PENGERTIAN
Kanker/Cancer adalah pertumbuhan dari sel tubuh yang bersifat merusak dan tidak
beraturan serta menyebar melalui jaringan yang normal. (Rushdal, 1999).
Kanker kulit adalah penyakit di mana kulit kehilangan kemampuannya untuk regenerasi
dan tumbuh secara normal. Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara
teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan menumbuhkan kulit baru.(Jacobs B, Segal RJ,
2005)
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang
tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh
yang lain (Ajoemedi soemardi, 2006).
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi dan
tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara teratur
untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali ( Tiro, 2010).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti perlindungan terhadap
kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik maupun pengaruh kimia, serta mencegah
kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan
elastis yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan orang
dewasa (Paul et al., 2011).
Fungsi kulit antara lain sebagai proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari kehilangan
cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet,sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan panas karena terdapat
banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air yang dapat digunakan apabila terjadi
penurunan volume darah dan tempat terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003;
Perdana kusuma, 2007).
Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel dan lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan suatu lapisan jaringan
ikat.
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis bertanduk,
mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada
berbagai tempat di tubuh, paling tebal terdapat pada telapak 6 tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis terdiri atas lima lapisan
(dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) yaitu stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosumdan stratum basale (stratum Germinatum)
(Perdanakusuma, 2007).
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri
dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen akan
berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan serabut elastin terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen akan saling bersilang dalam jumlah yang besar dan serabut
elastin akan berkurang mengakibatkan kulit terjadi kehilangan kelenturanannya dan tampak
berkeriput (Perdanakusuma, 2007).
Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat,
kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf dan sebagian
serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (TranggonodanLatifah, 2007).
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan
di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda 7 menurut daerah tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi
(Perdanakusuma, 2007).
Gambar 2.1 StrukturKulitManusia (Perdanakusuma, 2007).
A. ETIOLOGI
Secara umum etiologi dari kanker kulit belum diketahui secara pasti namun memiliki
banyak factor yang potensial antara lain:
1. Terpapar oleh radiasi ultraviolet secara berlebihan (baik ultraviolet A maupun ultraviolet
B).
2. Luka yang lama tidak sembuh(chronic non-healing wounds),khususnya luka bakar,
diantaranya adalah Marjolin’s ulcer yang bias berkembang menjadi karsinoma sel
skuamosa.
3. Genetic
4. Tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm berisiko tinggi berkembang menjadi kanker.
5. Human papilloma virus (HPV) sering dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa pada
genital, anus, mulut, faring dan jari tangan.
6. Toksin arsenik merupakan salah satu resiko peningkatan insiden karsinoma sel skuamosa.
Kekurangan beberapa vitamin dan mineral tertentu dan merokok.
A. MANIFESTASI KLINIS
Secara Umum :
A. KLASIFIKASI
Kanker kulit terbagi menjadi tiga jenis antara lain Karsinoma Basal, Karsinoma Sel Skuamosa
dan Melanoma Maligna.
1) Karsinoma Basale
Karsinoma sel basal adalah suatu tumor kulit yang bersifat ganas, berasal dari sel-sel
basal epidermis dan apendiknua. Tumor ini berkembang lambat dan tidak/jarang bermetatase.
Keganasan pada karsinoma ini ialah lokal (lozalized malignant) yaitu invasi ke tumor ke jaringan
dibawah kulit (sub kulit), fasia, otot dan tulang, umumnya tidak menyebabkan kematian.
Etiologi
Sampai saat ini masih belum diketahu pasti penyebabnya. Dari beberapa penelitian
menyatakan bahwa faktor predisposisi yang memegang peranan penting perkembangan
karsinoma sel basal. Faktor predisposisi yang diduga sebagai penyebab yaitu :
Faktor internal:
Umur
Ras
Genetic dan,
Jenis kelamin.
Faktor eksternal :
Karsinoma sel basal dari epidermis dan adneksa struktur( folikel rambut, kelenjar
ekstrin). Terjadinya didahului dengan regenerasi dari kolagen yang sering dijumpai pada orang
yang sedikit pigmennya dan sering mendapat paparan sinar matahari, sehingga nutrsisi pada
epidermis terganggu dan merupakan prediksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi
sebagai energy yang dapat menyerap energy yang berbeda jenisnya dan menghilang dalam
bentuk panas. Jika energy masih terlalu besar dapat merusal sel dan mematikan sel atau
mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker.
Beberapa peneliti mengatakan karsinoma sel basal merupakan gabungan pengaruh sinar
matahari,tipe kulit,warna kulit dan factor predisposisi lainnya. Paningkatan radiasi ultraviolet
dapat menginduksi terjadinya keganasan kulit pada manusia melalui efek imunologik dan efek
karsinogenik. Transformasi sel menjadi ganas akibat radiasi ultraviolet diperkirakan berhubngan
dengan terjadinya perubahan pada DNA yaitu terbentuknya Photo Product yang disebut dimejr
pirimidin yang diduga berperan pada pembentukan tumor. Reaksi sinar ultraviolet menyebabkan
efek terhadap proses karsinogenik pada kulit antara lain: induksi timbulnya menjadi sel kanker,
menghambat immunosourveillance dengan menginduksi limfosit T yang spesifik untuk tumor
tertentu.
Manifestasi Klinis
Karsinoma sel basal umumnya mudah di diagnosis secara klinis. Ruam dari karsiona sel
basal terdiri dari satu atau beberapa nodul kecil seperti lilin (waxy), semitranslusen berbentuk
bundar dengan bagian tengah lesi sekung (central depresion) dan bisa mengalami ulserasi dan
pendarahan, sedangkan bagian tepi maningi seperti mutirara yang merupakan tanda khas yang
pada pinggiran tumor ini.
Pada kulit sering dijumpai tanda-tanda kerusakan seperti telngektase dan atropi. Lesi
tumor ini tidak menimbulakan rasa sakit. Adanya ulkus menandakan suatu proses kronis yang
berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan ulkus ini secara perlahan-perlahan dapat
bertambah besar.
Gambaran klinik karsinoma sel basal bervariasi. Terdapat 5 tipe dan 2 sindroma klinik yaitu:
1. Tipe Nodula-ulseratif (Ulkus Rodens)
Jenis ini dimulai dengan nodus kecil 2-4 mm, translusen, warna pucat seperti lilin (waxy-
nodulo). Dengan inspeksi yang teliti, dapat dilohat perubahan pembuluh darah superficial
melebar (telangiektasi).
Permukaan nodus mula-mula rata tetapi kalau lesi membesar, terjadi cekungan ditengahnya
dan pinggir lesi menyerupai bintil-bintil seperti mutiara (pearly border). Nodus mudah
berdarah pada trauma ringan dan mengadakan erosi spontan yang kemudian menjadi ulkus
yang terlihat di bagian sentral lesi.
Kalau telah terjadi ulkus, bentuk ulkus seperti kawah, berbatas tegas, dasar irreguler dan
ditutupi oleh krusta. Pada palpasi teraba adanya indurasi disekitar lesi terutama pada lesi
yang mencapai ukuran lebih dari 1 cm, biasanya berbatas tegas, tidak sakit atau gatal.
Dengan terutama ringan atau bila krusta diatasnya diangkat, mudah berdarah.
.
2. Tipe pigmented
Gambaran klinsnya sama dengan nodula-ulseratif, adanya pada jenis ini berwarna coklat
atau berbintik-bintik atau homogen (hitam merata) kadang-kadang menyerupai melanoma.
Banyak dijumpai pada ordang dengan kulit gelap yang tinggal pada daerah tropis.
Merupakan jenis yang agak jarang ditemukan. Lesinya berbentuk plakat yang berwarna
kekuningan dengan tepi yang tidak jelas, kadang-kadang tepinya meninggi. Pada
permukaannya tampak beberapa folikel rambut yang mencekung sehingga memberikan
gambaran seperti sikatriks. Kadang-kadang tertutup krusta yang melekat erat. Jarang
menagalami ulserasi. Tepi ini cenderung invasif kearah dalam. Tepi ini menyerupai penyakit
morphea atau skleroderma.
4. Tipe superfisial
Berupa bercak kemerahan dengan skuama halus dan tepi yang meninggi. Lesi dapat meluas
secara lambat, tanpa mengalami ulserasi. Umumnya multipel, terutama dijumpai pada
badan, kadang-kadang pada leher dan kepala.
5. Tipe fibroepitelial
Berupa satu atau beberapa nodul yang keras dan sering bertangkai pendek,permukaannya
halus dan sedikit kemerahan. Terutama dijumpai dipunggung. Tipe ini sangat jarang
ditemukan.
Sindroma klinik yang merupakan bagian penting dari karsinoma sel basal yaitu:
- Kelainan kulit; berupa nodul kecil yang multipel yang terdapat pada kanak-kanak
atau akhir pubertas, terutama dijumpai pada muka dan badan
- Selama stadium nevoid, ukurdan dan jumlah nodur bertambah. Sering setelah umur
dewasa, lesinya mengalami ulserasi dan kedalam stadium neoplastik dimana terjadi
invasi, destruksi dan multilasi. Kematian dapat terjadi karena invasi ke otak terdapat
cekungan (pit’s) pada telapak tangan dan kaki.
- Kelainan tulang : berupa kista pada rahang, kelainan pada tulnag iga dan tulang
belakang (skoliosis, spina bifida).
1. Sindroma linear and generalized folicular basal cell nevi. Merupakan jenis yang sangat
jarang ditemui pada lesi yang liner, berupa nodul disertai komode dan kista epidermal,
tersusun seperti garis dan unilateral. Biasanya terdapat sejak lahir. Pada jenis generalized
folicular ditemukan adanya kerontokan rambut bertahap, akibat kerusakan folikel rambut
akibat pertumbuhan tumor.
2. Sindroma bazex : atrophoderma dengan multipel karsinoma sel basal. Disamping itu ada
juga tipe-tipe klinis yang jarang dijumpai yaitu : fibro epirelioma, giant pore BCC, wild
fire BCC, angiomatous BCC, lipoma like BCC, giant exophytic BCC, hiperkreatotic
BCC dan intra oral BCC.
Penatalaksanaan
Tujuan karsinoma sel basal yaitu kesembuhan dengan hasil kosmetik yang baik karena
umumnya kasinoma sel basal terdapat pada wajah. Terapi dapat bersifcat preventif dan kuratif.
Banyak metode pengobatan karsinoma sel basal yaitu :
- Preventatif
Oleh karena sinar matahari predisposisi utama untuk terjadi kanker kulit maka perlu
diketahui perlindungan kulit terhadap sinar matahari, terutama bagi ordang-orang yang sering
melakukan aktifitas diiluar rumah dengan cara memakai sunscreens (tabir surya) selama terpajan
sinar matahari. Penggunaan tabir surya untuk kegiatan diluar rumah diperlukan tabir surya
dengan SPM yang lebih tinggi (>15-30).
Adanya hubungan antara terbentuknya berbagai radikal bebas antara lain akibat
sinar UV oada beberapa jenis kanker kulit, telah banyak dilaporkan. Pemakaian
antioksidan dapat berfungsi untuk menetralkan kerusakan atau mempertahankan fungsi
dari serangan radikal bebas. Telah banyak bukti bahwa terpaparnya jaringan dengan
radika bebas dapat mengakibatkan brbagai gejala klinik atau penyakit yang cukup serius.
Akibat reaksi oksidatid radikan bebas di DNA menimbulkan mutasi yang akhirnya
menyebabkan kanker. Diantarda antioksidan tersebut adalah; betakaroten, vitamin E dan
vitamin C.
- Kuratif
1. Bedah eksisi
Bedah eksisi atau bedah skalpel pada KSB dini memberikan tingkat sembuhan yang
tinggi.
Penyinaran lokal memberikan lapangan radiasi meiputi tumor dengan 1-2 cm jaringan
sehat sekelilingnya. Penyinaran dilakukan dedngan dosis 200 cGy per fraksi, 5 fraksi
dalam 1 minggu dengan total dosis 4000 cGy.
Dilakukan pada tingkat yang dini, cara yang terbaik dengan cara cutting dan
koagulasi dibanru dengan curettage. Jika hendak mengambil spesimen jaringan untuk
pemeriksaan histopatologi, dilakukan dengan electro section (pure cutting). Terlebih
dahulu diberi marker 3-5 mm di luar tumor.
Bedah beku adalah suatu metode pengobatan dengan menggunakan bahan yang dapat
menurunkan suhu jaringan tubuh dari puluhan sampai ratusan derajat Celsius di
bawah nol (subzero). Efek yang ingin dicapai:
b. Cryonecrsis, destruksi serta nekrosis sel dalam jaringan dermis dan jaringan
dibawahnya dengan cara pembentukan kristal es intra dan ekstra sel, akibatnya
terjadi kerusakan membran sel dan perubahan konsentrasi elektrolit, iskemik,
respon immunologik selama masa pencarian kristal es (thaw period)
1. Bedah kimia
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak efek metastasi kanker basal,
sekunder intervensi pascabedah
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4).
- Dapat mengindetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk melihat sejauh
mana rencana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi
menajemen nyeri keperawatan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif nonfarmakologi lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Lakukan menajemen nyeri keperawatan:
- Atur posisi fisiologis dan imobilisasi Posisi fisiologis akan meningkatan asupan O2 ke
eksremitas yang mengalami selulitis jaringan yang mengalami peradangan subkutan.
Pengaturan posisi idealnya adalah pada ardah
yang berlawanan dengan letak dari selulitis.
Bagian tubuh yang mengalami inflamasi lokal
dilakukan imobilisasi untuk menurunkan
respons peradangan dan meningkatkan
- Istirahatkan klien kesembuhan.
Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi
ini akan meningkatkan suplai darah pada
- Menajemen lingkungan: lingkungan tenang jaringan yang mengalami peradangan.
dan batasi pengunjung. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus
nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurdang apabila banyak
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam. pengunjung yang berada di ruangan.
Meningkatkan asuhan O2 sehingga akan
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang.
Karsinoma sel skuomosa adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang
merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan salah satu dari kanker kulit
yang sering dijumpai setelah basalioma.
Etiologi
Seperti pada umumnya kanker yang lain, penyebab kanker kulit ini juga belum diketahui
secara pasti. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan Karsinoma Sel
Skuamosa pada kulit yaitu :
Sinar Matahari
Paparan sinar matahari yang berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet
merupakan faktor risiko utama tidak hanya pada Karsinoma Sel Skauamosa, tapi juga
kanker kulit pada umumnya.
Warna kulit
Orang berkulit terang lebih rentan mengidap KSS karena pigmen kulitnya lebih sedikit
dibandingkan dengan orang berkulit gelap.
Suka menggelapkan kulit, baik dengan paparan sinar matahari secara langsung atau
dengan menggunakan alat khusus.
Usia
Pengaruh keturunan
Risiko Anda untuk mengidap KSS akan meningkat jika memiliki anggota keluarga yang
menderita kanker kulit.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengonsumsi obat imunosupresan,
pengidap limfoma, atau pengidap kanker darah.
Pathofisiologi
KSS muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian molekular yang menyebabkan
kerusakan genetik yang mempengaruhi kromosom dan gen, yang akhirnya menuju kepada
perubahan DNA. Akumulasi perubahan-perubahan tersebut memicu terjadinya disregulasi sel
pada batas dimana terjadinya pertumbuhan otonom dan perkembangan yang invasif. Proses
neoplastik mula-mula bermanifestasi secara intraepitel dekat membran dasar sebagai suatu hal
yang fokal, kemudian terjadi pertumbuhan klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan,
menggantikan epitelium normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun, terjadi invasi
membran dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasive.
Premalignansi oral merupakan ciri lesi yang dapat beresiko untuk berubah menjadi
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan bertransformasi menjadi kanker diikuti dengan
kekacauan fungsi normal jaringan. Proses patologis premalignansi mempengaruhi epitel
skuamosa berlapis yang melindungi rongga mulut. Gambaran utama yang terlihat mendahului
perjalanan keganasan adalah displasia epitel yaitu yang secara histologis menggambarkan
kombinasi gangguan pematangan dan gangguan proliferasi sel. Derajat displasia epitel dan
karsinoma yakni displasia ringan, displasia menengah, displasia berat (karsinoma in situ) dan
karsinoma.
Walaupun lesi displastik disebut potential malignant, tetapi tanpa dirawat dapat juga
menetap tanpa perubahan yang cepat untuk beberapa bulan atau tahun dan sebagian dapat
mengalami kemunduran ataupun spontan hilang. Tidak ada gambaran klinis ataupun histologis
yang dapat digunakan untuk memperkirakan kapan lesi berubah menjadi ganas atau sembuh
spontan.
Manifestasi Klinis
Karsinoma sel skuamosa umumnya sering terjadi pada usia 40-50 tahun dengan lokasi
yang tersering adalah pada daerah yang terbanyak terpapar sinar matahari seperti wajah, telinga,
bibir bawah, punggung, tangan, tungkai bawah.
Karsinoma sel skuamosa ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi
kulit yang telah ada sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis,
hidrokarbon keratosis, arsenikal keratosis, kornu kutanea, penyakit bowen dan
eritroplasia Queyrat. Karsinoma in situ dapat menetap di epidermis dalam jangka
waktu yang lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan basal sampai ke
dermis dan selanjutnya bermetastase mellalui saluran getah bening regional.
b. Karsinoma Sel Skuamosa Invasif
Karsinoma Sel Skuomosa invasif dapat berkembang dari KSS in situ dan dapat juga
dari kulit normal maupun jarang. KSS invasif yang dini baik muncul pada karsinoma
in situ, lesi premaligna atau kulit normal, biasanya adalah berupa nodul kecil dengan
batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak sedikit eritema.
Permukaan mula-mula lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau
papilomatosa. Ulserasi timbul didekat pusat dari tumor, lebih cepat atau lambat sering
sebelum tumor berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah
berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras.
Diagnosa Karsinoma Sel Skuamosa dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
(eufloresensi), pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan histopatologi.
1. Anamnesis ditanyakan adalah apakah sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang
cukup lama secara terus menerus?.Apakah ada riwayat kulit terbakar yang berulang
akibat paparan sinar matahari?Apakah menderita penyakit-penyakit yang mengakibatkan
supresi pada imunitas seperti HIV? Apakah pernah terpapar bahan arsenik dan polycyclic
hydrocarbons?.Apakah pernah terpapar bahan batubara dan produk-produk industri yang
mengandung batubara? Apakah pasien merokok?
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik berupa inspeksi untuk melihat eufloresensi kulit akan didapatkan
kelainan-kelainan berupa nodul yang keras dengan batas yang tidak tegas, permukaannya
mula-mula licin seperti kulit normal yang akhirnya berkembang menjadi
papiloma.Ulserasi dapat terjadi, umumnya mulai timbul pada waktu berukuran 1-2cm,
diikuti pembentukan krusta dengan pinggir yang keras serta mudah berdarah.
3. Pemeriksaan dermoskopi
Seperti halnya pada Karsinoma Sel Basal, hal yang diperhatikan adalah
ABCDE (asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter >6 mm,
enlarging lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa, kemungkinan
lesi tersebut bersifat ganas (karsinoma).
Penatalaksanaan
Terapi pembedahan terdiri dari pembedahan dengan eksisi, pembedahan dengan menggunakan
teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS), curretage and cautery, dan cryosurgery.
Radiasi Radiasi menggunakan sinar x-ray dengan energi tinggi untuk membunuh sel
kanker.Dikatakan bahwa, radiasi bukanlah untuk menyembuhkan kanker, melainkan
sebagai terapi adjuvan setelah pembedahan untuk mencegah rekurensi dari sel kanker
atau untuk mencegah metastasis.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah metode dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel
Kanker.
1) Melanoma Maligna
Melanoma maligna adalah sebuah kanker dari sel yang menghasilkan melanin. Oleh
karena itu, bisa timbul pada kulit, mukosa, retina, dan leptomeninges (Chan dan Greenbaum,
2013).
Melanoma maligna merupakan sebuah keganasan dari sel yang menghasilkan pigmen
(melanosit), biasanya berada di kulit tapi juga ditemukan di telinga, saluran pencernaan, mata,
mulut, mukosa genital, dan leptomeninges (McCourt, Dolan, dan Gormley, 2014).
Faktor Risiko.
a. Faktor Genetik
Berdasarkan hasil penelitian 25-40% dari anggota keluarga yang menderita melanoma
maligna diidentifikasi terdapat germline mutation pada cyclin-dependent kinase inhibitor 2A
(CDKN2A) dan juga sedikit didapatkan mutasi pada cyclin-dependent kinase 4 (CDK4).
Terdapat dasar rasional untuk hubungan antara kejadian melanoma dan mutasi pada CDKN2A
dan CDK4 karena kedua tersebut adalah tumorsuppresor genes (Miller dan Mihm, 2006).
Mutasi pada tumor-suppressor genes seperti c-kit, p53, dan BRAF dilaporkan
meningkatkan risiko melanoma maligna. Namun, masih belum jelas seberapa pentingya mutasi
dari gen-gen ini dianggap sebagai faktor risiko melanoma maligna (Holterhues, 2011).
b. Faktor Lingkungan
Paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari menjadi faktor penting dikaitkan dengan
peningkatan kejadian melanoma maligna, terutama pada sinar matahari yang membakar kulit
dalam waktu singkat tapi berulang-ulang (Putra, 2008).
Dari hasil penelitian yang lain juga memperlihatkan bahwa paparan sinar matahari yang
berlebihan, berulang-ulang tetapi dalam waktu singkat (intermittent), dan lama dapat
menyebabkan terjadinya melanoma maligna. Terutama pada waktu intens terpapar oleh sinar
matahari seperti membakar kulit pada waktu anak-anak ataupun remaja menjadi faktor risiko
melanoma maligna (Holterhues, 2011).
Perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih menyukai berjemur ataupun karena
pekerjaan yang memang harus terpapar matahari juga menjadi risiko terjadinya melanoma. Sama
halnya dengan pemakaian sunbed (MacKie, Hauschild, dan Eggermont, 2009).
c. Fenotipe
Orang Caucasian, rambut pirang atau merah, banyak freckles (ephelides), terdapat lebih dari
50 banal melanocytic nevi, nevi besar, atypical nevi, dan dysplastic nevi merupakan faktor risiko
melanoma maligna (MacKie, Hauschild, dan Eggermont, 2009).
d. Status Sosio-ekonomi
Melanoma maligna lebih sering pada orang yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi
memungkinkan mereka terkena terpapar sinar UV berulang-ulang tapi dalam waktu singkat yang
tinggi dan berlebihan (olahraga outdoor, olahraga musim dingin, dan sunbathing). Peningkatan
kekayaan pada Caucasian dalam waktu 6 dekade ini berkontribusi dalam peningkatan insiden
melanoma maligna (de Vries et al., 2006).
Patofisiologi.
a. Proliferasi dari Melanosit (benign lesions)
Hal yang pertama terjadi yaitu sebuah proliferasi dari melanosit menjadi benign nevus.
Secara klinis, nevi ini berbentuk datar dan sedikit menonjol dengan warna yang seragam atau
gambaran teratur dari pigmen dot-like pada sebuah latar yang cokelat atau hitam kecokelatan.
Secara histologi, lesi ini memiliki peningkatan jumlah dari kumpulan melanosit yang bersarang
sepanjang lapisan basalis (Paek et al., 2008).
e. Metastasis Melanoma
Akhir dari semua perkembangan kanker yaitu berhasil menyebarkan sel-sel kanker ke bagian
kulit lain dan organ-organ tubuh lainnya, dimana sel-sel tersebut bisa berproliferasi dan
metastasis (Miller dan Mihm, 2006).
Manifestasi Klinis.
1. Superficial Spreading Melanoma(SSM)
SSM merupakan subtipe MM yang paling sering (70% kasus cutaneous melanoma
maligna), terutama pada orang kulit putih. Sering ditemukan pada usia di atas 40 tahun,
lebih sering pada wanita dengan predileksi di tungkai bawah. Pada pria biasanya SSM
ditemukan di daerah punggung atas. SSM awalnya ditandai dengan perkembangan
lambat radial growth phase sebelum menginvasi dermis (vertical growth phase). Lesi
SSM biasanya dimulai dari bentuk papul dan selanjutnya bentuk nodus dan ulkus. Warna
lesi SSM bervariasi tidak hanya coklat dan hitam, tetapi juga merah muda, biru, dan abu-
abu. Lesi SSM bersifat asimetris dan batas tidak tegas. Pada umumnya SSM timbul pada
kulit normal (de novo) dan asimptomatik.
a. Anamnesis
Memberikan pertanyaan riwayat terpapar sinar matahari yang lama, riwayat kulit terbakar
yang berulang akibat paparan sinar matahari, riwayat menderita melanoma maligna sebelumnya
ataupun keluarga yang pernah menderita melanoma maligna,dan jika memang ada lesi
ditanyakan sesuai Glasgow 7-point checklist dimana jika ada 2 poin dari kriteria mayor seperti
perubahan ukuran, perubahan warna, dan perubahan bentuk dengan 1 poin dari kriteria minor
seperti mengeluarkan darah, perubahan sensasi, inflamasi atau diameter lebih dari 7 mm. Jika
didapatkan 3 poin maka dicurigai terdapat keganasan kulit (McCourt, Dolan, dan Gormley,
2014).
b. Pemeriksaan Fisik
Ada 4 jenis melanoma maligna yang berbeda terlihat dari gambaran klinis:
Superficial Spreading Melanoma (SSM) merupakan 70% jenis melanoma maligna, biasanya
berkembang pada tempat yang sebelumnya ada naevus, mengalami perubahan yang lambat
hingga membutuhkan beberapa tahun, kemudian tumbuh secara vertikal dan berkembang
menjadi nodula biru kehitaman. Berupa plak berukuran 0,5 – 3 cm dengan tepi meninggi dan
ireguler. Terdapat bermacam-macam warna, seperti abu-abu, biru, hitam, dan kemerahan
(Swetter, Geller, dan Kirkwood, 2004).
Nodular melanoma (NM), terhitung 15% dari semua melanoma maligna dan bisa menjadi
lebih agresif daripada SSM dengan permulaan klinis yang pendek. Lesi ini berasal dari de
novo di kulit dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, biasanya di badan, kepala,
atau leher. Biasanya berupa papula berwarna biru atau hitam, diameternya 1-2 cm, dan
berbatas tegas (Chan dan Greenbaum, 2013).
Lentigo Maligna Melanoma (LMM), jenis ini jarang ditemukan di Indonesia, di Negara barat
lokasi yang tersering pada wajah sekitar 4-10% dan umumnya pada usia tua,
pertumbuhannya vertikal dan sangat lambat, berupa makula kecokelatan. (Goldstein dan
Goldstein, 2001).
Acral Lentigo Melanoma (ALM), ini biasanya banyak ditemukan pada orang kulit berwarna.
Biasa pada orang Asia terutama Jepang, terhitung insiden 70% di Jepang. Lesi ini berwarna
dan sering ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki, atau di bawah nail bed. Jenis ini
dinyatakan paling agresif dibanding jenis yang lain (Bandarchi et al., 2010).
a. Pemeriksaan dermoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan manifestasi klinis “Melanoma Maligna”
(Suyatno dan Pasaribu, 2010).
Tipe sel
Tumor infiltrating lymphocytes (TILs)
Fase pertumbuhan; vertikal atau radial (Négrier et al.,2001)
RencanaKeperawatan
Sasaran utama bagi pasien dapat mencakup penurunan respons nyeri, meningkatnya
pengetahuan tentang melanoma, dan berkurangnya ansietas atau kecemasan.
Kecemasan dan depresi b.d melanoma yang dapat membawa kematian dan
menimbulkan cacat
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan pasien berkurang.
Kriteria evaluasi:
- Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau factor memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan,
dan wajah rileks.
Intervensi Rasional
Kaj itanda verbal dan nonverbal kecemasan, Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan
damping pasien dan lakukan tindakan bila rasa tagitasi, marah dan gelisah.
menunjukkan perilaku merusak.
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerjasama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan.
Beri dukungan psikologis. Dukungan psikologik sangat penting jika akan
dilakukan pembedahan yang menimbulkan
cacat. Dukungan ini mencakup upaya
membiarkan pasien untuk mengekspresikan
perasaannya tentang kekesalan serta depresi
yang diperlihatkan pasien, dan penyampaian
kesan bahwa peawat dapat memahami semua
perasaan ini. Selama proses penegakan
diagnosis dan penentuan stadium kedalaman,
tipe, serta luas tumor, perawat harus dapat
menjawab berbagai pertanyaan, memberikan
penjelasan mengenai informasi yang
disampaikan, dan membantu menjernihkan
kesalahpahaman. Mengetahui bahwa dirinya
menderita melanoma dapat membuat pasien
merasa sangat takut dan sedih. Penjelasan
mengenai sumber-sumber dana pasien,
meknisme koping yang efektif dan berbagai
system dukungan social akan membantu
pasien untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan penegakkan diagnosis,
pelaksanaan terapi, dan tindakan follow-up
yang berkelanjutan.
Kecemasan dan depresi b.d melanoma yang dapat membawa kematian dan
menimbulkan cacat
Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya Mereka harus didorong untuk
mengekspresikan perasaan terhadap seseorang
yang mereka percayai untuk mendengarkan
keprihatinan dan selalu siap untuk
memberikan perawatan yang terampil, serta
penuh kehangatan merupakan intervensi yang
penting untuk mengurangi ansietas.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
mengungkapkan ansietasnya. kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku
adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman
yang dipilih pasien melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya: membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi. Pengaturan
agar anggota keluarga dan setiap teman
dekatnya untuk lebih banyak mencurahkan
waktu mereka bersama pasien dapat menjadi
upaya yang bersifat suportif.
Kolaborasi: Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
- Berikan anticemas sesuai indikasi kecemasan.
contohnya diazepam.
Cipto H, Pratomo U.S et al : Deteksi dan Penatalaksanaan Kanker Kulit Dini, FKUI Jakarta
Kelompok kerja kanker FK UI / RSUPNCM Protokol Larsinoma Sel Skuamosa kulit. Jakarta.
2011
Brunner and suddart. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 3 Edisi 8. Jakarta : EGC
Medika
Joyce and Jane.2014. keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk hasil Yang
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56104/4/Chapter%20II.pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_235Melanoma%20Maligna.pdf