 : 3-14 1. Rela memberikan nyawannya bagi domba-
dombanya 2. Mengenal baik domba-dombanya 3. Setia terhadap domba-dombanya Ciri-ciri
dalam mazmur 23 : 1- 6 adalah 1. Menjamin kebutuhan dombanya 2. Memberi makan 3.
Menuntun dijalan yang benar 4. Memberikan kenyamanan dan perlindungan

Seorang Gembala yang baik harus memiliki kerendahan hati , dan melakukan semuanya dengan hati
yang tulus dan tidak bersungut-sunngut. Gembala tidak akan meninggalkan domba-dombanya
berjalan sendirian. Sama seperti Yesus yang selalu menyertai kita , menolong kita , menghibur . Dia
selalu ada untuk kita , dimanapun dan kapanpun kita membutuhkan pertolonganNya. Sebagi domba
kita sangat membutuhkan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita , karena tanpa Tuhan kita tidak dapat
berbuat apapun , dan jika kita dapat melakukan segala sesuatu itu karena pertolongan dari Tuhan.
dan cookie di browse3.Saat kita memikirkan kata moral, hal yang mungkin muncul dibenak kita ialah
mengenai hal apa yang berlaku benar di dalam tata cara kita bermasyarakat, karena kita manusia,
adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan untuk saling bergantung satu sama lain. Oleh sebab itu,
kita sebagai manusia memang lekat untuk dapat bersikap dengan bermoral. Bermoral dalam
bermasyarakat, apalagi jika kita hidup di lingkungan yang teguh memegang nilai-nilai keagamaan,
maka moral masyarakat kadang berasal dari serapan moral yang diajarkan agama. Tentunya nilai
moral yang dari agama tidak hanya berasal dari salah satu agama saja, namun berasal dari semua
agama yang sudah dianggap oleh seluruh masyarakat keberadaanya. Dengan begitu, maka semua
agama mengajarkan hal yang sama, yaitu bagaimana menjadi manusia yang bermoral. Jika kita
persempit, maka kita sebagai pengikut Kristus, kita belajar untuk dapat hidup bermoral secara moral
Kristiani dalam hidup sementara di dunia 3.hidup sebagai seorang Kristiani yang juga bermoral
Kristiani akan dilihat dalam beberapa hal yang menyangkut yaitu, Iman Kristiani, Norma, Pilihan
dasar, Hati Nurani, Hukum, dan Dosa. Selain itu, akan ada penyangkutpautan hal-hal yang sudah
dibahas dengan salah satu film relijius yang berdasarkan kisah nyata, Of Gods and Men.Dalam dunia
orang pengikut Kristus, kita percaya bahwa kita bermoral dengan dapat berbuat baik. Berbuat baik
yang bagaimana? Yaitu berbuat baik yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri, namun dapat
memberikan energi baik bagi siapapun disekitar kita. Dari apa yang sudah kita pelajari dari kecil,
bahwa tujuan kita untuk berbuat baik ialah untuk mendapatkan tempat di surga nanti. Padahal, itu
merupakan pikiran yang mungkin dapat dibilang cukup sempit sebagai seorang Kristiani. Pandangan
yang baik mengenai hidup bermoral ialah untuk menyebarkan kasih yang sudah kita terima lebih
dulu dari Tuhan Yesus, anak Bapa yang tunggal yang Bapa relakan untuk menggantikan kita dalam
menebus dosa yang abadi. Hidup bermoral akan mengarahkan kita menjadi dapat berbuat baik
karena kita sudah merasakan kasih-Nya terlebih dahulu

Norma

3.Dalam pengertian dasariah, kata norma berarti pegangan atau pedoman, aturan, tolak ukur.
Sedangkan norma moral ialah terkait dengan kebebasan, dan tugas, keadaan lingkungan hidup dan
tingkah laku moral. norma moral berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi
diri-sendiri dan sesama, sehingga meminta kita untuk memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
baru dalam hidup; norma moral menarik perhatian kita kepada masalah-masalah moral yang kurang
ditanggapi manusia; norma-norma moral dapat menarik perhatian manusia kepada gejala
‘pembiasan emosional’. Jika berdasarkan penjelasan dasar di atas, maka kedudukan dan peran Yesus
Kristus sebagai norma-norma hidup moral tersirat. Dalam teologi moral, untuk adanya hubungan
antar manusia maka melalui metode pendekatan personal. Hubungan pribadi harus berawal dari
dan berlabuh pada hubungan manusia dengan Allah dalam Yesus Kristus dan melalui Roh Kudus.
Keberadaan Yesus sebagai norma hidup moral terkait erat dengan : ciri normatif Kitab Suci bagi
moralitas Kristiani; hubungan dan tegangan antara imam dan moralitas.

Pilihan Dasar
Tindakan manusia dalam berproses untuk menentukan sebuah pilihan dasar merupakan arah hidup
dalam pribadi manusia. Manusia akan selalu disodori dengan banyak pilihan di hidupnya, karena
Tuhan sendiri yang memberikan kita kebebasan dalam menentukan diri kita bagaimana cara
menjalani hidup. Dengan begitu, pilihan-pilihan ini menentukan arah seorang manusia menjadi
berbentuk sebuah dinamika yang tak kunjung usai dalam kehidupan. Pilihan ini berperan penting,
sebab pilihan-pilihan dalam tindakan seseorang bermula dari bergantung banyak pada pilihan dasar.
Rangkaian pilihan itu mengacu pada pilihan dasar yang membantu manusia dalam proses
mempertimbangkan dan menilai moral. Namun sesungguhnya, dalam memilih, kita tidak
sepenuhnya dapat memilih sendiri, sebab masih ada suara hati yang Tuhan pakai untuk memberikan
kita waktu agar dapat memikirkan apa sebab akibat yang dapat ditimbulkan dengan memilih hal itu.

Hati Nurani

Hati nurani merupakan suatu hal yang kompleks, dalam artian bahwa hati nurani tidak bisa hanya
disadari saja, namun perlu untuk dipahami. Oleh sebab itu, cara pendekatan untuk mengenal lebih
jauh apa itu hati nurani dalam kehidupan sehari-hari, hati nurani dapat disadari sudah muncul dalam
diri kita sebagai manusia meski kita tidak pernah berpikir untuk berbuat demikian. Hati nurani dalam
aspek teologal lebih condong membahas keputusan manusia yang menyangkut hubungannya
dengan Tuhan. Dalam pembahasan yang dilakukan oleh para ahli, menyebutkan permasalahan
mengenai bagaimana munculnya hati nurani merupakan hal yang rumit. Dewasa ini, manusia sering
memakai atau tertarik untuk membahas mengenai hati nurani kalau mereka ingin memprotes
tentang kehidupan menurut sudut pandang manusia yang tidak menjunjung tinggi norma yang
berlaku dalam kalangannya sehingga dianggap tidak etis dalam bertindak.

Dengan begitu, setidaknya ada 3 pandangan dasar tentang hakikat hati nurani yang akan
dikemukakan mengenai hati nurani. Pertama, umumnya yang dimaksud dengan hati nurani adalah
keputusan konkret melalui penalaran praktis, berkat pengaruh kekuatan dalam hati nurani, yang
menyangkut kebaikan moral dalam tindakan tertentu. Selain konkret, hati nurani juga mempunyai
sifat subjektif, individual dan eksistensial. Dalam hal ini, maka hati nurani lebih dipandang sebagai
keputusan moral praktis yang memberitahukan kepada manusia dalam suatu keadaan konkret
sambil mengingatkan manusia akan kewajiban moral yang perlu dipenuhi. Kedua, hati nurani
dipandang sebagai kecakapan moral seseorang, “sanggar suci” terdalam manusia, tempat manusia
mengenal dirinya dihadapan Tuhan dan orang lain. Hati nurani merupakan kedalaman keberadaan
manusia yang sesungguhnya, pusat terdalam pribadi yang tertuju pada Tuhan yang memelihara
manusia. Ketiga, hati nurani tidak lagi dipandang sebagai suatu “kecakapan di dalam kehendak dan
intelek”, tetapi dilukiskan sebagai “tenaga dinamis” dalam diri manusia, yang memungkinkan pribadi
manusia untuk memberikan tanggapan yang tepat dan benar dalam kehidupan seseorang.

Hukum

Jika kita berbuat salah, apa yang akan kita pikirkan ialah kita akan mendapatkan sebuah sanksi,
karena pada hakikat di dunia yang kita tempati ini, kita akan dianggap tidak bermoral jika berperilaku
tidak sesuai dengan norma moral yang ada. Sanksi yang dapat kita terima memiliki banyak macam.
Namun semuanya itu diatur dalam suatu aturan yang kita sebut hukum. Hukum yang dibuat oleh
manusia tentunya berbeda dengan hukum yang Tuhan buat untuk kita. Hukum Allah diringkaskan
dalam kasih. Ada dalam Alkitab, Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah yang
terutama dan yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab para
nabi”(Matius 22:37-40)

Dosa

Kita hidup di dunia yang tidak sempurna. Kita hidup dengan orang-orang yang sudah menanggung
dosa lahir. Itulah yang kita mengerti bila kita seorang Kristiani. Paham dosa dalam Kitab Suci
disebutkan bahwa dosa merupakan bentuk dari perlawanan atau pemberontakan terhadap Allah
yang dapat muncul akibat adanya kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Pemberontakan akan
nubuat Allah ataupun aturan yang dibuatnya. Sementara, paham dosa dalam tradisi Katolik adalah
suatu bentuk sikap negative atau menolak uluran kasih Tuhan merupakan pandangan baru terhadap
pengertian dosa karena sebelumnya setiap pelanggaran hukum diartikan sebagai dosa. Namun, tidak
semua hukum di dunia ini merupakan kebalikan dari dosa. Oleh karena itu, dosa sekarang
dideskripsikan sebagai sikap dan pendirian menolak Allah serta kasih-Nya. Jika pengertian di atas
dirangkumkan, maka dosa adalah suatu tindakan jahat secara moral yang dilakukan berdasarkan
kebebasan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Allah. Dalam Perjanjian Lama,
orang-orang yang melakukan dosa ialah orang terkutuk yang akan langsung diadili oleh orang lain.
Pengampunan pada masa itu ialah dalam bentuk kurban. Namun, pada Perjanjian Baru, Allah
kembali ingin merangkul manusia dengan membentuk kembali jembatan yang sudah putus dengan
mengirim anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Yesus mati di kayu salib untuk menebus semua dosa
manusia dan bangkit lagi untuk menunggu hari penghakiman kita yang sudah ditebus.

Dalam film relijius Of Gods and Men diangkat dari kejadian nyata di tahun 1996. Sudah puluhan
tahun mereka melayani dan hidup damai berdampingan bersama warga desa di atas pegunungan
Atlas—beberapa diantaranya bahkan merasa sia-sia jika harus kembali ke Prancis. Kemunculan milisi
agama lain yang fundamentalis mengubah semuanya. Mereka tidak hanya mengancam biara, tetapi
juga seluruh warga desa. Akhir cerita, setelah beberapa lama tarik-menarik dengan milisi dan militer,
delapan biarawan menemui nasib tragisnya, diculik, dan dibunuh. Pembunuhan yang hingga kini
masih misterius itu merupakan satu dari episode panjang pembantaian warga sipil. Namun, yang
ingin kita lihat bukan kepada dampak apa yang akan dihadapi pelaku, tetapi kita menilik langsung
kehidupan para biarawan yang masih ingin mempertahankan keberadaan mereka dan keberadaan
masyarakat lainnya dengan kasih. Hal itu patut kita contoh karena seluas apapun ajaran yang
diberikan kepada kita, tujuannya ialah untuk mendapat dan memberikan kasih. Karena jika kita
telaah lebih dalam lagi, maka moral Kristiani ialah berdasarkan kasih dan oleh kasih

4. Setiap orang Kristen seharusnya bersifat konservatif karena seluruh gereja dipanggil oleh Tuhan
untuk memelihara Wahyu-Nya, sehingga boleh memelihara mandat yang diberikan serta
mempertahankan kebenaran yang satu kali sudah diberikan kepada orang suci. (Yudas 17: "Ingatlah
akan apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus").
Tugas gereja bukan menemukan Injil yang baru secara terus menerus atau menemukan teologi baru
atau moral baru atau kekristenan yang baru, melainkan menjadi pemelihara yang setia bagi satu-
satunya Injil yang bersifat kekal. Wahyu yang diberikan Allah sendiri sudah sempurna di dalam
AnakNya Yesus Kristus dan kesaksian- kesaksian rasul-rasulNya terhadap Kristus yang sudah dicatat
di dalam seluruh Kitab Suci. Pewahyuan dari diri Allah tidak boleh diubah dengan bentuk dan cara
apapun - tidak perduli ditambahkan atau dikurangi- kebenaran dan otoritas Kitab Suci tidak boleh
diubah.

Penulis dari buku "Pertumbuhan Dan Persatuan" mengutarakan konsep ini dengan dinamis: "Tugas
gereja yang utama adalah memelihara keutuhan Injil. Untuk membicarakan kebiasaan mental ini
dengan maksud mengatakan, barang itu memang kuno serta penentang segala pikiran baru, sama
sekali bukan maksud kita. Penggemar hal-hal kuno dan penentang pencerahan merupakan
kebiasaan buruk orang Kristen, sedangkan konservatifisme merupakan kebajikan orang Kristen."

5. Ibadah ialah di mana jemaat sebagai umat Allah berkumpul untuk berbakti kepada Allah dan
untuk mendengarkan firman-Nya.1 Ibadah merupakan suatu wujud ketaatan orang percaya kepada
Allah dan syukur orang percaya atas apa yang ditetapkan sebagai suatu keharusan untuk
pertumbuhan rohani dan untuk berbakti kepada Allah.

Ibadah yang benar seharusnya bisa membuat hidup diubahkan menjadi lebih baik dengan
pertumbuhan iman yang pesat. Hakekat dari ibadah sesungguhnya adalah sebuah sarana bagi kita
untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, masuk dan diam dalam hadiratNya, bersekutu dan
bergaul akrab dengan Tuhan. Jika ini kita sadari penuh, maka kita tidak akan main-main lagi dalam
ibadah kita. Ibadah yang benar akan menghasilkan sesuatu yang besar. Kita bisa belajar dari
kesungguhan hati jemaat mula-mula. "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-
tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan
makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka
disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan." (Kisah Para Rasul 2:46-47). Lihatlah bagaimana Tuhan memberkati mereka dengan
jiwa-jiwa.

Ibadah tidak hanya terbatas pada seremonial yang penuh dengan hafalan tanpa memahami
esensinya, sesuatu yang tidak berasal dari hati kita yang terdalam. Tuhan tidak suka dengan orang-
orang seperti itu. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan
mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan
ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya,
Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat
orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan
bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Perhatikan bahwa ada hukuman Tuhan yang akan jatuh kepada
orang-orang yang hanya sebatas bibir saja memuliakan Tuhan, hanya sebatas hafalan, seremonial,
sementara hatinya tidak memancarkan kasih sama sekali kepada Tuhan. Sebaliknya kepada orang
yang sungguh-sungguh mencari Tuhan dalam tiap ibadah yang mereka lakukan, Tuhan memberikan
seperti ini: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan
wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan
memberi engkau damai sejahtera." (Bilangan 6:24-26). Ini akan diberikan sebagai berkat kepada kita
jika kita meletakkan nama Tuhan di atas segalanya, termasuk dalam ibadah kita. (ay 27).

"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Ini adalah pesan penting bagi kita. Kita
diminta untuk terus berusaha hidup kudus, sehingga kita bisa memberikan hidup kita sebagai
persembahan yang berkenan bagi Allah. Inilah sesungguhnya ibadah yang sejati, bukan hanya
melakukan segala sesuatu secara lahiriah dan terus membiarkan diri kita untuk dikuasai berbagai
dosa. Ibadah yang sejati akan menghasilkan perubahan budi, yang akan membuat pribadi kita
menjadi baru, terus bertumbuh lebih baik lagi dengan mengetahui kehendak Allah, apa yang baik
dan berkenan kepadaNya dan apa yang sempurna. (ay 2). Kita harus terus melatih diri kita untuk
beribadah dengan benar, karena itu akan sangat berguna baik untuk hidup di dunia maupun untuk
hidup yang akan datang. (1 Timotius 4:7b-8). Tuhan telah memberi keselamatan atas kita sebagai
kasih karuniaNya yang begitu besar, oleh karena itu ia menginginkan kita untuk meninggalkan
kefasikan dan kedagingan, nafsu-nafsu duniawi dan memilih hidup bijaksana dan taat beribadah.
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita
supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana,
adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini" (Titus 2:11-12). Ibadah yang dilakukan dengan benar
dan sungguh-sungguh karena kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati
akan sangat berguna, sebaliknya ibadah yang dilakukan hanya sebatas lahiriah atau seremonial saja
selain tidak akan mendatangkan manfaat apa-apa malah akan menjatuhkan hukuman atas kita.
Karenanya selagi kesempatan untuk beribadah masih ada, manfaatkanlah itu sebaik-baiknya dan
lakukanlah dengan menyadari hakekat ibadah yang benar. Don't turn your back on God, let's
worship Him with our heart

Anda mungkin juga menyukai