HASIL
Demografi Pasien
Data demografi pasien dirinci pada Tabel I. Kami menganalisis data dari
154 pasien dari tahun sebelum diimplementasikan protokol nyeri
(preimplementation) dan 148 pasien setelah protokol nyeri diimplementasikan
(pasca implementasi). Kedua kompok serupa dalam distribusi usia, jenis kelamin,
diagnosis, dan prosedur pembedahan. Kebanyakan (90%) dari prosedur bedah
dilakukan sebagai rawat jalan atau dengan rawat inap di rumah sakit (rata-rata lama
tinggal 0 hari; kisaran, 0–6 hari). Tidak ditemukan adanya perbedaan yang
signifikan secara statistik dalam proporsi pasien yang menerima narkotika pada
tahun menjelang operasi. Hampir setengah (48%) pasien pasca- kelompok
implementasi menyelesaikan ORT. Dari jumlah tersebut, 87% responden dianggap
berisiko rendah untuk penyimpangan penggunaan opioid.
Tabel II.
Dampak Protokol Manajemen Nyeri Perioperative terhadap Peresapan Obat
Pulang
Kepuasan Pasien
Gambar 1 menunjukkan bahwa grup pasca implementasi melaporkan
tingkat kepuasan yang tinggi dengan pola peresepan baru kami, dengan 90%
memberikan nilai 8 atau lebih tinggi dari itu. Sebagian besar pasien merasa bahwa
mereka mampu berpartisipasi dalam membuat keputusan manajemen nyeri pasca
operasi, dan sebagian besar melaporkan tingkat pereda nyeri yang tinggi. Hanya
7% pasien melaporkan bahwa mereka memilih perawatan nyeri lebih dari apa yang
mereka terima. Enam puluh delapan persen responden melaporkan menerima
informasi tentang pilihan pengobatan nyeri dan 37% pasien menggunakan metode
pengobatan penghilang rasa sakit non medis.
Data ORT
Tabel III melaporkan pola peresepan di kami 71 pasien yang menyelesaikan
ORT sebelum operasi. Enam puluh dua pasien dikategorikan sebagai risiko rendah,
dan sembilan dikategorikan sebagai risiko tinggi. Ketika membandingkan
kelompok kelompok risiko rendah ke kelompok berisiko sedang-tinggi kami,
peneliti tidak melihat perbedaan yang signifikan dalam kuantitas peresepan atau
jumlah isi ulang yang diperoleh. Tujuh puluh delapan persen pasien dalam
kelompok risiko sedang-tinggi melaporkan kepuasan pasien yang tinggi terhadap
kontrol tingkat nyeri mereka.
Tabel III.
Peresepan Opioid berdasarkan Opioid Risk Tool Category.
DISKUSI
Kami percaya ada empat komponen utama untuk implementasi protokol
manajemen nyeri perioperative baru yaitu: edukasi pra operasi, stratifikasi risiko,
penyetaraan peresepan regimen obat, dan analisis kepuasan pasien pasca operasi.
Di dalam departemen bedah kepala dan leher, peneliti membuat stratifikasi
prosedur tertentu ke dalam kategori ringan, sedang, atau rasa sakit pasca operasi
yang berat. Pada studi ini termasuk sampel diambil hanya pasien yang menjalani
prosedur prosedur operasi dengan tingkat nyeri yang ringan. Sebagai bagian dari
aspek edukasi praoperasi dari protokol tersebut, penting untuk berdiskusi tentang
rencana kontrol nyeri pasca operasi serta harapan kontrol nyeri sebelum prosedur
dilakukan.
Regimen resep standar kami dirancang sebelum dimulainya banyak
pedoman peresepan yang disediakan oleh Ohio Board of Pharmacy mengenai
pedoman nyeri akut yang disampaikan pada Agustus 2017. 20 Tramadol dipilih
sebagai obat lini pertama dalam algoritme kami untuk beberapa alasan. Tramadol
adalah opioid terendah yang tersedia (MME terendah), dan mekanisme kerjanya
menargetkan serotonin dan kadar norepinefrin berbeda dengan opioid tradisional r
yang mempengaruhi beberapa resepto jalur nyeri. Selain itu, ia memiliki profil efek
samping yang jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan opioid yang lebih
kuat. Kami tidak hanya memilih obat dengan potensi yang lebih rendah, tetapi juga
membatasi jumlah yang diresepkan. Frekuensi obat menurun dari setiap 4 jam
menjadi setiap 6 jam, total durasi dikurangi, dan dibulatkan menjadi 5 atau
10. Obat ajuvan nonnarkotik tambahan diberikan diantara jadwal dosis obat opioid
(acetaminophen, ibuprofen).
Saat menerapkan protokol peresepan nyeri baru, penting bahwa semua
anggota tim terlibat. Meskipun edukasi pra operasi dilakukan oleh dokter bedah
dan/atau staf perawat, di pusat akademik, obat pascaoperasi biasanya ditulis oleh
residen, seperti yang ditunjukkan oleh data kami di mana> 93% dari resep nyeri
pulang ditulis oleh residen atau praktisi perawat. Hal ini menunjukkan pentingnya
edukasi setiap anggota tim saat mengimplementasikan protokol dan menghilangkan
hambatan yang ada di alur kerja, seperti peresepan menggunkan rekam medis
elektronik. Mengidentifikasi tiap hambatan penting dengan penerapan setiap
protokol. Kepatuhan terhadap protokol kami meningkat dari 36% menjadi 70%
ketika membandingkan 3 bulan pertama dan terakhir penelitian, Untuk kepatuhan
keseluruhan adalah 57% selama studi berlangsung.
Kami melihat penurunan yang signifikan dalam jumlah pasien yang
menerima obat yang mengandung oksikodon dan peningkatan yang signifikan pada
pasien yang menerima tramadol pada kelompok pasca implementasi. Kami melihat
tanda- penurunan yang signifikan dalam jumlah tablet yang diresepkan di setiap
subkelompok ini. Saat melihat resep opioid kami pada semua pasien, jumlah rata-
rata tablet yang diresepkan menurun secara signifikan dari 34,71 menjadi 25,36
( P < .001). Setelah penerapan protokol peresepan obat nyeri nyeri, departemen
kami meresepkan 3.648 lebih sedikit pil yang mengandung oksikodon.
Pada penelitian Brummett dkk. dan Syah dkk. Dilaporkan pasien dan faktor
peresepan yang dapat menyebabkan penggunaan opioid persisten. 12,13 Protokol
kami membahas masing-masing masalah ini dengan mengidentifikasi mereka yang
memiliki riwayat penyalahgunaan zat dan gangguan mood pada ORT
kami. Algoritma kami telah disesuaikan untuk mereka yang sudah menggunakan
obat nyeri kronis untuk gangguan nyeri lainnya. Akhirnya, regimen resep kami
adalah untuk durasi pendek, dan baik harian (20 MME) dan dosis kumulatif (120
MME) yang diberikan jauh di bawah ambang batas yang dapat menyebabkan
penggunaan opioid persisten. 13
Menariknya, meskipun memberikan jumlah sedikit pada opioid potensi
rendah, peneliti juga melihat penurunan yang signifikan dalam jumlah peresepan
tambahan dalam grup pasca implementasi kami. Hal ini sejalan dengan literatur
lain yang menunjukkan penurunan jumlah resep tambahan pada kelompok inisiasi
protokol manajemen nyeri. 15,16 Peneliti menganggap hal ini dikarenakan edukasi
pra operasi dan pengaturan harapan pasien. Tidak ada perbedaan statistik dalam
jumlah pasien yang meminta resep yang berbeda setelah keluar rumah sakit. Dalam
kelompok post implementasi ptotokol, hal ini dikarenakan intoleransi obat atau
kontrol nyeri yang tidak adekuat.
Prinsip keempat dalam menerapkan protokol peresepan anti nyeri baru
adalah evaluasi tingkat kontrol rasa sakit pasien. Tujuannya jelas untuk mengurangi
jumlah obat pereda nyeri yang diresepkan tanpa mengorbankan kepuasan
pasien. Analisis pasca operasi kami menunjukkan bahwa 90% pasien menilai 8
atau lebih tinggi pada kepuasan keseluruhan terhadap kontrol rasa sakit mereka,
dan hanya 7% dari mereka memilih mendapatkan pengobatan nyeri
lebih. Pelaporan nyeri terburuk adalah 4,5 (rentang 0-10). Khususnya pada 24 jam
pertama, respons rata-rata untuk persentase waktu dalam keparahan nyeri adalah
12%. Kami menafsirkan ini sebagai kontrol rasa sakit yang memadai, dan itu
memvalidasi stratifikasi kami terhadap pembagian peneliti bahwa prosedur ini
masuk ke dalam kategori nyeri ringan.
Meskipun sekitar 25% pasien tidak mengambil resep opioid mereka saat
pulang.
Penelitian ini tidak dapat menjelaskan alasan pasti pasien tidak mengambil resep
mereka, Adapun prediksi yang mungkin adalah kontrol rasa sakit yang memadai,
kurangnya akses (misalnya, biaya, transportasi), atau menghindari obat opioid.
Dalam penelitian ini, ORT digunakan secara retrospektif untuk memisahkan
pasien ke dalam kategori risiko rendah atau sedang-tinggi untuk penggunaan opioid
yang menyimpang, tetapi tidak ada perbedaan dalam pola peresepan atau jumlah
tambahan resep yang diminta. Alat ini secara tradisional telah digunakan untuk
membuat stratifikasi pasien menjalani manajemen nyeri kronis, meskipun utilitas
ini masih dipertanyakan. 21,22 Tidak ada alat stratifikasi risiko yang mapan dalam
derajat nyeri akut. Beberapa pasien dalam populasi penelitian ini diidentifikasi
sebagai: risiko sedang atau tinggi, yang dapat membatasi penggunaannya, tetapi
paling tidak hal ini dapat membantu dalam komunikasi dengan pasien mengenai
penggunaan opioid dan mengidentifikasi pasien yang memiliki riwayat
penyalahgunaan zat. Kami menafsirkan pola peresepan pada kelompok ORT
sedang-tinggi secara hati-hati karena jumlah yang sedikit, tetapi kami tidak
menemukan perbedaan drastis antar kelompok.
Terdapat beberapa kelemahan pada penelitian ini. Penelitian ini bersifat
tinjauan retrospektif, sehingga pasien dalam kategori pra-pelaksanaan protokol
tidak mengisi APS-POQ pasca operasi, jadi paneliti tidak dapat menunjukkan
perbedaan kepuasan pasien terhadap implementasi protokol manajemen nyeri.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah Ohio Board of Pharmacy memberikan
regulasi tentang pembatasan jumlah obat pereda nyeri yang dapat diberikan segera
setelah protokol manajemen nyeri diimplementasikan, hal ini berpotensi menjadai
variable perancu. Kami tidak dapat menentukan apakah protokol manajemen nyeri
saja akan telah menghasilkan hasil yang sama.
Data kami menunjukkan bahwa protokol manajemen nyeri perioperatif
dapat mengurangi peresepan pasca operasi yang memiliki hasil konsisten berbagai
literatur terbaru. Shindo dkk. melaporkan penurunan jumlah opioid yang
diresepkan selain manajemen nonopioid pada operasi tiroidektomi dan
paratiroidektomi. 23
Kedepannya diharapkan dapat menyesuaikan durasi dan jenis manajemen
nyeri pasca operasi pada prosedur tertentu, menganalisis nyeri pasca operasi yang
dilaporkan untuk kelompok nyeri bedah lainnya (misalnya, sedang, berat, free
flaps), dan nyeri pasca operasi prosedur spesifik lainnya.
KESIMPULAN
Protokol manajemen nyeri dibuat sebagai panduan resep dalam manajemen
perioperatif pasien yang menjalani prosedur kepala dan leher. Studi ini
menunjukkan penurunan drastis dalam jumlah dan potensi obat pereda nyeri untuk
pasien yang menjalani operasi kepala dan leher dengan rasa sakit ringan paska
operasi dengan tetap mempertahankan kontrol nyeri yang memadai pada survei
pasca operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arianpour K, Nguyen B, Yuhan B, Svider PF, Eloy JA, Folbe AJ. Opioid
prescription among sinus surgeons. Am J Rhinol Allergy 2018;32: 323–
329.
2. Goldman JL, Ziegler C, Burckardt EM. Otolaryngology practice patterns in
pediatric tonsillectomy: the impact of the codeine boxed warning.
Laryngoscope 2018;128:264–268.
3. Horton JD, Munawar S, Corrigan C, White D, Cina RA. Inconsistent and
excessive opioid prescribing after common pediatric surgical operations
[published online July 7, 2018]. JPediatr Surg doi: https://doi.org/10.
1016/j.jpedsurg.2018.07.002.
4. Cramer JD, Wisler B, Gouveia CJ. Opioid stewardship in otolaryngology:
state of the art review. Otolaryngol Head Neck Surg 2018;158:817–827.
5. Schwartz MA, Naples JG, Kuo C-L, Falcone TE. Opioid prescribing
patterns among otolaryngologists. Otolaryngol Head Neck Surg
2018;158:854–859.
6. Svider PF, Arianpour K, Guo E, et al. Opioid prescribing patterns among
otolaryngologists: crucial insights among the medicare population.
Laryngoscope 2018;128:1576–1581.
7. Li RJ, Loyo Li M, Leon E, et al. Comparison of opioid utilization patterns
after major head and neck procedures between Hong Kong and the United
States. JAMA Otolaryngol Head Neck Surg 2018;144:1060–1065.
8. Militsakh O, Lydiatt W, Lydiatt D, et al. Development of multimodal
analgesia pathways in outpatient thyroid and parathyroid surgery and
association with postoperative opioid prescription patterns. JAMA
Otolaryngol Head Neck Surg 2018;144:1023–1029.
9. Sanders JG, Dawes PJD. Gabapentin for perioperative analgesia in
otorhinolaryngology-head and neck surgery: systematic review.
Otolaryngol Head Neck Surg 2016;155:893–903.
10. Long SM, Lumley CJ, Zeymo A, Davidson BJ. Prescription and usage
pattern of opioids after thyroid and parathyroid surgery. Otolaryngol Head
Neck Surg 2019;160:388–393.
11. Pang J, Tringale KR, Tapia VJ, et al. Opioid prescribing practices in
patients undergoing surgery for oral cavity cancer. Laryngoscope 2018;
128:2361–2366.
12. Brummett CM, Waljee JF, Goesling J, et al. New persistent opioid use after
minor and major surgical procedures in US adults. JAMA Surg 2017;152:
e170504.
13. Shah A, Hayes CJ, Martin BC. Characteristics of initial prescription
episodes and likelihood of long-term opioid use—United States, 2006-
2015. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2017;66:265–269.
14. Sommer M, Geurts JWJM, Stessel B, et al. Prevalence and predictors of
postoperative pain after ear, nose, and throat surgery. Arch Otolaryngol
Head Neck Surg 2009;135:124–130.
15. Earp BE, Silver JA, Mora AN, Blazar PE. Implementing a postoperative
opioid-prescribing protocol significantly reduces the total morphine
milligram equivalents prescribed. J Bone Joint Surg Am 2018;100:1698–
1703.
16. Lee JS, Howard RA, Klueh MP, et al. The impact of education and
prescribing guidelines on opioid prescribing for breast and melanoma
procedures.Ann Surg Oncol 2019;26:17–24.
17. Alter TH, Ilyas AM. A prospective randomized study analyzing
preoperative opioid counseling in pain management after carpal tunnel
release surgery. J Hand Surg 2017;42:810–815.
18. Soffin EM, Waldman SA, Stack RJ, Liguori GA. An evidence-based
approach to the prescription opioid epidemic in orthopedic surgery. Anesth
Analg 2017;125:1704–1713.
19. Adams EH, Breiner S, Cicero TJ, et al. A comparison of the abuse liability
of tramadol, NSAIDs, and hydrocodone in patients with chronic pain. J
Pain Symptom Manage 2006;31:465–476.
20. State of Ohio. Board of Pharmacy. New limits on prescription opioids for
acute pain. Available at:
https://www.pharmacy.ohio.gov/Documents/Pubs/Special/ControlledSubsta
nces/For%20Prescribers%2020New%20Limits%20on%20Prescription
%20Opioids%20for%20Acute %20Pain.pdf. AccessedJanuary 11, 2019.
21. Webster LR, Webster RM. Predicting aberrant behaviors in opioid-treated
patients: preliminary validation of the Opioid Risk Tool. Pain Med Maden
Mass 2005;6:432–442.
22. Witkin LR, Diskina D, Fernandes S, Farrar JT, Ashburn MA. Usefulness of
the opioid risk tool to predict aberrant drug-related behavior in patients
receiving opioids for the treatment of chronic pain. J Opioid Manag 2013;
9:177–187.
23. Shindo M, Lim J, Leon E, Moneta L, Li R, Quintinalla-Diek L. Opioid
prescribing practice and needs in thyroid and parathyroid surgery
[published online October 25, 2018]. JAMA Otolaryngol Head Neck Surg
doi:https:// doi.org/10.1001/jamaoto.2018.2427