Anda di halaman 1dari 11

LAPISAN MASYARAKAT

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH : Pengantar Sosiologi
DOSEN PENGAMPU : Elismayanti Rambe, M.Kom.I

DI SUSUN OLEH
NAMA NIM
YAHYA ISRAR NASUTION 21050004
AHMAD ALPIN SAHRI 21050003

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MADINA


MANDAILING NATAL
SUMATERA UTARA
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “LAPISAN
MASYARAKAT ”.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terwujudnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan
makalah ini, semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI

BAB I ..................................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................................................... 5
A. Terjadinya Lapisan Masyarakat ............................................................................................... 5
B. Sistem Lapisan Masyarakat ....................................................................................................... 6
C. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat ................................................................................................ 7
D. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat ............................................................................................ 7
BAB III................................................................................................................................................ 10
Kesimpulan ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal hal tertentu, akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainya. Kalau suatu
masyarakat lebih menghargai kekayaan materil dari pada kehormatan. Gejala tersebut menimbulkan
lapisan masyarakat, yang merupakan perbedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan yang berbeda-beda.
Filsuf Aristoteles mengatakan di dalam negara terdapat tiga unsur, mereka yang kaya sekali,
yang pertengahan dan yang melarat. Seseorang sosiologi terkemuka, yaitu Pitirim A.Sorokin,
pernah mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup teratur. Lapisan teratas adalah orang yang memiliki sesuatu yang berharga
dalam jumlah yang sangat banyak.
Dan lapisan rendah adalah mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang
berharga. Biasanya golongan yang berada dalam lapisan teratas tidak hanya memiliki satu macam
saja dari apa yang di hargai oleh masyarakat, tetapi kedudukanya yang tinggi, memiliki uang
banyak, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan. Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam
sosiologi di kenal dengan social stratification. Kata stratification berasal dari kata stratum (strata
yang berarti lapisan).
Menurut Pitirim A.Sorokin social stratification adalah perbedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Perwujutanya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih
rendah. Menurut sorokin,dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam
pembagian hak dan kewajiban, kewajiban, dan tanggung jawab nilai nilai sosial pengaruhnya di
antara anggota-anggota masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terjadinya Lapisan Masyarakat
Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja di susun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah
kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat seorang kepala masyarakat, dan
mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia di anggap sederajat. Akan tetap, sesuai dengan kenyataan
hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah dimikian. Perbedaan atas lapisan merupakan
gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.1
Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam masyarakat.
1. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem dimikian hanya mempunyai arti
khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.
2. Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti sebagai berikut :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, kekayaan, dan keselamataan.
b. Sistem pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.
c. Kriteria sistem pertentengan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat
tertentu, milik, dan wewenang atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi.
e. Mudah sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang
sama dalam sistem sosial masyarakat.
Sistem lapisan masyarakat yang dengan sengaja di susun untuk mengajar suatu tujuan
bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi-organisasi formal, seperti pemerintah, prusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau
perkumpulan.kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sistem lapisan. Unsur
tersebut memepunyai sifat yng lain dari uang, tanah, benda-benda ekonomis, ilmu pengetahuan,
atau kehormatan.
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur, kekuasaan dan
wewenang yang ada harus di bagi dengan teratur pula sehingga jelas bagi setiap orang di tempat
mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam organisasi, secara vertikal dan horizontal. Apabila

1
Soerjono Soekanto,Sosiologi Pengantar,edisi baru keempat(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1990)hal 254
kekuasaan dan wewenang tidak di bagi secara teratur, kemingkinan besar sekali akan terjadi
pertentangan-pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat.
B. Sistem Lapisan Masyarakat
Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistem lapisan yang bersifat tertutup
membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang
merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem demikian, satu-satunya jalan untuk
menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem
terbuka, setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk
naik lapisan, atau, bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan
dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap
anggota masyarakat untuk di jadikan landasan pembagunan masyarakat dari pada sistem yang
tertutup.
Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah
kestatus satu kestatus lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk
dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau
keturunan.2Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta
seperti di india misalnya :
1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karna warisan/kelahiran. Anak yang lahir memperolah
kedudukan orang tuanya
2. Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karna seseorang
takmungkin mengubah kedudukannya, kecuali bika ia dikeluarkan dari kastanya.
3. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta,
identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma
kasta dan lain sebagainya.
6. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
7. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan
Sistem kasta di India telah ada berabad-abad yang lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa india
adalah yati;3sedangkan sistemnya disebut varna. Menurut kitab Rig-veda dan kitab-kitab
brahmana, dalam masyarakat india kuno dijumpai empat varna yang tersusun dari atas kebawah.
Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatra, Vaicya dan Sudra.

2
Kingslay Davis,Human Society cetakan ke 13(New York: The Macmillan Company,1960)hal 378-379
3
Kotjaraningrat,Beberapa Pokok Antropologi Sosial(Jakarta: Dian Rakyat,1967)hal 174
C. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat
Kelas-kelas dalam masyarakat adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta di akui
oleh masyarakat umum.
Ada beberapa pendapat tentang kelas-kelas dalam masyarakat , yaitu :
Kurt.B.Mayer, istilah kelas sosial hanya di pergunakan untuk lapisan yang bersandarkan atas
unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan di
namakan kelompok kedudukan (status group).4
Max Weber, membuat perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kedudukan
sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat
ekonomis di baginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda,
sarta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dan menggunakan kecakapanya. Adanya golongan
yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan di namakan stand.5
Joseoh Schumpeter, terbentuknya kelas dalam masyarakat di perlukan untuk menyesuaikan
masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala
kemasyarakatan lainya hanya dapat di mengerti dengan benar apabila di ketahui riwayat terjadinya.
Definisi lain dari kelas adalah berdasarkan beberapa kriteria tradisional, yaitu:6
1. Besar jumlah anggotanya,
2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya,
3. Kelanggengan,
4. Tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas,
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain),
6. Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas menyediakan kesempatan atau fasilitas-fasilitas
hidup tertentu. ( life chances ) bagi anggotanya.
D. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah
kedudukan ( status ) dan peranan ( role )7. Kedudukan dan peranan merupakan unsur unsur dalam
sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola
yang mengatur hubungan timbal balik antar individu-individu tersebut. Dalam hubungan timbal
balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting karena langgengnya

4
Kurt B Mayer, Dimension Of Social Stratification in Modern Society,hal 281
5
Max Weber, Sosial Stratification and Class Structure, hal 303
6
William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff, Sosiologi
7
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, hal 255
masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu termaksut8. Untuk
gambaran yang agak lebih mendalam, kedua hal tersebut akan dibicarakan.
1. Kedudukan (Status)
Kadang-kadang di bedakan antara pengertian kedudukan ( status ) dengan kedudukan sosial (
social status ). Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Kedudukan sosial diartikan adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya, dan hak-hak
serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu
pola tertentu.9
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu sebagai berikut :
A. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut memperoleh karena
kelahiran. Pada umumnya ascribed status di jumpai pada masyarakat-masyarakat dengan
sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat fiodal, atau masyarakat di mana sistem
lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun demikian, ascribed status tak hanya
dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem
lapisan terbuka juga ada.
B. Achieved status adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang di
sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi
siapa saja, tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan
tertentu.
C. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status, yang
merupakan kedudukan yang di berikan. Assigne-status tersebut sering mempunyai hubungan
yang erat dengan achieved status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan
memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah
memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.10
2. Peranan ( Role)
Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan ( status). Apabila seseorang
meleksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjankan suatu peranan.
Pembeda antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan.keduanya tidak dapat di pisah-pisahkan karena yyang satu tergantung pada yang lain
dan sebaliknya.

8
Raph Linton,The Study of Man, hal 113
9
Roucek dan Werren,Sosiology and Introduction,(Littlefield: Adams & Co. Paterson New Jersey,1962) hal 60
10
JBAF Mayor Polak,Suatu Pengantar Ringkasan,(Jakarta: Balai Buku Ikhtiah,1966) hal 198
Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sabagai mana halnya
dalam kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti11. Setiap orang mempunyai macam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang perbuatnya bagi masyarakat
serta kesempata-kesempatan apa yang di berikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan
adalah karna ia mengatur prilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batass batas
tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbutan orang lain hubungan-hubungan sosial yang ada
dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.
Peranan juga di atur oleh norma-norma yang berlaku.
Peranan yang melekat pada seseorang harus di bedakan dengan posisi dalam pergaulan
kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social position merupakan unsur statis
yang menunjukan tepat individu pada organisasi masyarakat.12

11
Ralph Linton, hal 114
12
Levinson,Role Personality and Social Strukture,(New York: Random House,1961) hal 31
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata STRATA atau STRATUM yang berarti
LAPISAN. Karena itu social Stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat.
Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (Status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya,
dikatakan berada dalan suatu lapisan atau stratum.
Lapisan masyarakat ( stratifikasi sosial ) adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat ( secara hierarkis ).

Kelas-kelas dalam lapisan masyarakat ada tiga yaitu :


1. Kelas Atas
2. Kelas Menengah
3. Kelas Bawah
Sistem lapisan masyarakat terjadi karena dua hal yaitu :
1. Terjadi dengan sendirinya
2. Terjadi dengan sengaja di susun untuk mengejar tujuan bersama
Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam masyarakat:
1. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem demikian hanya mempunyai arti
khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.
2. Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti :
❖ Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, dan
keselamatan.
❖ Sistem pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.
❖ Kriteria sistem pertentangan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok
kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
❖ Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.
❖ Mudah sukar bertukar kedudukan.
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah.2011.Sosiologi Pendidikan:Individu, Masyarakat dan
Pendidikan.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Martono, Nanang.2011.Sosiologi Perubahan Sosial:Perspektif Klasik, Modern.
Posmodern dan Psokolonial.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Soekanto, Soejono.2010.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:PT Rajagrafindo Parsada.
Ahmadi, Abu.2007.Sosiologi Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Syamsir dan Burmawi.2003.Buku Ajar:Pengantar Sosiologi.Padang:UNP

Anda mungkin juga menyukai